You are on page 1of 19

REFORMASI

Tugas

: Pancasila

Nama Dosen

: Bu

Engkur

Kelompok 5
Siti Auwalul H. (1112000452)
Dian Oktaviani
(1112000432)
Sri Nurhayati (1112000469)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIE)


Semester Ganjil Tahun Ajaran 2015/2016

DAFTAR ISI

Daftar
Isi
2
Pengantar
..3
REFORMASI
A. Pengertian

Reformasi..

4
B. Syarat-Syarat Terjadinya Reformasi..
. 4
C. Faktor

Penyebab

Munculnya

Reformasi.. 5
D. Alasan

Dimulainya

Reformasi.. 5
E. Kronologi Singkat Dalam Perjuangan Menegakkan Era Reformasi 1998
6
F. Masa

Pemerintahan

Presiden

Habibi

1998-

1959)...................................8
G. Gerakan
Reformasi...12
H. Dampak

Reformasi

di

Indonesia..13
I. Pancasila

sebagai

Paradigma

Reformasi

dalam

Pemerintah.................14

Daftar

Pustaka

20

........................................................20

20

Pengantar
Perkembangan kehidupan kenegaraan indonesia mengalami perubahan yang sangat
besar terutama berkaitan dengan reformasi, serta perubahan undang undang termasuk
amandemen UUD 1945 serta Tap. MPR No. XVIII/MPR/1998, yang menetapkan
mengembalikan kedudukan pancasila pada kedudukan semula, sebagai dasar filsafat
negara.
Ketika gelombang gerakan reformasi melanda indonesia maka seluruh aturan main
dalam wacana politik mengalami keruntuhan terutama praktek praktek elit politik yang
dihinggapi penyakit KKN. Bangsa Indonesia ingin mengadakan suatu perubahan, yaitu
menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara demi terwujudnya masyarakat
madani yang sejahtera, masyarakat yang bermatabat kemanusiaan yang menghargai hak
hak asasi manusia, masyarakat yang demokratis yang bermoral religius serta manusia
yang bermoral kemanusiaan dan beradab.
Dalam kenyataannya gerakan reformasi ini harus dibayar mahal oleh bangsa
Indonesia yaitu dampak sosial,politik,ekonomi terutama kemanusiaan. Para elit politik
memanfaatkan gelombang reformasi ini demi meraih kekuasaan, sehingga tidak
mengherankan jikalau banyak terjadi perbenturan kepentingan politik. berbagai gerakan
muncul disertai dengan akibat tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan dan menelan
banyak korban jiwa dari anak-anak bangsa sebagai rakyat kecil yang tidak berdosa dan
mendambakan perdamaian ketentraman serta kesejahteraan.
Kondisi ekonomi semakin memprihatinkan sektor riil sudah tidak berdaya, banyak
perusahaan maupun perbankan yang gulung tikar yang dengan sendirinya disertai
dengan PHK dan bertambahnya jumlah tenaga kerja potensial yang nganggur. Rakyat
benar benar menjerit bahkan banyak yang kondisi kehidupan sehari-harinya sangat
memprihatinkan karena kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
Ironisnya kalangan elit politik serta pelaku politik lainnya seakan tidak bergeming dengan
jerit kemanusiaan tersebut.
Namun demikian di balik berbagai macam keterpurukan bangsa Indonesia tersebut
masih tersisa satu keyakinan akan nilai yang dimilikinya yaitu nilai-nilai yang berakar dari
pandangan hidup bangsa indonesia sendiri yaitu nilai-nilai pancasila. Reformasi adalah
menata kehidupan bangsa dan negara dalam suatu sistem negara dibawah nilai-nilai
pancasila, bukan menghancurkan dan membubarkan bangsa dan negara indonesia

REFORMASI

20

A. Pengertian Reformasi

Makna Reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation dari akar kata
reform, sedangkan secara harfiah reformasi mempunyai pengertian suatu gerakan yang
memformat ulang, menata ulang, menata kembali hal-hal yang menyimpang, untuk
dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicitacitakan rakyat. Reformasi juga diartikan pembaharuan dari paradigma, pola lama ke
paradigma, pola baru untuk menuju ke kondisi yang lebih baik sesuai dengan harapan.
B. Syarat-syarat kondisi terjadinya gerakan Reformasi
Suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Suatu

gerakan

reformasi

dilakukan

karena

adanya

suatu

penyimpangan

penyimpangan. Pada Masa pemerintahan Orba (orde Baru) banyak terjadi suatu
penyimpangan misalnya asas kekeluargaan menjadi nepotisme, kolusi dan korupsi
yang tidak sesuai dengan makna dan semangat UUD 1945.
2. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka structural
tertentu, dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia. Jadi
reformasi pada prinsipnya suatu gerakan untuk mengembalikan kepada dasar nilainilai sebagaimana yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
3. Gerakan

reformasi

akan

mengembalikan

pada

dasar

serta

sistem

Negara

demokrasi, bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat, sebagaimana terkandung


