You are on page 1of 25

BAB XII

BIOTEKNOLOGI

12.1. PENDAHULUAN
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup
(bakteri, fungi, virus dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim) dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan
bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu
terapan dan murni, seperti biokimia, komputer, biologi molekuler, mikrobiologi, dan
genetika. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan
berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi, dalam pengertian yang umum, telah berkembang sejak ribuan
tahun yang silam. Pembuatan minuman beralkohol melalui proses fermentasi yang
dilakukan oleh mikroba telah dikerjakan sejak sekitar 3.000 tahun sebelum Masehi,
meskipun pada saat itu belum diketahui dasar ilmiahnya. Oleh karena itu jika dirunut dari
sejarah perkembangan ilmu dan teknologi, maka produk-produk jasad hidup yang telah
dikembangkan manusia sejak ratusan atau bahkan ribuan tahun yang silam dapat
dikategorikan sebagai produk bioteknologi. Sebagai contoh, produk minuman hasil
fermentasi, wine, bir, yoghurt, tempe, oncom, tape dan lain-lain adalah produk yang
dihasilkan dari pemanfaatan agensia jasad hidup. Dari sejarah singkat bioteknologi
tersebut maka bioteknologi didefinisikan sebagai penerapan prinsip-prinsip biologi,
biokimia dan rekayasa dalam pengolahan bahan dengan memanfaatkan agensia jasad
hidup dan komponen-komponennya untuk menghasilkan barang dan jasa.
Pada masa kini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara
maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi seperti
rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinasi DNA, kloning, dan lain-lain. Teknologi ini
memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik yang
belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Di bidang pangan, dengan
menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan rekombinan DNA, dapat
dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena kandungan gizi yang lebih
jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun
tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada
pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi

yang tumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di
sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.
12.2. SEJARAH PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI
Bioteknologi telah berkembang sejak ribuan tahun yang silam. Pembuatan minuman
beralkohol melalui proses fermentasi yang dilakukan oleh mikroba telah dikerjakan sejak
sekitar 3.000 tahun sebelum Masehi. Di bawah ini secara ringkas digambarkan sejarah
perkembangan bioteknologi.
3000 th SM

minuman berakohol hasil fermentasi

1680

penemuan sel khamir oleh Antonie van


Leeuwenhoek

1818

fermentasi sel khamir oleh Erxleben

1857

fermentasi asam laktat oleh Pasteur

1897

Buchner mengungkap enzim yang berperan


dalam fermentasi

Awal abad 20

konsep pewarisan sifat dari Gregor Mendel

1928

Fred. Griffith menemukan konsep transformasi

1944

Oswall Avery, Colin McLeod & Maclyn Mc Carty


menunjukkan bahwa yang ditransformasikan
adalah senyawa asam nukleat tipe deoksiribosa

1953

Watson & Crick menemukan struktur 3 dimensi DNA

1970-an

Nathan & Smith menemukan enzim yang dapat


memotong molekul DNA secara spesifik yaitu
enzim endonuklease restriksi
Penemuan enzim DNA ligase (enzim untuk
menyambung potongan DNA)
Paul Berg berhasil menyambung molekul DNA
sehingga dihasilkan DNA rekombinan yang
pertama kali (Nobel)

Teknologi DNA Rekombinan (Rekayasa Genetik)

merupakan tulang punggung bioteknologi modern

12.2. PERANAN MIKROORGANISME DALAM BIOTEKNOLOGI


Dalam

bioteknologi,

mikroba

mempunyai

peranan

yang

penting

untuk

menghasilkan suatu produk. Mikroorganisme yang sering digunakan dalam bioteknologi


adalah virus, bakteri, jamur dan alga. Beberapa alasan mengapa mikroorganisme
dijadikan subyek pada berbagai proses bioteknologi adalah:
1. Perkembangan mikroba yang sangat cepat
2. Mudah diperoleh di lingkungan kita
3. Sifat mikroorganisme yang mudah dimodifikasi melalui teknik rekayasa genetika
sehingga dpat menghasilkan produk yang sesuai dengan yang diinginkan
4. Mikroba dapat menghasilkan berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia tanpa
tergantung pada musim dan kondisi lingkungan
Di bawah ini akan diuraikan peranan mikroorganisme dalam berbagai bidang.
12.2.1. Peranan Mikroorganisme di Bidang Pertanian
Tanah

sangat

kaya

akan

keragaman

mikroorganisme,

seperti

bakteri,

actinomicetes, fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah pertanian yang subur mengandung
lebh dari 100 juta mikroba per gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah
tergantung pada aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki
peranan yang menguntungkan bagi pertanian, yaitu berperan dalam menghancurkan
limbah organik, re-cycling hara tanaman, fiksasi bologis nitrogen, pelarutan fosfat,
merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen dan membantu penyerapan unsur hara.
Bioteknologi berbasis mikroba dikembangkan dengan memanfaatkan peran-peran
penting mikroba tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut.
A. Teknologi Kompos Bioaktif
Salah satu masalah yang sering ditemui ketika menerapkan pertanian organik
adalah kandungan bahan organik dan status hara tanah yang rendah. Petani
organik mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pupuk hijau atau
pupuk kandang. Kedua jenis pupuk itu adalah limbah organik yang telah
mengalami penghancuran sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Limbah
organik seperti sisa-sisa tanaman dan kotoran binatang ternak tidak bisa
langsung diberikan ke tanaman. Limbah organik harus dihancurkan/dikomposkan
terlebih dahulu oleh mikroba tanah menjadi unsur hara yang dapat diserap oleh
tanaman. Proses pengkomposan alami memakan waktu yang sangat lama,

berkisar antara enam bulan hingga setahun sampai bahan organik tersebut
benar-benar tersedia bagi tanaman.
Proses

pengomposan

dapat

dipercepat

dengan

menggunakan

mikroba

penghancur (dekomposer) yang berkemampuan tinggi. Penggunaan mikroba


dapat mempersingkat proses dekomposisi dari beberapa bulan menjadi
beberapa minggu saja. Di pasaran saat ini banyak tersedia produk-produk
biodekomposer untuk mempercepat proses pengomposan, misalnya: SuperDec,
OrgaDec, EM4, EM Lestari, Starbio, Degra Simba, Stardec, dan lain-lain.
Kompos bioaktif adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba
lignoselulolitik unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan
sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman. SuperDec dan OrgaDec,
biodekomposer

yang

dikembangkan

oleh

Balai

Penelitian

Bioteknologi

Perkebunan Indonesia (BPBPI), dikembangkan berdasarkan filosofi tersebut.


