Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional. Dalam undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dinyatakan bahwa
pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud kesehatan yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional
(Anonim, 1992). Untuk mencapai tujuan tersebut, diselenggarakan upaya-upaya
yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut yaitu
membentuk Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS). Puskesmas merupakan
unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat
pengembangan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk
masyarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja tertentu. Puskesmas sebagai salah
satu organisasi fungsional pusat pengembangan masyarakat yang memberikan
pelayanan promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan),
rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Salah satu upaya pemulihan kesehatan yang
dilakukan melalui kegiatan pokok Puskesmas adalah pengobatan. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan terutama pengobatan di Puskesmas maka obatobatan merupakan unsur yang sangat penting. Untuk itu pembangunan di bidang
perobatan sangat penting pula. Berdasarkan analisis pembiayaan kesehatan
1
Obat
Nasional
(KONAS)
bertujuan
untuk
menjamin
ketersediaan obat baik dari segi jumlah dan jenis yang mencukupi, juga
pemeratan,
didalamnya antara lain perencanaan obat harus berdasarkan data pengelolaan obat
yang akurat.
Manajemen obat di Puskesmas merupakan salah satu aspek penting dari
Puskesmas karena ketidakefisienan akan memberikan dampak negatif terhadap
biaya operasional Puskesmas, karena bahan logistik obat merupakan salah satu
tempat kebocoran anggaran, sedangkan ketersediaan obat setiap saat menjadi
tuntutan pelayanan kesehatan maka pengelolaan yang efesien sangat menentukan
keberhasilan manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan. Tujuan manajemen
obat adalah tersedianya obat setiap saat dibutuhkan baik mengenai jenis,jumlah
maupun kualitas secara efesien, dengan demikian manajemen obat dapat dipakai
sebagai sebagai proses penggerakan dan pemberdayaan semua sumber daya yang
dimiliki/potensial yang untuk dimanfaatkan dalam rangka mewujudkan
ketersediaan obat setiap saat dibutuhkan untuk operasional efektif dan efesien
(Anonim, 2005).
Ketidakcukupan obat-obatan disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu
faktor yang sangat menentukan yaitu faktor perencanaan/perhitungan perkiraan
kebutuhan obat yang belum tepat, belum efektif dan kurang efisien (Anonim,
2000).
Permintaan/pengadaan obat juga merupakan suatu aspek dimana
permintaan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan obat yang ada agar tidak
terjadi suatu kelebihan atau kekurangan obat. Kelebihan obat atau kekosongan
obat tertentu ini dapat terjadi karena perhitungan kebutuhan obat yang tidak
akurat dan tidak rasional, agar hal-hal tersebut tidak terjadi maka pengelolaan
obat puskesmas perlu dilakukan sesuai yang ditetapkan dan diharapkan dimana
dalam pengelolaan harus memperhatikan penerimaan, penyimpanan serta
pencatatan dan pelaporan yang baik.
Terjaminnya ketersediaan obat di pelayanan kesehatan akan menjaga citra
pelayanan kesehatan itu sendiri, sehingga sangatlah penting menjamin
ketersediaan dana yang cukup untuk pengadaan obat esensial, namun lebih
penting lagi dalam mengelola dana penyediaan obat secara efektif dan efisien
(Anonim, 2005).
Puskesmas Ahuhu merupakan salah satu puskesmas yang berada di
kabupaten konawe, tepatnya berada di Desa Ahuhu Kecamatan Meluhu dimana
terdiri dari tujuh desa dan satu kelurahan yaitu: Desa Ahuhu, Larowiu,
Tudameaso, Woerahi, Lamelay, Ahuloa, Sambasule dan Kelurahan Meluhu.
Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Ahuhu pada
tahun 2008 khususnya pada Triwulan ke empat pada Bulan Desember terjadi
kekurangan persediaan obat untuk beberapa item obat seperti CTM, Tetracycline
500 mg, Amoxicillin 500 mg, Cotrimokxazole syrup dan permintaan obat yang
tidak terealisasi sesuai yang diminta oleh puskesmas. Dalam mengatasi masalah
kekurangan persediaan obat maka Puskesmas Ahuhu menggunakan sistem Bon
yang diajukan kepala puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Bagaimanakah Tentang Manajemen Pengelolaan Obat di Puskesmas
Ahuhu Kabupaten Konawe Tahun 2008
C. Tujuan Penelitan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimanakah Manajemen Pengelolaan Obat di
Puskesmas Ahuhu Kabupaten Konawe Tahun 2008.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk megetahui bagaimanakah perencanaan obat di Puskesmas Ahuhu
Kabupaten Konawe Tahun 2008.