dalam pasal 1 ayat (2). Reformasi harus melakukan perubahan kea rah sistem
Negara hukum dalam penjelasan UUD 1945, yaitu harus adanya perlindungan hakhak asasi manusia, peradilan yang bebas dari penguasa, serta legalitas dalam arti
hukum. Oleh karena itu reformasi sendiri harus berdasarkan pada kerangka dan
kepastian hukum yang jelas.
4. Reformasi dilakukan kearah suatu perubahan kearah kondisi serta keadaan yang
lebih baik, perubahan yang dilakukan dalam reformasi harus mengarah pada suatu
kondisi kehidupan rakyat yang lebih baik dalam segala aspek, antara lain bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya, serta kehidupan keagamaan.
5. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia yang
Berketuhanan Yang Maha Esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa
C. Faktor Penyebab Munculnya Reformasi
Perjalanan panjang sejarah Orde Baru di Indonesia dapat melaksanakan pembangunan sehingga mendapat
kepercayaan dalam dan luar negeri.
Pada dawarsa 60-an rakyat sangat menderita pelan-pelan keberhasilan pembangunan melalui tahapan

20

dalam pembangunan lima tahun (Pelita) sedikit demi sedikit kemiskinan rakyat dapat dientaskan. Sebagai tanda

terima kasih kepada pemerintah Orde Baru yang berhasil membangun negara, Presiden Soeharto diangkat
menjadi "Bapak Pembangunan ".
Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia dilanda krisis ekonomi, harga-harga mulai membumbung tinggi
sehingga daya beli rakyat sangat lemah, seakan menjerit lebih-lehih banyak perusahaan yang terpaksa melakukan
"PHK" karyawannya. Diperburuk lagi dengan kurs rupiah terhadap dolar sangat rendah.
Pada tanggal 20 Mei 1998 Presiden Soeharto berupaya untuk memperbaiki program Kabinet
Pembangunan VII dengan menggantikan dengan nama Kabinet Reformasi, namun tidak mendapat tanggapan
rakyat.Pada hari berikutnya tanggal 21 Mei 1998 dengan berdasarkan Pasal 8 UUD 1945, Presiden Soeharto
terpaksa menyerahkan kepemimpinan kepada Wakil Presiden Prof. DR. B.J. Habibie.
D. Alasan Dimulainya Reformasi
1. Krisis Ekonomi
Diawali krisis moneter yang melanda Asia Tenggara sejak bulan Juli 1997 berimbas pada Indonesia,
bangunan ekonomi Indonesia ternyata belum kuat untuk menghadapi krisis global tersebut. Krisis ditandai
dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. . Krisis moneter ini akhirnya
berdampak pada krisis ekonomi sehingga menghancurkan sistem fundamental perekonomian Indonesia.
2. Krisis Politik
Krisis politik pada akhir orde baru ditandai dengan kemenangan mutlak Golkar dalam Pemilihan
Umum 1997 yang dinilai penuh kecurangan, Golkar satu-satunya kontestan pemilu yang didukung finansial
maupun secara politik oleh pemerintah memenangkan pemilu dengan meraih suara mayoritas.
3. Krisis Hukum.
Orde Baru banyak terjadi ketidak adilan dibidang hukum, dalam kekuasaan kehakiman berdasar Pasal
24 UUD 1945 seharusnya memiliki kekuasaan yang merdeka terlepas dari kekuasaan eksekutif, tapi
Kenyataannya mereka dibawah eksekutif. Dengan demikian pengadilan sulit terwujud bagi rakyat, sebab
hakim harus melayani penguasa. Sehingga sering terjadi rekayasa dalam proses peradilan.
4. Krisis Kepercayaan
Pemerintahan Orde Baru yang diliputi KKN secara terselubung maupun terang-terangan pada bidang
parlemen, kehakiman, dunia usaha, perbankan, peradilan, pemerintahan sudah berlangsung lama sehingga
disana-sini muncul ketidakadilan, kesenjangan sosial, rusaknya system politik, hukum, dan ekonomi
mengakibatkan timbul ketidak percayaan rakyat terhadap pemerintahan dan pihak luar negeri terhadap
Indonesia
E. Kronologis Singkat Dalam Perjuangan Menegakkan Era Reformasi 1998:

