You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

Pengertian Sejarah Islam


Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh dan sirah, atau dalam bahasa
Inggris disebut history. Dari segi bahasa, al-tarikh berarti ketentuan masa atau
waktu, sedang Ilmu Tarikh ilmu yang membahas peristiwa-peristiwa atau
kejadian-kejadian, masa atau tempat terjadinya peristiwa, dan sebab-sebab
terjadinya peristiwa tersebut.

Sedangkan menurut pengertian istilah, al-tarikh berarti; sejumlah keadaan dan


peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, dan benar-benar terjadi pada
diri individu atau masyarakat, sebagaimana benar-benar terjadi pada kenyataankenyataan alam dan manusia.

Dalam bahasa Indonesia sejarah berarti: silsilah; asal-usul (keturunan); kejadian


dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Sedangkan Ilmu
Sejarah adalah pengetahuan atau uraian peristiwa-peristiwa dan kejadiankejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau.

Dalam bahasa Inggris sejarah disebut history, yang berarti orderly description of
past events(uraian secara berurutan tentang kejadian-kejadian masa lampau).

Menurut Ibnu Khaldun, sejarah tidak hanya dipahami sebagai suatu rekaman
peristiwa masa lampau, tetapi juga penalaran kritias untuk menemukan
kebenaran suatu peristiwa masa lampau. Dengan demikian unsur penting dalam
sejarah adalah adanya objek peristiwa (who), adanya batas waktu (when), yaitu
masa lampau, adanya pelaku (who), yaitu manusia, tempatnya (where), latar
belakangnya (whay), dan daya kritis dari peneliti sejarah.

Dari pengertian demikian kita dapat mengatakan bahwa yang dimaksud sejarah
Islam adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh
terjadi yang seluruhnya berkaitan dengan agama Islam. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sejarah Islam adalah berbagai
peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dalam berbagai aspek. Dalam

kaitan ini maka muncullah istilah yang sering digunakan untuk sejarah Islam ini,
diantaranya Sejarah Islam, Sejarah Peradaban Islam, Sejarah dan Kebudayaan
Islam.

Dalam mempelajari dan mengkaji sejarah Islam (muslim) yang terkandung dalam
buku-buku sejarah, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu:

Apa yang menjadi tujuan penulisan, apakah bentuk sejarah pragmatik ataukah
berbentukfilsafat sejarah.
Siapa penulis sejarah itu, termasuk bagaimana kecenderungan sikap hidup atau
ide poliik yang dianutnya, dan
Kapan dia menulis, karena dari situ dapat pula memberi pengaruh apa dan siapa
yang telah membuat dia berinterprestasi begitu.
Periodisasi Sejarah Islam
Dikalangan ahli sejarah terdapat perbedaan tentang kapan dimulainya sejarah
Islam yang telah berusia lebih dari empat belas abad ini. Di satu pihak
menyatakan bahwa sejarah Islam (muslim) dimulai sejak Nabi Muhammad SAW.
diangkat sebagai Rasul, dan berada di Makkah atau tiga belas tahun sebelim
hijrah ke Madinah. Di lain pihak menyatakan, bahwa sejarah Islam itu dimulai
sejak lahirnya negara Madinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Atau
tepatnya setelah Nabi Muhammad SAW. Berhijrah ke Madinah yang sebelumnya
bernama Yatsrib.

Timbulnya perbedaan dari kedua belah pihak tersebut disebabkan karena


perbedaan tinjauan tentang unit sejarah. Pihak pertama melihat bahwa unit
sejarah adalah masyarakat. Masyarakat Muslim telah ada sejak Nabi Muhammad
SAW. Menyampaikan seruannya. Malah jumlah mereka sedikit atau banyak tidak
menjadi soal. Disamping itu, meskipun mereka belum berdaulat, tetapi sudah
terikat dalam satu organisasi yang memiliki corak tersendiri. Sedangkan pihak
kedua melihat bahwa niat sejarah itu adalah Negara, sehingga sejarah Islam
muai dihitung sejak lahirnya Negara Madinah.

Perbedaan pendapat tersebut akan tercermin pada pembagian periodisasi


sejarah (kebudayaan) Islam yang dikemukakan oleh para ahli, terutama dalam
hal tahun permulaan sejarah Islam pada periode pertama atau biasa disebut
periode klasik, dan bahkan ada yang menyebutkan sebagai periode praklasik
guna mengisi babakan sejarah Islam yang belum disebutkan secara tegas dalam
periode klasik tersebut.