Mikroba

biodekomposer

unggul

yang

digunakan

adalah

Trichoderma

pseudokoningii , Cytopaga sp, dan fungi pelapuk putih. Mikroba tersebut mampu
mempercepat proses pengomposan menjadi sekitar 2-3 minggu. Mikroba akan
tetap hidup dan aktif di dalam kompos. Ketika kompos tersebut diberikan ke
tanah, mikroba akan berperan untuk mengendalikan organisme patogen
penyebab penyakit tanaman.
B. Biofertilizer
Petani organik sangat menghindari pemakaian pupuk kimia. Untuk memenuhi
kebutuhan hara tanaman, petani organik mengandalkan kompos sebagai sumber
utama nutrisi tanaman. Sayangnya kandungan hara kompos rendah. Kompos
matang kandungan haranya kurang lebih : 1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K.
Dengan kata lain 100 kg kompos setara dengan 1.69 kg Urea, 0.34 kg SP 36,
dan 2.18 kg KCl. Misalnya untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya 200 kg
Urea/ha, 75 kg SP 36/ha dan 37.5 kg KCl/ha, maka membutuhkan sebanyak 22
ton kompos/ha. Jumlah kompos yang demikian besar ini memerlukan banyak
tenaga kerja dan berimplikasi pada naiknya biaya produksi.

Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupun


penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu
Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba.
Hara N tersedia melimpah di udara. Kurang lebih 74% kandungan udara adalah
N. Namun, N udara tidak dapat langsung dimanfaatkan tanaman. N harus
ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman.
Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebas.
Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang hidup di dalam
bintil akar tanaman kacang-kacangan ( leguminose ). Mikroba penambat N nonsimbiotik misalnya: Azoospirillum sp dan Azetobacter sp. Mikroba penambat N
simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan
mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman.
Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah
mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah pertanian kita umumnya
memiliki kandungan P cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak
tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah. Di sinilah peranan
mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat dan
menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan
P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp dan Bacillus
megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga
berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.
Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah
Mikoriza yang bersimbiosis pada akar tanaman. Setidaknya ada dua jenis
mikoriza yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan
endomikoriza.

Mikoriza

berperan

dalam

melarutkan

dan

membantu

penyerapan hara P oleh tanaman. Selain itu tanaman yang bermikoriza


umumnya juga lebih tahan terhadap kekeringan. Contoh mikoriza yang sering
dimanfaatkan adalah Glomus sp dan Gigaspora sp.
Beberapa mikroba tanah mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat
merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan
diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih

besar. Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara


lain: Pseudomonas sp dan Azotobacter sp.
Mikroba-mikroba bermanfaat tersebut diformulasikan dalam bahan pembawa
khusus dan digunakan sebagai biofertilizer. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
BPBPI mendapatkan bahwa biofertilizer setidaknya dapat mensuplai lebih dari
setengah kebutuhan hara tanaman. Biofertilizer yang tersedia di pasaran antara
lain: Emas, Rhiphosant, Kamizae, OST dan Simbionriza.
C. Agen Biokontrol
Hama dan penyakit merupakan salah satu kendala serius dalam budidaya
pertanian organik. Jenis-jenis tanaman yang terbiasa dilindungi oleh pestisida
kimia, umumnya sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit ketika
dibudidayakan dengan sistim organik. Alam sebenarnya telah menyediakan
mekanisme perlindungan alami. Di alam terdapat mikroba yang dapat
mengendalikan

organisme

patogen

tersebut.

Organisme

patogen

akan

merugikan tanaman ketika terjadi ketidakseimbangan populasi antara organisme


patogen dengan mikroba pengendalinya, di mana jumlah organisme patogen
lebih banyak daripada jumlah mikroba pengendalinya. Apabila kita dapat
menyeimbangakan populasi kedua jenis organisme ini, maka hama dan penyakit
tanaman dapat dihindari.
Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain: Bacillus
thurigiensis

(BT),

Bauveria

bassiana,

Paecilomyces

fumosoroseus,

dan

Metharizium anisopliae. Mikroba ini mampu menyerang dan membunuh berbagai


serangga hama. Mikroba yang dapat mengendalikan penyakit tanaman
misalnya: Trichoderma sp. yang mampu mengendalikan penyakit tanaman yang
disebabkan oleh Ganoderma sp, JAP (jamur akar putih), dan Phytoptora sp.
Beberapa biokontrol yang tersedia di pasaran antara lain: Greemi-G, Bio-Meteor,
NirAma, Marfu-P dan Hamago.
12.2.2. Peranan Mikroorganisme dalam Produksi Pangan
Mikroorganisme dapat mengubah substrat menjadi produk yang diinginkan dan
berperan dalam proses fermentasi. Sejas dahulu orang sudah menggunakan

mikroorganisme untuk mengolah bahan pangan. Prosesnya disebut fermentasi. Melalui


proses fermentasi ini akan dihasilkan berbagai produk makanan dan minutan, seperti
tempe, oncom, kecap, keju, yogurt, minutan beralkohol, dan roti.
A. Tempe
Tempe merupakan produk hasil fermentasi jamur Rhizopus sp. Bahan atau
substratnya adalah kedelai. Tempe adalah makanan asli Indonesia yang sudah
dikenal secara luas oleh penduduk Indonesia terutama penduduk di Pulau Jawa.
Tempe merupakan makanan yang memiliki kandungan protein yang tinggi.
B. Oncom
Oncom adalah makanan khas penduduk Jawa Barat. Oncom merupakan hasil
fermentasi kacang oleh mikroorganisme tertentu. Apabila bungkil kacang
difermentasi oleh Neurospora sp. akan menghasilkan oncom merah, sedangkan
bila bungkil kacang difermentasi oleh Rhizopus sp. akan menghasilkan oncom
putih.
C. Kecap
Kecap

merupakan

makanan

fermentasi

dengan

bahan

baku

kedelai.

Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan kecap adalah Aspergillus


wentii.
D. Keju
Mikroorganisme yang digunakan untuk membuat keju adalah kelompok bakteri
asam laktat yang berfungsi memfermentasi laktosa dalam susu menjadi asam
laktat. Bakteri asam laktat yang biasa digunakan adalah Lactobacillus bulgaricus,
Lactobacillus lactis, dan Streptococcus.
Proses pembuatan keju diawali dengan memanaskan susu sampai suhunya
mencapai 90oC, kemudian didinginkan sampai suhunya menjadi 30oC.
Selanjutnya keju diinokulasi dengan bakteri asam laktat. Aktivitas bakteri asam
laktat mengakibatkan turunnya pH dan susu yang terpisah menjadi dadih padat

dan cairan whey. Proses pemisahan susu menjadi dadih padat dan cairan whey
disebut pendadihan. Kemudian enzim renin dari lambung sapi muda (sekarang
diganti dengan enzim buatan yaitu kimosin) ditambahkan untuk menggumpalkan
dadih.
Dadih yang terbentuk dipanaskan 32o 42oC sambil ditambah garam. Dadih
kemudian ditekan untuk membuang air dan disimpan supaya matang.
Penyimpanan bertujuan juga supaya mikroorganisme dan enzim bekerja yang
menghasilkan citarasa keju. Makin lama disimpan, makin tinggi derajat
keasamannya dan makin tajam citarasanya.
E. Yoghurt
Pembuatan yoghurt diawali dengan pasteurisasi susu, kemudian sebagian besar
lemak dibuang. Mikroorganisme yang digunakan adalah bakteri asam laktat,
yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus camemberti. Kedua

bakteri

tersebut ditambahkan pada susu dengan jumlah yang sama, kemudian disimpan
pada suhu 95oC selama 5 jam. Penyimpanan ini menyebabkan terjadinya
aktivitas bakteri sehingga mengakibatkan turunnya pH menjadi 4,0. Kemudian
susu didinginkan dan yoghurt siap untuk dikonsumsi. Apabila diinginkan yoghurt
dengan rasa buah-buahan maka dapat ditambahkan citarasa buah.
F. Minuman beralkohol
Contoh minuman beralkohol antara lain anggur, bir, minuman keras beralkohol
tinggi. Pada pembuatan minuman beralkohol dibutuhkan mikroorganisme.
Anggur dapat dibuat dari buah anggur atau buah lainnya. Apabila dibuat dari
buah anggur maka dapat langsung difermentasi oleh mikroorganisme karena
buah anggur mengandung banyak gula, sedangkan apabila dibuat dari buah
lainnya maka sebelum difermentasi oleh mikroorganisme harus ditambahkan
gula terlebih dahulu.
Bir dibuat dari biji-biji sereal seperti gandum. Pembuatannya melibatkan proses
penumbukkan atau penggilingan dan fermentasi yang dibantu oleh khamir.

Contoh minutan keras beralkohol tinggi adalah gisqui, vodka, dan rum. Ketiga
jenis minutan tersebut dibuat dari bici-biji sereal, disamping itu dapat juga dibuat
dari kentang dan sirop atau tetes tebu. Bahan-bahan tersebut difermentasi
sehingga dihasilkan alkohol, kemudian alkohol disuling untuk menghasilkan
alcohol beradar tinggi.
G. Roti
Pada

pembuatan roti,

mikroorganisme

yang

digunakan

adalah khamir

Sacharomyces cerevisiae. Proses pembuatannya diawali dengan memecah bijibiji sereal untuk dijadikan tepung terigu. Kemudian terigu ditambah air untuk
mengaktifkan enzim-enzim misalnya amilase. Amilase berperan untuk mengubah
tepung menjadi maltosa, kemudian maltosa dihidrolisis menjadi glukosa oleh
enzim maltase. Glukosa tersebut kemudian dimanfaatka oleh khamir sebagai
substrat respirasinya sehingga dihasilkan karbondioksida (CO2). Karbon dioksida
yang dihasilkan akan membentuk gelembung-gelembung yang terperangkap
pada adonan roti sehingga dengan adanya gelembung ini mengakibatkan roti
mempunyai struktur dan mengembang.
Pada saat roti dipanggang di dalam oven, panas yang dihasilkan akan
membunuh khamir dan adonan roti akan mengembang serta ukurannya menjadi
lebih besar. Roti yang dihasilkan akan berwarna kuning dan lembut.

12.3. BIOTEKNOLOGI PERTANIAN


Secara umum, bioteknologi diklasifikasikan menjadi dua aras (level) yaitu
bioteknologi konvensional dan boteknologi modern.

12.3.1. Bioteknologi Konvensional


Dalam bioteknologi konvensional, penerapan teknik-teknik biologi, biokimia atau
rekayasa masih sangat terbatas sehingga belum mencapai aras rekayasa molekular
yang terarah. Dalam hal ini agensia jasad hidup digunakan sebagaimana apa adanya.
Kalaupun ada rekayasa, maka rekayasa tersebut masih dalam aras yang belum
sepenuhnya dapat dikendalikan. Sebagai contoh, untuk meningkatkan produksi etanol
oleh mikroba tertentu, para ilmuwan telah menerapkan teknik mutasi genetik sejak

puluhan tahun yang silam. Pada awal perkembangannya, teknik mutasi tersebut
dilakukan secara acak sehingga hasil mutasi tidak dapat sepenuhnya dikendalikan atau
diramalkan.

12.3.2. Bioteknologi Modern


Dalam perkembangannya, bioteknologi kini telah mencapai aras rekayasa yang
jauh lebih terarah sehingga hasilnya dapat lebih, atau bahkan sepenuhnya dikendalikan.
Sebagai contoh sekarang telah dimungkinkan untuk melakukan manipulasi genetik pada
suatu jasad secara sangat terarah sehingga hasil manipulasi tersebut dapat diramalkan
secara lebih pasti. Teknik manipulasi semacam ini mulai berkembang ketika para
ilmuwan berhasil melakukan teknik manipulasi bahan genetik (DNA) secara in vitro.
Dengan teknik yang dikenal sebagai DNA rekombinan, atau rekayasa genetik (genetic
engineering), para ilmuwan dapat menyambung molekul-molekul DNA yang berasal dari
jasad yang berbeda menjadi suatu molekul rekombinan. Perkembangan teknik biologi
molekuler semacam ini akhirnya menumbuhkan madzhab bioteknologi baru yaitu
bioteknologi modern yang berbeda secara substansial dibanding dengan bioteknologi
konvensional.
Istilah bioteknologi yang sekarang banyak digunakan yang sekarang banyak
digunakan mengacu pda bioteknologi yang berlandaskan pada teknk biologi molekuler.
Meskipun demikian, teknik biologi molekuler yang dimaksudkan bukan semata-mata
teknik yang didasarkan atas rekayasa genetik, melainkan juga teknik-teknik molekuler
yang lain, misalnya teknik antibodi monoklonal. Selain itu bioteknologi modern juga tidak
hanya berhenti pada aras manipulasi jasad di laboratorium, tetapi juga mencakup
proses hilir setelah proses manipulasi, misalnya teknologi fermentasi, teknologi isolasi
dan purifikasi. Pada Tabel 12.1. disajikan beberapa contoh usaha atau praktek pertanian
dengan menggunakan bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern.

