Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua
morbiditas dan mortalitas pada anak usia kurang dari dua tahun di seluruh
dunia terutama di negara-negara berkembang. Jumlahnya mendekati satu
dalam lima orang, sehingga penyakit diare ini menyebabkan kematian pada
anak-anak melebihi AIDS dan malaria. Hampir satu triliun dan 2,5 milyar
kematian karena diare dalam dua tahun pertama kehidupan. Diare juga
menyebabkan 17% kematian anak balita di dunia. Tercatat 1,8 milyar orang
meninggal setiap tahun karena penyakit diare (termasuk kolera), banyak yang
mendapat komplikasi seperti malnutrisi, retardasi pertumbuhan, dan kelainan
imun.Rata-rata 8 sampai 10 juta balita meninggal tiap tahun, atau 23
balita meninggal setiap harinya. Di negara-negara miskin seperti Afrika
angka
kematian
meningkat
24.702 jiwa penduduk atau sekitar 1.77 %. Pada tahun 2014 terjadi
peningkatan angka kejadian diare sebesar 494 kasus. Jumlah penduduk
Kecamatan Tanralili pada tahun 2014 adalah 25.704 jiwa. Atau 1.92 % dari
jumlah penduduk (Profil Puskesmas Tanralili, 2015).
Penyakit diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak
memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana
kebersihan (pembuangan tinja yang tidak higienis), kebersihan perorangan
dan lingkungan yang jelek, rumah yang tidak sehat,penyiapan makanan
kurang matang dan penyimpanan makanan masak pada suhu kamar yang
tidak semestinya (Sander, 2005).
Prevalensi diare yang tinggi berkaitan dengan akses berkelanjutan
terhadap air minum berkualitas layak. Berdasarkan Profil Puskesmas Tanralili
tahun 2014, data penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum
berkualitas layak di Kecamatan Tanralili tahun 2014 sebesar 42.99 % hanya
mampu mengakses sumber air minum yang berasal dari air sumur gali
terbuka/ tidak terlindung. Akses air bersih menurut perpipaan atau ledeng
sebesar 20 % yang mencakup tiga desa namun belum menyeluruh di semua
dusun. Di samping itu terdapat tujuh penyelenggara air minum kemasan yang
terdapat di Kecamatan tanralili tahun 2014 dan setelah diperiksa sampelnya
85.71 % memenuhi syarat air minum yang sehat. Namun kondisi ini harus
terus dipantau agar kualitasnya tetap terjaga setiap saat.
Jumlah penduduk dengan akses sarana jamban sehat adalah 4286 atau
sekitar 17,1 %. Dari delapan desa yang ada hanya dua desa atau 25 % desa
yang telah melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat dan stop buang air
besar di sembarang tempat.
Data profil Puskesmas Tanralili tahun 2014 menunjukkan bahwa dari
100 KK yang disurveil di setiap desa, cakupan kepemilikan tempat sampah
sekitar 18,47 %. Dengan demikian sampah menjadi salah satu tempat yang
menarik bagi perkembang-biakan vektor lalat rumah atau musca domestica.
Lalat rumah ini berpotensi sebagai penyebab timbulnya diare pada manusia
melalui menempelnya mikroorganisme kuman dari sampah yang dibiarkan
pada bagian-bagian tubuh lalat.
Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi
pendorong terjadinya diare yaitu faktor agent, penjamu, lingkungan dan
perilaku. Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling dominan yaitu
sarana penyediaan air bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor berinteraksi
bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta terakumulasi dengan perilaku manusia
yang tidak sehat, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi
(Hapsari,dkk,2013).
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Juariah (2000),
diketahui bahwa ada hubungan bermakna antara kesakitan diare dengan
sumber air bersih, kepemilikan jamban, jenis lantai, pencahayaan rumah dan
ventilasi rumah. Rahadi (2005) menyimpulkan bahwa ada hubungan antara
Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan
Tanralili.
2.
Tujuan Khusus
a.
b.
c.
E. Manfaat Penelitian
1.
2.
3.
Sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang
hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian penyakit diare.