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Nourouzzaman as-Shiddiqi yang


menyatakan bahwa waktu sekarang ini para sejarawan cenderung mengambil
masyarakat sebagai unit sejarah. Jika unit sejarah itu tertumpu pada Negara,
maka hal itu mengandung kelemahan. Artinya, batas Negara tidak selalu tetap.
Dia telah membagi perjalanan sejarah Islam ke dalam tiga bagian besar beserta
cirri-ciri sebagai berikut:

Periode klasik, yang dimulai sejak Rasulallah SAW. Menyampaikan seruannya


sampai masa runtuhnya Dinasti Abbasiyah pada tahun 656 H/1258 M. Cirinya
ialah tanpa menutup mata terhadap adanya dinasti-dinasti kecil, Dinasti
Umaiyah Barat yang berkedudukan diAndalusia dan interengum (masa peralihan
pemerintahan) Dinasti Fatimah di Mesir, masih ada satu kekuasaan politik yang
kuat dan disegani. Dalam periode klasik inilah umat Islam mencapai prestasiprestasi puncak di bidang kebudayaan.
Periode pertengahan yang dimulai sejak runtuhnya Dinasti Abbasiyah sampai
abad ke-11 H/17 M. Ciri-cirinya ialah kekuasaan politik terpecah-pecah dan saling
bermusuhan. Osmanli Turki, Mamluk Mesir, Umaiyah Barat di Andalusia, Mamluk
India, dan berdirinya kerajaan-kerajaan Muslim yang berdaulat sendiri-sendiri.
Periode modern, yaitu sejak abad ke-12 H/18 M sampai sekarang. Dalam periode
ini umat Islam sudah tidak memiliki kekuatan politik yang disegani. Dinasti Turki
Osmanli yang pernah menggedor pintu Wina sudah mendapat julukan The Sick
Man of Europa. Bukan saja Turki sudah tidak mampu memperluas wilayah dibagibagi antara Inggris, Perancis dan Rusia. Wilayah Turki Barat seperti sepotong kue
yang menjadi rebutan antara kekuasaan-kekuasaan besar Barat. Bekas jajahan
setiap Negara Barat inilah yang kemudian melahirkan Negara-negara baru
setelah Perang Dunia I.
Adapun dalam makalah kami ini akan dibahas tentang permasalahan
perkembangan Islam pada masa klasik. Yakni pada masa Rasulullah dan Sahabat
Beliau sepeniNggal beliau meninggal dunia.

Rumusan Masalah
Bagaimana perkembangan Islam pada zaman Rasulullah Saw ?
Mengetahui perkembangan Islam setelah wafatnya Rasulullah Saw.
BAB II

PEMBAHASAN

Nabi Muhammad Saw. Adalah golongan Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang
berkuasa dalam suku Quraisy. Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai
pengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk mekkah. Melalui
kegiatan pengembalaan ini dia menemukan tempat untuk berpikir dan
merenung. Dalam suasana demikian, dia ingin melihat sesuatu dibalik
semuanya. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala
pemikiran nefsu duniawi, karena itu sejak muda ia sudah dijuluki Al-Amin, orang
yang terpercaya.

Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke syiria(syam)
dalam usia baru 12 tahun. Kafilah tersebut dipimpin oleh Abu Tholib. Dalam
perjalanan ini, di Bushara, sebelah seltan syiria, ia bertemu dengan seorang
pendeta bernama, Buhairoh. Pendeta ini melihat tanda tanda kenabian pada
Muhammad sesuai petunjuk cerita-cerita Kristen.

Pada usia yang ke dua puluh lima, Muhammad berangkat ke syiria membawa
barang dagangan milik Khadijah seorang saudagar wanita kaya raya. Dalam
perdagangan ini Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian
melamarnya. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilaksanakan. Ketika
itu Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. Dalam perkembangan
selanjutnya, Khadijah adalah wanita yang pertama masuk islam dan banyak
membantu Nabi dalam perjuangan menyebarkan Islam.

Masa Kerasulan Nabi Muhammad Saw


Menjelang usianya yang keempat puluh, dia sudah terlalu biasa memisah kan diri
dari pergaulan masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira,sebuah gunung yang
dekat dengan kota Mekkah. Dan ia beribadah dengan mengikuti ajaran agama
kakeknya yaitu Nabi Ibrahim dari beberapa hari sampai beberapa bulan. Pada
tanggal 17 Ramadhan tahun 611M, Malaikat Jibril muncul dihadapannya,
menyampaikan wahyu Allah yang pertama: Bacalah dengan nama tuhanmu yang
telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmu itu sangat mulia. Dia telah mengajarkan Qolam. Dia telah
mengajar manusia apa yang mereka tidak ketahui(QS 96:1-5). Dengan turunnya
wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Tuhan menjadi Nabi. Dalam
wahyu pertama ini, dia belum disuruh untuk menyeru manusia kepada suatu
agama.

