You are on page 1of 14

MENGHITUNG INTENSITAS SERANGAN HAMA

(Laporan Praktikum Bioekologi Hama Tumbuhan)

Oleh
Andino Nurponco G.
1414121026
Kelompok 6

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organisme penggangu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu masalah penting
dalam proses produksi pertanian seiring disebabkan oleh adanya serangan hama
dan penyakit. Hama dan penyakit tanaman telah ada sejak manusia mulai
mengolah lahan pertanian (Sembel, 1989).
Adanya hama dan penyakit tersebut belum dapat dikendalikan secara optimal
sehingga mengakibatkan kerugian yang cukup besar baik berupa kehilangan hasil,
penurunan mutu serta menurunkan pendapatan petani (Tulung, 2004).
Kelompok serangga yang diamati dalam praktikum ini adalah kelompok
Eksopterygota, atau dapat diartikan kelompo serangga yang sayapnya berasal dari
bagian belakang dinding tubuh serangga. Seperti kepik hijau, walang sangit, kepik
polong, bapak pucung dan kutu daun. Kelompok serangga ini merupakan hama
yang merugikan bagi petani tanaman pangan, karena menyerang tanaman padi
ataupun kedelai. Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara
oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan
merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan
speises tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya
belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga
(Mugnisjah dan Setiawan, 1995).
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan praktikan dapat mengetahui cara
menghitung intensitas serangan hama ynag mengakibatkan kerusakan mutlak dan

tidak mutlak. Sehingga praktikum ini dapat bermanfaat dan berguna untuk
diaplikasikan di lapangan.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan dari pratikum ini adalah sebgai berikut :
1. Memahami kriteria nilai skala kerusakan.
2. Mengetahui cara menghitung kerusakan mutlak.
3. Mengetahui cara menghitung kerusakan tidak mutlak.

II. METODOLOGI PRATIKUM

2.1 Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas, pena dan
nampan.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah daun
angsana, daun kacang hijau, daun kacang tanah dan daun kedelai.
2.2 Prosedur
Adapun langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Diberikan penjelasan rumus dan cara menghitung oleh dosen
2. Disiapkan 10 daun per nampan yang mengalami kerusakan dan yang tidak
oleh asisten.
3. Daun diamati dan dikelompokkan berdasarkan nilai skala kerusaakan.
4. Dihitung dengan rumus kerusakan tidak mutlak lalu dengan rumus kerusakan
mutlak.

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Tabel Daun Angsana
No
1
2
3
4No
51
2
6
3
7
4
8
5
9
6
10
7

Daun Sampel
Daun ke-1
Daun ke-2
Daun ke-3
Daun ke-4
Sampel
Daun
Daun ke-5
ke-1
Daun
Daun ke-6
ke-2
Daun
Daun ke-7
ke-3
Daun
Daun ke-8
ke-4
Daun
Daun ke-9
ke-5
Daun
Daun ke-10
ke-6
Daun
Daun ke-7
Daun ke-8
Daun ke-9
Daun ke-10

Skala
1
1
1
0Skala
20
1
0
0
2
1
0
1
1
0
2
1

8
9
10
3. Tabel Daun Kacang Tanah

1
1
0

No
1
2
3
4
5
6
7

Daun Sampel
Daun ke-1
Daun ke-2
Daun ke-3
Daun ke-4
Daun ke-5
Daun ke-6
Daun ke-7