20

5 Maret 1998

Dua puluh mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi Gedung DPR/MPR untuk menyatakan penolakan
terhadap pidato pertanggungjawaban presiden yang disampaikan pada Sidang Umum MPR dan menyerahkan
agenda reformasi nasional. Mereka diterima Fraksi ABRI
11 Maret 1998
Soeharto dan BJ Habibie disumpah menjadi Presiden dan Wakil Presiden
14 Maret 1998
Soeharto mengumumkan kabinet baru yang dinamai Kabinet Pembangunan VII.
15 April 1998
Soeharto meminta mahasiswa mengakhiri protes dan kembali ke kampus karena sepanjang bulan ini mahasiswa
dari berbagai perguruan tinggi swasta dan negeri melakukan unjukrasa menuntut dilakukannya reformasi politik.
18 April 1998
Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Jenderal Purn. Wiranto dan 14 menteri Kabinet
Pembangunan VII mengadakan dialog dengan mahasiswa di Pekan Raya Jakarta namun cukup banyak
perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang menolak dialog tersebut.
1 Mei 1998
Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Alwi Dachlan mengatakan bahwa
reformasi baru bisa dimulai tahun 2003
2 Mei 1998
Pernyataan itu diralat dan kemudian dinyatakan bahwa Soeharto mengatakan reformasi bisa dilakukan sejak
sekarang (tahun 1998-red).
4 Mei 1998
Mahasiswa di Medan, Bandung dan Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan bakar minyak ( 2 Mei 1998 )
dengan demonstrasi besar- besaran. Demonstrasi itu berubah menjadi kerusuhan saat para demonstran terlibat
bentrok dengan petugas keamanan. Di Universitas Pasundan Bandung, misalnya, 16 mahasiswa luka akibat
bentrokan tersebut.
5 Mei 1998
Demonstrasi mahasiswa besar besaran terjadi di Medan yang berujung pada kerusuhan.
9 Mei 1998
Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir untuk menghadiri pertemuan KTT G -15. Ini merupakan lawatan terakhirnya
keluar negeri sebagai Presiden RI.
12 Mei 1998
Aparat keamanan menembak empat mahasiswa Trisakti yang berdemonstrasi secara damai. Keempat mahasiswa
tersebut ditembak saat berada di halaman kampus.
13 Mei 1998
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi datang ke Kampus Trisakti

20

untuk menyatakan duka cita. Kegiatan itu diwarnai kerusuhan.

14 Mei 1998
Soeharto seperti dikutip koran, mengatakan bersedia mengundurkan diri jika rakyat menginginkan. Ia
mengatakan itu di depan masyarakat Indonesia di Kairo. Sementara itu kerusuhan dan penjarahan terjadi di
beberapa pusat perbelanjaan di Jabotabek seperti Supermarket Hero, Super Indo, Makro, Goro, Ramayana dan
Borobudur. Beberapa dari bagunan pusat perbelanjaan itu dirusak dan dibakar. Sekitar 500 orang meninggal
dunia akibat kebakaran yang terjadi selama kerusuhan terjadi.
15 Mei 1998
Soeharto tiba di Indonesia setelah memperpendek kunjungannya di Kairo. Ia membantah telah mengatakan
bersedia mengundurkan diri. Suasana Jakarta masih mencekam. Toko toko banyak di tutup. Sebagian warga
pun masih takut keluar rumah.
16 Mei 1998
Warga asing berbondong bondong kembali ke negeri mereka. Suasana di Jabotabek masih mencekam.
19 Mei 1998
Soeharto memanggil sembilan tokoh Islam seperti Nurcholis Madjid, Abdurachman Wahid, Malik Fajar, dan KH
Ali Yafie. Dalam pertemuan yang berlangsung selama hampir 2,5 jam (molor dari rencana semula yang hanya 30
menit) itu para tokoh membeberkan situasi terakhir, dimana eleman masyarakat dan mahasiswa tetap
menginginkan Soeharto mundur.
Permintaan tersebut ditolak Soeharto. Ia lalu mengajukan pembentukan Komite Reformasi. Pada saat itu
Soeharto menegaskan bahwa ia tak mau dipilih lagi menjadi presiden. Namun hal itu tidak mampu meredam aksi
massa, mahasiswa yang datang ke Gedung MPR untuk berunjukrasa semakin banyak. Sementara itu Amien Rais
mengajak massa mendatangi Lapangan Monumen Nasional untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional.
20 Mei 1998
Jalur jalan menuju Lapangan Monumen Nasional diblokade petugas dengan pagar kawat berduri untuk mencegah
massa masuk ke komplek Monumen Nasional namun pengerahan massa tak jadi dilakukan. Pada dinihari Amien
Rais meminta massa tak datang ke Lapangan Monumen Nasional karena ia khawatir kegiatan itu akan menelan
korban jiwa. Sementara ribuan mahasiswa tetap bertahan dan semakin banyak berdatangan ke gedung MPR /
DPR. Mereka terus mendesak agar Soeharto mundur.
21 Mei 1998
Di Istana Merdeka, Kamis, pukul 09.05 Soeharto mengumumkan mundur dari kursi Presiden dan BJ. Habibie
disumpah menjadi Presiden RI ketiga.
F. Masa Pemerintahan Presiden Habibie (1998-1999)
Tugas B.J. Habibie adalah mengatasi krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun
1997, menciptakan pemerintahan yang bersih, berwibawa bebas dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Hal
ini dilakukan oleh presiden untuk menjawab tantangan era reformasi.