Setelah wahyu pertama itu datang, jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama,
sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira.
Dalam keadaan menanti itulah turun Jibril yang membawa perintah kepadanya.
Wahyu itu berbunyi sebagai berikut: Hai orang yang berselimut, bangun, dan beri

ingatlah, hendaklah engkau besatkan tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu,


tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah ngkau memberi (dengan
maksud)memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk memenuhi perintah
tuhanmu bersabarlah (Q.S. Al-Muddatsir: 1-7).

Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama tama,


beliau melakukannya dengan cara diam diam dilingkungan sendiri dan
dikalangan rekan rekannya. Karena itulah, orang yang pertama kali menerima
dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Langkah dakwah seterusnya
yang diambil adalah menyeru masyarakat umum.

Setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai menghalangi


dakwah Rasul. Banyak cara yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk
mencegah dakwah Nabi Muhammad pertama tama mereka mengira bahwa ,
kekuatan nabi terletak pada lindungan dan pembelaan abu tholib yang amat
disegani itu. Karena itu mereka menyusun siasat bagaimana melepaskan
hubungan Nabi dengan abu thalib dan mengancam dengan mengatakan kami
minta anda memilih satu diantara dua: memerintahkan Muhammad berhenti dari
dakwahnya atau ijinkan kepada kami unuk mencegahnya. Maka dengan itu Abu
Thalib sebagai pamannya mencegah Nabi muhammad SAW akan dakwahnya
karena beliau takut dari kaum Qurais. Namun Nabi menolak dengan
mengatakan: Demi allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat
allah ini, walaupun semua anggota keluarga dan sanak saudara akan
mengucilkan saya. Abu Thalib sangat terharu mendengar jawaban
kemenakannya itu, kemudian berkata: teruskanlah, demi Allah aku akan terus
membelamu.

Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Makkah terhadap kaum muslimin itu,
mendorong Nabi Muhammad untuk mengungsikan sahabat sahabtnya ke luar
Makkah. Pada tahun kelima kerasulannya, Nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia)
sebagai negeri tempat pengungsian. Rombongan pertama sejumlah sepuluh
orang pria dan lima dari wanita, diantaranya Usman bin Affan beserta istrinya
Ruqoyah putri Rasulullah, Zubair bin Awwam dan Abdurrahman bin Auf. Semakin
kejam mereka memperlakukan umat islam semakin banyak orang yang masuk
agama ini. Bahkan, ditengah meningkaynya kekejaman itu, dua orang yang
terkuat di Quraisy masuk Islam, hamzah dan Umar bin Khattab. Namun tidak
lama kemdian Abu Thalib paman Nabi sekaligus pelindung utama Nabi
meninggal dunia dan menyusul Tiga hari setelah itu Khadijah istri Nabi,
meninggal dunia pula. Peristiwa itu terjadi pada tahun sepuluh kenabian. Dan di
tahun ini pula merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad SAW.

Untuk menghibur Nabi yang sedang ditimpa duka, Allah mengisra dan
memirojkan beliau pada tahun ke-10 kenabiannya itu. Berita tentang isra dan
miraj ini menggemparkan masyarakat Makkah. Bagi orang kafir, ia dijadikan
bahan propaganda untuk mendustakan nabi. Sedangkan, bagi orang yang
beriman, ia merupakan ujian keimanan.

Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang kafir Quraisy
menentang Nabi : (1) Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan
kekuasaan. (2) Mereka tidak menginginkan persamaan hak antara hamba sahaya
dengan golongan bangsawan. (3) Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima
ajaran akan hari pembalasan. (4) Kokoh kepercayaan mereka terhadap agama
nenek moyang. (5) Pemahat dan penjual batu memandang Islam sebagai
penghalang rezeki.

Lahirnya Negara Muslim Pertama


Ketika Rasulullah SAW dan Abu Bakar berangkat untuk hijrah, orang-orang
Quraisy mulai memperlihatkan keberangannya dengan menganiaya pengikut
Rasulullah yang belum berangkat, seperti Asma binti Abu Bakar dan yang
lainnya.

Dalam perjalanan menuju Madinah, Rasulullah SAW sempat singgah di Quba


sampai kemudian Ali bin Abi Thalib berhasil mengikutinya. Di Quba Rasul sempat
mendirikan pondasi masjid Quba. Setibanya di Madinah, Rasulullah SAW
disambut dengan penuh suka cita oleh sahabat-sahabat Anshar. Langkah
pertama yang dilakukan di Madinah ialah membangun masjid sebagai tempat
ibadah.

Untuk menyatukan potensi sahabat anshar dan muhajirin, Rasulullah telah


menyatukan sahabat Muhajirin dan Anshar dengan sistem muakhkhah, yakni
mengangkat sebagian anggota dari mereka menjadi saudara angkat bagi yang
lain. Sebagai tindak lanjut dari pembentukan umat, umat Yahudi pun mempunyai
pandangan negatif. Untuk mengantisipasi gejala perpecahan, akhirnya Rasulullah
SAW melakukan pembentukan kesepakatan diantara mereka dengan membuat
suatu undang-undang yang kemudian dikenal dengan Piagam Madinah. Piagam
Madinah merupakan undang-undang pertama di dunia yang menjadi landasan
dalam pembentukan Negara Madinah.