Tabel 12.1. Contoh Boteknologi Konvensional dan Bioteknologi Modern dalam Bidang
Pertanian

Kegiatan

Bioteknologi Konvensional

Bioteknologi Modern

Budidaya tanaman

Penggunaan galur tanaman

Budidaya tanaman transgenik

alami yang belum mengalami

yang membawa gen ketahanan

modifikasi genetik

terhadap herbisida

Pengendalian hama

Penggunaan bakteri Bacillus

Penggunaan

galur

tanaman

dan penyakit

thuringiensis alami untuk

transgenik yang membawa gen

pengendalian hama

cry dari Bacillus thuringiensis

Di bidang Pertanian dalam kegiatan budidaya tanaman maupun pengendalian


hayati dengan menggunakan bioteknologi modern, mutlak diperlukan pengetahuan
mengenai kultur jaringan tanaman dan rekayasa genetika. Berikut ini akan diuraikan
secara ringkas dasar-dasar teknik kultur jaringan tanaman dan rekayasa genetika.

12.3.2.1. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan


Apabila

kita

berbicara

mengenai

budidaya

tanaman,

biasanya

kita

menggambarkannya sebagai suatu cara menumbuhkan tanaman di dalam pot, green


house, sawah atau ladang. Pada awalnya budidaya atau kultur tanaman merupakan
bagian dari disiplin ilmu pertanian, hortikultura, kehutanan dan perbanyakan tanaman.
Pada tahun 1904 Hannig mengembangkan metode baru kultur tanaman yang disebut
kultur embrio. Ia mengisolasi embrio beberapa spesies Cruciferacea yang belum masak
secara in vitro dan mendapatkan planlet. Berbagai tipe kultur telah banyak ditemukan
sejak 1920, seperti kultur biji anggrek secara in vitro, kultur kalus, kultur organ dan
sebagainya. Sesudah tahun 1945, semua tipe kultur kemudian dikelompokkan bersamasama di dalam satu konsep yaitu kultur jaringan tumbuhan.
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian-bagian tanaman
seperti sel, jaringan atau organ serta menumbuhkannya secara aseptis di dalam atau di
atas suatu medium budidaya sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali. Prinsip kultur
jaringan terdapat pada teori sel yang dikemukakan oleh dua orang ahli Biologi dari
Jerman, M.J. Schleiden dan T. Swann. Teori tersebut menyatakan bahwa sel tumbuhan
bersifat autonom dan mempunyai totipotensi. Sel bersifat autonom artinya dapat
mengatur rumah tangganya sendiri, artinya dapat melakukan metabolisme, tumbuh dan
berkembang secara independen, jika diisolasi dari jaringan induknya. Totipotensi artinya
kemampuan sel tumbuhan (baik sel somatik/vegetatif maupun sel gametik) untuk
beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.
Disamping kultur jaringan, juga dikenal istilah kultur in vitro tanaman, istilah ini
muncul karena sel, kelompok sel atau organ tanaman tersebut tumbuh, berkembang
dan beregenerasi secara aseptis pada medium di dalam wadah (tabung) yang

transparan. Istilah eksplan digunakan untuk menyebutkan bagian kecil dari tanaman
(sel, jaringan atau organ) yang digunakan untuk memulai suatu kultur (Gambar 12. ...).
Eksplan yang diambil dari tanaman induk bila ditumbuhkan pada medium kultur
akan dihadapkan pada kondisi stress. Kondisi ini akan mengubah pola metabolisme sel
sehingga sel akan memulai siklusnya yang baru, selanjutnya akan tumbuh dan
berkembang di dalam kultur. Respon yang pertama kali terlihat adalah terbentuknya
jaringan penutup luka atau disebut juga kalus (Gambar 12. ...). Kalus adalah suatu
massa sel yang tidak terorganisir akibat pembelahan sel secara terus menerus tidak
terkendali. Sel-Sel kalus ini berbeda dengan sel-sel eksplannya, karena sel-sel menjadi
tidak terdiferensiasi, dan proses ini disebut dediferensiasi (kembali ke keadaan tidak
terdiferensiasi). Induksi dediferensiasi dapat dilakukan dengan menambahkan zat
pengatur tumbuh dari kelompok auksin ke dalam medium kultur.
Perkembangan selanjutnya adalah terjadinya morfogenesis, yaitu proses
terbentuknya organ-organ baru (de novo) yang kemudian akan tumbuh menjadi
tanaman utuh. Tanaman hasil regenerasi dengan teknik kultur jaringan disebut planlet
(Gambar 12. ...). Pembentukan planlet terjadi melalui dua proses yang berbeda, yaiu:
1. organogenesis, yaitu diferensiasi unipolar, menghasilkan ujung tunas (shoot tip)
yang akan menjadi tunas atau ujung akar (root tip) yang akan menjadi akar.
2. embryogenesis somatik, yaitu suatu proses diferensiasi meristem bipolar yang
berupa bakal tunas dan akar. Pertumbuhan dan perkembangan embrio
berlangsung secara bertahap melalui proses yang identik dengan proses
embryogenesis zigotik, yaitu terbentuknya struktur bipolar melalui tahapan
bentuk bulat, jantung, torpedo dan akhirnya berkecambah menjadi planlet.