4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Diare
Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah atau lendir (Suraatmaja,
2007). Menurut WHO (2008), diare didefinisikan sebagai berak cair tiga
kali atau lebih dalam sehari semalam. Berdasarkan waktu serangannya
terbagi menjadi dua, yaitu diare akut (< 2 minggu) dan diare kronik ( 2
minggu) (Widoyono, 2008).
2.
Klasifikasi Diare
Menurut Depkes RI (2000), jenis diare dibagi menjadi empat yaitu:
a.
b.
c.
d.
Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare (diare
akut dan diare persisten), mungkin juga disertai dengan penyakit
lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
Diare akut, yaitu diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat.
b.
Diare kronik, yaitu diare yang berlanjut sampai dua minggu atau
lebih dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak
bertambah selama masa diare tersebut.
3.
Etiologi Diare
Menurut Widoyono (2008), penyebab diare dapat dikelompokan
menjadi:
a.
Virus: Rotavirus.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
4.
Imunodefisiensi.
Gejala diare
Menurut Widjaja (2002), gejala diare pada balita yaitu:
5.
a.
Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun
b.
meninggi.
c.
d.
e.
Anusnya lecet.
f.
g.
h.
i.
Dehidrasi.
Epidemiologi diare
Epidemiologi penyakit diare, adalah sebagai berikut (Depkes RI,
2005).
a.
tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar atau
sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi
anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.
b.
kurang gizi,
campak,
immunodefisiensi,
dan
secara
6.
10
0-11 bulan sebanyak 475 juta dan anak usia 1-4 tahun sekitar 925 juta
kali per tahun (Amiruddin, 2007).
7.
Penularan diare
Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh virus dan
bakteri.Penularan penyakit diare melalui fekal oral yang terjadi karena:
a.
b.
11
tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar, tidak
mencuci tangan sesudah membuang tinja anak, tidak mencuci tangan
sebelum atau sesudah menyuapi anak dan tidak membuang tinja
termasuk tinja bayi dengan benar.
8.
Penanggulangan diare
Menurut Depkes RI (2005), penanggulangan diare antara lain:
a.
b.
c.
12
d.
e.
f.
9.
Pencegahan diare
Menurut Depkes RI (2000), penyakit diare dapat dicegah melalui
promosi kesehatan antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
13
14
Menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
nomor
Parameter Wajib
a. Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan :
1) Parameter mikrobiologi
a) E.Coli, kadar maksimum yang diperbolehkan dalam jumlah
per 100 sampel adalah nol
b) Total bakteri Koliform, kadar maksimum yang diperbolehkan
dalam jumlah per 100 sampel adalah nol
2) Kimia anorganik, batas maksimum yang diperbolehkan dalam
satuan mg/l adalah
a) Arsen
: 0.01
b) Fluorida
: 1.5
c) Total kromium
: 0.05
d) Kadmium
: 0.003
e) Nitrit
:3
f) Nitrat
: 50
g) Sianida
: 0.07
h) Selenium
: 0.01
: tidak berbau
15
b) Warna
: maksimal 5 TCU
: 5 NTU
e) Rasa
; tidak berasa
f) Suhu
:30C
2.
a) Aluminium
: 0.2
b) Besi
: 0.3
c) Kesadahan
: 500
d) Klorida
: 250
e) Mangan
: 0.4
f) Ph
: 6.5-8.5
g) Seng
:3
h) Sulfat
: 250
i) Tembaga
:2
j) Amonia
: 1.5
Parameter Tambahan :
a. Kimiawi
1) Bahan Anorganik yaitu air raksa maksimum 0.001 mg/l,
antimon 0,02 mg/l, barium 0.7 mg/l, boron 0,5 mg/l,timbal
0,01 mg/l
2) Bahan organik seperti deterjen maksimum 0,05 mg/l
3) Pestisida seperti DDT maksimum 0.001 mg/l
16
4) Desinfektan
dan
hasil
sampingannya
seperti
klorin
maksimum 5 mg/l.
b.
17
18
Syarat Fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak
berwarna), tidak berasa, tidak berbau, suhu dibawah suhu udara di
luarnya, sehingga dalam kehidupan sehari-hari cara mengenal air yang
memenuhi persyaratan fisik tidak sukar.