Menurut kami, langkah-langkah yang diambil oleh Nabi Muhammad adalah


sangat brilian, yaitu dengan membuat suatu undang-undang yang kemudian
dikenal dengan Piagam Madinah. Fungsinya untuk mengantisipasi gejala

perpecahan dan menyatukan umat agar berdiri sebuah negara yang kuat yaitu
Negara Madinah

Pembentukan Negara Madinah


Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi
pemimpin penduduk kota itu. Babak sejarah dalam dunia Islam pun dimulai.
Berbeda dengan periode Mekkah, pada periode Madinah, Islam merupakan
kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat
banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan bukan saja
sebagai kepala atau pemimpin agama, tetapi juga sebagai kepala negara.
Dengan kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual
dan kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis
merupakan kepala negara. Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara
baru itu, ia segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar
pertama, pembangunan masjid. Selain untuk tempat salat, juga sebagai sarana
penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan sebagai tempat
bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Bahkan pada
masa Nabi, masjid juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.

Dasar kedua adalah ukhuwah islamiyyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi


mempersaudarakan golongan Muhajirin dan Anshar. Apa yang dilakukan
Rasulullah ini berarti, menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu
persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan
darah.

Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak


beragama Islam. Di Madinah, selain orang Arab Islam, juga terdapat golongan
masyarakat Yahudi dan golongan masyarakat Arab yang masih menganut agama
nenek moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi
Muhammad mengadakan perjanjian dengan mereka. Untuk itu, sebuah piagam
yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai suatu
komunitas telah dibuat. Setiap golongan masyarkat memiliki hak tertentu dalam
bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan beragama dijamin, dan seluruh
anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri itu dari
serangan luar. Dalam perjanjian itu, jelas disebutkan bahwa Rasulullah saw
sebagai kepala pemerintahan karena sejauh menyangkut peraturan dan tata
tertib umum, otoritas mutlak diberikan kepada beliau. Dalam bidang social,
beliau juga meletakkan dasar persamaan antarsesama manusia. Perjanjian ini
dalam pandangan ketatanegaraan sekarang, sering disebut dengan Konstitusi
Madinah.

Menurut kami, dengan terbentuknya Negara Madinah maka Islam makin


bertambah kuat karena dengan berdirinya Negara Madinah kaum Muslimin
sering memenangkan peperangan. Tidak ada pejabat pegawai yang digaji.
Namun, semua pengikut Nabi Muhammad siap diperintah untuk menjalankan
tugas apapun. Oleh Nabi Muhammad para sahabat dibebankan tugas-tugas
dakwah dan politik.

Perluasan Wilayah pada Masa Rasulullah


Sejarah islam di zaman nabi Muhammad SAW terbagi menjadi dua macam
periode yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Pada periode Mekkah (12
tahun) pengikut nabi Muhammad masih sangat sedikit, sementara kegiatan
keagamaan lebih ditekankan kepada penanaman akidah, dan pembinaan akhlak.
Posisi umat islam pada periode ini sangat lemah. Mereka berada dibawah
tekanan dan penindasan kaum quraisy. Dakwah nabi Muhammad mendapat
tantangan sengit (dari warga mekkah), terutama dari kelompok oligarki. Mereka
tidak hanya takut pada tantangan nabi Muhammad terhadap agama tradisional
mereka yang bersifat politisme itu, tetapi juga khawatir kalau striktur
masyarakat dan kepentingan-kepentingan.

Pada waktu Nabi Muhammad wafat ,wilayah kekuasaan Madinah telah mencakup
seluruh jazirah Arabia Husein Muknis menyatakan ,sejak pertama berdirinya
hingga wafatnya Nabi, dan ketika wilayah kekuasan islam sudah meliputi seluruh
jazirah Arabia, maka perkembangan wilayah Negara islam dapat dibagi menjadi
beberapa fase yaitu:

Fase pertama,yaitu sejak rajab 1 H sampai rajab 2 H. pada fase ini, kekuasaan
Nabi menjadi sempurna atas seluruh bagian kota madinah dan sekitarnya. Pada
masa ini, Nabi mengirim sepuluh ekspedisi, baik ghazwah (ekspedisi militer yang
di pimpim Nabi Saw). Maupun syariyah (ekspedisi militer yang di pimpim
sahabat).