Morfogenesis in vitro dapat terjadi secara langsung (direct morphogenesis) dan tidak
langsung (indirect morphogenesis). Secara langsung terjadi

tanpa melalui tahapan

kalus terlebih dahulu (Gambar 12. ...a). Sel-sel diinduksi lagsung menjadi embrionik, hal
ini dapat dikerjakan dengan menanam eksplan pada medium dengan kombinasi zat
pengatur tumbuh dari kelompok auksin dan sitokinin secara simultan. Sel-sel yang
sudah terinduksi menjadi embriogenik identik dengan zigot, sehingga dapat melanjutkan
pertumbuhannya menjadi embrio dan selanjutnya tanaman utuh.
Morfogenesis secara tidak langsung umumnya melalui tahapan kalus terlebih dahulu
(Gambar 12. ....b). Selanjutnya jika proses induksi dediferensiasinya benar, maka gengen yang bertanggung jawab terhadap totipotensi akan berfungsi. Pembelahan sel-

selnya terkendali, membentuk sel-sel yang terorganisir (embrio). Embrio yang terbentuk
adalah dari sel-sel somatik atau gametik dan bukan dari zigot, embrio demikian disebut
embrio adventif dan prosesnya disebut embryogenesis somatik. Embrio selanjutnya
akan tumbuh dan berkembang mejadi tanaman utuh melalui proses yang identik dengan
proses embryogenesis zigotik.
Diferensiasi selular dan morfogenesis in vitro terutama dikendalikan oleh interaksi
antara konsentrasi auksin dan sitokinin yang diberikan pada medium kultur. Manipulasi
rasio auksin dan sitokinin dapat memengaruhi organogenesis. Pada perbandingan
auksin/sitokinin tinggi memacu pembentukan akar, sedangkan perbandingan sebaliknya
memacu pembentukan tunas. Jika perbandingan auksin dan sitokinin seimbang hanya
terbentuk kalus. Perbedaan perbandingan konsentrasi antara auksin dan sitokinin dapat
memengaruhi berbagai proses morfogenesis.

B
Tunas

Kalus

Gambar 12..... Contoh morfogenesis tak langsung (a) dan morfogenesis langsung (b)
pada kultur eksplan hipokotil tanaman kubis (Brassica oleracea
var. Capitata L.)
Teknik kultur jaringan yang semula ditujukan untuk penelitian dasar di bidang
Biologi, terutama pembuktian totipotensi sel, sekarang telah berkembang sedemikian
pesatnya sehingga dapat dipergunakan untuk keperluan-keperluan yang lain, terutama
di bidang agribisnis dan farmasi/kesehatan.
Teknik kultur jaringan mensyaratkan kondisi steril baik ruang, peralatan, bahan
maupun seluruh rangkaian kerjanya. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan eksplan di
dalam kultur harus selalu dalam kondisi aseptis (steril). Untuk itu tahapan pelaksanaan
teknik kultur in vitro harus dilaksanakan di dalam laboratorium dan harus ditunjang oleh

organisasi serta perlengkapan yang memadai serta tata kerja yang teliti. Pelaksanaan
kerja kultur jaringan tumbuhan memiliki tahapan-tahapan dan urutan kerja yang khusus.
Oleh karena itu laboratorium harus diatur sedemikian rupa sehingga ada tingkatan
sterilitas ruangan sesuai dengan tahapan kerja. Tahapan-tahapan kerja di dalam
laboratorium kultur jaringan dibagi 4 kelompok yaitu:

1. Persiapan eksplan dan media


Merupakan tahap awal kerja kultur jaringan, dimulai dari penyiapan tanaman
sebagai sumber eksplan yang ditanam di green house, kemudian menyiapkan alatalat, botol-botol kultur dan pembuatan medium (Gambar 12. ...)

Gambar 12.... Contoh peralatan yang diperlukan dalam laboratorium kultur jaringan
tumbuhan, (a) peralatan gelas, (b) timbangan analitik, (c) Laminar Air
Flow, (d) entkas, (e) autoclave, (d) rak botol kultur

2. Penanaman eksplan
Penanaman eksplan meliputi sterilisasi, pengambilan/pemotongan bagian
tanaman yang akan dijadikan sebagai eksplan, kemudian menanamnya di dalam
atau di atas medium buatan yang telah disediakan. Untuk penanaman eksplan
ini diperlukan kondisi yang mutlak steril, oleh karena itu penanaman dilakukan
dalam laminar air flow atau entkas (Gambar 12. ....).

Gambar 12.... Urutan penanaman eksplan daun Catharanthus roseus L. G.Don,


(a-b) pembuatan larutan sterilisasi eksplan (Clorox), (c-e)
perendaman eksplan dalam larutan sterilisasi, (f-g) pemotongan
eksplan, (h-i) penanaman eksplan dalam medium kultur

3. Pemeliharaan
Setelah diinokulasi, botol kultur diletakkan di rak-rak pemeliharaan di ruang
inkubator untuk diikuti pertumbuhan dan perkembangannya menjadi planlet. Untuk
pemeliharaan tersebut dibutuhkan ruang yang tidak steril tetapi harus bersih dengan
pengatur suhu (25-28)oC dan pencahayaan dengan lampu TL (1000-3000) lux
(Gambar 12. ....)

4. Aklimatisasi
Aklimatisasi merupakan proses penyesuaian planlet dari kondisi heterotrof di
dalam botol kultur menjadi autotrof yang dapa ditanam pada kondisi alamiahnya di
tanah. Proses aklimatisasi dilaksanakan di dalam green house dengan memberikan
perlakuan kelembaban, intensitas cahaya dan temperatur (Gambar 12. ...)

12.3.2.2. Pemuliaan Tanaman Melalui Rekayasa Genetika


Sejak

lama

manusia

telah

melakukan

pemuliaan

tanaman

dan

membudidayakannya. Pemuliaan tanaman yang dilakukan sebelum berkembangnya


bioteknologi modern dilakukan dengan cara mengumpulkan galur-galur tanaman yang
ada di alam. Secara bertahap galur-galur tanaman tersebut disilangkan sehingga
didapatkan galur-galur tanaman dengan sifat-sifat yang dikehendaki. Mungkin juga
persilangan antara galur tanaman tersebut terjadi secara alami tanpa ada campur
tangan usaha manusia. Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi, manusia kemudian
melakukan modifikasi-modifikasi terhadap sifat-sfiat fisiologis tumbuhan dengan
mengubah komposisi bahan genetiknya.
Pada awalnya pengubahan komposisi bahan genetik tersebut dilakukan secara
acak, misalnya dengan perlakuan mutagenesis menggunakan perlakuan fisik, misalnya
radiasi atau menggunakan bahan kimia. Selanjutnya, dengan semakin banyak diketahui
dasar-dasar biologi molekuler jasad hidup, maka kemudian berkembang teknologi baru
untuk melakukan perubahan terhadap komposisi bahan genetik jasad hidup. Teknologi
baru tersebut dikenal dengan istilah rekayasa genetik. Rekayasa genetika dimulai
dengan teknologi kloning DNA di dala suatu plasmid bakteri. Gambaran umum
bagaimana rekayasa genetika menggunakan plasmid bakteri untuk mengklon gen
(DNA) dapat dilihat pada Gambar 12. .... Dengan teknologi ini manusia dapat melakukan
perubahan komposisi bahan genetik jasad secara terarah, misalnya dengan
menyisipkan gen dari jasad lain ke dalam tanaman tingkat tinggi sehingga menghasilkan
tanaman transgenik. Tanaman transgenik adalah tanaman yang ke dalam komposisi
bahan genetiknya telah ditambahkan seperangkat gen asing yang diisolasi dari jasad
lain sehingga tanaman tersebut mempunyai kemampuan fisiologis baru yang tidak
pernah ada sebelumnya di alam.