b. Untuk mengetahui bagaimanakah pengadaan obat di Puskesmas Ahuhu
Kabupaten Konawe Tahun 2008.
c. Untuk mengetahui bagaimanakah distribusi obat di Puskesmas Ahuhu
Kabupaten Konawe Tahun 2008.
d. Untuk mengetahui bagaimanakah penggunaan obat di Puskesmas Ahuhu
Kabupaten Konawe Tahun 2008.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teori
Pada penelitian ini aspek-aspek yang diteliti adalah proses
perencanaan, pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan penghapusan obat
di Puskesmas Ahuhu tahun 2008.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pemerintah Kabupaten Konawe
dalam rangka penentuan arah kebijakan, perbaikan dalam hal pengelolaan
obat di Puskesmas Ahuhu.
b. Bahan masukan bagi puskesmas di Kabupaten Konawe dalam pengelolaan
obat dalam rangka peningkatan efisiensi.
c. Sebagai aplikasi ilmu dan pengalaman berharga dalam memperluas
wawasan dan pengetahuan penelitian tentang pengelolaan obat di
Puskesmas Ahuhu.
A. Landasan Teori
1.
pada hewan. Obat merupakan faktor penunjang dalam komponen yang sangat
strategis dalam pelayanan kesehatan (Widhayani, 2002).
Upaya pengobatan di puskesmas merupakan segala bentuk kegiatan
pelayanan pengobatan yang diberikan kepada seseorang dengan tujuan untuk
menghilangkan penyakit dan gejalanya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
dengan cara yang khusus untuk keperluan tersebut (Anonim, 1992).
Menurut Anief (2003), obat dibedakan atas 7 golongan yaitu:
a. Obat tradisional yaitu obat yang berasal dari bahan-bahan tumbuhtumbuhan, mineral dan sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan
tersebut yang usaha pengobatannya berdasarkan pengalaman.
b. Obat jadi yaitu obat dalam kemasan murni atau campuran dalam bentuk
serbuk, cairan, salep, tablet, pil, supositoria atau bentuk lain yang
mempunyai nama teknis sesuai dengan F.I (Farmakope Indonesia) atau
buku lain.
c. Obat paten yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama
si pembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari
pabrik yang memproduksinya.
d. Obat baru yaitu obat yang terdiri dari zat yang berkhasiat maupun tidak
berkhasiat misalnya lapisan, pengisi, pelarut serta pembantu atau
komponen lain yang belum dikenal sehingga khasiat dan keamanannya.
dan
kemajuam
industri
farmasi
telah
banyak
10
(perencanaan),
Organizing
(pengorganisasian),
Actuating
11
12
4.
kesehatan masyarakat
yang
dilakukan
melalui
13
obat
bertujuan
memelihara
dan
meningkatkan
14
15
pemakaian
obat
berfungsi
untuk
mengetahui
16
3.
Pemakaian
rata-rata
untuk
setiap
jenis
obat
untuk
tingkat
kabupaten/kota.
c. Tahap perhitungan kebutuhan obat menentukkan kebutuhan obat
merupakan tantangan yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi
yang bekerja di UPOPPK kabupaten/kota maupun
Unit Pelayanan
17
b. Metode epidemiologi
Metode ini dilakukan dengan menganalisis kebutuhan obat
berdasarkan pola penyakit, perkiraan kunjungan dan waktu tunggu (lead
time).
Langkah-langkah dalam metode ini antara lain:
1. Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani
2. Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit
3. Menyediakan standar/pedoman pengobatan yang digunakan
4. Menghitung perkiraan kebutuhan obat
5. Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.
6. Tinjauan Tentang Pengadaan Obat
Permintaan/pengadaan obat adalah suatu proses pengusulan dalam
rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
pelayan di puskesmas (Anonim, 2000).
Permintaan/pengadaan dimaksudkan agar obat tersedia dengan jenis
dan jumlah yang tepat. Pegadaan meliputi kegiatan pengusulan kepada
kota/kabupaten melalui mekanisme Lembar Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO). Permintaan/pengadaan obat di puskesmas
merupakan bagian dari tugas distribusi obat oleh Gudang Farmasi
Kabupaten/Kota (GFK), sehingga ketersediaan obat di puskesmas sangat
tergantung dari kemampuan GFK dalam melakukan distribusi berdasarkan
laporan pemakaian dan permintaan obat di semua puskesmas (Anonim, 1995).
