Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau
mikroorganisme. Lambatnya
pertumbuhan mikroba pada suhu yang lebih rendah ini menjadi dasar dari proses
pendinginan dan pembekuan dalam pengawetan pangan. Proses pendinginan dan
pembekuan tidak mampu membunuh semua mikroba, sehingga pada saat
dicairkan kembali (thawing), sel mikroba yang tahan terhadap suhu rendah akan
mulai aktif kembali dan dapat menimbulkan masalah kebusukan pada bahan
pangan yang bersangkutan.
Metode ini sering digunakan sebagai alternatif pengawetan karena bahan
pangan tidak akan kehilangan nutrisi yang terkandung di dalamnya, selain itu rasa
dan tekstur dari bahan pangan yang diawetkan dengan cara ini. Selain itu sifat
fisik dan sifat kimia dari bahan pangan tidak akan berubah seperti pengawetan
yang dilakukan melalui proses kimia atau fermentasi.
Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan makanan tidak dapat
menyebabkan kematian mikroba sehingga bila bahan pangan dikeluarkan dari
tempat penyimpanan dan dibiarkan mencair kembali (thawing) pertumbuhan
mikroba pembusuk dapat berjalan dengan cepat.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
C.
TUJUAN PENULISAN
1.
2.
3.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia
makanan. Dalam pengawetan bahan pangan harus diperhatikan jenis bahan
pangan yang diawetkan,keadaan bahan pangan,cara pengawetan.
Prinsip dasar pengawetan dengan menggunakan suhu rendah adalah
(1) Memperlambat kecepatan reaksi metabolisme dan
(2) Menghambat pertumbuhan mikroorganisme penyebab kebusukan dan
kerusakan. Prinsip yang pertama dapat kita pahami karena setiap
penurunan suhu sebesar 80C maka kecepatan reaksi metabolisme
berkurang setengahnya. Jadi, semakin rendah suhu penyimpanan maka
bahan pangan akan semakin lama rusaknya, atau dengan kata lain bahan
pangan akan semakin awet. Prinsip yang kedua akan efektif jika bahan
pangan dibersihkan dulu sebelum didinginkan. Hal ini dimaksudkan bahan
pangan yang akan disimpan sedapat mungkin terbebas dari kontaminan
awal, terutama mikroorganisme dari golongan psikroflik yang tahan suhu
dingin.
Dapat disimpulkan bahwa menyimpan makanan pada suhu rendah (pada
lemari es atau lemari beku) dapat mengurangi kerusakan makanan dan
memperlambat proses pelayuan. Suhu dingin juga membatasi tumbuhnya
bakteri yang merugikan.
B.
berlangsung terus setelah bahan hasil pertanian dipanen, sampai bahan menjadi
mati dan akhirnya membusuk.
Pengaturan suhu memiliki peran yang sangat penting dalam pengawetan
bahan pangan. Baik suhu rendah maupun suhu tinggi sangat berperan dalam
mempertahankan mutu bahan. Pada suhu yang lebih rendah kerusakan bahan
pangan dapat ditekan kenilai yang minimum. Secara umum dapat disebutkan
bahwa setiap penurunan suhu 10oC (18oF) akan mengurangi laju reaksi kerusakan
bahan pangan setengah kalinya atau laju metabolisme akan berkurang
setengahnya. Sebaliknya, laju reaksi ini dalam batasan kisaran suhu fisiologis
meningkat meningkat secara eksponensial dengan peningkatan suhu. Vant Hoff
seorang ahli kimia Belanda menjelaskan bahwa, laju reaksi kimia kurang lebih
dua kali untuk setiap kenakan suhu 10oC (18oF).
Fenomena hubungan antara laju proses metabolisme dengan suhu inilah
yang menjadi dasar pengawetan bahan pangan dengan penggunaan suhu rendah.
Penyimpanan bahan pangan pada suhu rendah dapat memperpanjang masa hidup
jaringan-jaringan di dalam bahan pangan tersebut. Hal ini bukan hanya keaktifan
proses metabolisme menurun, tetapi juga karena pertumbuhan mikroba penyebab
kerusakan dapat diperlambat. Selain itu laju reaksi-reaksi kimia dan enzimatis
juga diperlambat pada suhu rendah. Semakin rendah suhu semakin lambat proses
tersebut.