Gambar 12 .... Gambaran umum bagaimana bioteknologi (rekayasa genetika)


menggunakan plamid bakteri untuk mengklon gen. Tahap 1

Teknologi DNA rekombinan (rekayasa genetika) merupakan terobosan teknis


dalam pemuliaan jasad, termasuk tanaman tingkat tinggi, karena dilakukan pada aras
molekul DNA. Dengan teknik ini dimungkinkan untuk memindahkan suatu gen dari suatu
jasad ke jasad lain meskipun hubungan kekerabatannya sangat jauh. Sebagai contoh,
sekarang telah banyak tanaman transgenik yang membawa gen-gen dari bakteri, virus,
atau dari tanaman lain yang jarak hubungan kekerabatannya tidak memungkinkan
dilakukan persilangan konvensional. Kelebihan utama penggunaan teknologi DNA
rekombinan untuk pemuliaan tanaman adalah dimungkinkannya melakukan penyisipan
gen asing dari jasad apapun ke dalam tanaman serta modifikasi genetik pada genom
tanaman secara terarah. Hal ini memungkinkan para pemulia tanaman untuk

memprediksikan sifat-sifat baru yang akan muncul pada tanaman hasil rekayasa genetik
tersebut.
Rekayasa genetik pada tanaman tingkat tinggi dilakukan melalui beberapa
tahapan yaitu : (1) Plasmid Ti diisolasi dari bakteri Agrobacterum tumefaciens dan
fragmen DNA asing diselipkan ke dalam darah T-nya dengan teknik DNA rekombinan
standar, (2) Ketika plasmid rekombinan dimasukkan ke dalam sel tumbuhan yang
dikulturkan, DNA T berintegrasi ke dalam DNA kromosom tumbuhan tersebut, (3) Pada
saat sel tumbuhan membelah, setiap turunannya menerima satu salinan DNA T tersebut
dari setiap gen asing yang dibawanya. Jika seluruh tumbuhan itu diregenerasi, semua
selnya akan membawa dan mengekspreskan gen baru tersebut. Secara skematis
tahapan ini dapat dilihat pada Gambar 12.....

Gambar 12.... Tahapan rekayasa genetik pada pembuatan tanaman transgenik

12.3.2.3. Kelebihan dan Kekurangan Bioteknologi Konvensional dan Modern


Meskipun pembedaan antara bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern
tidak selalu mudah dilakukan, namun ada beberapa ciri yang dapat digunakan sebagai
pegangan, khususnya untuk memahami kelebihan dan kekurangan kedua macam
pendekatan teknologi tersebut. Sekali lagi perlu dipahami bahwa pengertian
konvensional dan modern tersebut sangat relatif, karena apa yang sekarang dianggap
modern, suatu ketika nanti akan menjadi teknologi konvensional di masa mendatang.
Dalam konteks pertanian, ada beberapa ciri yang membedakan apakah usaha pertanian
tersebut menerapkan konsep-konsep bioteknologi modern atau tidak.

Pertama, bioteknologi modern menerapkan konsep dan pendekatan molekuler


untuk melakukan perubhan atau perbaika terhadap sistem dan budidaya pertanian.
Misalnya, pemuliaan tanaman dapat dilakukan dengan cara konvensional seperti sudah
dilakukan oleh manusia sejak ratusan tahun yang silam. Cara-cara pemuliaan tanaman
konvensional dicirikan oleh teknik yang dilakukan pada aras individu tanaman tanpa
usaha mengubah sifat genetik tanaman secara terarah pada bahan genetiknya. Dengan
teknik semacam ini, hasil pemuliaan tanaman tersebut tidak dapat diperhitungkan
sebelumnya, karena mungkin sifat yang muncul pada anakannya tidak sesuai dengan
yang diharapkan.
Dalam metode pemuliaan tanaman secara konvensional, kendala utama yang
dihadapi adalah masalah inkompatibilitas (ketidaksesuaian) genetik antara tanaman
yang disilangkan. Suatu tanaman hanya dapat disilangkan dengan tanaman lain yang
secara relatif mempunyai hubungan kekerabatn yang dekat, misalnya suatu galur pdi
dengan galur padi yang lain. Dengan pendekatan bioteknologi modern, masalah
inkompatibilitas dapat diatasi sehingga dihasilkan galur tanaman baru dengan sifat-sifat
genetik dan fisiologi baru yang tidak mungkin diperoleh dengan metode pemuliaan
konvensional. Berikut ini diuraikan kelebihan dan kekurangan penerapan bioteknologi
konvensional dan bioteknologi modern di bidang pertanian.

12.4. BIOTEKNOLOGI KESEHATAN


Sejumlah besar obat-obatan berbasis bioteknologi kini tersedia untuk mengobati
penyakit. Sebagai contoh, insulin saat ini tersedia untuk mengobati penyakit diabetes,
antibiotik untuk mengobati berbagai penyakit infeksi, dan masih banyak lagi. Berikut ini
diuraikan peranan mikroorganisme dalam bioteknologi kesehatan.
12.4.1. Pembuatan Antibiotik
Antibiotik adalah produk metabolisme yang dihasilkan oleh mikroorganisme
tertentu yang mempunyai sifat dapat menghambat pertumbuhan atau merusak
mikroorganisme lain. Antibiotik pertama yang digunakan untuk mengobati penyakit pada
manusia adalah tirotrisin. Antibiotik ini diisolasi dari bakteri Bacillus brevis (suatu bakteri
tanah) oleh Rene Dubois.

Penelitian tentang antibiotik pertama kali dilakukan oleh A. Gratia dan S. Dath
pada tahun 1924. Dari hasil penelitian ini dihasilkan actinomisetin dari Actinomycetes.
Pada tahun 1928 Alexander flemming menemukan antibiotik penisilin dari jamur
Penicillium

notatum.

