You are on page 1of 25

Produksi Bio-Butanol

Wulan Novia Tresnaati


(20614018)
Lilih Siti Solihat (21114001)

Butanol (C4H9OH)
Butanol digunakan sebagai pelarut (untuk cat,
resin, karet), plasticizer, coating
Sebagai bahan bakar alternatif dengan sifat
mirip bensin
Dibandingkan dengan etanol, rantai karbonnya
lebih panjang, lebih tinggi dalam hal volatilitas,
polaritas, nilai pembakaran, dan nilai
oktannya, serta lebih sedikit sifat korosifnya
Diproduksi dari biomassa melalui fermentasi
aseton butanol etanol (ABE) -> Biobutanol

Mikroorganisme dan Substrat


Butanol
Mikroorganisme
Clostridium
acetobutylicum (bakteri
pertama dalam
fermentasi ABE)
Clostridium beijerinckii

Clostridium
pasteurianum
C. sporogenes
C.
saccharoperbutylacetoni

Substrat
Dadih keju, buah palm
kosong, jerami padi

Tepung singkong, jerami


gandum dan Barley,
glukosa, tongkol jagung
Gliserol
Jerami padi
Kulit padi, jerami padi

Metabolisme Clostridium
Dua Tahap:
Asidogenesis
Ditandai dengan konversi substrat menjadi asam
(asam asetat dan butirat) dan pertumbuhan sel
eksponensial dengan pembentukan ATP.
Tahap ini merupakan tahap fundamental, tanpa
jumlah sel yang cukup, produksi larutan menjadi
sulit.
Solventogenesis
Ditandai dengan konversi substrat dan asam
menjadi larutan (ABE).
Clostridium solventogenik dapat menggunakan
beragam sumber karbon; tepung, sukrosa,

Jalur fermentasi ABE

Rekayasa Genetik pada


Mikroorganisme Penghasil Butanol
Mikroorganisme yang diharapkan dalam aplikasi
industri adalah yang lebih toleran terhadap larutan
(butanol) dan toleran terhadap oksigen.
Rekayasa dilakukan dengan cara:
memasukkan beberapa gen heterogen, overekspresi atau knock out beberapa gen
mengganggu jalur yang mensintesis produk yang
tidak diinginkan atau mengubah jalur
pembentukan asetat dan butirat (tahap
asidogenik) -> menaikkan produk hingga 9%
menggunakan kultur Bacillus subtilis untuk
mempertahankan kondisi anaerobik medium
selama fermentasi Clostridium, sehingga
fermentasinya tidak memerlukan pemberian N

Substrart
70% dari total biaya produksi digunakan
untuk penyediaan substrat
Untuk kepentingan ekonomis terdapat dua
jenis substrat (sumber karbon) yang
digunakan yaitu
Lignocellulo
sic

Molasses

Lignocellulosic (Substrat)
Bahan matrial lignuselusosic
dapat berasal dari limbah
pertanian serta limbah kertas
dan kayu.
Substrat lignocellulosic tidak
dapat langsung digunakan
untuk proses fermentasi.
Lignocellulesic terdiri dari tiga
polimer yaitu selulosa,
hemiselulosa, dan lignin.
Terdapat tiga tahap proses
penggunaan lignocellulosic
PreFermentat
hydrolysis
sebagai substrat, yaitu:
treatment
ion

Lignocellulosic (pre-teratment dan


hydrolysis)
Lee et all., (2009) menggunakan
kombinasi larutan asam HCl 1%
(v/v) dan berbagai enzim seperti amylase, -amylase, dan
amyloglucosidase.
Liu et all.,(2012) menggunakan
Ca(OH)2 untuk detooksifikasi
inhibitor yang berasal dari raw
matrial berupa limbah bongol
jagung,
kemudian dinetralisasi
menggunakan HCl 2mol
selnjutnya disentrifugasi 7000 xg
selama 10 menit dan dikeringkan
pada oven 105C selama 8 jam.
Tahap selanjutnya yitu tahap
hydrolysis menggunakan amylase dan -amylase.

