Professional Documents
Culture Documents
BIOTEKNOLOGI
12.1. PENDAHULUAN
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup
(bakteri, fungi, virus dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim) dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan
bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu
terapan dan murni, seperti biokimia, komputer, biologi molekuler, mikrobiologi, dan
genetika. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan
berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi, dalam pengertian yang umum, telah berkembang sejak ribuan
tahun yang silam. Pembuatan minuman beralkohol melalui proses fermentasi yang
dilakukan oleh mikroba telah dikerjakan sejak sekitar 3.000 tahun sebelum Masehi,
meskipun pada saat itu belum diketahui dasar ilmiahnya. Oleh karena itu jika dirunut dari
sejarah perkembangan ilmu dan teknologi, maka produk-produk jasad hidup yang telah
dikembangkan manusia sejak ratusan atau bahkan ribuan tahun yang silam dapat
dikategorikan sebagai produk bioteknologi. Sebagai contoh, produk minuman hasil
fermentasi, wine, bir, yoghurt, tempe, oncom, tape dan lain-lain adalah produk yang
dihasilkan dari pemanfaatan agensia jasad hidup. Dari sejarah singkat bioteknologi
tersebut maka bioteknologi didefinisikan sebagai penerapan prinsip-prinsip biologi,
biokimia dan rekayasa dalam pengolahan bahan dengan memanfaatkan agensia jasad
hidup dan komponen-komponennya untuk menghasilkan barang dan jasa.
Pada masa kini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara
maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi seperti
rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinasi DNA, kloning, dan lain-lain. Teknologi ini
memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik yang
belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Di bidang pangan, dengan
menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan rekombinan DNA, dapat
dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena kandungan gizi yang lebih
jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun
tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada
pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi
yang tumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di
sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.
12.2. SEJARAH PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI
Bioteknologi telah berkembang sejak ribuan tahun yang silam. Pembuatan minuman
beralkohol melalui proses fermentasi yang dilakukan oleh mikroba telah dikerjakan sejak
sekitar 3.000 tahun sebelum Masehi. Di bawah ini secara ringkas digambarkan sejarah
perkembangan bioteknologi.
3000 th SM
1680
1818
1857
1897
Awal abad 20
1928
1944
1953
1970-an
bioteknologi,
mikroba
mempunyai
peranan
yang
penting
untuk
sangat
kaya
akan
keragaman
mikroorganisme,
seperti
bakteri,
actinomicetes, fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah pertanian yang subur mengandung
lebh dari 100 juta mikroba per gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah
tergantung pada aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki
peranan yang menguntungkan bagi pertanian, yaitu berperan dalam menghancurkan
limbah organik, re-cycling hara tanaman, fiksasi bologis nitrogen, pelarutan fosfat,
merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen dan membantu penyerapan unsur hara.
Bioteknologi berbasis mikroba dikembangkan dengan memanfaatkan peran-peran
penting mikroba tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut.
A. Teknologi Kompos Bioaktif
Salah satu masalah yang sering ditemui ketika menerapkan pertanian organik
adalah kandungan bahan organik dan status hara tanah yang rendah. Petani
organik mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pupuk hijau atau
pupuk kandang. Kedua jenis pupuk itu adalah limbah organik yang telah
mengalami penghancuran sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Limbah
organik seperti sisa-sisa tanaman dan kotoran binatang ternak tidak bisa
langsung diberikan ke tanaman. Limbah organik harus dihancurkan/dikomposkan
terlebih dahulu oleh mikroba tanah menjadi unsur hara yang dapat diserap oleh
tanaman. Proses pengkomposan alami memakan waktu yang sangat lama,
berkisar antara enam bulan hingga setahun sampai bahan organik tersebut
benar-benar tersedia bagi tanaman.
Proses
pengomposan
dapat
dipercepat
dengan
menggunakan
mikroba
yang
dikembangkan
oleh
Balai
Penelitian
Bioteknologi
biodekomposer
unggul
yang
digunakan
adalah
Trichoderma
pseudokoningii , Cytopaga sp, dan fungi pelapuk putih. Mikroba tersebut mampu
mempercepat proses pengomposan menjadi sekitar 2-3 minggu. Mikroba akan
tetap hidup dan aktif di dalam kompos. Ketika kompos tersebut diberikan ke
tanah, mikroba akan berperan untuk mengendalikan organisme patogen
penyebab penyakit tanaman.
B. Biofertilizer
Petani organik sangat menghindari pemakaian pupuk kimia. Untuk memenuhi
kebutuhan hara tanaman, petani organik mengandalkan kompos sebagai sumber
utama nutrisi tanaman. Sayangnya kandungan hara kompos rendah. Kompos
matang kandungan haranya kurang lebih : 1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K.
Dengan kata lain 100 kg kompos setara dengan 1.69 kg Urea, 0.34 kg SP 36,
dan 2.18 kg KCl. Misalnya untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya 200 kg
Urea/ha, 75 kg SP 36/ha dan 37.5 kg KCl/ha, maka membutuhkan sebanyak 22
ton kompos/ha. Jumlah kompos yang demikian besar ini memerlukan banyak
tenaga kerja dan berimplikasi pada naiknya biaya produksi.
Mikoriza
berperan
dalam
melarutkan
dan
membantu
organisme
patogen
tersebut.
