Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Teori Keperawatan diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya,
dimulai dari meta theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory
sebagai yang lebih konkrit. Level ke tiga dari teori keperawatan adalah Grand
Theory yang menegaskan fokus global dengan board perspective dari praktik
keperawatan dan pandangan keperawatan yang berbeda terhadap sebuah fenomena
keperawatan.
Grand
Theory
Keperawatan
dibedakan
dengan
Teori
Filosofi
merupakan proses penterjemahan stimulus dengan dua sub system yaitu sub
system kognator dan sub system regulator. Hasil dari proses adaptasi akan
menghasilkan
respon
adaptive
atau
maladaptive.
Secara
spesifik
Roys
Levine
Keperawatan adalah bagian budaya yang direfleksikan dengan ide-ide dan nilainilai, dimana perawat memandang manusia itu sama, merupakan suatu rangkaian
disiplin dalam menguasai organisasi atau kumpulan yang dimiliki individu dalam
menjalin hubungan manusia sekitarnya.Intisari dari keperawatan adalah manusia.
Asumsinya sebagai berikut:
a. Kondisi Pasien memasuki system pelayanan kesehatan dalam bagian penyakit
atau perubahan kesehatan.
b. Responsibilitas tanggung jawab. Perawat bertanggung jawab dalam mengenal
respon (perubahan tingkah laku atau tingkat fungsi tubuh ) sebagai adaptasi
pasien atau usaha untuk beradaptasi terhadap lingkungan.
Levine berfokus pada satu orang pasien, implikasi utama dalam pengaturan
perawatan akut, dimana intervensi dapat bersifat mendorong atau terapeutik.
4
2.
Betty Neuman
Systems Model merupakan pendekatan sistem pada asuhan keperawatan
pasien yang dinamis dan terbuka, difokuskan pada definisi masalah keperawatan
dan pemahaman pada interaksi pasien dengan lingkungan. Pasien sebagai sistem
adalah individu, keluarga, grup, komunitas, atau isu. Penekanan pada penurunan
stres dengan memperkuat garis-garis pertahanan fleksibel, normal, maupun
resisten, dengan intervensi diarahkan pada ketiga garis pertahanan tersebut yang
terkait dengan 3 level prevensi : primer, sekunder, tersier.
3.
Dorothy Orem
Self Care menurut Orems adalah suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai
dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya sesuai keadaan,
baik sehat maupun sakit (Orems 1980). Pada dasarnya diyakini bahwa semua
manusia itu mempunyai kebutuhan- kebutuhan self care dan mereka mempunyai
hak untuk mendapatkan kebutuhan itu sendiri, kecuali bila tidak mampu. Menurut
Orem asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang
mempelajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu
memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan, teori ini
dikenal dengan teori self care (perawatan diri).
yang
ditemui
selama
menjalani
kehidupan
maka
pasien mempunyai
masalah
keperawatan
adaptasi
(Nursalam; 2003).
4) Subsistem Regulator dan Kognator
Adalah mekanisme penyesuaian atau Koping yang berhubungan dengan
perubahan lingkungan, diperlihatkan melalui perubahan Biologis, Psikhologis
dan social. Subsistim Regulator adalah gambaran respon yang kaitannya
dengan perubahan pada sistim saraf, kimia tubuh, dan organ endokrin.
Subsistim regulator merupakan mekanisme kerja utama yang berespon dan
beradaptasi terhadap stimulus lingkungan. Subsistim Kognator
adalah
Dapat dijelaskan bahwa Semua input stimulus yang masuk diproses oleh
subsistim Regulator dan Cognator. Respon-respon susbsistem tersebut semua
diperlihatkan pada empat perubahan yang ada pada manusia sebagai sistim
adaptive yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan Interdependensi
(Kozier, Erb, Blais, Wilkinson;1995).
Berikut ini pengertian empat perubahan dan contohnya:
a. Perubahan Fungsi Fisiologis
Adanya perubahan fisik akan menimbulkan adaptasi fisiologis untuk
mempertahankan keseimbangan.