Skala
0
0
1
0
0
2
3

2. Tabel Daun
Kacang Hijau

8
9
10

Daun ke-8
Daun ke-9
Daun ke-10

0
1
1

3.2 Pembahasan
Kerusakan mutlak adalah kerusakan tanaman/bagian tanaman yang ditimbulkan
oleh serangan opt sehingga menyebabkan tanaman/ bagian tanaman tersebut tidak
menghasilkan. Kerusakan mutlak tidak akan pulih kembali karena kerusakan
terjadi pada organ vital tanaman. Contohnya kerusakan yang ditimbulkan
penggerek batang padi. Tanaman padi tidak akan berbuah atau mengeluarkan bulir
karena batangnya pun sudah patah. Batang ini tidak akan kembali tumbuh tegak
melainkan akan mati. Sedangkan kerusakan tidak mutlak adalah kerusakan
tanaman/bagian tanaman yang ditimbulkan oleh serangan opt sehingga
menyebabkan tanaman/bagian tanaman tersebut masih menghasilkan. Kerusakan
tidak mutlak masih memiliki harapan bagi tanaman untuk menghasilkan buah atau
hasil lainnya karena kerusakan yang ditimbulkan hama tidak pada organ vital
tanaman. Seperti penggorok daun yang menyerang beberapa bagian daun saja,
masih ada daun lain yang masih sehat karena tidak semua daun terserang,
sehingga masih memungkinkan tanaman untuk memulihkan dirinya dengan
menumbuhkan daun-daun baru yang sehat dan yang lebih produktif. Kerusakan
mutlak dan tidak mutlak dapat dihitung, penghitungan didasarkan pada persentase
dan intensitas kerusakan yang ditimbulkan oleh hama.

Hama Penting Tanaman Kacang Hijau :


1. Lalat kacang (Agromyza phaseoli Coq.)
Gejala awal berupa bercak-bercak pada keping biji atau daun pertama. Bercak ini
merupakan tempat peletaka telur. Selanjutnya terlihat liang gerek pada keping biji
atau daun pertama.

2. Penggerek polong (Etiella zinckenella Tr.)

Gejala serangannya terlihat pada kulit polong berupa bercak hitam dan bila dibuka
terdapat larva yang gemuk dengan kotoran-kotorannya berwarna hijau basah.
Serangan pada polong kedua ditandai dengan satu lubang gerek yang bentuknya
bundar.

3. Ulat jengkal kedeias (Plusia chalcites Esp.)


Ulat ini menyerang tanaman yang sudah agak tua dan memakan daunnya sehingga
tinggal tulangnya saja.

4. Kepik padi hijau (Nezara viridula)


Polong muda isinya terisap. Bila polong dibuka tampak bijinya pipih tanpa isi.
Bagian yang terserang tampak berbercak hitam.

5. Thrips sp.
Serangan hama ini menyebabkan daun menggulung ke dalam (keriting) karena
sel-sel di bagian atasnya mengerut.

6. Kumbang Callosobruchus maculatus


Kumbang ini meletakkan telurnya pada permukaan polong atau biji kacang hijau.
Larva yang baru menetas langsung menggerek masuk ke dalam biji dan memakan
kotiledon serta bagian biji lainnya.
Hama Penting Tanaman Kacang Tanah :
1. Kutu Aphis
Kutu Aphis berukuran 0,8 mm. Serangga ini berkembang biak dengan cepat
secara partenogenesis dan siklus hidupnya berlangsung selama 6 hari. Serangga
dewasa umumnya tidak bersayap, tetapi apabila kualitas pakan menurun atau
ruang geraknya semakin menyempit, maka Aphis akan membentuk sayap untuk
tujuan migrasi. Proses pembentukan sayap sudah terjadi sejak stadium nimfa.