2. Syarat Bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala
bakteri, terutama bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air
minum terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa
sampel air tersebut. Bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari
empat bakteri E. coli, maka air tersebut sudah memenuhi syarat
kesehatan.
3. Syarat Kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di
dalam jumlah tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat
kimia di dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia
19
seperti flour (1-1,5 mg/l), chlor (250 mg/l), arsen (0,05 mg/l), tembaga
(1,0 mg/l), besi (0,3 mg/l), zat organik (10 mg/l), pH (6,5-9,6 mg/l), dan
CO2 (0 mg/l).
Berdasarkan hasil penelitian Rahadi (2005) bahwa air mempunyai
peranan besar dalam penyebaran beberapa penyakit menular. Besarnya
peranan air dalam penularan penyakit disebabkan keadaan air itu sendiri
sangat membantu dan sangat baik untuk kehidupan mikroorganisme. Hal
ini dikarenakan sumur penduduk tidak diplester dan tercemar oleh tinja.
Banyaknya sarana air bersih berupa sumur gali yang digunakan
masyarakat mempunyai tingkat pencemaran terhadap kualitas air bersih
dengan kategori tinggi dan amat tinggi.
Kondisi fisik sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat
kesehatan berdasarkan penilaian inspeksi sanitasi dengan kategori tinggi
dan amat tinggi dapat mempengaruhi kualitas air bersih dengan adanya
pencemaran air kotor yang merembes ke dalam air sumur.
D. Tinjauan Umum Tentang Sampah
1.
Pengertian Sampah
Sampah merupakan material sisa baik dari hewan, manusia,
maupun tumbuhan yang tidak terpakai lagi dan dilepaskan ke alam dalam
bentuk padatan, cair ataupun gas. Sampah adalah istilah umum yang
sering digunakan untuk menyatakan limbah padat. Sedangkan limbah itu
sendiri pada dasarnya berarti suatu bahan yang terbuang atau dibuang
dari suatu hasil aktivitas manusia, maupun proses-proses alam dan tidak
20
batasan,
sampah
(waste)
adalah
sesuatu
yang tidak
Jenis-Jenis Sampah :
a.
b.
21
2)
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak
diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
3.
Pengelolaan sampah
Pengelolaan
sampah
adalah
pengumpulan,
pengangkutan,
22
c.
Metode Pembuangan
Penimbunan darat
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penimbunan darat
23
pertambangan,
atau
lubang-lubang
dalam.
Sebuah
lahan
penimbunan darat yang dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi
tempat penimbunan sampah yang higienis dan murah. Sedangkan
penimbunan darat yang tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan
menyebabkan berbagai masalah lingkungan, di antaranya angin berbau
sampah, menarik berkumpulnya Hama, dan adanya genangan air sampah.
Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang
juga sangat berbahaya. (di Bandung kandungan gas methan ini meledak dan
melongsorkan gunung sampah)
24
25
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminium, kaleng baja
makanan/minuman, Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton, koran,
majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga
bisa didaur ulang. Daur ulang dari produk yang kompleks seperti komputer
atau mobil lebih susah, karena bagian-bagiannya harus diurai dan
dikelompokkan menurut jenis bahannya.
Pengolahan biologis
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pengkomposan
Pengkomposan.
Material sampah ((organik)), seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas, bisa
diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal
dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan
sebagai pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan
listrik.
Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah
Green Bin Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada, di mana
26
27
28
Hierarki Sampah - hierarki limbah merujuk kepada " 3 M " mengurangi sampah,
menggunakan kembali sampah dan daur ulang, yang mengklasifikasikan strategi
pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan dari segi minimalisasi sampah. Hierarki
limbah yang tetap menjadi dasar dari sebagian besar strategi minimalisasi sampah.
Tujuan limbah hierarki adalah untuk mengambil keuntungan maksimum dari produkproduk praktis dan untuk menghasilkan jumlah minimum limbah.
prinsip pengotor membayar - prinsip pengotor membayar adalah prinsip di mana pihak
pencemar membayar dampak akibatnya ke lingkungan. Sehubungan dengan
pengelolaan limbah, ini umumnya merujuk kepada penghasil sampah untuk membayar
sesuai dari pembuangan
Pendidikan dan Kesadaran
Pendidikan dan kesadaran di bidang pengelolaan limbah dan sampah yang
semakin penting dari perspektif global dari manajemen sumber daya.
