Professional Documents
Culture Documents
NMP
tidak
harus
lebih
besar
dari
daerah
rata-rata
dari
NMP
SD1> SD2
SD22
di mana: SD1 = standar deviasi dari hasil analis pertama; SD2 = standar deviasi dari hasil yang
analis kedua.
HASIL DAN DISKUSI
Prosedur validasi dilakukan berbasis pada persyaratan ICH. Parameter yang diteliti
meliputi spesifisitas, presisi, linearitas, akurasi, batas-batas deteksi (LODs), (LOQs) dan
ketahanan.
Spesifitas
Pelarut yang digunakan: etanol, aseton, toluene, diklorometana, NMP, CEE.
Spesifisitas dari metode ini menggunakan larutan blangko (DMF), larutan uji, larutan uji
dibubuhi CEE (1000 ug / mL dalam substansi diuji), larutan uji dibubuhi NMP (530 ug / mL
dalam substansi diuji) dan larutan standar (CEE dan NMP di DMF). Daerah puncak di
kromatogram dari solusi dibubuhi analit lebih besar dari yang sesuai daerah puncak di
kromatogram dari larutan uji.
Spiking sampel dengan analit tidak menyebabkan yang retensi puncak membelah kali
tetap sama Adapun sesuai puncak dari larutan uji. Dalam kromatogram larutan blanko tidak
ada
puncak
diamati
dengan
waktu
retensi
dari
CEE
dan
NMP.
Ketelitian
Sistem presisi ini mengukur dari respon enam replikasi suntikan larutan standar.
Presisi menengah dilakukan dengan pengulangan pada hari yang lain oleh analisis yang
lain. Presisi menengah ditentukan oleh perbandingan hasil yang diperoleh oleh kedua analis,
menggunakan Snedecors F-test.
Kriteria penerimaan yang ditetapkan sebagai RSD adalah nilai di bawah 3%, 6% dan
10%. Kriteria tambahan berdasarkan Snedecors F-test adalah : jika Fexperimental Fcritical
(untuk = 0,05, f1 = n1-1, f2 = n2-1) perbedaan antara hasil diperoleh oleh kedua analis tidak
signifikan. Parameter ktitis F ( = 0,05; f1, f2 = 5) adalah 5.05. Hasil metode presisi pada
Tabel 1 menunjukkan bahwa semua kriteria terpenuhi dan metode ini teliti.