You are on page 1of 3

Prosedur kromatografi

1 L larutan standar dan sampel uji disuntikkan ke kromatografi gas, masing-masing


2 atau 3 kali. Daerah puncak kromatogram dicatat dibandingkan untuk analit dari tes dan
larutan standar. Waktu retensi sekitar 9 menit dan sekitar 11 menit untuk CEE dan NMP.
Daerah rata-rata puncak CEE dalam kromatogram dari larutan uji harus
tidak lebih besar dari daerah rata-rata puncak CEE larutan standar (1000 ug / mL), sedangkan
puncak

NMP

tidak

harus

lebih

besar

dari

daerah

rata-rata

dari

NMP

dari larutan standar (530 ug / mL).


Konsentrasi analit tersebut dihitung dari persamaan:
Residual pelarut dalam ug / mL = cstd Atest 106
Astdxcest
di mana:
Cstd = konsentrasi sisa pelarut dalam larutan standar (% b / v)
Ctest = konsentrasi zat uji dalam larutan uji (% b / v)
Astd = rata-rata daerah puncak analit dari larutan standar
Atest = daerah puncak analit dari larutan uji
Evaluasi
Recovery =Wstd Asol 100%
Astd Wsol
dimana: Wstd = berat analit (mg) dalam 1 ml larutan standar; Wsol = berat analit (mg) dalam
1 mL larutan I, II atau III; Astd = puncak daerah kromatogram larutan standar ; Asol =puncak
daerah larutan I, II atau III.
Untuk presisi menengah yang Snedecors Ftests dilakukan dengan menggunakan rumus :
F = SD21

SD1> SD2

SD22
di mana: SD1 = standar deviasi dari hasil analis pertama; SD2 = standar deviasi dari hasil yang
analis kedua.
HASIL DAN DISKUSI
Prosedur validasi dilakukan berbasis pada persyaratan ICH. Parameter yang diteliti
meliputi spesifisitas, presisi, linearitas, akurasi, batas-batas deteksi (LODs), (LOQs) dan
ketahanan.

Spesifitas
Pelarut yang digunakan: etanol, aseton, toluene, diklorometana, NMP, CEE.
Spesifisitas dari metode ini menggunakan larutan blangko (DMF), larutan uji, larutan uji
dibubuhi CEE (1000 ug / mL dalam substansi diuji), larutan uji dibubuhi NMP (530 ug / mL
dalam substansi diuji) dan larutan standar (CEE dan NMP di DMF). Daerah puncak di
kromatogram dari solusi dibubuhi analit lebih besar dari yang sesuai daerah puncak di
kromatogram dari larutan uji.
Spiking sampel dengan analit tidak menyebabkan yang retensi puncak membelah kali
tetap sama Adapun sesuai puncak dari larutan uji. Dalam kromatogram larutan blanko tidak
ada

puncak

diamati

dengan

waktu

retensi

dari

CEE

dan

NMP.

Dalam Gambar 1, menunjukkan perbandingan kromatogram dari larutan blanko,


larutan uji dan larutan standar. Pada puncak gambar 1B, menunjukkan hasil waktu retensi
sekitar 4,6 menit., yang berasal dari jumlah sisa pelarut dalam uji sampel.

Ketelitian
Sistem presisi ini mengukur dari respon enam replikasi suntikan larutan standar.
Presisi menengah dilakukan dengan pengulangan pada hari yang lain oleh analisis yang
lain. Presisi menengah ditentukan oleh perbandingan hasil yang diperoleh oleh kedua analis,
menggunakan Snedecors F-test.
Kriteria penerimaan yang ditetapkan sebagai RSD adalah nilai di bawah 3%, 6% dan
10%. Kriteria tambahan berdasarkan Snedecors F-test adalah : jika Fexperimental Fcritical
(untuk = 0,05, f1 = n1-1, f2 = n2-1) perbedaan antara hasil diperoleh oleh kedua analis tidak
signifikan. Parameter ktitis F ( = 0,05; f1, f2 = 5) adalah 5.05. Hasil metode presisi pada
Tabel 1 menunjukkan bahwa semua kriteria terpenuhi dan metode ini teliti.

You might also like