Contoh : Keseimbangan cairan dan elektrolit, fungsi endokrin (kelenjar
adrenal
bagian
korteks
mensekresikan
kortisol
atau
penyesuaian
diri
diatas
ditentukan
dengan
menganalisa
dan
Input
Stimuli
internal dan
external
Tkt. Adaptasi
Fokal
Kontextual
Residual
Efektor
Proses
kontrol
Mekanisme
koping
Regulator
Kognator
Fs. Fisiologi
Konsep Diri
Fs. Peran
Interdependen
Output
Respons :
Adaptif
Maladaptif
Umpan Balik
Sumber :
2.
Stimulus.
Roy menjelaskan bahwa Lingkungan digambarkan sebagai stimulus (stressor)
lingkungan sebagai stimulus terdiri dari dunia dalam (internal) dan diluar
(external) manusia.(Faz Patrick & Wall,1989). Stimuluis Internal adalah keadaan
proses mental dalam tubuh manusia berupa pengalaman, kemampuan emosional,
kepribadian dan Proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari
dalam tubuh individu. Stimulus External dapat berupa fisik, kimiawi, maupun
psikologis yang diterima individu sebagai ancaman(dikutip oleh Nursalam;2003).
3.
Tingkat Adaptasi
11
Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar dalam 3
(tiga kategori), yaitu 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3) kompromi. Tingkat
adaptasi seseorang adalah perubahan yang konstan yang terbentuk dari stimulus.
Stimulus merupakan masukan ( Input ) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif.
Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis stimulus, antara
lain: 1) stimulus fokal, 2) stimulus kontektual, dan 3) stimulus residual.
1) Stimulus Fokal
yaitu stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit dan
ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab
terjadinya infeksi
2) Stimulus Kontektual.
yaitu stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi)
seperti keadaan tidak sehat. Keadaan ini tidak terlihat langsung pada saat ini,
misalnya penurunan daya tahan tubuh, lingkungan yang tidak sehat.
3) Stimulus Residual
yaitu sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi
terjadinya keadaan tidak sehat, atau disebut dengan Faktor Predisposisi,
sehingga terjadi kondisi Fokal, misalnya ; persepsi pasien tentang penyakit,
gaya hidup, dan fungsi peran.
4.
yang tidak
memerlukan energi dari koping yang tidak efektif dan memungkinkan manusia
berespon terhadap stimulus yang lain. Mengurangi dan tidak menggunakan energi
ini dapat meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi kesehatan, ini adalah
pembebasan energi yang dihubungkan dengan konsep adaptasi dan kesehatan.
Adaptasi adalah komponen pusat dalam model adaptasi keperawatan didalamnya
12
yang biasanya
disebut stress,
bagian kedua dari stress adalah nekanisme koping yang merangsang menghasilkan
respon adaftif atau inefektif . Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan
digambarkan dalam istilah kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia
yang meliputi: kelangsungan hidup, pertumbuhan dan pengeuasaan yang disebut
Intergritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan dinamik yang meliputi
peningkatan dan penurunan respon respon. Setiap kondisi adaptasi baru
dipengaruhi oleh tingkat adaptasi, sehingga keseimbangan dinamik dari manusia
berada pada tingkat yang lebih tinggi.
Lingkup yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia
sebagai adaptive sistem. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat
yeng lebih tinggi pada keadaan baik atau sehat. Adaptasi kemudian disebut adalah
suatu fungsi dari stimulus yang masuk dan tingkatan adaptasi lebih spesifik, fungsi
yang lebih tinggi antara stimulus fokal dan sistim adaptasi.
5.
Keperawatan.
Roy menggambarkan keperwatan sebagai disiplin ilmu dan praktek . Sebagai
ilmu,
keperawatan
praktek keperawatan
menggunakan
ilmiah untuk menyediakan pelayanan pada orang-orang (1983) Lebih spesifik dia
mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu dan praktek dari peningkatan adaptasi
untuk tujuan mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan
adaptasi individu dan kelompok dalam situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan
ilmu keperawatan dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan
13
tersebut. Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan
aktivitas keperawatan.
Keperawatan adalah sepanjang menyangkut seluruh
berinteraksi
dan jawaban
terhadap stimulus
internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak
biasa
manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif manusia memerlukan
seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun diinterpretasi untuk memberi arti
bahwa aktivitas tidak hanya diberikan ketika manusia itu sakit . Roy menyetujui
pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai proses untuk mempertahankan
keadaan baik dan tingkat fungsi yang tinggi . Keperawatan terdiri dari dua yaitu
tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan . Tujuan keperawatan adalah
mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi
dalam tiap 4 cara menyesuaikan diri : yaitu fungsi fisiologi, konsep diri , fungsi
peran dan interdependensi. Harapan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan
berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian yang
bermanfaat. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada didalam suatu
area tingkatan adapatasi manusia, dan ketika stimulus fokal tersebut tidak ada
dalam area , manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau respon efektif .
