You are on page 1of 40

PNEUMONIA

Nama : Winda Desy Herliyana

Pembimbing : dr.Aisyah, Sp. A

LATAR BELAKANG

Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan


dan penyumbang terbesar penyebab kematian anak
usia di bawah lima tahun (anak-balita). Pneumonia
membunuh anak lebih banyak daripada penyakit lain,
hampir 1 dari 5 kematian anak-balita, membunuh
lebih dari 2 juta anak-balita setiap tahun yang
sebagian besar terjadi di negara berkembang. Oleh
karena itu pneumonia disebut sebagai pembunuh
anak no 1 (the number one killer of children).

Insidens
pneumonia
anak-balita
di
negara
berkembang adalah 151,8 juta kasus pneumonia/
tahun, 10% diantaranya merupakan pneumonia berat
dan perlu perawatan di rumah sakit. Sebagian besar
kematian terjadi di negara miskin, dimana
pengobatan tidak selalu tersedia dan vaksin sulit
didapat.

DEFINISI PNEUMONIA

Pneumonia adalah penyakit peradangan parenkim


paru yang disebabkan oleh bermacam etiologi seperti
virus, bakteri, mikoplasma, jamur atau bahan kimia/
benda asing yang teraspirasi dengan akibat timbulnya
ketidakseimbangan
ventilasi
dengan
perfusi
(ventilation perfusion mismatch).

KLASIFIKASI

1.
2.
3.

Menurut anatomis pneumonia dibedakan


menjadi :
Pneumonia lobaris
Bronkopneumonia
Pneumonia intertitialis

.Menurut
1.
2.

WHO, dibagi menjadi


Pneumonia ringan
Pneumonia berat


1.
2.
3.
4.

Berdasar bakteri penyebab :


Pneumonia bakterial / tipikal.
Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma,
Legionella dan Chlamydia.
Pneumonia virus
Pneumonia jamur. Pada penderita dengan daya
tahan lemah (immunocompromised).

EPIDEMIOLOGI

Menurut WHO pneumonia merupakan penyebab


utama kematian pada anak usia di bawah 5
tahun (balita), yaitu sekitar 19% atau sekitar 1,8
juta balita tiap tahunnya meninggal karena
pneumonia. Diperkirakan lebih dari 150 juta
kasus pneumonia terjadi setiap tahunnya pada
balita di negara berkembang.

ETIOLOGI
Usia

Etiologi tersering

Etiologi terjarang

Lahir- 20 hari

Bakteri : E.Coli, streptococcus grup B,

Bakteri : bakteri anaerob, streptococcus

Listeria monocytogenes

grup D, haemophillus
influenza,streptococcus pneumonia
Virus : CMV, HMV

3 minggu 3 bulan

4 bulan 5 tahun

Bakteri : Clamydia Trachomatis,

Bakteri : haemophilus influenza tipe b,

streptococcus pneumoniae

Bordetella Pertusis, Staphylococcus

Virus : adenovirus, influenza,

aureus

parainfluenza 1,2,3

Virus : CMV

Bakteri : Clamydia pneumoniae,

Bakteri : haemophillus influenza tipe b,

Mycoplasma pneumoniae,

Staphylococcus aureus

Streptococcus pneumoniae

Virus : varicella zoster

Virus : adenovirus, rinovirus, influenza,


parainfluenza
5 tahun- remaja

Bakteri :

Bakteri : haemophillus influenza,

Clamydia pneumoniae, Mycoplasma

legionella sp

pneumoniae

FAKTOR RESIKO

umur dibawah 2 bulan, BBLR, tidak mendapat


imunisasi, tidak mendapat ASI yang adekuat
atau tidak mendapat ASI eksklusif, malnutrisi,
defisiensi vitamin A, asupan zink yang tidak
adekuat, tingginya prevalensi kolonisasi bakteri
patogen di nasofaring, dan koinsidensi dengan
penyakit lain seperti AIDS dan campak

PATOFISIOLOGI
Terdapat 4 stadium pneumonia :
1. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium
kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon
peradangan.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu
alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan
fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host )
sebagai bagian dari reaksi peradangan.

3.Stadium III (3-8 hari berikutnya)


Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi
sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi.
4.Stadium IV (7-11 hari berikutnya)
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi
sewaktu
respon
imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis
dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali ke strukturnya semula.