20

a. Dasar Hukum Habibie Menjadi Presiden.

b. Naiknya Habibie menggantikan Soeharto menjadi polemik dikalangan ahli hukum, ada yang
mengatakan hal itu konstitusional dan inskonstitusional

Langkah-langkah Pemerintahan Habibie :


1. Pembentukan Kabinet.
Membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan pada tanggal 22 Mei 1998 yang meliputi perwakilan militer
(TNI-PoIri), PPP, Golkar, dan PDI.
2. Upaya Perbaikan Ekonomi.
Dengan mewarisi kondisi ekonomi yang parah "Krisis Ekonomi" Presiden B.J. Habibie berusaha melakukan
langkah-langkah perbaikan, antara lain :
a) Merekapitalisasi perbankan.
b) Merekonstruksi perekonomian nasional.
c) Melikuidasi beberapa bank bermasalah.
d) Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika hingga dibawahRp.
10.000,00
e) Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF.
3. Reformasi di Bidang Politik.
Presiden mengupayakan politik Indonesia dalam kondisi yang transparan dan merencakan pemilu yang luber
dan jurdil, sehingga dapat dibentuk lembaga tinggi negara yang betul-betui representative
4. Kebebasan Menyampaikan Pendapat.
Kebebasan ini pada masa sebelumnya dibatasi, sekarang masa Habibie dibuka selebar-lebarnya baik
menyampaikan pendapat dalam bentuk rapat umum dan unjuk rasa.
5. Masalah Dwi Fungsi ABRI
Gugatan terhadap peran dwifungsi ABRI maka petinggi militer bergegas-gegas melakukan reorientasi dan
reposisi peran sosial politiknya selama ini. Dengan melakukan reformasi diri melalui rumusan paradigma baru
yaitu menarik diri dari berbagai kegiatan politik.
6. Reformasi di Bidang Hukum
Pada masa pemerintahan Orde Baru telah didengungkan pembaharuan bidang hukum namun dalam
realisasinya produk hukum tetap tidak melepaskan karakter elitnya
7. Sidang Istimewa MPR
Salah satu jalan untuk membuka kesempatan menyampaikan aspirasi rakyat ditengah-tengah tuntutan
reformasi total pemerintah melakasanakan Sidang Istimewa MPR pada tanggal

10-13 Nopember 1998,

diharapkan benar-benar menyuarakan aspirasi masyarakat dengan perdebaaatan yang lebih segar, dan

20

terbuka.

Pada saat sidang berlangsung temyata diluar gedung DPR/MPR Senayan suasana kian memanas oleh
demonstrasi mahasiswa dan massa sehingga anggota MPR yang bersidang mendapat tekanan untuk bekerja
lebih keras, serius, cepat sesuai tuntutan reformasi.
Sidang Istimewa MPR menghasilkan 12 ketetapan, yaitu :
a. Tap MPR No. X/MPR/1998
b. Tap MPR No. XI/MPR/1998
c. Tap MPR No. XH/MPR/1998
d. Tap MPR No. XV/MPR/1998
e. Tap MPR No. XVI/MPR/1998
f. Tap MPR No. XVII/MPR/1998
g. Tap MPR No. VII/MPR/
h. Tap MPR No. XIV/MPR/1998
i. Tap MPR No. III/V/MPR/1998
j. Tap MPR No. IX/MPR/1998
k. Tap MPR No. XII/MPR/1998
l. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998
8. Pemilihan Umum 1999
Faktor politik yang penting untuk memulihkan krisis multidimensi di Indonesia yaitu dilaksanakan suatu
pemilihan urnum supaya dapat keluar dari krisis diperlukan pemimpin yang dipercaya rakyat. Asas pemilihan
urnum tahun 1999 adalah sebagai berikut
(1) Langsung
(2) Umum
(3) Bebas
(4) Rahasia
(5) Jujur
(6). Adil,
Sebagaimana yang diamanatkan dalam ketetapan MPR, Presiden B.J. Habibie menetapkan tanggal 7 Juni 1999
sebagai waktu pelaksanaan pemilihan umum. Maka dicabutlah lima paket undang-undang tentang politik yaitu
UU tentang
(1) Pemilu,
(2) Susunan, kedudukan, tugas, dan wewenang DPR/MPR,
(3) Parpol dan Golongan Karya,
(4) Referendum,
(5) Organisasi Masa.
Sebagai gantinya DPR berhasil menetapkan tiga undang-undang politik baru yang diratifikasi pada tanggal 1

20

Pebruari 1999 oleh Presiden B.J. Habibie yaitu :

(1) UU Partai Politik,


(2) UU Pemilihan Umum, dan
(3) UU Susunan serta Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.
Adapun undang-undang politik tersebut menggairahkan kehidupan politik di Indonesia, sehingga muncul partaipartai politik yang jumlahnya cukup banyak, tidak kurang dari 112 partai politik yang lahir dan mendaftar ke
Departemen Kehakinam namun setelah diseleksi hanya 48 partai politik yang berhak mengikuti pemilu.
Pelaksana pemilu adalah Komisi
Pemilihan Umum yang terdiri atas wakil pemerintah dan parpol peserta pemilu.
Pemungutan suara dilaksanakan pada hari Kamis, 7 Juni 1999 berjalan lancar dan tidak ada kerusuhan
seperti yang dikhawatirkan masyarakat. Dalam perhitungan akhir hasil pemilu ada dua puluh satu partai politik
meraih suara untuk menduduki 462 kursi anggota DPR, yaitu :
1) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PD1-P)

: 153 kursi.

2) Partai Golongan Karya ( Partai Golkar)

: 120 kursi.

3) Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

: 58 kursi.

4) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

: 51 kursi.

5) Partai Amanat Nasional (PAN)

: 34 kursi.