18
disepakati
apabila
terjadi
peningkatan
yang
menyebabkan
kekosongan obat dan penanganan kejadian luar bias (KLB) serta obat
rusak.
Sumber penyediaan obat di Puskesmas berasal dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Obat yang diadakan di Puskesmas adalah obat esensial yang
19
jenis dan itemnya merujuk pada DOEN. Selain itu sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan No.085/1989 tentang kewajiban menuliskan resep generik
dan atau menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah, maka hanya obat generik yang diperkenankan
tersedia di
20
d.
logistik yaitu:
a.
b.
Produksi sendiri. Beberapa jenis bahan farmasi dan obat sederhana dapat
dibuat oleh unit produksi dari Instalasi Farmasi
c.
d.
e.
kurang baik, kualitas obat rendah dan jadwal penerimaan barang yang tidak
sesuai.
21
22
23
Sie
Puskesmas
Gudang Obat
UPO
Kamar Obat
UPO
Kamar Suntik
UPO
Puskesmas
Pembantu
UPO
Puskesmas
Keliling
=
=
=
=
=
UPO
Posyandu
dll
24
obat
obat dikatakan
rasional
jika memenuhi
beberapa
25
26
dengan
keputusan
Menteri
Kesehatan
No.
yang
menunjang
pelaksanaan
upaya
kesehatan
yang
27
3). Mengamati mutu dan khasiat obat secara umum baik yang ada dalam
persediaan maupun yang akan didistribusikan.
b. Pengelola Obat di Puskesmas
Pengelola obat dalam manajemen persedian obat di Puskesmas
adalah Kepala Puskesmas, Petugas Gudang Obat dan Petugas Obat di sub
unit pelayanan adalah:
1). Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas bertanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan
obat dan pencatatan pelaporan, mengajukan obat untuk pengadaan
persediaan kepada Kepala Dinas/Kepala GFK, menyampaikan laporan
bulanan pemakaian obat, melaporkan semua obat yang hilang, rusak
maupun kadaluarsa kepada Kepala Dinas Kesehatan/Kepala GFK.
2). Petugas Gudang Obat
Petugas gudang obat bertanggung jawab dalam menerima obat dari
GFK,
menyimpan
dan
mengatur
ruang
gudang
obat
serta
28
B. Kerangka Konseptual
Kebijakan Obat Nasinal (KONAS) sebagai penjabaran aspek obat
dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) pembangunan di bidang obat antara
lain bertujuan tepat sesuai dengan kebutuhan dan mutu yang terjamin dan
tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada waktu
yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut ditetapkan berbagai kebijakan bagi
semua upaya dan kegiatan dibidang obat antara lain penerapan konsep daftar
obat esensial (DOEN) dan obat generik. Konsep DOEN dan obat generik
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan ketepatanan serta kerasionalan
pengguna obat sehingga mutu pelayanan kepada masyarakat dapat diperluas
dan ditingkatkan.
Pengadaan obat disektor kesehatan dibiayai dari beberapa sumber dan
biaya untuk obat tersebut sekitar 40-50% dari seluruh biaya operasional
29
pendistribusian
dan
penggunaan
obat.
Proses
pengelolaan akan berjalan efektif dan efisien bila ditunjang dengan sistem
informasi manajemen obat
30
Perencanaan Obat
Pengadaan Obat
Pendistribusian Obat
Penggunaan Obat
Penghapusan Obat
:
: Variabel yang diteliti
31
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini
mementingkan penguraian fenomena yang teramati dan konteks makna yang
melingkupi suatu realitas. Pendekatan kualitatif berlangsung dalam latar alami,
peneliti merupakan instrumen utama,data-data yang dikumpulkan berupa data
deskriptif. Oleh karena pendekatan yang digunakan adalah kualitatif (Sugiyono,
2007).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Ahuhu Kabupaten Konawe
yang terdiri dari 1 (satu) puskesmas pembantu, 1 (satu) polindes dengan wilayah
kerja 8 (delapan) desa berlangsung selama 1 (satu) bulan yaitu pada bulan April
Mei 2009.
C. Sumber Data dan Sasaran
Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan tehnik Purposive
Sampling. Informan yang dipilih adalah yang mengetahui permasalahan dengan
jelas, dapat dipercaya untuk dapat menjadi sumber data yang baik serta mampu
mengemukakan pendapat secara baik dan benar ( Notoatmodjo, 2005).