Antibiotik

ini

mampu

menghambat

pertumbuhan

bakteri

Staphylococcus aureus. Beberapa jenis mikroorganisme dan antibiotik yang dihasilkan


dapat dilihat pada Tabel 12.1. dibawah ini.
Tabel 12.1. Beberapa jenis mikroorganisme dan antibiotik yang dihasilkan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Mikroorganisme
Actinomycetes
Sterptomycetes griseus
Sterptomycetes erythraeus
Sterptomycetes noursei
Sterptomycetes nodosus
Sterptomycetes niveus
Bakteri
Bacillus licheniforis
Bacillus polymyxa
Jamur
Aspergillus fumigatus
Penicillium notatum
Penicillium griseofulvum

Antibiotik
Streptomycin
Erythromycin
Nystatin
Amphoetericin-B
Novobiocin
Bacitracin
PolymixynB
Fumigilin
Penisilin
Griseofulvin

Antibiotik digunakan untuk melawan berbagai infeksi mikroorganisme patogen.


Mikroorganisme patogen adalah mikroorganisme yang menyebabkan penyakit.
Antibiotik dibuat dengan cara tertentu. Tahap-tahap pembuatan antibiotik adalah
sebagai berikut.
1. Mikroorganisme penghasil antibiotik dikembangbiakkan
2. Mikroorganisme dipindahkan ke dalam bejana fermentasi yang berisi media
cair. Pada bejana fermentasi ini mikroorganisme dipacu untuk berkembang
biak dengan cepat.
3. Dari cairan biakan mikroorganisme tersebut, antibiotik diekstraksi dan
dimurnikan, kemudian dilakukan pengujian pertama kali dengan cara diuji di
dalam laboratorium menggunakan cawan petri, apakah antibiotik tersebut
dapat mematikan kuman atau tidak. Kedua, antibiotik diujikan pada hewan
percobaan. Ketiga, apabila hasil pengujian pada hewan percobaan ternyata

aman, maka antibiotik ini dapat diujikan pada sekelompok orang dengan
pengawasan ketat dari para ahli.
12.4.2. Pembuatan Insulin
Insulin adalah protein yang berperan untuk mengontrol metabolisme gula dalam
tubuh manusia. Apabila tubuh seseorang tidak mampu membentuk insulin dalam jumlah
yang dibutuhkan maka akan menderita diabetes.
Perkembangan bioteknologi telah berhasil membuat insulin manusia secara
cepat dengan memanfaatkan sel bakteri melalui teknik rekombinasi gen.
12.4.3. Pembuatan Vaksin
Vaksin digunakan untuk melindungi atau mencegah tubuh dari serangan
penyakit. Secara konvensional vaksin dibuat dari mikroorganisme (bakteri atau virus)
yang dilemahkan atau toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut. Akan tetapi
vaksin yang dihasilkan kurang aman dan dapat menimbulkan efek yang merugikan,
misalnya:
a. Mikroorganisme yang digunakan untuk membuat vaksin kemungkinan masih
melanjutkan proses reproduksi
b. Mikroorganisme yang digunakan untuk membuat vaksin kemungkinan masih
memiliki kemampuan menyebabkan penyakit
c. Ada sebagian orang yang alergi terhadap sisa-sisa sel dari produksi vaksin
meskipun sudah dilakukan proses pemurnian
Perkembangan bioteknologi yang semakin pesat dapat mengurangi berbagai
resiko yang tidak diinginkan tersebut. Vaksin dibuat secara bioteknologi melalui teknik
rekayasa genetika, yaitu dengan menyisipkan gen-gen penghasil antibodi ke dalam DNA
mikroorganisme (rekayasa genetika akan dibahas lebih lanjut dalam subbab
bioteknologi modern). Keuntungan lain pembuatan vaksin dengan rekayasa genetika
selain lebih aman, juga dapat diproduksi dalam jumlah besar.

Gambar 12... Proses pembuatan vaksin dalam jumlah besar


Contoh vaksin antara lain vaksin poliomielitis, cacar air, rabies, rubella, dan gondong.
Proses pembuatan vaksin-vaksin tersebut adalah dengan cara menumbuhkan virus di
dalam kultur sel, seperti sel embrio ayam atau ginjal monyet. Kemudian virus-virus
tersebut diekstraksi dengan penyaringan. Hasil ekstraksi digunakan untuk mematikan
virus tersebut. Selanjutnya vaksin tersebut dapat dilemahkan dan disimpan pada suhu
rendah dan dapat digunakan jika diperlukan. Apabila vaksin disuntikkan ke dalam tubuh
seseorang, maka memungkinkan tubuh membangun sistem kekebalan tubuh dengan
membentuk antibodi.
12.4.4. Pengembangan Sel Punca (Stem Cell)
Tepat seabad yang lalu, tahun 1908, istilah stem cell pertama kali diusulkan
oleh ahli histologi Rusia, Alexander Maksimov pada kongres hematologi di Berlin. Ia
mempostulatkan adanya sel induk yang membentuk sel-sel darah (haematopoietic stem
cells). Tahun 1978, terbukti teori ini betul dengan ditemukannya sel-sel punca di daerah
sumsum tulang belakang manusia.
Perkembangan riset sel punca melaju cepat dalam 10 tahun terakhir. Tahun
1998, James Thomson berhasil membiakkan untuk pertama kali sel-sel punca embrionik
manusia di Universitas Wisconsin-Madison. Pada bulan Oktober 2007, Mario Capecchi,
Martin Evans, dan Oliver Smithies memperoleh hadiah Nobel Kedokteran untuk riset

mereka mengubah gen-gen tertentu pada mencit menggunakan sel punca embrionik
hewan ini. Kemudian pada November 2007 dua ilmuwan Jepang, Shinya Yamanaka dan
Kazutoshi