Fase kedua, yaitu mulai dari perang Badar sampai Perang Khandaq berakhir (17
Ramadhan 2H/13 Maret 624 M-Dzulqadah 5H/April 627 M). Pada fase ini,
madinah menetapkan kekuasaannya atas seluruh tanah Hijraz (kecuali Mekkah
dan Thaif). Pada masa ini pula kelompok-kelompok besar Yahudi di Madinah yang
berkhiyanat terusir atau dihukum berat, sehingga Negara Madinah menjadi
kekuatan politik dan militer terbesar di Hijaz dan sekitar Najd.

Fase ketiga, yaitu mulai Muharam 6H sampai jumadilakhir 6H (Juni 627 MNovember 628 M). Pada fase ini Negara Madinah berhasil menggabungkan

seluruh daerah di perbatasan Najd dengan Madinah. Ini berarti menambah


wilayah islam seluas 40mil persegi di sebelah timur, yangmembuka jalan untuk
peluasan wilayah kekuasaan lebih lanjut ke arah Najd sehingga Quraisy Mekkah
menjadi terkepung.

Fase keempat, yaitu mulai ekspedisi ke Hasma sampai dilaksanakannya Umrah


Al-Qadha(umrah setahun setelah perjanjian Hudaibiyah), (Jumadilakhir
6H/November 628 M-Dzulqadah7H/Maret 629M). pada fase ini ekspedisi Islam
mengarah ke utara Madinah, mencapai Wadi Al-Qura dan Daumat al-Jandal,
sehingga umat Islam dapat menguasai Khaibar, Fadak, dan Wadi Al-Quran.

Fase kelima, yaitu dari Dzulhijah 7H sampai penaklukan Thaif,DzulQadah 8H(April


629 M-Februari 630 M). Peristiwa penting yang termasuk dalam fase ini adalah
penaklukan kota Mekkah. Sebelumnya Nabi sudah memusatkan perhatiannya
kepada kabilah-kabilah Bali, Judzam, Bahra.

Menurut Ahmad Faridh, bahwa khauf adalah cambuk yang digunakan Allah SWT
untuk menggiring hamba-hamba-Nya menuju ilmu dan amal supaya dengan
keduanya itu mereka dapat dekat dengan Allah SWT. Khauf adalah kesakitan hati
karena mmbayangkan sesuatu yang ditakuti, yang akan menimpa diri di masa
yang akan datang. Khauf dapat mencegah hamba berbuat maksiat dan
mendorongnya untuk senantiasa berada dalam ketaatan.

Kondisi Masyarakat Sepeninggal Rasulullah SAW


Dengan wafatnya Nabi Muhammad SAW di madinah pada tahun 11 hijriah (632
M), ummat muslim dihadapkan kepada suatu krisis konstitusional. Rasul tidak
menunjuk penggantinya, bahkan tidak pula membentuk sebuah majelis untuk
masalah tersebut. Sejumlah suku melepaskan diri dari kekuasaan madinah dan
menolak memberi penghormatan kepada khalifah yang baru, bahkan menolak
pemerintahannya. Sebagian dari mereka bahkan menolak islam. Ada golongan
telah murtad, ada yang mengaku dirinya sebagai nabi dan mendapat pengikut
(pendukung) yang tidak sedikit jumlahnya. Ada juga golongan yang tidak mau
lagi membayar zakat karena mengira zakat sebagai upeti kepada Nabi
Muhammad SAW. Yang masih tetap patuh kepada agama islam adalah penduduk
Mekkah, Madinah dan Thaif. mereka tetap memenuhi kewajiban dan mau
mengorbankan apa yang mereka miliki untuk mengembalikan kejayaan islam.

Sistem Pemilihan Khalifah

Permasalahan politik yang pertama kali muncul sepeninggal Rasulullah SAW


adalah siapakah yang menjadi penggantinya sebagai kepala pemerintahan dan
bagaimana sistem pemerintahannya, karena Nabi Muhammad SAW tidak
meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai
pemimpin politik umat islam setelah beliau wafat. Tetapi setelah beliau telah
mengajarkan suatu prinsip, yaitu musyawarah, sesuai dengan ajaran islam itu
sendiri. Prinsip tersebut telah dibuktikan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam setiap pergantian pimpinan dari empat khalifah periode khulafa alrasyidun, meski dengan versi yang beragam.

Abu Bakar As-Siddiq


Abu Bakar mengaku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang berlangsung
sangat demokratis di muktamar tsaqifah bani said, memenuhi tata cara
perundingan yang dikenal dunia moderen ini. Kaum anshar menekankan pada
persyaratan jasa (merit), mereka mengajukan calon Saad bin Ubadah. Kaum
mujahirin menekankan pada persyaratan kesetiaan mereka mengajukan calon
Abu Ubaidah bin Jarrah. Sementara itu dari ahlul bait menginginkan Ali bin Abi
Thalib menjadi khalifah atas kedudukannya dalam islam, juga sebagai menantu
karib Nabi. hampir saja perpecahan terjadi bahkan adu fisik, melalui perdebatan
dengan beradu argumentasi, akhirnya Abu Bakar disetujui oleh jamaah kaum
muslimin untuk menduduki jabatan khalifah. Rupanya,semangat keagamaan Abu
bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam,sehingga masingmasing pihak menerima dan membaiatnya.