Adaptasi tidak memerlukan
adaptasi adalah
sementara tentang apakah perilaku dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif.
Tingkat kedua
pengkajian
adalah
mengumpulkan
data
tentang focal,
perawat
atau pengaturan
stimulus
( baik
dirinya.
Tujuan
disusun
berdasarkan
tujuan
yang
saling
menguntungkan.
Menurut Roy, kapan Keperawatan itu dibutuhkan?. Jawabannya adalah: Manusia
sebagai Sistem Adaptive (dapat menyesuaikan diri), sakit atau memilki potensi
sakit. Biasanya ketika mengalami stress atau kelemahan/kekurangan mekanisme
Coping, biasanya manusia berusaha untuk menanggulangi yang tidak efektif.
Menusia berusaha meminimalkan kondisi yang tidak efektif yang memelihara yang
adaptive. Dengan peningkatan adaptasi menusia terbebas dari pemakaian energi
dan enegi tersebut dapat digunakan untuk stimulus yang lain.
6.
dengan memperhatikan 4 cara penyesuaian diri. Saat stimulus jatuh dalam area
15
berespon terhadap stimulus lain. Dalam hal ini meningkatkan integritas atau
kesehatan. Keperawatan mendorong adaptasi melalui penggunaan proses
keperawatan dengan tujuan meningkatkan kesehatan. Hubungan antar komponen
dasar dari model adaptasi keperawatan digambarkan berikut ini:
Keperawatan
Menggunakan proses Keperawatan
untuk meningkatkan
Manusia
Input
Output
Interaksi
Adaptasi
Integriatas
Kesehatan
Respon
inefektif
Lingkungan
KEPERAWATAN
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
2.
Pengkajian Stimulus.
Setelah pengkajian perilaku, perawat menganalisis data-data yang muncul ke
dalam pola perilaku pasien (empat model respon perilaku) untuk menfidentifikasi
respon-respon inefektive atau respon-respon adaptive yang perlu didukung oleh
perawat untuk dipertahankan. Ketika perilaku inefektive atau perilaku adaptive
yang memerlukan dukungan perawat, perawat membuat pengkajian tentang
stimulus internal dan ekternal yang mungkin mempengaruhi perilaku. Dalam fase
pengkajian ini perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontektual dan
residual yang dimiliki pasien. Proses ini mengklarifikasi penyebab dari masalah
dan mengidentifikasi factor-faktor kontektual (faktor presipitasi) dan residual
(factor Predisposisi) yang berhubungan erat dengan penyebab. Berikut ini stimulus
yang berpengaruh yang telah diidentifikasi (dikutip dari Julia B.George; 1995)
18
Budaya
Keluarga
Fase perkembangan
Pertimbangan lingkungan
3. Diagnosa Keperawatan.
Rumusan
Diagnosa
Keperawatan
adalah
problem
(P),
Etiologi
(E),
Metode Pertama
Adalah menggunakan satu tipologi diagnosa yang berhubungan dengan 4
(empat) cara penyesuaian diri (adaptasi). Penerapan metode ini ialah dengan
cara mengidentifikasi perilaku empat model adaptasi, perilaku adaptasi yang
ditemukan disimpulkan menjadi respon adaptasi (lihat tabel 2). Respon
tersebut digunakan sebagai pernyataan Masalah keperawatan. Misalnya:
inadekuat pertukuran gas.(masalah fisiologis) datanya ialah; sesak kalau
beraktivitas, bingung/agitasi, bernafas dengan bibir dimoncongkan, sianosis.
Konstipasi (masalah fisiplogis eliminasi) datanya: sakit perut, nyeri waktu
defikasi, perubahan pola BAB. Kehilangan (masalah konsep diri) datanya:
diam, kadan-kadang menangis, kegagalan peran (masalah fungsi peran).