2. Wereng Empoasca
Wereng Empoasca berwarna hijau kekuningan atau putih. Empoasca yang
berwarna hijau kekuningan bersayap hijau pucat dan tarsi berwarna hijau,
sedangkan Empoasca yang berwarna putih memiliki sayap depan dengan bercak
merah. Imago Empoasca berukuran tubuh 2,5 mm, meletakkan telur di dalam
mesofil daun.
3. Tungau merah
Tidak kurang dari 100 jenis tanaman dapat menjadi tanaman inang tungau ini.
Beberapa di antaranya adalah kedelai, ubi kayu, kapas, jeruk, tomat, dan pepaya.
4. Heliothis
Heliothis (Helicoverpa armigera) merupakan hama pemakan daun dan bunga
kacang tanah. Selain kacang tanah, tanaman inangnya adalah kedelai, tembakau,
jagung, sorgum, kapas, kentang, pupuk hijau, sayur-sayuran, dan tanaman hias.
Larva tua berwarna-warni; hijau kekuningan, hijau, kecoklatan atau mendekati
hitam dengan garis lateral yang terang agak bergelombang. Tubuh larva ditutupi
oleh kutil dan rambut. Larva bersifat kanibal sehingga merupakan salah satu
faktor kematian alami yang bersifat density dependent. Imago (ngengat) betina
berwarna sawo matang, sedangkan yang jantan berwarna kehijauan. lmago
umumnya bertelur secara berpencaran pada pucuk tanaman atau bunga pada
malam hari. Telur berwarna kuning muda dengan umur telur 2-5 hari. Umur larva
18-25 hari, umur pupa 10-15 hari, dan umur imago 8-9 hari, pra peneluran 2-3
hari, dan kapasitas bertelur 1.062 butir per imago betina.

Hama Penting Angsana :


Penggorok daun angsana (Pterocarpus indicus Willd.)
Telur diletakkan pada permukaan bawah daun secara terpisah. Larva mengorok
daun dengan bentuk korokan membundar. Kotoran larva terletak di salah satu sisi
di dalam korokan. Sebelum menjadi pupa, larva membuat jalinan benang sutera

yang membentuk lingkaran pada permukaan korokan. Imago keluar dari korokan
dengan bantuan tonjolan meruncing pada bagian anterior pupa yang menyobek
epidermis daun.

Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum ini, kerusakan tidak mutlak pada
daun angsana sebesar 50%, daun kacang hijau 60% dan daun kacang tanah 27%.
Data ini diperoleh berdasarkan pengamatan yang dilakukan saat praktikum dengan
melihat langsung dan memperkirakan persentase kerusakan yang terjadi pada
masing-masing daun. Sedangkan untuk kerusakan mutlak yang terjadi pada daun
angsana sebesar 70%, daun kacang hijau 60% dan daun kacang tanah 50%.

PERHITUNGAN
Kerusakan Tidak Mutlak
I=

(n1 . v 1) .100
Z. N

Keterangan :
V = nilai kerusakan
n = jumlah tanaman yang terserang
Z = nilai kerusakan max
N = jumlah sampel
Daun angsana
I=

( 0.3 )+ ( 1.4 ) +( 2.3)


.100
2.10

I =50

Daun Kacang Hijau


I=

( 0.4 ) + ( 1.6 )
.100
1.10

I =60

Daun Kacang Tanah


I=

( 0.5 )+ ( 1.3 )+ ( 2.1 )+(3.1)


.100
2.10

I =27

Kerusakan Mutlak

I=

a
.100
a+b

Keterangan :
a = tanaman yang terserang
b = tanaman yang tidak terserang
Daun Angsana
I=

7
.100
7 +3

I=70

Daun Kacang Hijau


I=

6
.100
6 +4

I=60

Daun Kacang Tanah


I=

5
.100
5+5

I=50

IV.KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalash sebgai berikut :
1. Kategori kerusakan tidak mutlak daun angsana adalah sedang, daun kacang
hijau berat dan daun kacang tanah sedang.
2. Kategori kerusakan mutlak pada daun kacang tanah adalah sedang, sedangkan
pada daun angsana dan kacang hijau berat.
3. Persentase kerusakan mutlak cenderung lebih besar daripada kerusakan tidak
mutlak.

DAFTAR PUSTAKA

Mugnisjah,W.Q. dan Setiawan, A. 1995. Produksi Benih. Penerbit Bumi Aksara


Jakarta. Bekerjasama dengan Pusat antar Universitas-Ilmu Hayat. Institut
Pertanian Bogor.
Sembel, D. T. 1989. Dasar-Dasar Biologi dan Ekologi Dalam Pengendalian
Serangga. Fakultas Pertanian UNSRAT Manado
Tulung, M. 2004. Sistem Peramalan Hama. Fakultas Pertanian UNSRAT.
Manado.
.

LAMPIRAN

You might also like