6) Partai Bulan Bintang (PBB)

: 13 kursi

7) Partai Keadilan (PK)

: 7 kursi

8) Partai Nahdiarul Ummah (PNU)

: 5 kursi

9) Partai Demokrasi Kasih Bangsa (PDKB)

: 5 kursi

10) Partai Keadilan Persatuan (PKP)

: 4 kursi

11) Partai Demokrasi Indonesia

: 2 kursi

12) Partai Kebangkitan Ummat (PKU)

: 1 kursi

13) Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)

: 1 kursi

14) Partai Politik Islam Indonesia Masyumi

: 1 kursi

15) Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI)

: 1 kursi

16)PNI-MasaMarhaen

: 1 kursi

17)PNI-FrontMarhaen``

: 1 kursi

18) Partai Persatuan (PP)

: 1 kursi

19) Partai Daulat Rakyat (PDR)

: 1 kursi

20) Partai Bhineka Tunggal Ika (FBI)

: 1 kursi

21) Partai Katholik Demokrat (PKD)

: 1 kursi

20

22) TNI/POLRI

9. Sidang Umum MPR Hasil Pemilu 1999


Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diketuai oleh Jenderal (Pum) Rudini menetapkan jumlah anggota
MPR berdasarkan hasil pemilu 1999 yang terdiri dari anggota DPR (462 orang wakil dari parpol dan 38 orang
TNI/PoIri), 65 orang wakil-wakil Utusan Golongan, dan 135 orang Utusan Daerah. Maka MPR
melaksanakan Sidang Umum MPR Tahun 1999tanggal 1-21 Oktober 1999. Sidang mengesahkan Prof. DR. H.
Muhammad Amin Rais, MA (PAN) sebagai Ketua MPR, dan Ir. Akbar Tandjung (Partai Golkar) sebagai Ketua
DPR.
Dalam pencalonan presiden muncul tiga nama calon yang diajukan oleh fraksi-fraksi di MPR, yaitu KH
Abdurrahman Wahid (PKB), Hj.Megawati Soekamoputri (PDI-P), Prof.DR. Yusril Ihza Mahendra, SH, MSc
(PBB), Namun sebelum pemilihan Yusril mengundurkan diri. Hasil pemilihan dilaksanakan secara voting KH.
Abdurrahman Wahid mendapat 373 suara, Megawati mendapat 313 suara, dan 5 abstein. Dalam pemilihan wakil
presiden dengan calon Hj.Megawati Soekamoputri (PDI-P) dan DR. Hamzah Haz (PPP) dimenangkan

oleh

Megawati Soekamoputri.
Pada tanggal 25 Oktober 1999 Presiden KH Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden Megawati
Soekamoputri menyusun Kabinet Persatuan Nasional, yang terdiri dari: 3 Menteri Koordinator (Menko Polkam,
Menko Ekuin, dan Menko Kesra), 16 menteri yang memimpin departemen, 13 Menteri Negara.
Pemerintahan Presiden KH.Abdurrahman Wahid (1999-2001) ini tidak dapat berlangsung lama pada akhir
Juli 2001 jatuh lewat Sidang Istimewa MPR akibat perseteraunnya dengan DPR dan kasus Brunaigate serta
Buloggate, kemudian melalui Sidang Istimewa MPR yang kemudian melantik Wakil Presiden Hj.Megawati
Sukamoputri menjadi Presiden RI ke-5 (2001 - 2004) dan DR. H.Hamzah Haz dari Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) menjadi Wakil Presiden RI ke-9 (2001 - 2004).
G.GERAKAN REFORMASI
Pelaksanaan GBHN 1998 pada PJP II Pelita ketujuh ini bangsa indonesia menghadapi bencana hebat,
yaitu dampak krisis ekonomi Asia terutama Asia tenggara sehinnga menyebabkan stabilitas politik menjadi
goyah. Selain itu, pancasila yang seharusnya sebagai sumber nilai dasar moral etik bagi negara dan aparat
pelaksana negara dalam kenyataannya digunakan sebagai alat legitimasi politik. Terlebih lagi merajalelanya
praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme pada hamper seluruh instansi serta lembaga pemerintahan, serta
penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang dikalangan para pejabat dan pelaksana pemerintahan. Para wakil
rakyat yang seharusnya membawa amanat rakyat dalam kenyataannya tidak dapat berfungsi secara demokratis.
Maka timbullah berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa, cendekiawan dan masyarakat
sebagai gerakan moral politik yang menuntut adanya reformasi disegala bidang diantaranya: bidang
pembangunan, politik, ekonomi, dan hukum.

20

Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila

Makna serta pengertian reformasi banyak disalah artikan sehingga gerakan masyarakat yang melakukan
perubahan mengatasnamakan gerakan reformasi,sehingga tidak sesuai dengan pengertian reformasi itu sendiri.
Secara harafiah reformasi memiliki makna yaitu suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang atau
menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan
nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Oleh karena itu suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syaratsyarat sebagai berikut :
1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan-penyimpangan.
2. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas (landasan ideologis)
tertentu,dalam hal ini pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara indonesia.
3. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka structural tertentu(dalam hal ini
UUD) sebagai kerangka acuan reformasi.
4. Reformasi dilakukan kearah suatu perubahan ke arah kondisi serta keadaan yang lebih baik.
5. Refomasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia yang Berketuhanan Yang Maha
Esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Pancasila sebagai Cita-Cita Reformasi


Reformasi dalam perspektif pancasila pada hakikatnya harus berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan baradab, persatuan indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Adapun secara rinci sebagai berikut:
1.