2)
Metode Kedua
Adalah membuat diagnosa keperawatan berdasarkan hasil observasi respon
dalam satu cara penyesuaian diri dengan memperhatikan stimulus yang sangat
berpengaruh. Metode ini caranya ialah menilai perilaku respon dari satu cara
penyesuaian diri, respom perilaku tersebut dinyatakan sebagai statemen
19
Metode Ketiga
Adalah kumpulan respon-respon dari satu atau lebih cara (mode Adaptive)
berhubungan dengan beberapa stimulus yang sama. Misalnya pasien mengeluh
nyeri dada sangat beraktivitas (olah raga) sedangkan pasien adalah atlit senam.
Sebagai pesenam tidak mampu melakukan senam. Kadaan ini disimpulkan
diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kegagalan peran berkaitan dengan
keterbatan fisik. Pasien tidak mampu untuk bekerja melaksnakan perannya.
5. intergritas kulit.
Gatal-gatal.
Kekeringan.
Infeksi.
20
Dekubitus
KONSEP DIRI
Pandangan terhadap fisik.
Agresi.
Kehilangan.
Seksual disfungtion.
Merasa bersalah.
FUNGSI PERAN
INTERDEPENDENSI
Transisi peran.
Peran berbeda.
Konflik peran.
Kegagalan peran.
Kecemasan.
Merasa.
Ditinggalkan/isolasi.
Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for Profesional
Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.
4.
Merumuskan Tujuan
Tujuan adalah harapan perilaku akhir dari manusia yang dicapai. Itu dicatat
merupakan indikasi perilaku dari perkembangan adaptasi masalah pasien.
Pernyataan masalah meliputi perilaku. Pernyataan tujuan meliputi: perilaku,
perubahan yang diharapkan dan waktu. Tujuan jangka panjang menggambarkan
perkembangan individu, dan proses adaptasi terhadap masalah danm tersedianya
energi untuk tujuan lain (kelangsungan hidup, tumbuh, dan reproduksi). Tujuan
jangka pendek mengidentifikasi hasil perilaku pasien setelah managemen stimulus
fokal dan kontektual. Juga keadaan perilaku pasien itu indikasi koping dari sub
sistim regulator dan kognator.
5. Rencana Tindakan
Rencana tindakan keperawatan ialah perencanaan yang bertujuan untuk
mengatasi/memanipulasi stimulus fokal kontektual dan residual, Pelaksanaan juga
difokus pada besarnya ketidakmampuan koping manusia atau tingkat adaptasi,
begitu juga hilangnya seluruh stimulus dan manusia dalam kemampuan untuk
beradaptasi. Perawat merencanakan tindakan keperawatan spesifik terhadap
gangguan atau stimulus yang dialami. Standar tindakan keperawatan menurut teori
adaptasi roy adalah seperti terlihat pada tabel 3. (dikutip oleh Nursalam,2003)
21
22
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna bagi
keluarga dan msayarakat.
mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien.
melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan dirinya.
Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri pasien.
bersifat terbuka dan komunikastif pada pasien.
mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien
perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang dilakukan secara
benar dalam perawatan.
Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap yang negatif dari
klein.
STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENSI
1.
2.
3.
4.
6. Evaluasi:
Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi. PerilakuTujuan
dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang dihasilkan, dan bagaimana
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperaweatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang
ditetapkan. Perawat memperbaiki tujuan dan intervensi setelah hasil evaluasi
ditetapkan.
: Ibu L
: Makassar
: 48 tahun.
: Islam.
: Makassar.
: SMA
: Wiraswasta.
: Makassar
: Pasien dan Keluarga (suami)
: 36 51 01.
: Tanggal 21 Maret 2011
2) Pengkajian Perilaku
a. Pengkajian Tahap Pertama
Pengkajian tahap pertama adalah mengumpulkan data perilaku output Ibu L
sebagai sistim adaptasi dihubungkan dengan 4 mode adaptif fungsi
fisiologis, konsep diri, peran dan interdependen.