MANIFESTASI KLINIK
Didahului infeksi saluran napas
Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39400C
Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat
dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung
dan sianosis di sekitar mulut.

PEMERIKSAAN FISIK
Pada inspeksi terlihat setiap nafas terdapat
retraksi otot epigastrik (subcostal), interkostal,
dan pernapasan cuping hidung
Pada infant, head bobbing
Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang
simetris.
Pada perkusi tidak terdapat kelainan
Pada auskultasi ditemukan crackles (ronkhi)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.

2.

3.

Laboratorium
Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi
leukositosis dengan hitung jenis bergeser ke
kiri
Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan
analisis gas darah menunjukkan keadaan
hipoksemia.
Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan
hasil positif tetapi dapat membantu pada kasus
yang tidak menunjukkan respon terhadap
penanganan awal.

Hitung

leukosit dapat membantu membedakan


pneumonia viral dan bakterial. Infeksi virus
leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
20.000/mm3 dengan limfosit predominan) dan
bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm3
dengan neutrofil yang predominan. Pada hitung
jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta
peningkatan LED.

1.
2.
3.

Pemeriksaan Radiologi
Pada foto dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat
ditemukan diseluruh lapangan paru. Luas kelainan
pada gambaran radiologis biasa sebanding derajat
klinis penyakit, gambaran lain yang dapat dijumpai :
Konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada
pneumonia lobaris
Penebalan pleura pada pleuritis
Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, efusi
pleura, pneumothoraks, dan abses.

PNEUMONIA LOBARIS DAN


BRONKOPNEUMONIA

-Corak bronkovaskuler normal


-Tampak perselubungan opak inhomogen
berbatas tegas di lapang atas paru
kanan dengan air bronchogram

Hilus kanan kabur


Perselubungan inhomogen opak
berbatas tegas di lapang atas paru
kanan disertai air bronchogram.
Terdapat bercakan di lapang bawah
paru kanan (bronkopneumonia)

KRITERIA KLINIS
Diagnosis pneumonia ringan
Di samping batuk atau kesulitan bernapas, hanya
terdapat napas cepat saja. Napas cepat:
pada

anak umur 2 bulan 11 bulan: 50 kali/menit


pada anak umur 1 tahun 5 tahun : 40 kali/menit

Diagnosis pneumonia berat


Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah
minimal salah satu hal berikut ini:
Kepala terangguk-angguk
Pernapasan cuping hidung
Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia
(infiltrat luas, konsolidasi, dll)

Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini:


Napas cepat
Suara merintih (grunting) pada bayi muda

Pada

auskultasi terdengar:
Crackles (ronki)
Suara pernapasan menurun
Suara pernapasan bronkial

DIAGNOSIS BANDING
1.
2.
3.
4.

Bronkiolitis
Aspirasi benda asing
Gagal jantung
Meningitis

PENATALAKSANAAN
Pneumonia ringan
1.
Anak di rawat jalan
2.
Beri antibiotik: Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg
BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari atau
Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari
selama 3 hari. Untuk pasien HIV diberikan
selama 5 hari.

1.

2.

Anjurkan ibu untuk memberi makan anak. Nasihati


ibu untuk membawa kembali anaknya setelah 2 hari,
atau lebih cepat kalau keadaan anak memburuk
atau tidak bisa minum atau menyusu.
Ketika anak kembali:
Jika pernapasannya membaik, demam berkurang,
nafsu makan membaik, lanjutkan pengobatan
sampai 3 hari.

Jika

frekuensi pernapasan, demam dan nafsu


makan tidak ada perubahan, ganti ke antibiotik
lini kedua dan nasihati ibu untuk kembali 2 hari
lagi.
Jika ada tanda pneumonia berat, rawat anak di
rumah sakit.

Pneumonia berat
Anak dirawat di rumah sakit
Kriteria rawat inap :
Bayi

Anak

Saturasi oksigen 92%, sianosis,

Saturasi oksigen < 92%, sianosis,

frekuensi napas > 60x/menit,

frekuensi napas > 50x/menit,

distress pernapasan, apneu

distress pernapasan, grunting,

intermitten atau grunting, tidak mau

terdapat tanda dehidrasi, keluarga

minum/ menetek, keluarga tidak

tidak bisa merawat dirumah

bisa merawat dirumah

Terapi Antibiotik:
Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV
atau IM setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24
jam selama 72 jam pertama. Bila membaik maka
diberikan selama 5 hari. Selanjutnya terapi
dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit dengan
amoksisilin oral (15 mg/ kgBB/kali tiga kali sehari)
untuk 5 hari berikutnya

Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam,


atau terdapat keadaan yang berat maka
ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM
atau IV setiap 8 jam).
Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat,
segera berikan oksigen dan pengobatan
kombinasi
ampilisin-kloramfenikol
atau
ampisilin-gentamisin.