Umar Bin Khatab


Umar bin Khatab menjadi pemimpin negara, setelah Abu Bakar, selama sepuluh
tahun. Beliau di angkat dan dipilih para pemuka masyarakat dan disetujui oleh
jamaah kaum muslimin. Pilihan itu sudah dimintakan pendapat dan persetujuan
pada saat mereka menengok Abu Bakar waktu sakit. Ketika Abu Bakar sakit dan
merasa ajalnya sudah dekat,ia bermusyawarah dengan para pemuka
sahabat,kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud
untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di
kalangan umat Islam.Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima
masyarakat yang segera membaiat Umar.

Ustman Bin Affan


Ustman bin Affan dipilih dan diangkat dari enam orang calon yang ditunjuk oleh
khalifah Umar saat menjelang ajalnya karena pembunuhan. Umar dibunuh oleh

seorang majusi, budak dari Persia bernama Abu Luluah.Untuk menentukan


penggantinya,Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar.Dia
menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada merika untuk memilih salah
seorang diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali,
Thalhah, Zubair, Saad bin Abi Waqqas, dan Abdurrahman bin Auf. Setelah Umar
wafat,tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Usman sebagai khalifah,
melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib.

Ali bin Abi Thalib


Ali bin Abi Thalib tampil memegang pucuk pimpinan Negara di tengahtengah kericuhan dan huru-hara perpecahan akibat terbunuhnya Usman oleh
kaum pemberontak.Khalifah Ali dipilih dan diangkat oleh jamaah kaum muslimin
di madinah dalam suasana yang sangat kacau,dengan pertimbangan jika
Khalifah tidak segera dipilih dan diangkat,maka keadaan akan semakin
bertambah kacau,meskipun ada golongan yang tidak menyukai Ali,tetapi tidak
ada seorang yang ingin diangkat menjadi Khalifah karena Ali masih ada.

Perkembangan peradaban Islam pada masa Bani Umayyah


Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin
Umayyah. Muawiyah dapat menduduki kursi kekuasaan dengan berbagai
cara,siasat, dan tipu muslihat yang licik, bukan atas dasar demokrasi yang
berdasarkan atas hasil pilihan umat islam.

Dengan demikian, berdirinya dinasti ini bukan berdasarkan hukum


musyawarah. Dinasti Bani Umayyah berdiri selama kurang lebih 90 tahun (40132H/661750M), dengan Damaskus sebagai pusat pemerintahannya. Dinasti
Umayyah sangat bersifat Arab Orientalis, artinya dalam segala hal dan segala
bidang para pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula dengan
corak peradaban yang dihasilkan pada masa dinasti ini.

Pada masa pemerintahan dinasti ini banyak kemajuan, perkembangan, dan


perluasan daerah yang dicapai, terlebih pada masa pemerintahan Khalifah Walid
bin Abdul Malik (86-96H/705-715M). Pada masa awal pemerintahan Muawiyah
bin Abi Sufyan ada usaha memperluas wilayah kekuasaan ke berbagai daerah,
seperti ke India dengan mengutus Mhallab bin Abu Sufyan, dan usaha perluasan
ke Barat ke daerah Byzantium dibawah pimpinan Yazid bin Muawiyah. Selain itu
juga diadakan perluasan wilayah ke Afrika Utara. Juga mengarahkan
kekuatannya untuk merebut pusat-pusat kekuasaan diluar jazirah Arab, antara
lain kota Konstantinopel. Adapun alasan Muawiyah bin Abi Sufyan untuk terus
berusaha Byzantium. Pertama, Byzantium merupakan basis kekuatan Agama

Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya dapat membahayakan perkembangan


Islam. Kedua, orang-orang Byzantium sering mengadakan pemberontakan
kedaerah Islam. Ketiga, termasuk wilayah yang mempunyai kekayaan yang
melimpah.

Tidak hanya itu, Islam menjadi sebuah Agama yang mampu memberikan
motifasi para pemeluknya untuk mengembangkan diri dalam berbagai bidang
kehidupan social, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Andalusia pun
memcapai kejayaan pada masa pemerintahan Islam.

Kemajuan-Kemajuan yang Dicapai

Pertama, Bani Umayyah berhasil memperluas daerah kekuasaan Islam ke


berbagai penjuru dunia, seperti Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina,
Semenanjung Arabia, Irak, sebagian kecil Asia, Persia, Afghanistan, Pakistan,
Rukhmenia, Uzbekistan, dan Kirgis.