Pengkajian tahap pertama pada Ibu N didapatkan data :
Mode fisiologis
S : Menyatakan gerakan- nya terbatas
O : Pasien nampak terbaring di tempat tidurnya dan nampak ragu-ragu
untuk bergerak, serta tampak gelisah
Mode Konsep diri
25
dari perilaku dari satu atau lebih adaptif mode dengan stimulus yang sama maka
disusunlah diagnosa sbb:
a. Gangguan aktifitas berhubungan dengan keterbatasan gerak
b. Cemas berhubungan dengan penurunan konsep diri body image dan harga
diri
3. Intervensi
Tanggal
:
Problem aktual/resiko :
Gangguan istirahat dan aktifitas berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan gerak
Hasil yang diharapkan:
Klien dapat tidur 8 jam perhari tanpa gangguan
Dengan keterbatasan aktifitasnya klien dapat menggunakan kemampuan
Tindakan keperawatan
:
Ajarkan klien untuk melakukan mobilisasi secara mandiri
Latih klien sesuai kemampuan untuk melaksanakan kegiatan yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan ADLnya sesuai dengan
kemampuan
Tanggal
:
Problem aktual/resiko :
Cemas dan ketakutan berhubungan dengan : penurunan konsep diri body image
dan harga diri
Hasil yang diharapkan:
Klien mampu mengungkapkan cemas dan ketakutanya dan mau mendiskusikan
untuk mencari alternatif pemecahan
Tindakan keperawatan
:
Bina hubungan saling percaya dan yakinkan kehadiran perawat adah untuk
27
PEMBAHASAN
1. Konsep Teori
Model yang dikembangkan Roy dapat diaplikasikan diberbagai tatanan pelayanan
RS pada klien dengan penyakit akut maupun kronis, dari klien dengan
permasalahan fisiologis dan psikologis, sesuai dengan karakteristik teori oleh
George (1995) bahwa teori harus dapat diaplikasikan untuk mengatasi masalah
klien dari yang sederhana sampai yang komplek. Pada intervensi, model adaptasi
Roy dapat menghindarkan terjadinya duplikasi pembuatan perencanaan tindakan
dan lebih terarah karena penetapan masalah berdasarkan berbagai respon yang
sama walaupun berasal dari berbagai sistim mode.
2. Aplikasi teori
Pendekatan adaptasi model dirasa lebih sesuai atau lebih mudah dikerjakan pada
klien dengan gangguan medikal bedah seperti discectomi dan pasca pembedahan
karena observasi terhadap respon klien baik yang adaptif maupun yang tidak
efektif dapat dilakukan dengan lebih teliti dan dalam waktu yang cukup. Aplikasi
model asuhan pada contoh kasus agak sulit untuk dilakukan karena selama ini
kurangnya pengalaman dalam aplikasi model asuhan dari Roy, akan tetapi setelah
mencoba untuk mengaplikasikan pada contoh kasus sangat membantu untuk
28
SKENARIO
Kepala Ruangan
: Indriyani (Ns.Indri)
Perawat
Dokter
Pasien
: Nurlina (Ibu L)
Keluarga Pasien
: Adam (Bpk. A)
Narator
: Mardia (Ns.Mar)
Narator : Ibu L, 48 tahun mengalami nyeri yang luar biasa di daerah punggung bawah
yang menjalar sampai ke tungkai sebelah kanannya. Nyeri ini sangat hebat
pada saat melakukan kegiatan sehari-hari, termasuk untuk berdiri dan duduk.
Setelah dilakukan konsultasi dengan dokter A, Ibu L dinyatakan mengalami
herniasi diskus intervertebra (HNP), dan dijadwalkan untuk dilakukan
discectomi (operasi pemotongan bagian diskus yang mengalami herniasi).
Selanjutnya Ibu L diantar oleh suaminya dengan membawa surat pengantar dari
dokter A masuk rumah sakit untuk dilakukan persiapan-persiapan termasuk
pemeriksaan penunjang sebelum waktu operasi ditetapkan. Hasil pengkajian
29
terima antara Ns. Ima dan Ns. Uni bersama kepala ruangannya Ns. Indri. Pada
timbang terima tersebut Ns. Ima menyampaikan masalah pasien Ibu L dan
keluarganya.
Ns.
Indri
menginstruksikan
kepada
Ns.
Uni
untuk
30
Narator : Dari cerita kasus diatas, kelompok menarik kesimpulan bahwa, dengan
masalah keperawatan yang ditetapkan oleh Ns. Ima tersebut tepat, dan bila
tidak ditangani dengan baik akan berdampak pada respons maladaptive pada
pasien dan keluarganya. Dengan demikian, tugas Ns.Uni adalah membantu
terciptanya respons adaptif pada pasien dan keluarganya dengan menggunakan
pendekatan Komunikasi Terapeutik. Untuk itu, mari kita saksikan pertunjukkan
kelompok satu dalam Role Play berikut ini.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1.