Pernyataan yang Talloires merupakan deklarasi untuk kesinambungan
khawatir dengan skala dan belum pernah terjadi sebelumnya kecepatan
dan degradasi lingkungan, dan penipisan sumber daya alam. Lokal, regional,
29
dan global polusi udara; akumulasi dan distribusi limbah beracun, penipisan
dan kerusakan hutan, tanah, dan air; dari penipisan lapisan ozon dan emisi
dari "rumah hijau" gas mengancam kelangsungan hidup manusia dan
ribuan lainnya hidup spesies, integritas bumi dan keanekaragaman hayati,
keamanan negara, dan warisan dari generasi masa depan. Beberapa
perguruan tinggi telah menerapkan Talloires oleh Deklarasi pembentukan
pengelolaan lingkungan hidup dan program pengelolaan sampah, misalnya
pengelolaan sampah di universitas proyek. Universitas pendidikan kejuruan
dan dipromosikan oleh berbagai organisasi, misalnya WAMITAB Chartered
dan Lembaga Manajemen dari limbah.
Bencana sampah yang tidak dikelola dengan baik
1. Longsor tumpukan sampah
2. Sumber penyakit
3. Pencemaran lingkungan
4. Menyebabkan banjir
3.
Pengelolaan Sampah
30
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sederhana desainnya.
8.
Murah.
9.
Entjang
(2000),
macam-macam
kakus
atau
tempat
31
32
BAB III
KERANGKA KONSEP
33
Rasa
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berasa. Rasa dapat
ditimbulkan karena adanya zat organik atau bakteri.usur lain yang
masuk kedalam badan air
34
b.
Bau
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berbau, karena bau
ini dapat ditimbulkan oleh pembusukan zat organik seperti bakteri
serta kemungkinan akibat tidak langsung dari pencemaran
lingkungan, terutama sistem sanitasi.
c.
Suhu
Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan
kenaikan aktifitas biologi sehingga akan membentuk O2 lebih
banyak lagi. Kenaikan suhu perairan secara alamiah biasanya
disebabkan oleh aktifitas penebangan vegetasi di sekitar sumber air
tersebut, sehingga menyebabkan banyaknya cahaya matahari yang
masuk tersebut mempengaruhi akuifer yang ada secara langsung atau
tidak langsung.
d.
Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan
organik dan anorganik, kekeruhan juga dapat mewakili warna.
Sedang dari segi estetika kekeruhan air dihubungkan dengan
kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan sedang warna
air tergantung pada warna buangan yang memasuki badan air.
e.
35
terlarut yang terdiri dari garam anorganik selain itu juga gas-gas
yang terlarut.Kandungan total solids pada portable water biasanya
berkisaran antara 20 sampai dengan 1000 mg/l dan sebagai suatu
pedoman kekerasan dari air akan meningkatnya total solids,
disamping itu pada semua bahan cair jumlah koloit yang tidak
terlarut dan bahan yang tersuspensi akan meningkat sesuai derajat
dari pencemaran
Zat padat selalu terdapat dalam air dan kalau jumlahnya
terlalu banyak tidak baik sebagai air minum, banyaknya zat padat
yang diisyaratkan untuk air minum adalah kurang dari 500 mg/l.
Pengaruh
yang
menyangkut
aspek
kesehatan
dari
pada
penyimpangan kualias air minum dalam hal total solids ini yaitu
bahwa air akan memberikan rasa tidak enak pada lidah dan rasa mual
3.
Pemanfaatan Jamban
Dalam hal pemanfaatan sanitasi, masyarakat umumnya
memiliki beberapa pilihan akses yang digunakan secara bergantian,
sebelum dialirkan ke sungai. Khusus bagi masyarakat , meski memiliki
toilet dirumah, mereka juga masih memanfaatkan toilet terbuka
seperti sungai atau empang. Masyarakat menjadikan kepraktisan dan
norma umum (semua orang melakukanya) sebagai alasan utama untuk
menyalurkan
36
Kejadian Diare
Pada balita
Kepemilikan Jamban
Keterangan :
Variable independen
Variable dependen
37
Variabel Independen
a.