Bila anak tidak membaik dalam 48 jam, maka bila


memungkinkan buat foto dada.
Apabila
diduga pneumonia stafilokokal, ganti
antibiotik dengan gentamisin (7.5 mg/kgBB IM sekali
sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setiap
6 jam) atau klindamisin (15 mg/kgBB/hari 3 kali
pemberian). Bila keadaan anak membaik, lanjutkan
kloksasilin (atau dikloksasilin) secara oral 4 kali
sehari sampai 3 minggu, atau klindamisin secara oral
selama 2 minggu.

Terapi Oksigen :
1. Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia
berat
2. Bila tersedia pulse oximetry, gunakan sebagai
panduan untuk terapi oksigen
3. Gunakan nasal prongs, kateter nasal, atau kateter
nasofaringeal. Penggunaan nasal prongs adalah
metode terbaik untuk menghantarkan oksigen pada
bayi muda. Masker wajah atau masker kepala tidak
direkomendasikan.

4. Lanjutkan pemberian oksigen sampai tanda hipoksia


(seperti tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam yang berat atau napas > 70/menit) tidak
ditemukan lagi.
5. Perawat sebaiknya memeriksa sedikitnya setiap 3
jam bahwa kateter atau prong tidak tersumbat oleh
mukus dan berada di tempat yang benar serta
memastikan semua sambungan baik.

KRITERIA PASIEN PULANG


1.
2.
3.
4.
5.

Gejala dan tanda pneumonia menghilang


Asupan peroral adekuat
Pemberian antibiotik dapat diteruskan di
rumah (peroral)
Keluarga mengerti dan setuju untuk
pemberian terapi dan rencana kontrol
Kondisi rumah memungkinkan untuk
perawatan lanjutan dirumah

KOMPLIKASI
a) Pneumonia Stafilokokus
b) Empiema

PROGNOSIS

Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan


adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai
kurang dari 1%. Jika pasien disertai malnutrisi
energi protein dan pasien yang datang terlambat
angka mortalitasnya masih tinggi.

PENCEGAHAN

1.
2.

3.

Pencegahan primer :
Memberikan imunisasi campak pada usia 9
bulan dan imunisasi DPT
Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara
memberikan ASI pada bayi neonatal sampai
berumur 2 tahun dan makanan bergizi pada
balita
Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi
udara dalam ruangan


1.
2.

Pencegahan sekunder :
Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan
antibiotik parenteral dan pemberian oksigen.
Pneumonia
ringan
:
Diberikan
antibiotik
kotrimoksasol oral, ampisilin atau amoksisilin.


1.

2.

Pencegahan tersier :
melakukan perawatan yang ekstra pada balita
dirumah, beri antibiotik selama 5 hari, anjurkan ibu
untuk tetap kontrol bila keadaan anak memburuk.
bila anak bertambah parah, maka segera bawa ke
sarana kesehatan terdekat.

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat


infeksi parenkim paru yang dapat menyerang
setiap usia. Pneumonia adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri,
jamur dengan tanda gejala yang akan muncul
adalah demam, batuk, sesak napas.

Penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien


pneumonia dalah pemberian antibiotik untuk
mengatasi infeksi oleh bakteri dan pemberian
antipiretik untuk mengatasi suhu tubuh yang tinggi.
Selain itu pemeriksaan penunjang juga perlu
dilakukan untuk melihat daerah paru yang terkena
infeksi, dan mengetahui apakah ada komplikasi lain
yang dapat disebabkan oleh penyakit ini.

SARAN

Mengingat pneumonia adalah penyakit yang


menyerang salah satu sistem vital tubuh yaitu
sistem respirasi, maka penting untuk diberikan
penanganan sesegera mungkin dan setepat
mungkin untuk menghindari keadaan fatal pada
pasien pneumonia

TERIMAKASIH

You might also like