C.
Pendinginan
-2 10oC
Beberapa hari - minggu
Pembekuan
-12 (-24)oC
Beberapa bulan - tahun
mikroorganisme
dapat
memperpanjang
waktu
generasi
-18 dan di bawahnya akan mencegah kerusakan mikrobiologis dengan syarat tidak
terjadi perubahan suhu yang besar.
Walaupun jumlah mikroorganisme biasanya menurun selama pembekuan
dan penyimpanan beku (kecuali spora), makanan beku tidak steril dan sering cepat
membusuk seperti produk yang tidak dibekukan. Pembekuan dan penyimpanan
makanan beku mempunyai pengaruh yang nyata terhadap kerusakan sel
mikroorganisme. Jika sel yang rusak tersebut mendapat kesempatan untuk
menyembuhkan dirinya, maka pertumbuhan yang cepat akan terjadi jika
lingkungan sekitarnya memungkinkan.
Adapun alat yang dapat membekukan bahan pangan biasa disebut freezer.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pembekuan adalah cara pembekuan (cepat
atau lambat), suhu yang digunakan, sirkulasi udara (refrigerant), ukuran dan
bentuk pembungkus, serta jenis komoditi. Ada 3 cara pembekuan cepat, yaitu :
1. Pencelupan bahan ke dalam refrigerant, contoh pembekuan ikan dalam
larutan garam dan buah beri dalam sirup;
2. Kontak tidak langsung dengan refrigerant; serta
3. Air-blast freezing dengan udara dingin: -17,8-(-34,4) oC.
Metode pembekuan yang dipilih untuk setiap produk tergantung pada:
1.
2.
3.
4.
Kondisi Penyimpanan
Jika disimpan pada 40C dapat awet beberapa hari, tetapi jika
Susu segar
Telur
tidak dikemas.
7. Sifat-sifat dari setiap bahan pengemas.
Pembekuan Buah-buahan dan Sayuran
Apabila suhu penyimpanan dipertahankan tidak melebihi batas minimum dari
pertumbuhan mikroorganisme untuk waktu penyimpanan lebih lama, mutu
makanan beku akan rusak terutama sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik,
8
asam
sirup
untuk
untuk
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pengawetan dengan menggunakan suhu rendah dapat dilakukan dengan
cara pendinginan dan pembekuan, yaitu dengan system refrigerasi dengan cara
membuang atau mengeluarkan panas dari dalam produk ke lingkungan luar
refrigerator. Panas tersebut dibawa oleh refrigerant, contohnya seperti CFC dan
HFC. Suhu rendah dapat menurunkan laju perubahan karena aktivitas enzim dan
mikroba. Dan dapat memperpanjang umur simpan, namun efek pengawetan
kurang efektif karena hanya bias mengawetkan selama 2-3 hari saja, contohnya
pada ikan dan unggas. Tapi setidaknya cara ini merupakan cara minimal untuk
mendapatkan produk pangan yang sehat dan segar.
B.
SARAN
Dalam pengawetan dengan suhu rendah sebaiknya dipilih bahan pangan
yang memang harus diawetkan dengan suhu yang rendah agar tidak merusak
kandungan fisik serta kimia dari bahan pangan.
DAFTAR PUSTAKA
Sri Rini Dwiari, dkk. 2008. Jilid 1. Teknologi Pangan. Pusat Perbukuan
Dapertemen Pendidikan Nasional. Didownload tanggal 9 September 2015, dari
http://bse.annibuku.com/buku/280/teknologi-pangan-jilid-1#
Koswara, Sutrisno, 2009. Pengelolahan Pangan Dengan Suhu Rendah.
Didownload tanggal 9 September 2015, dari http://tekpan.unimus.ac.id/wpcontent/uploads/2013/07/PENGOLAHAN-PANGAN-DENGAN-SUHURENDAH.pdf
Lubis, Nenni. 2009. Pengawetan Makanan Yang Aman. Makalah. Medan:
Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
10
11