Professional Documents
Culture Documents
a.
b.
c.
d.
e.
Kepala Sekolah
Guru
Pengawas
Orang Tua/ Wali
Komite Sekolah
: Raja Arina
: Siska, Dewi, Nushasanah
: Sulastri, Spd. AUD
: Taufik, Nuraminah, Sudirman
: - Ketua
: Susanto
- Wakil Ketua: Meida
- Sekretaris
: Ranisa
- Bendahara
: Oktaria
Langkah ke 3
Bentuk ruang yang akan saya terapkan pada bangunan sekolah inklusi
ini adalah beberapa ruang sekunder, dikelompokan mengelilingi sebuah ruang
terpusat yang luas dan dominan.
Bentuk ini diterapkan pada sekolah inklusi ini, dikarenakan dilihat dari
tujuan sekolah inklusi yang menggabungkan anak-anak normal dan anak-anak
berkebutuhan khusus, sehingga dapat tercipta sebuah kebersamaan dan sifat
saling menghargai antara satu sama lain. Dalam hal ini ruang terpusat dari
sekolah inklusi adalah Lobby dan aksesbilitas. Dikarenakan konsep
programatik dari sekolah inklusi adalah aksesbilitas fisiknnya. Aksesibilitas
tersebut harus sesuai dengan ketentuan yang ada agar memudahkan untuk di
akses oleh anak difabel, khususnya difabel ortopedi. Letak dari aksesbilitas
bangunan sekolah inklusi ini harus mudah didapat dan hubungannya dekat
dengan ruangan yang bersifat utama, dalam hal ini yaitu ruangan kelas, dan
ruang guru.
Warna yang akan saya terapkan pada interior sekolah Inklusi ini adalah
warna senada, yaitu yang penggunaan warna-warna yang berdekatan atau
terletak bersebelahan pada lingkaran warna.
Warna yang diterapkan adalah warna yang dapat memunculkan
perasaan yang menyenangkan, segar dan cerah. Selain itu warna dari sekolah
inklusi ini harus dapat mengambarkan karakteristik dari anak-anak yang
bersifat ceria. Warna ceria tersebut identik dengan warna-warna yang
terang. Berikut ini adalah karakteristik warna yang akan diterapkan pada
sekolah inklusi:
Warna orange melambangkan sosialisasi, penuh harapan dan
percaya
diri,
membangkitkan
semangan
vitalitas
dan
Langkah ke 4
Gambaran program pendidikan
Menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan
menekankan kepada pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan. Perbedaan
model pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran yang tidak
konvensional dapat dilihat pada sisi aktivitas guru, isi (mata pelajaran),
organisasi kelas, dan ruang belajar. Perbedaan-perbedaan model pembelajaran
yang berpusat pada guru dan yang berpusat pada anak adalah sebagai berikut:
Pembelajaran
konvensional
Guru:
Pembelajaran
nonkonvensional
Guru
1. Kurikulum
1. Mengacu pada buku paket dan
mengikuti kurikulum secara harfiah
2.
dan kaku
2. Jarang memakai alat peraga
3. Membosankan, kurang menarik
anak
3.
Organisasi kelas
dan
buku
paket
sebagai panduan
Selalu memakai alat peraga
untuk
memperjelas
pembelajaran,
eksperimen-tasi, observasi, dll
Anak
tertarik,
senang
dan
termotivasi ingin belajar terus,
kadang-kadang lupa waktu
Organisasi kelas
Ruang belajar
Ruang belajar
Lingkungan pembelajaran yang ramah berarti ramah kepada anak dan guru,
artinya:
- Anak dan guru belajar bersama sebagai suatu komunitas belajar;
- Menempatkan anak sebagai pusat pembelajaran;
- Mendorong partisipasi aktif anak dalam belajar, dan
- Guru memiliki minat untuk memberikan layanan pendidikan yang terbaik
Langkah ke 4 :
Bantuan yang dibutuhkan dari masyarakat, pemerintah setempet dapat berupa:
Bantuan ini bisa didapatkan dengan menjalin kerjasama dengan masyarakat dan
pemerintah setempat. Untuk memperoleh dukungan ini, maka kita harus
melibatkan orang memiliki pengaruh di daerah tempat sekolah didirikan.
Keterlibatan anak didik juga diperlukan, terutama anak yg normal. Penerimaan
yang baik dari anak normal akan memberikan dampak nyaman pada anak-anak
berkebutuhan khusus.