Reformasi yang berketuhanan Yang Maha Esa.

2.

Reformasi yang berkemanusiaan yang adil dan beradab.

3.

Semangat reformasi harus berdasarkan pada nilai persatuan.

4.

Visi dasar reformasi harus jelas

Sebagai negara hukum, sistem pemerintahan di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sistem hukum dan
politik. Oleh karena itu penulis akan membahas mengenai pancasila sebagai paradigma reformasi hukum dan
reformasi politik.
H. DAMPAK REFORMASI DI INDONESIA
Gerakan reformasi diIndonesiayang terjadi pada tahun 1998 telah membawa berbagai dampak bagi
bangsa Indonesia. Walaupun sudah terjadi dua belas tahun silam, dampak tersebut masih kita rasakan sampai saat
ini, baik dampak positif maupun dampak negatifnya. Dibawah ini akan diulas sedikit tentang dampak-dampak
tersebut.

20

Ada berbagai dampak negatif dari reformasi 1998.

1.

Iklim politik yang semrawut karena banyak yang menyalah artikan makna dari
demokrasi.
2. Kebebasan dalam menyampaikan pendapat semakin tidak beretika.
3. Banyak demonstrasi yang harusnya sebagai sarana menyampaikan aspirasi, justru
malah mengganggu kenyamanan masyarakat.
4. Meningkatnya kerusuhan di masyarakat. Itu semua karena pemerintahan pasca
reformasi masih belum mampu melaksanakan undang-undang sebagai mestinya
sehingga belum dapat mengangkat kehidupan bangsa dalam berbagai aspek.

Namun reformasi juga berdampak positif bagi bangsa Indonesia.


1. masyarakat yang sebelum era reformasi dikekang kebebasannya dalam menyampaikan aspirasi, apalagi
mengkritik pemerintahan, kini dapat menyampaikan aspirasi dan kritiknya tersebut dengan bebas.
2. derajat bangsa Indonesia di mata dunia semakin terangkat, karena berhasil melepaskan diri dari
3.

pemerintahan yang kurang demokratis dan membentuk pemerintahan yang lebih demokratis.
Indonesia menjadi lebih terbuka terhadap dunia internasional, sehingga mobilitas terhadap berbagai
bidang semakin berkembang.

Reformasi memang telah membawa perubahan bagi bangsa Indonesia. Dampak utama dari reformasi adalah
kebebasan kita dalam menyampaikan aspirasi tidak lagi dikekang seperti yang terjadi pada masa orde baru. Kita
bebas menyalurkan aspirasi kita bagi pemerintahan, baik berupa pendapat maupun kritik. Namun perlu diingat,
bahwa kebebasan dalam beraspirasi tersebut harus tetap mengikuti norma-norma yang berlaku. Aspirasi yang kita
sampaikan harus dapat berguna bagi kemajuan bangsa, jangan sampai malah memecah belah persatuan bangsa.
Intinya, reformasi harus bisa menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih demokratis, sebagaimana
cita-cita dari reformasi itu sendiri.
I.PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI DALAM PEMERINTAHAN
PENGERTIAN
Istilah paradigma sudah dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan. Menurut Thomas Kuhn, Orang
yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh
suatu paradigma. Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok
persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam
merumuskan apa yang harus dipelajari & dijawab, bagaimana seharusnya dalam menjawab dan aturan-aturan
yang harus dijalankan dalam mengetahui persoalan tersebut. Suatu paradigma mengandung sudut pandang,
kerangka acuan yang harus dijalankan oleh ilmuwan yang mengikuti paradigma tersebut. Dengan suatu
paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan tertentu, seorang ilmuwan dapat menjelaskan sekaligus
menjawab suatu masalah dalam ilmu pengetahuan. Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia

20

yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD

1945 yang diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersamaan dengan batang tubuh UUD
1945.
Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai acuan, kerangka-acuan
berpikir, pola acuan berpikir; atau jelasnya sebagai sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara,
dan sekaligus kerangka arah atau tujuan bagi yang menyandangnya. Kehidupan NKRI ini tergantung kepada
seberapa besar penghargaan warga Negara terhadap Pancasila, baik dari segi pengkajian dan pengamalan
Pancasila itu sendiri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai tertib hukum tertinggi keberadaan
Pancasila tidak dapat diganggu gugat, karena merubah dan mengamandemen Pancasila sama halnya dengan
membubarkan NKRI yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Memang fakta sejarah membuktikan
berkali-kali konstitusi Negara ini diubah-ubah, dimulai dengan keluarnya peraturan pemerintah yang mengganti
sistem presidensil dengan system parlementer, hingga ditetapkannya konstitusi RIS yang RI merupakan salah
satu Negara bagian saja dari Negara Federal tersebut, sebagai akibat ditandatanganinya perjanjian KMB. Seiring
bergulirnya waktu konstitusi RIS pun akhirnya diubah. Dengan diadakannya pemilu 1955, yang salah satu
tujuannya adalah memilih anggota konstituante. Dewan Konstituante diberi mandat untuk menyusun konstitusi
baru bagi Negara, namun rencana pembentukan dasar Negara baru itupun gagal, seiring dengan keluarnya dekrit
presiden 5 Juli 1959, yang menyatakan kembali ke UUD 1945.Suatu pembuktian bahwa rakyat Indonesia
membutuhkan Pancasila untuk merekat persatuan diantara mereka.
Sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia, pancasila mengalami berbagai macam interpretasi dan
manipulasi politik. Karena hal tersebut pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan
hidup bangsa dan negara Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik
penguasa pada saat itu. Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai acuan,
kerangka acuan berpikir, pola acuan berpikir atau lebih jelasnya sebagai sistem nilai yang dijadikan kerangka
landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah ataun tujuan bagi yang menyandangnya antara lain adalah
bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial budaya, bidang hukum, dan bidang kehidupan antar umat
beragama di Indonesia.
Di balik berbagai macam kepurukan bangsa indonesia tersebut masih tersisa satu keyakinan akan nilai
yang dimilikinya yaitu nilai-nilai yang berakar dari pandangan hidup bangsa indonesia sendiri yaitu nilai-nilai
pancasila. Reformasi adalah menata kehicupan bangsa dan negara dalam suatu sistem negara dibawah nilai-nilai
pancasila, bukan menghancurkan dan membubarkan bangsa dan negara Indonesia. Jadi, reformasi harus memiliki
tujuan, dasar, cita-cita serta platform yang jelas dan bagi bangsa indonesia nilai-nilai pancasila itulah yang
merupakan paradigma reformasi total tersebut.
Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Hukum
Dalam era refomasi akhir-akhir ini seruan dan tuntutan rakyat terhadap pembaharuan hukum suatu
keharusan karena proses reformasi yang melakukan penataan kembali tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan

20

perubahan-perubahan terhadap peraturan perundang-undangan. Namun demikian hendaklah dipahami bahwa

dalam melakukan reformasi tidak mungkin dilakukan secara spekulatif saja melainkan harus memiliki dasar,
landasan serta sumber nilai yang jelas, dan dalam masalah ini nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila yang
merupakan dasar cita-cita reformasi.
Pancasila sebagai sumber nilai perubahan hukum
Sumber hukum meliputi dua macam pengertian yaitu (1) sumber formal hukum adalah sumber hukum
ditinjau dari bentuk dan tata cara penyusunan, yang mengikat terhadap komunitasnya, misalnya undang-undang,
permen perda. (2) sumber material hukum adalah suatu sumber hukum yang menentukan materi atau isi suatu
norma hukum. Selain sumber nilai yang terkandung dalam pancasila reformasi dan pembaharuan hukum juga
harus bersumber pada kenyataan empiris yang ada dalam masyarakat terutama dalam wujud aspirasi-aspirasi
yang dikehendakinya. Dengan demikian maka upaya untuk reformasi hukum akan benar-benar mampu
mengantarkan manusia ketingkatan harkat dan martabat yang lebih tinggi sebagai makhluk yang berbudaya dan
beradab.
Pancasila sebagai paradigma reformasi pelaksanaan hukum
Dalam era reformasi pelaksaan hukum harus didasarkan pada suatu nilai sebagai landasan operasionalnya.
Pelaksanaan hukum pada masa reformasi ini harus benar-benar dapat mewujudkan negara demokratis dengan
suatu supremasi hukum. Jaminan atas terwujudnya keadilan bagi setiap warga negara dalam hidup bersama dalam
suatu negara yang meliputi seluruh unsur keadilan baik keadilan distributif, keadilan komutatif , serta keadilan
legal.
Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik
Nilai demokrasi politik sebagaimana terkandung dalam pancasila sebagai fondasi bangunan negara yang
dikehendaki oleh para pendiri negara kita dalam kenyataannya tidak dilaksanakan berdasarkan suasana
kerokhanian berdasarkan nilai-nilai tersebut. Prinsip-prinsip demokrasi tersebut bilamana kita kembalikan pada
nilai esensial yang terkandung dalam pancasila maka kedaulatan tertinggi negara ada di tangan rakyat. Oleh
karena itu paradigma ini harus merupakan dasar pijak dalam reformasi politik.
Reformasi atas sistem politik
Untuk melakukan reformasi atas sistem politik harus melalui reformasi pada undang-undang yang
mengatur sistem politik tersebut, dengan tetap mendasarkan pada paradigma nilai-nilai kerakyatan sebagaimana
terkandung dalam pancasila.

Susunan keanggotaan MPR


Susunan keanggotaan MPR sebagaimana termuat dalam undang-undang politik no.2/1985 tersebut jelas
tidak demokratis dan tidak mencerminkan nilai-nilai pancasila bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat

20

sebagai tertuang dalam semangat UUD 1945.