2.
Proses Keperawatan
1)
Kondisi Klien
Data Subjektif :
akan cacat?
Data Objektif :
2)
Tujuan
31
Tindakan keperawatan :
Bina hubungan saling percaya dan yakinkan kehadiran perawat adah untuk
membantu memecahkan permasalahan klien
Kuatkan koping klien dengan aspek adaptif yang dimiliki
Jelaskan operasi discectomi tidak akan menimbulkan kecacatan bila dilakukan
perawatan dengan benar
3.
Strategi Pelaksanaan
1)
Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
P : Assalamualaikum Bu Lina, saya Ns. Uni, temannya Ns. Ima, pagi ini saya
yang akan merawat bu Lina
K : Oh iya, dengan senang hati kalau suster mau merawat saya
b. Evaluasi / Validasi
P : Bagaimana perasaan bu Lina hari ini?
K : Alhamdulillah suster, sakitnya sudah berkurang, tapi..saya takut
bergerak (dengan raut muka cemas)
c. Kontrak
P : Katanya bu Lina dan suami ibu sering merasa cemas dan takut dengan
proses penyembuhan penyakit ibu, bagaimana kalau kita diskusi/bercerita
tentang hal ini
K : Baiklah kalau begitu, iya saya juga mau suster (sahut suami pasien)
P : Kira-kira dalam waktu 15 menit, kita berdiskusi masalah ini? bagaimana
menurut bu Lina?
K : Iya .., biar lebih sedikit waktunya juga saya setuju
P : Kita diskusi di sini di tempat tidur bu Lina saja ya, sambil ibu istirahat
K : Iya suster, karena saya masih takut kalau bangun duduk
2)
Fase Kerja
P : Bu, kira-kira apa yang membuat ibu takut dengan kondisi saat ini?
K : Suster, kata orang penyakit saya ini bisa bikin lumpuh, saya takut kalau
nanti saya tidak bisa berjalan normal lagi, terus takut bergerak. Sambung
Bpk A betul tidak cacat suster?, saya juga takut kalau itu terjadi
P : Oh itu masalahnya, Ibu tidak usah takut bergerak karena bergerak akan
membantu proses penyembuhan Ibu, yang penting tidak terlalu aktif, tidak
apa-
apa, Ibu bisa bangun dan jalan ke kamar mandi, dan Insya Allah
sembuh
K : Oh iya, begitu suster..tapi bagaimana dengan jahitan luka operasi saya, nanti
32
Fase Terminasi
P : Bagaimana perasaan bu Lina dan bpk A, setelah bincang-bincang dengan
kami
K : Alhamdulillah, saya sudah mengerti, merasa senang, perasaan takut dan
cemas saya juga sudah hilang. Saya juga demikian suster (kata suami pasien)
P : Baiklah, kalau begitu sekarang ibu Lina istirahat dulu, nanti kalau ada yang
belum jelas, ibu dan bapak bisa tanya lagi, selanjutnya kami berharap ibu
Lina dapat menerima perubahan status kesehatan yang terjadi saat ini.
Dokter :
Iya benar kata Ns. Uni, penyakit ibu memang terjadi di tulang belakang
tepatnya di tulang belakang bagian bawah (L ke 3-4), tapi Alhamdulillah kami
telah berhasil mengoperasinya, insya Allah ibu dapat sembuh dan beraktivitas
seperti biasanya. Jadi ibu dan bapak sekarang banyak berdoa yach...!
33
penerapan Grand Teori Callista Roy pada kasus pasien pasca operasi dengan
HNP, semoga bermanfaat. Saran, masukan dan kritikan sangat kami harapkan
demi perbaikan kita bersama, ......... Wassalam.....................
DAFTAR PUSTAKA
George. (1995). Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice), Fourth
Edition. USA : Appleton & Lange.
Mariner, A.(1998). Nursing Theorists And Their Works. (4th ed) Philadelphia: Lippincott:
Raven Publisher
Pearson A., Vaughan B. (1986). Nursing Model For Practice. Bedford Square London,
William Heinemann Medical Books
Tomey and Alligood M.R (2006). Nursing theoriest, utilization and application. Mosby :
Elsevier.
Tomey Ann Marriner and Alligood M.R.(2006). Nursing Theorists and Their work. 6
Ed. USA : Mosby Inc.
34