Informan kunci dalam penelitian ini adalah kepala puskesmas,
penanggung jawab gudang obat, petugas apotik. Informan biasa petugas
pukesmas pembantu dan petugas polindes.
31
32
D. Triangulasi Sumber
Penggunaan triangulasi adalah untuk menjamin validitas dan reliabilitas
informasi yang diperoleh. Alasan menggunakan metode triangulasi adalah untuk
mendapatkan informasi yang tepat, lengkap dan dapat dipercaya. Triangulasi
sumber yaitu:
1. Wawancara mendalam (indepth interview) adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara melakukan dialog langsung dengan informan.
2.
2. Definisi Operasional
33
34
mengenai
perencanaan,
pengadaan,
pendistribusian
dan
35
36
penduduk
dalam
wilayah
kerja
Puskesmas
Ahuhu
berdasarkan data yang dikumpulkan dari tiap-tiap desa adalah 4923 jiwa.
36
37
: 1 buah
: 1 buah
3). Posyandu
: 8 buah
: 1 buah
38
Petugas
Apotik
Puskesmas
39
40
pengadaan/
permintaan
obat
harus
memperhatikan
dan
41
Petugas
Apotik
Puskesmas
42
43
44
Obat
45
tidak ada atau habis tetapi jika stoknya ada kami diperbolehkan
untuk mengambilnya Informan RM
Hasil wawancara dengan Petugas Apotik Puskesmas Ahuhu, 8
Mei 2009 mengatakan sebagai berikut ini,
bahwa pendistribusian obat dilakukan dengan sistem ampra.
Kami menyetor kepada penanggungjawab gudang obat Puskesmas
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan (LPLPO) unit dan
Sub-sub unit pelayanan setiap bulannya Informan YY
Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan
Petugas Pustu Puskesmas Ahuhu, 13 Mei 2009 pula mengatakan bahwa,
saya mengampra obat kegudang obat Puskesmas sesuai catatan
harian pemakaian setiap bulannya Informan IN
Hasil wawancara dengan Petugas Polindes Puskesmas Ahuhu, 18
Mei 2009 mengatakan sebagai berikut ini,
saya mengampra obat kegudang obat Puskesmas setiap bulan
sesuai pemakaian Informan NN
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara bagaimana pencatatan
obat yang didistribusikan ke unit pelayanan lain, Hasil wawancara dengan
Kepala Puskesmas Ahuhu, 29 April 2009 mengatakan bahwa,
Puskesmas induk mendistribusikan obat untuk Pustu, Polindes
dan unit-unit pelayanan kesehatan harus dicatat dalam kartu stok
obat untuk mengetahui berapa jumlah obat yang masuk, obat yang
keluar dan sisa stok obat yang ada Informan SY
Hasil wawancara dengan penanggungjawab gudang obat,4 Mei
2009 mengatakan bahwa,
biasanya kita catat dengan mengisi buku register permintaan
maupun pengeluaran obat untuk mengetahui berapa jumlah obat
46
yang masuk, obat yang keluar dan sisa stok obat yang ada
Informan RM
Hasil wawancara dengan Petugas Apotik Puskesmas Ahuhu, 8 Mei
2009 mengatakan bahwa,
kita catat berapa permintaan maupun pengeluaran obat setiap
bulannya untuk memperkirakan seberapa besar yang dibutuhkan
Informan YY
Hasil wawancara dengan Petugas Pustu Puskesmas Ahuhu, 13 Mei
2009 mengatakan bahwa,
dicatat dalam buku register untuk setiap permintaan maupun
pengeluaran obat Informan IN
Hasil wawancara dengan Petugas Polindes Puskesmas Ahuhu, 18
Mei 2009 mengatakan sebagai berikut,
biasanya dengan mengisi buku register permintaan maupun
pengeluaran obat Informan NN
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara pembagian obat untuk
kegiatan unut-unit di puskesmas perlu diketahui oleh pimpinan
Puskesmas, Hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Ahuhu, 29 April
2009 mengatakan bahwa,
jelas saya sebagai kepala puskesmas harus mengetahui kegiatan
apa saja yang berada dilingkup puskesmas termasuk dalam hal
pengelolaan obat Informan SY
Hasil
wawancara
dengan
Penanggungjawab Gudang
Obat
47
wawancara
dengan
Penanggungjawab Gudang
Obat
48
49
wawancara
dengan
penanggungjawab
Gudang
Obat
50
e). Penghapusan