Molasses (Substrats)
Molase dapat digunakan langsung sebagai
substrat untuk fermentasi
Molase merupakan produk sampingan dari
industripengolahan gula tebu atau gula bityang
masih mengandung gula dan asam-asam organik.
Biasanya molase dikombinasikan dengan
suplemen tambahan organik atau inorganik
nitrogen dan fosfor, serta buffer.

Fermentation
Fermentasi konvensional sebelum

1930(Batch Fermentor)
Ukuran fermentor untuk skala industri 100-200
m. substrat yang digunakan adalah molase
atau bubur jagung. (Yield=18-22g/L)
Molase atau bubur jagung disteriliasi dengan cara dipanaslan
(107-120C) selama 15-60 menit.
Melarutkan substrat antara 5-7.5 wt% dan ditambahkan
suplemen N,P, dan Buffer.
Menciptkan kondisi anaerobik dengan cara memberi CO2

Disisi lain kultur disiapkan yang sebelumnya dalam bentuk


spora yang disimpan dalam tanah steril diaktivasi dengan cara
dipanaskan 65-100C selama 1-3 menit.
Selanjutnya, sel diinokulasi ke fermenter sebanyak 2-4%.
Diinkubasi pada suhu 31-32C (molase) dan 34-39C(bubur
jagung)

Pengembangan Fermentasi Batch

Fed Batch and Continuous


Fermentation
Fed Batch
rnenambahkan media baru secara teratur pada kultur
tertutup, tanpa mengetuarkan cairan kultur yang ada di
dalamfermentorsehingga volume kultur makin lama
makin bertambah.

Continuous Fermentation

Pada sistem ini fermentasi tidak boleh memasuki fase


stasioner karna akumulasi butanol yang tinggi dapat bersifat
toksik terhadap sel. Fermentasi tetap dijaga dalam fase
eksponensial dengan cara manbah substrat dan
mengeluarkan solvent secara kontinyu dan bersamaan.
Yield yang dihasilakan lebih sedikit dibandingkan Batch.

Free Cell multistages Continuous


Fermentation

Bioreaktor untuk pertumbuhan, acidogenesis, dan


solventogenesis terjadi dalam bioreaktor yang
terpisah.
Yield yang dihasilakan setara dengan sistem
batch

Immobillized and Cell Recycle


Continuous Reactors
Immobilized (Biofilm)

Menahan posisi sel pada lumpur (Qureshi,et al., 2005) dan serat (Huang, et al.,
2004)
Cell Recycle Continuous Reactor
Reaktor diawali deengan sistem batch dan membiarkan sel tumbuh hingga fase
eksponensial, sebelum fase stasioner cell broth disirkulasikan melaluli membran.
Membran tersebut hanya dapat dilewati oleh cairan sedangkan sel tertahan.
Sel dapat digunakan kembali dalam bioreaktor pertumbuhan (resaycle), dan
cairan dikeluarkan dan ditindaklanjuti hingga dihasilkan produk.

Purifikasi Butanol

1. Distilasi
. butanol memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada air,
. proses distilasi ini memerlukan banyak energi dan
menaikkan biaya keseluruhan proses, khususnya pada
media dengan butanol berkonsentrasi rendah

Lanjutan Purifikasi Butanol


2. Adsorpsi
Adsorpsi diuji coba dalam pemisahan butanol dari medium fermentasi,
tetapi kapasitas penyerapan sangat rendah dan tidak bisa digunakan
pada industri bahan bakar.
Berbagai bahan digunakan sebagai penyerap untuk pemurnian
butanol, silicalite yang paling banyak digunakan.
Silicalite, bentuk silika dengan struktur seperti zeolite dan hidrofobik
dapat secara selektif menyerap molekul organik kecil seperti alkohol
C1-C5 dari larutan encer.
Metode adsorpsi ini hanya dapat dilakukan pada skala laboratorium
saja, karena kapasitas penyerapan butanolnya kecil.

