You are on page 1of 16

DISTRIBUSI OBAT DI RS

by Dra Aluwi Sani, Apt.Mpharm

Page 1

Distribusi Obat
Pelayanan Farmasi RS meliputi: Pengadaan,
Pengaturan (Distribusi + Penyimpanan + Record) dan
pemberian obat.
Pelayanan distribusi adl pelayanan yg merupakan
kumpulan banyak proses, yang dilakukan apoteker,
untuk memastikan obat tersedia saat dibutuhkan
dengan mutu yg prima.

Page 2

Keputusan
terapi
Manajemen
Pengadaan obat dan
alkes
Efektif
Komunikasi
dg informasi
yg akurat &
menyeluruh

Pengumpula
n data dan
audit review
dlm kaitan
mutu &
keamanan

J Pharm Prac Res 2004;34:294

Page 3

Objective
TUJUAN PELAYANAN DISTRIBUSI :
Pasien menerima obat yang benar, dengan presentasi (wujud) yg
membantu dlm pemberian dosis agar tepat, pd waktu yg sesuai, dan sedikit
kemungkinan terjadi kesalahan, sekaligus harga murah.
EFEKTIFITAS DISTRIBUSI OBAT, dinilai dg:
Akurat, Sesuai dan Efisien.
Beberapa keuntungan adl: Akuntabilitas dan Pendataan yang di kumpulkan
dari Penggunaan Obat
Sistem yg digunakan dalam pendistribusian, mempertimbangkan:
Penyediaan obat pada waktu yg tepat, Saat pasien membutuhkan

Tekan kemungkinan terjadinya kesalahan (Sistem paling aman)

Minimalkan biaya obat yg disimpan di RS

Tekan barang yg tdk berguna (waste)

Tekan banyak macam obat


Identifikasi pattern penggunaan obat yg kurang manfaat.

Page 4

Model penyaluran obat


Central Pharmacy / Apotek Pusat/ Instalasi Farmasi
Tempat dimana semua kegiatan penyimpanan dan
dispensing (Penyiapan sampai ke pemberian) obat dilakukan.
Sistem Apotek Satelit
Apotek cabang, bertanggung jawab dalam: pembuatan,
penyiapan, dan monitoring obat pada bagian/area tertentu
(spesifik)
Apotek pediatric
Apotek rawat jalan, dll.
Sistem pasien based
Obat pasien diberikan secara individual, baik per
sekali pakai,
maupun per hari.
Page 5

Pemilihan Sistem
Dalam memilih system distribusi, yg perlu dipertimbangkan adl:
Keamanan pasien, yg terkait dengan jumlah obat & macam obat. Adanya
masalah ganguan/ketidak efektifan distribusi obat, akan berdampak serius,
khususnya obat High Alert. Aturan tertulis spt SOP/SPO harus ada dan
difahami oleh semua yang terlibat.
SISTEM PASIEN BASED
UNIT DOSE
Sistem packing dimana setiap obat di wadah dalam tempat yg aman dg
informasi: Nama obat, kekuatan, dosis, no batch, Kadaluarsa. Obat
disimpan ditempat khusus untuk pasien tersebut. Tempat penyimpanan obat
di kunci. (Laci dekat pasien yg terkunci) dan obat tersimpat sesuai kriteria.

Page 6

SISTEM DOSIS HARIAN


Dosis harian umumnya sudah bisa ditentukan dan obat pasien per 24 jam di
packing dg label yg diperlukan.

AMDS (AUTOMATED MEDICATION DISTRIBUTION SYSTEM)


Distribusi obat dg tempat desentralisasi yg terkontrol dg computer. Biasanya
digunakan untuk perpasien

Page 7

Pneumatic tube
Sistem pendistribusian obat dg
tabung dan disalurkan dg
menggunakan udara bertekanan
sebagai kekuatannya.
Hambatan
Tdk bias digunakan unt obat2 yg
tdk stabil (e.g. albumin, insulin,
IVIG).
Obat yang lebih besar dari
tabung.
Obat dg pengawasan tinggi (e.g.
narcotics).

Page 8

PP 51/2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian;


Pekerjaan Kefarmasian meliputi (Bab II, PS 5):
a) Pekerjaan Kefarmasian dlm Pengadaan Sediaan Farmasi
b) Pekerjaan Kefarmasian dlm Produksi Sediaan Farmasi
c)
Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran
Sediaan Farmasi.
d) Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan
Farmasi.

Page 9

PP51/2009: Distribusi
PP 51/ 2009 PS 14:
Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Farmasi:
Ayat 1: Setiap fasilitas distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi
berupa obat harus memiliki seorang Apoteker penanggung jawab.
Ayat 2: Apoteker sebagai Penanggung jawab dapat dibantu oleh
seorang Apoteker Pendamping dan atau Tenaga Teknis
Kefarmasian.
Ayat 3: Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pekerjaan
Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Mentri.

Page 10

PP51/2009: Distribusi
Pasal 15:
Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi atau
Penyaluran Sediaan Farmasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 harus memenuhi ketentuan Cara
Distribusi yang Baik yang ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 16:
(1) Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 harus menetapkan Standar
Prosedur Operasional.
(2) Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan
diperbaharui secara terus menerus sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
farmasi dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Page 11

PP51/2009: Distribusi
Pasal 17:
Pekerjaan Kefarmasian yang berkaitan dengan proses
distribusi atau penyaluran Sediaan Farmasi pada
Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi
wajib dicatat oleh Tenaga Kefarmasian sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Pasal 18:
Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan
Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi atau Penyaluran
Sediaan Farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang distribusi atau
penyaluran.

Page 12

UU no 44/2009 Tentang Rumah Sakit


Pasal 15:
(1) Persyaratan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman dan terjangkau.
(2) Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sakit harus mengikut
standar pelayanan kefarmasian.
(3) Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan bahan
pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi farmasi
sistem satu pintu.
(4) Besaran harga perbekalan farmasi pada instalasi farmasi Rumah
Sakit harus wajar dan berpatokan kepada harga patokan yang
Pemerintah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan
kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Menteri.
Page 13

Page 14

Page 15

Page 16

You might also like