Kedua, Islam memberikan pengaruh bagi kehidupan masyarakat luas, Sikap


fanatik Arab sangat efektif dalam membangun bangsa Arab yang besar sekaligus
menjadi kaum muslimin atau bangsa Islam Setelah pada saat itu bangsa Arab
merupakan prototipikal dari bangsa Islam sendiri.

Ketiga, telah berkembang ilmu pengetahuan secara tersendiri dengan masingmasing tokoh spesialisnya. Antara lain, dalam ilmu Qiroat (7 qiroat) yang
terkenal yaitu: Ibnu katsir (120H), Ashim (127H), dan Ibnu Amr (118H).

Ilmu Tafsi tokohnya ialah Ibnu Abbas (68H) dan muridnya Mujahid yang pertama
kali menghimpun Tafsir dalam sebuah suhuf, Ilmu Hadits dikumpulkan oleh Ibnu
Syihab Az-Zuhri atas perintah Umar bin Abdul Aziz, tokohnya ialah Hasan Al-Basri
(110H), Said bin Musayyad, Rabiah Ar-Raiy guru dari Imam Malik, Ibnu Abi
Malikah, Syabi Abu Amir bin Syurahbil. Kemudian ilmu Kimia dan Kedokteran,
Ilmu Sejarah, Ilmu Nahwu, dan sebagainya.

Keempat, perkembangan dalam hal administrasi ketatanegaraan, seperti adanya


Lembaga Peradilan (Qadha), Kitabat, Hajib, Barid, dan sebagainya.

Perkembangan peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah


Awal kekuasaan Dinasti Bani Abbas ditandai dengan pembangkangan yang
dilakukan oleh Dinasti Umayah di Andalusia (Spanyol). Di satu sisi, Abd alRahman al-Dakhil bergelar amir (jabatan kepala wilayah ketika itu); sedangkan
disisi yang lain, ia tidak tunduk kepada khalifah yang ada di Baghdad.
Pembangkangan Abd al-Rahman al-Dakhil terhadap Bani Abbas mirip dengan
pembangkangan yang dilakukan oleh muawiyah terhadap Ali Ibn Abi Thalib. Dari
segi durasi, kekuasaan Dinasti Bani Abbas termasuk lama, yaitu sekitar lima
abad.

Abu al-Abbas al-Safah (750-754 M) adalah pendiri dinasti Bani Abbas. Akan tetapi
karena kekuasaannya sangat singkat, Abu jafar al-Manshur (754-775 M) yang
banyak berjasa dalam membangun pemerintahan dinasti Bani Abbas. Pada tahun
762 M, Abu jafar al-Manshur memindahkan ibukota dari Damaskus ke
Hasyimiyah, kemudian dipindahkan lagi ke Baghdad dekat dengan Ctesiphon,
bekas ibukota Persia. Oleh karena itu, ibukota pemerintahan Dinasti Bani Abbas
berada di tengah-tengah bangsa Persia.

Abu jafar al-Manshur sebagai pendiri muawiyah setelah Abu Abbas al-Saffah,
digambarkan sebagai orang yang kuat dan tegas, ditangannyalah Abbasiyah
mempunyai pengaruh yang kuat. Pada masa pemerintahannya Baghdad
sangatlah disegani oleh kekuasaan Byzantium.

Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah, melanjutkan kekuasaan


dinasti Umayah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan
penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad saw.
Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132
H (750 M) s.d 656 H (1258 M).

Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda


sesuai dengan perubahan politik, social dan budaya. Berdasarkan pola
pemerintahan dan pola politik itu para sejarawan biasanya membagi masa
pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :

1. Periode Pertama (132 H/750 M 232 H/847 M), disebut periode pengaruh
Persia pertama.

2. Periode Kedua (232 H/847 M 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki
pertama.

3. Periode Ketiga (334 H/945 M 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih
dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh
Persia kedua.

4. Periode Keempat (447 H/1055 M 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti
Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga
dengan masa pengaruh Turki kedua.

5. Periode Kelima (590 H/1194 M 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.

Kemajuan Dinati Bani Abbasyiah

Setiap dinasti atau rezim mengalami fase-fase yang dikenal dengan fase
pendirian, fase pembangunan dan kemajuan, fase kemunduran dan kehancuran.
Akan tetapi durasi dari masing-masing fase itu berbeda-beda karena bergantung
pada kemampuan penyelenggaraan pemerintahan yang bersangkutan.

Pada masa pemerintahan, masing-masing memiliki berbagai kemajuan dari


beberapa bidang, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial.
Pada masing-masing bidang memiliki kelebihan dan kekurangan.

Bidang Politik
Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik
yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari
luar. Gerakan-gerakan ini seperti sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern
Bani Abbas, revolusi al-khawarij di Afrika utara, gerakan zindik di Persia, gerakan
Syiah dan konflik antar bangsa serta aliran pemikiran keagamaan, semuanya
dapat dipadamkan.