Susunan keanggotaan DPR


Perubahan atas isi keanggotaan DPR tertuang dalam undang-undang no.4 pasal 11 yaitu berkaitan dengan
keanggotaan ABRI di DPR.

Susunan keanggotaan DPRD tingkat I


Reformasi atas undang-undang politik yang mengatur susunan keanggotaan DPRD tingkat I, tertuang
dalam undang-undang politik no.4 tahun 1999 yaitu berkaitan dengan tatanan demokrasi pada dasar nilai
kedaulatan di tangan rakyat.

Susunan keanggotaan DPRD II


Reformasi atas susunan keanggotaan DPRD II tertuang dalam undang-undang politik no.4 tahun 1999
yaitu berkaitan tentang susunan keanggotaan MPR, DPR, dan DPRD yang benar-benar mencerminkan
nilai kerakyatan.

Reformasi Partai Politik


Demi terwujudnya supra struktur politik yang benar-benar demokratis dan spiratif, maka sangat penting
untuk dilakukan penataan kembali infrastruktur politik, terutama tentang partai politik. Untuk itu perlu dilakukan
reformasi terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang partai politik. Pada masa orde baru
ketentuan tentang partai politik diatur dalam undang-undang politik yaitu UU No.3 tahun 1975, serta UU No.3
tahun 1985 tentang partai politik dan golongan karya. Dalam undang-undang tersebut ditentukan bahwa partai
politik dan golongan karya hanya meliputi tiga macam partai yaitu: partai persatuan pembanguna(PPP),
Golongan karya (Golkar), dan partai demokrasi indonesia(PDI).
Adapun syarat pembentukan partai politik tertuang dalam undang-undang no.2 tahun 1999, pasal 2.
Berdasarkan ketentuaan UU tersebut warga negara diberi kebebasan untuk membentuk partai politik, serta diberi
kebebasan untuk menentukan asas sebagai ciri serta program masing-masing. Atas ketentuaan UU tersebut, maka
bermunculanlah partai politik di era reformasi ini mencapai 114 partai politik. Namun dalam kenyataannya yang
memenuhi syarat untuk mengikuti pemilihan umum hanya 48 partai politik. Selain itu pelaksanaan pemilu juga
dilakukan perubahan untuk mewujudkan pemilihan umum yang benar-benar demokratis, maka penyelenggara
pemilu tersebut berdasarkan ketentuan UU no.3 tahun 1999, bab III pasal 8.
Reformasi atas kehidupan politik
Pancasila sebagai dasar negara, asas kerohaniaan negara, sebagai sumber nilai dan norma negara, suasana
kerohanian dari UUD negara dalam implementasinya diperalat sebagai sarana legitimilasi politik penguasa, untuk
mempertahankan kekuasaannya. Oleh karen itu, reformasi kehidupan politik harus benar-benar demokratis
dilakukan dengan jalan revitalisasi ideoligi pancasila, yaitu dengan mengembalikan pancasila pada kedudukan
serta fungsi yang sebenarnya, sebagaimana dikehendaki oleh para pendiri negara yang tertuang dalam UUD

20

1945. Reformasi kehidupan politik juga dilakukan dengan meletakkan cita-cita kehidupan kenegaraan dan

kebangsaan dalam satu kesatuaan waktu yaitu nilai masa lalu, masa kini, dan kehidupan masa yang akan datang.
Jadi, dengan sendirinya kesemuanya ini harus diletakkan dalam kerangka nilai-nilai yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri sebagai filsafat hidupnya yaitu nilai-nilai pancasila.
Awal keberhaasilan gerakan reformasi tersebut ditandai dengan ditandi dengan mundurnya Presiden Soeharto
pada tanggal 21 Mei 1998, yang disusul dengan dilantiknya Wakil Presiden B.J. Habibie menggantkan
kedudukan presiden. Kemudian diikuti dengan pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan. Pemerintahn
Habibie inilah yng merupakan pemerintah transisi yang akan mengantarkan rakyat Indonesia untuk melakukan
reformasi secara menyeluruh, terutama pengubahan 5 paket UU. Politik tahun 1985, kemudian diikuti dengan
reformasi ekonomi yang menyngkut perlindungan hukumsehingga perlu diwujudkan UU Anti Monopoli, UU
Persaingan Sehat, UU Kepailitan, UU Usaha Kecil, UU Bank Sentral, UU Perlindungan Konsumen, UU
Perlipndungan Buruh. Dengan demikian reformasi harus dikuti juga dengan reformasi hukum bersama aparat

20

penegaknya serta reformasi berbagai instansi pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA
Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Jogyakarta: Paradigma, Edisi Reformasi.
Komalasari, Kokom.2007. Pendidikan Pancasila. Jakarta: Lentera Cendekia.
Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi http://exalute.wordpress.com/2008/07/24/pancasilasebagai-paradigma-pembangunan/.
Syarbani, Syahrial. 2004. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jakarta: Ghalia Indonesia

http://sosiologi2015.blogspot.co.id/2015/09/reformasi-dan-pancasila.html

20

http://quintanurannisa.blogspot.co.id/2015/04/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan.html

You might also like