Sumber air minum adalah asal atau jenis air yang digunakan untuk
minum bagi keperluan hidup sehari-hari terdiri dari :
1) Skala pengukuran : Nominal
2) Kategori :
a) Air terlindung
(1) PDAM
(2) Air mineral
b) Air tidak terlindung
(1) Sungai
(2) Sumur
b.
38
2) Kategori :
a) Memiliki jamban, jika ada lubang leher angsa/tangki septik,
bersih dan tertutup.
b) Tidak memiliki jamban, jika tidak ada lubang leher
angsa/tangki septik, kotor dan tidak tertutup.
2.
Variabel Dependen
Kejadian diare adalah balita yang menderita diare dengan buang air besar
lembek, cair dan bahkan dapat berupa air saja lebih dari tiga kali sehari
dalam 6 bulan terakhir.
a.
b.
Kategori :
1) Diare, jika mengalami diare dalam satu tahun terakhir.
2) Tidak diare, jika tidak mengalami diare dalam satu tahun
terakhir.
D. Hipotesis Penelitian
1.
Tidak ada hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare
pada balita di Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros.
2.
Tidak ada hubungan antara kualitas fisik air bersih dengan kejadian
diare pada balita di Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros.
3.
39
2.
Ada hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare pada
balita di Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros.
2.
Ada hubungan antara kualitas fisik air bersih dengan kejadian diare
pada balita di Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros.
3.
40
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dalam bentuk survey yang bersifat
observasional dengan metode pendekatan cross-sectional, yaitu suatu
penelitian yang dilakukan dengan pengamatan sesaat atau dalam suatu
periode waktu tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali
pengamatan selama penelitian (Machfoedz, 2007).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada sebagian rumah yang mempunyai
balita dan pernah menderita diare di Kecamatan Tanrali pada bulan Maret
2015.
C. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Keseluruhan keluarga yang mempunyai anggota keluarga balita
di Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh rumah yang mempunyai balita dan pernah menderita diare
pada tahun 2014 yang bertempat tinggal di Kecamatan Tanralili sebanyak
354 kasus.
2.
Sampel Besar
Besar sampel dapat dihitung dengan rumus Khotari dalam Murti
(2006) sebagai berikut :
41
N.Z12 - /2 p.q
n
Keterangan:
n
: Besar sampel
: Besar populasi
:1p
= 1359,9264 . 0,0475
0,8825 + 0,182476
= 64.596504
1.064976
= 60.65536125
= 61
Jadi besar sampel pada penelitian ini adalah 61 balita.
3.
Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu balita yang pernah menderita
diare pada tahun 2014 di Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros.
42
4.
menggunakan
Simple
Random
Sampling,
yaitu
metode
Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, yang
diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner dan observasi secara
langsung mengenai sumber air minum, kualitas fisik air bersih, dan
kepemilikkan jamban.
2.
Sumber Data
a.
Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Maros, Puskesmas tanralili dan instansi terkait. Selain itu data juga
diperoleh melalui studi pustaka dan data berbasis elektronik Data
Primer
b.
Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara
menggunakan kuesioner dan observasi oleh peneliti secara langsung
kepada responden mengenai sumber air minum, kualitas fisik air
bersih, dan kepemilikkan jamban.
43
3.
E. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.
Kuesioner
b.
Alat tulis
c.
Kamera digital
Kuesioner diuji dengan uji validitas dan reliabilitas. Sifat valid
Keterangan :
rxy
: Banyaknya subjek
: Skor ganjil
: Skor genap
44
Analisis univariat
Analisis
univariat
yaitu
analisis
yang
digunakan
untuk
Analisis bivariat
Dilakukan untuk menguji hubungan variabel bebas dan variable
terikat dengan uji statistik chi square (2) untuk mengetahi hubungan
yang signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel
terikat. Uji chi square dilakukan dengan mengunakan bantuan perangkat
lunak berbentuk komputer dengan tingkat signifikan p>0,05 (taraf
45
Pembimbing I
: Prof.Dr.H.Indar,SH,MPH
2.
Pembimbing II
: Idris,SKM,M.Kes
3.
Peneliti
a.
Nama
: Jumiati
b.
NIM
: 1320011
46