Bidang Ekonomi

Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai nmeningkat dengan peningkatan di


sector pertanian, melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti
perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara timur dan
barat juga banyak membawa kekayaan. Bahsrah menjadi pelabuhan yang
penting.

Bidang Sosial
Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun AlRasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Mamun (813-833 M). kekayaan yang
banyak di manfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan social. Rumah sakit,
lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah
terdapat paling tidak 800 orang dokter. Disamping itu pemandian-pemandian
juga dibangun. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman
khalifah ini, kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Nabi Muhammad Saw. Adalah golongan Bani Hasyim, ia datang dengan agama
Islam dimana Allah tidak akan menerima pada hari kiamat akan agama selain
agama Islam. Menjelang usianya yang keempat puluh, dia sudah terlalu biasa
memisah kan diri dari pergaulan masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira,sebuah
gunung yang dekat dengan kota Mekkah. Dan ia beribadah dengan mengikuti
ajaran agama kakeknya yaitu Nabi Ibrahim.

Islam merupakan agama yang langsung diturunkan oleh Allah SWT yang memuat
peraturan mutlak dan abadi untuk mengatur kehidupan umat manusia.
Peraturan itu tertuang dalam Al-Quran. Sebagai pedoman hidup, Al-Quran
sudah mencakup seluruh aspek kehidupan umat manusia.

Pada pemerintahan masa sahabat (Khulafa ar-Rasyidin) kekuasaan Abu Bakar


bersifat sentral.Sedangkan Khalifah Umar menduduki system pemerintahan yang
menonjol,ia juga dijuluki peletak Dasar/Pembangun Negara Modern.

Pemerintahan Usman mengalami masa kemakmuran dan berhasil dalam


beberapa tahun pertama pemerintahannya.Ia melanjutkan kebijakan-kebijakan
Khalifah Umar.Pada separuh terkhir pemerintahannya,muncul kekeciwaan dan
ketidak puasan di kalangan masyarakat karena ia mulai mengambil kebijakan
yang berbeda dari sebelumnya,Usman mengangkat keluarganya (Bani Umayah)
pada kedudukan yang tertinggi.

Melainkan masa Ali,ia ingin bercita-cita mengembalikan system pemerintahan


yang sudah dilakukan oleh Usman untuk dirubah seperti masa pemerintahan
Umar.Ali kemudian bertikad untuk mengganti semua gubernur yang tidak
disenangi rakyat,tetapi Muawiyah gubernur Syria,menolaknya.Oleh karenanya
khalifah Ali harus menghadapi kesulitan dengan Bani Umayah.

Pada masa dinasti Bani Umayyah, peradaban Islam mengalami


perkembangan/kemajuan, yaitu:

Berhasil dalam memperluas daerah kekuasaan Islam ke berbagai penjuru dunia,


seprti Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagian
kecil Asia, Persia, Afghanistan, Pakistan, Rukhmenia, Uzbekistan, dan Kirgis.
Islam mempengaruh kehidupan masyarakat luas.
Ilmu pengetahuan, antara lain: Ilmu Qiroat, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, Ilmu Kimia,
dan kedokteran, Ilmu Sejarah, Ilmu Nahwu, dan sebagainya.
Dinasti Abbasiyah adalah suatu dinasti (Bani Abbas) yang menguasai daulat
(negara) Islamiah pada masa klasik dan pertengahan Islam. Daulat Islamiah
ketika berada di bawah kekuasaan dinasti ini disebut juga dengan Daulat
Abbasiyah. Daulat Abbasiyah adalah daulat (negara) yang melanjutkan
kekuasaan Daulat Umayyah. Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena para pendiri
dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas (Bani Abbas), paman Nabi
Muhammad SAW.

Sejalan dengan berdirinya Dinasti Abbasyiah, ada beberapa kemajuan yang


dicapai oleh Dinasti ini, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang
sosial. Selain itu juga setiap Dinasti bukan hanya mencapai kemajuan, tapi juga
mendapat sebuah kehancuran.

DAFTAR PUSTAKA

Ajid Thohir, PERKEMBANGAN PERADABAN DI KAWASAN DUNIA ISLAM, cet.1,


(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004)

Badri yatim, SEJARAH PERADABAN ISLAM, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


2008)

Dr. Badriatim, M.A, Sejarah Peradapan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafino


Persada.1993)

http:/Sejarah Peradaban Islam Bani Umayyah.

http:/www.seribd.com/doc/22677510/Sejarah-peradaban-Islam-BaniUmayyah/19-03-2012.

Husayn Ahmad Amin, seratus tokoh dalam ssejarah islam (bandung, Remaja
rosdakarya, 2006 cet 9)

Jaih Mubarok, Dr., M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani
Quraisyi, Cet. 1, 2004)

You might also like