Takahashi,

serta

James

Thomson

secara

terpisah

mengumumkan

keberhasilan mereka menciptakan aneka jenis sel somatik dari sel punca hasil
reprogram sel somatik (induced pluripotent cells) yang berasal dari sel-sel kulit manusia.
Temuan ini merupakan kesempatan untuk terapi regeneratif tanpa dibebani persoalan
etik karena tidak memanfaatkan sel-sel punca dari pembiakan embrio.
Di dalam tubuh manusia dan hewan pada umumnya terdapat dua jenis sel, yaitu
sel somatik (tubuh) dan sel seksual (sperma dan sel telur). Dalam perkembangannya
ada lebih dari 200 jenis sel manusia yang berbeda, misalnya sel saraf, kulit, darah,
ginjal, hati, otot, jantung, usus hingga tulang. Setiap jenis sel pada tubuh manusia ini
dapat dirunut balik dari sel telur yang difertilisasi oleh sel sperma membentuk morilla
dan dalam lima hari menjadi blstula, yang kemudian membentuk sekumpulan sel
punca.
Selain sel-sel punca embrionik, ada sel-sel punca dewasa yang ditemukan di
jeringan otak, mata, darah, hati, sumsum tulang, otot, dan kulit. Jadi definisi untuk sel
punca adalah sebuah sel tunggal yang dapat bereplikasi sendiri menjadi sel serupa atau
berdiferensiasi menjadi aneka jenis sel yang sama sekali berbeda (pluripoten).
Karena sifat-sifatnya inilah maka sel punca diyakini dapat digunakan untuk
meregenerasi sel-sel tubuh manusia yang rusak. Misalnya memperbaiki bagian jaringan
jantung yang mati pada pasien serangan jantung, atau menumbuhkan jaringan
otak/saraf dan pembuluh darah baru pada pasien stroke sehingga yang tadinya lumpuh
dapat berjalan lagi.

Diyakini pula sel punca dapat meregenerasi organ ginjal yang

rusak, mengganti kulit pada pasien luka bakar, menyembuhkan pasien diabetes dan
komplikasinya, Parkinson dan Alzheimer, artritis, cedera tulang belakang, dan masih
banyak lagi mukjizat kesembuhan lainnya (Kompas, 26 Nopember 2008, Irwan
Julianto).

12.5. DAMPAK PENGEMBANGAN BIOTEKNOLOGI PADA SAINS, LINGKUNGAN,


TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (SALINGTEMAS)
Bioteknologi berkembang karena kebutuhan masyarakat yang semakin lama
semakin meningkat. Sebagai contoh di bidang pertanian, pertambahan jumlah penduduk
tidak seimbang dengan produksi bahan pangan, sehingga diperlukan usaha-usaha
untuk meningkatkan produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia.
Banyak manfaat yang telah dirasakan oleh manusia dengan berkembangnya
bioteknologi, walaupun di sisi lain juga mengundang pro dan kontra dari berbagai
kalangan. Di bawah ini diuraikan kelebihan dan kekurangan penerapan bioteknologi
konvensional dan bioteknologi modern.
Kelebihan bioteknologi konvensional adalah relatif murah, teknologinya relatif
sederhana, dan pengaruh jangka panjang umumnya sudah diketahui karena sistemnya
sudah mapan. Kekurangan bioteknologi konvensional adalah perbaikan sifat genetik
tidak terarah, tidak dapat mengatasi masalah ketidaksesuaian (inkompatibilitas) genetik,
hasilnya tidak dapat diperkirakan sebelumnya, memerlukan waktu relatif lama untuk
menghasilkan galur baru, dan seringkali tidak dapat mengatasi kendala alam dalam
sistem budidaya tanaman, misalnya hama.
Kelebihan bioteknologi modern adalah perbaikan sifat genetik dilakukan secara
terarah, dapat mengatasi kendala ketidaksesuaian genetik, hasil dapat diperhitungkan,
dapat menghasilkan jasad baru dengan sifat baru yang tidak ada pada jasad alami,
dapat memperpendek jangka waktu pengembangan galur tanaman baru, dan dapat
meningkatkan kualitas dan mengatasi kendala alam dalam sistem budidaya tanaman.
Kekurangan bioteknologi modern antara lain relatif mahal, memerlukan kecanggihan
teknologi, dan pengaruh jangka panjang belum diketahui.
Tumbuhan transgenik sejauh ini aman dikonsumsi. Hal tersebut berdasarkan
pernyataan dari lembaga resmi internasional seperti WHO dan FAO. Penduduk Amerika
Serikat sudah mengonsumsi kedelai transgenik sejak tahun 1996, sedangkan
masyarakat Eropa yang awalnya menentang produk transgenik sekarang sudah
menerima. Walaupun demikian ada juga yang berpendapat bahwa terdapat beberapa
kemungkinan resiko mengonsumsi makanan transgenik ini, seperti alergi atau
keracunan.
Teknologi kloning sebenarnya penting untuk menghasilkan organisme unggul.
Kemajuan kloning pada tumbuhan dan hewan disambut baik oleh umat manusia. Akan
tetapi pada saat kloning ditujukan untuk kloning manusia, muncul perdebatan di

kalangan ilmuwan, para politisi, dan masyarakat. Mereka ada yang mendukung dan ada
yang tidak mendukung pengklonan manusia. Kalangan yang mendukung kloning pada
manusia lebih menitikberatkan pada produksi sel, jaringan, dan organ untuk mengobati
penyakit, seperti diabetes, leukemia, dan yang lainnya.

12.5.

RANGKUMAN

1. Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup


(bakteri, fungi, virus dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim)
dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
2. Mikroorganisme memiliki peranan penting dalam bioteknologi terutama untuk
menghasilkan

produk.

Mikroorganisme

yang

sering

digunakan

dalam

bioteknologi adalah virus, bakteri, jamur, dan alga.


3. Peranan mikroorganisme di bidang pertanian antara lain dalam

pembuatan

kompos bioaktif, pembuatan biofertilizer, dan sebagai bahan/agen biokontrol,


sedangkan peranan mikroorganisme di bidang pangan antara lain dalam proses
pembuatan tapai, tempe, kecap, minuman beralkohol, keju, yoghurt, dan lainlain.
4. Di bidang Pertanian terdapat kegiatan-kegiatan yang sampai saat ini masih
menggunakan bioteknologi konvensional seperti pemuliaan tanaman dengan
teknik persilangan, tetapi disamping itu telah digunakan pula bioteknologi
modern untuk mendapatkan tanaman yang mempunyai sifat unggul dengan
teknik kultur jaringan dan rekayasa genetik yang menghasilkan tanaman
transgenik.
5. Di bidang kesehatan, bioteknologi dikembangkan antara lain untuk pembuatan
antibiotik seperti streptomisin, eritromisin, penisilin, basitrasin, dan sebagainya;
pembuatan insulin untuk para penderita diabetes, dan pembuatan vaksin.
6. Dampak perkembangan bioteknologi bagi kehidupan manusia sudah banyak
dirasakan manfaatnya. Namun demikian ada beberapa produk bioteknologi yang
masih menjadi perdebatan secara etika.

You might also like