Lanjutan Purifikasi Butanol


3. Gas stripping
Gas stripping merupakan teknik yang menjanjikan untuk
diaplikasikan pada pemurnian butanol selama fermentasi
ABE.
Pemisahan bahan volatil dapat diperoleh dengan
merendahkan tekanan, panas atau penggunakan inert gas.
Pada banyak penerapan praktisnya, kombinasi teknikteknik tersebut digunakan.
Dengan memasukkan larutan ke kolom countercurrent
menjadi gas (inert) untuk mencapai pemisahan komponen
spesifik. Dalam hal ini butanol, etanol dan aseton.

Lanjutan Purifikasi Butanol


4. Pervaporasi
Pervaporasi merupakan salah satu teknik menjanjikan
untuk memisahkan substansi toksik bagi Clostridium
acetobutylicum seperti butanol, etanol, dan aseton.
Metode ini melibatkan transpor selektif dengan difusi
beberapa komponen melalui membran. Sebuah vakum
diterapkan di samping penyerap. Uap yang diserap dapat
terkondensasi di atas sisi tekanan rendah. Membran
tersebut harus menjadi polimer hidrofobik karena
pemindahan komponen organik dari medium fermentasi
lebih disukai. Membran Polydimethylsiloxane dan lembar
karet silikon umumnya digunakan untuk proses pervorasi.
Kekurangan metode ini adalah biaya menjadi tinggi untuk
menghasilkan tekanan rendah pada sisi membran
bertekanan rendah.
Pemilihan polimer yang sesuai membentuk bagian aktif
membran merupakan hal yang krusial dalam kasus ini.

Skema Pervaporasi

Lanjutan Purifikasi Butanol


5. Aplikasi Ionic liquid
Ionic liquid (IL) merupakan larutan non volatil
yang ramah lingkungan untuk berbagai proses
kimia. IL dapat digunakan untuk ekstraksi
butanol dari medium fermentasi.
Ionic liquid merupakan garam organik yang cair
pada kondisi ruangan, mempunyai tekanan uap
yang rendah dan kelarutan rendah dalam air.
Oleh karena itu, IL merupakan larutan yang
bernilai dalam proses ekstraksi.

Kation dan Anion dalam


Ionic liquid
Kombinasi kation
dan anion memberi
16 IL berbeda.
penggantian radikal
yang sesuai dalam
struktur kation
dapat menghasilkan
IL beberapa kali
lebih banyak
menjadi
pertimbangan
dalam desain liquid
ionik.

Aplikasi IL Langsung pada Bioreaktor


Penggunaan liquid ionik untuk ekstraksi butanol dapat
dilakukan melalui pemberian langsung liquid ke dalam
bioreaktor atau pemisahan butanol di luar bioreaktor. IL yang
terpilih diuji apakah beracun untuk Clostridium acetobutylicum.
Karena kontak IL dengan medium ,ekstraksi biobutanol berjalan
simultan dengan produk metabolik lain seperti etanol dan
aseton.
Karena kelarutan IL dalam air sangat rendah, hasil ekstraksi
berupa fase terpisah, yang akan berpindah dari medium
kemudian memasuki evaporator dan didestilasi.
Liquid ionik yang telah digunakan memasuki pendingin dan
akan didaur ulang ke tangki fermentasi.
Pemisahan produk biokonversi ini membuat proses
transformasi bahan baku menjadi biobutanol lebih cepat.
Opsi lain adalah dengan menggunakan likuid ionik pemisah
botanol dari medium fermentasi di luar bioreaktor dan
pemisahan butanol dilakukan dalam kontrantor membran.

Gambar Aplikasi IL Langsung pada


Bioreaktor

SEKIAN TERIMAKASIH

You might also like