Penghapusan obat-obatan yang rusak atau kadaluarsa dilakukan
oleh pihak Puskesmas dengan cara membuat berita acara Penghapusan
yang tembusannya dikirim ke Instansi terkait. Hal ini didukung oleh hasil
wawancara dengan Kepala Puskesmas Ahuhu, 30 April 2009 seperti yang
diungkapkan berikut ini,
bahwa Penghapusan obat yang rusak atau kadaluarsa itu kami
melaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten dengan mengirim
berita acara obat rusak/kadalursa Informan SY
Hasil
wawancara
dengan
Penanggungjawab Gudang
Obat
51
obat
rusak/kadaluarsa
segera
kami
laporkan
kepenanggungjawab gudang obat untuk ditindak lanjuti agar obat
tersebut tidak digunakan Informan NN
Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Ahuhu
tidak ditemukan kekurangan/kekosongan persediaan obat tetapi ada
beberapa jenis item obat yang berlebih karena jarang digunakan seperti
Gliben Klamida, Diazepam, Cairan Infus, Abbocath, Gameksan,
Antihemoroid serta ditemukan beberapa item obat yang mengalami
kerusakan/kadaluarsa (expire).
B. Pembahasan
1. Perencanaan
Perencanaan obat adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan
menetukan jumlah obat dan menetukan jumlah obat dalam rangka pengadaan
obat untuk puskesmas dan sub unit pelayanan puskesmas (Anonim,1995).
Proses
perencanaan
kebutuhan
obat
sangat
mempengaruhi
52
53
pengelolaan
persediaan
obat
melalui
prosedur
54
55
tersebut diatas dilakukan agar pendistribusian obat berjalan lancar dan setiap
unit dan sub unit memperoleh obat sesuai jenis dan jumlah kebutuhannya
setiap saat.
4. Penggunaan
Penggunaan obat adalah pemanfaatan obat dimulai dari pelayanan
yang baik, kemasan dan etiket yang baik serta informasi yang jelas tentang
penggunaanya.
Penggunaan obat berkaitan dengan peresepan yang rasional dan
pelayanan obat, peresepan yang rasional apabila diagnosis yang ditegakkan
sesuai dengan kondisi pasien memilih obat yang paling tepat dari berbagai
alternatif obat yang ada dan merespon obat dengan dosis yang cukup dan
berpedoman pada standar yang berlaku atau ditetapkan.
Hasil
penelitian
yang
dilakukan
menunjukkan
bahwa
telah
56
5. Penghapusan
Penghapusan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan pihak
Puskesmas dalam menindak lanjuti kerusakan obat dengan cara mengirim
berita acara obat yang rusak/kadaluarsa ke Dinas Kesehatan dan Gudang
Farmasi Kota (GFK) untuk ditangani selanjutnya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penghapusan
obat di Puskesmas Ahuhu sudah sesuai dengan prosedur yang ada yaitu
penghapusan obat rusak/kadaluarsa dilakukan dengan mengirim berita acara
obat rusak/kadaluarsa ke Dinas Kesehatan melalui Gudang Farmasi
Kabupaten (GFK) untuk ditindaklanjuti tetapi terkadang pula pihak
Puskesmas yang melakukan pemusnahan obat dengan cara dibakar/ditanam
sesuai dari kebijakan GFK dengan
57
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara umum
manajemen pengelolaan obat di Puskesmas Ahuhu sudah sesuai prosedur, dengan
rincian sebagai berikut :
1. Perencanaan obat di Puskesmas Ahuhu sudah dilaksanakan sesuai prosedur.
Hal ini dapat dilihat dengan dilaksanakannya perencanaan kebutuhan setiap
tahunnya berdasarkan metode-metode yang ada dalam Pedoman Pengelolaan
Obat di Puskesmas.
2.
Hal
ini
dapat
dilihat
dengan
dilaksanakannya
57
58
5. Penghapusan obat di Puskesmas Ahuhu sudah sesuai prosedur. Hal ini dapat
dilihat dengan dilakukannya penghapusan obat rusak/kadaluarsa oleh
Puskesmas dengan mengirim berita acara obat rusak/kadaluarsa ke Dinas
Kesehatan melalui Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) sesuai dengan
Pedoman Pengelolaan Obat di Puskesmas.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Diharapkan
59