Organisme
patogen
akan
(BT),
Bauveria
bassiana,
Paecilomyces
fumosoroseus,
dan
merupakan
makanan
fermentasi
dengan
bahan
baku
kedelai.
dan cairan whey. Proses pemisahan susu menjadi dadih padat dan cairan whey
disebut pendadihan. Kemudian enzim renin dari lambung sapi muda (sekarang
diganti dengan enzim buatan yaitu kimosin) ditambahkan untuk menggumpalkan
dadih.
Dadih yang terbentuk dipanaskan 32o 42oC sambil ditambah garam. Dadih
kemudian ditekan untuk membuang air dan disimpan supaya matang.
Penyimpanan bertujuan juga supaya mikroorganisme dan enzim bekerja yang
menghasilkan citarasa keju. Makin lama disimpan, makin tinggi derajat
keasamannya dan makin tajam citarasanya.
E. Yoghurt
Pembuatan yoghurt diawali dengan pasteurisasi susu, kemudian sebagian besar
lemak dibuang. Mikroorganisme yang digunakan adalah bakteri asam laktat,
yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus camemberti. Kedua
bakteri
tersebut ditambahkan pada susu dengan jumlah yang sama, kemudian disimpan
pada suhu 95oC selama 5 jam. Penyimpanan ini menyebabkan terjadinya
aktivitas bakteri sehingga mengakibatkan turunnya pH menjadi 4,0. Kemudian
susu didinginkan dan yoghurt siap untuk dikonsumsi. Apabila diinginkan yoghurt
dengan rasa buah-buahan maka dapat ditambahkan citarasa buah.
F. Minuman beralkohol
Contoh minuman beralkohol antara lain anggur, bir, minuman keras beralkohol
tinggi. Pada pembuatan minuman beralkohol dibutuhkan mikroorganisme.
Anggur dapat dibuat dari buah anggur atau buah lainnya. Apabila dibuat dari
buah anggur maka dapat langsung difermentasi oleh mikroorganisme karena
buah anggur mengandung banyak gula, sedangkan apabila dibuat dari buah
lainnya maka sebelum difermentasi oleh mikroorganisme harus ditambahkan
gula terlebih dahulu.
Bir dibuat dari biji-biji sereal seperti gandum. Pembuatannya melibatkan proses
penumbukkan atau penggilingan dan fermentasi yang dibantu oleh khamir.
Contoh minutan keras beralkohol tinggi adalah gisqui, vodka, dan rum. Ketiga
jenis minutan tersebut dibuat dari bici-biji sereal, disamping itu dapat juga dibuat
dari kentang dan sirop atau tetes tebu. Bahan-bahan tersebut difermentasi
sehingga dihasilkan alkohol, kemudian alkohol disuling untuk menghasilkan
alcohol beradar tinggi.
G. Roti
Pada
pembuatan roti,
mikroorganisme
yang
digunakan
adalah khamir
Sacharomyces cerevisiae. Proses pembuatannya diawali dengan memecah bijibiji sereal untuk dijadikan tepung terigu. Kemudian terigu ditambah air untuk
mengaktifkan enzim-enzim misalnya amilase. Amilase berperan untuk mengubah
tepung menjadi maltosa, kemudian maltosa dihidrolisis menjadi glukosa oleh
enzim maltase. Glukosa tersebut kemudian dimanfaatka oleh khamir sebagai
substrat respirasinya sehingga dihasilkan karbondioksida (CO2). Karbon dioksida
yang dihasilkan akan membentuk gelembung-gelembung yang terperangkap
pada adonan roti sehingga dengan adanya gelembung ini mengakibatkan roti
mempunyai struktur dan mengembang.
Pada saat roti dipanggang di dalam oven, panas yang dihasilkan akan
membunuh khamir dan adonan roti akan mengembang serta ukurannya menjadi
lebih besar. Roti yang dihasilkan akan berwarna kuning dan lembut.
puluhan tahun yang silam. Pada awal perkembangannya, teknik mutasi tersebut
dilakukan secara acak sehingga hasil mutasi tidak dapat sepenuhnya dikendalikan atau
diramalkan.
Tabel 12.1. Contoh Boteknologi Konvensional dan Bioteknologi Modern dalam Bidang
Pertanian
Kegiatan
Bioteknologi Konvensional
Bioteknologi Modern
Budidaya tanaman
modifikasi genetik
terhadap herbisida
Pengendalian hama
Penggunaan
galur
tanaman
dan penyakit
pengendalian hama
kita
berbicara
mengenai
budidaya
tanaman,
biasanya
kita
transparan. Istilah eksplan digunakan untuk menyebutkan bagian kecil dari tanaman
(sel, jaringan atau organ) yang digunakan untuk memulai suatu kultur (Gambar 12. ...).
Eksplan yang diambil dari tanaman induk bila ditumbuhkan pada medium kultur
akan dihadapkan pada kondisi stress. Kondisi ini akan mengubah pola metabolisme sel
sehingga sel akan memulai siklusnya yang baru, selanjutnya akan tumbuh dan
berkembang di dalam kultur. Respon yang pertama kali terlihat adalah terbentuknya
jaringan penutup luka atau disebut juga kalus (Gambar 12. ...). Kalus adalah suatu
massa sel yang tidak terorganisir akibat pembelahan sel secara terus menerus tidak
terkendali. Sel-Sel kalus ini berbeda dengan sel-sel eksplannya, karena sel-sel menjadi
tidak terdiferensiasi, dan proses ini disebut dediferensiasi (kembali ke keadaan tidak
terdiferensiasi). Induksi dediferensiasi dapat dilakukan dengan menambahkan zat
pengatur tumbuh dari kelompok auksin ke dalam medium kultur.
Perkembangan selanjutnya adalah terjadinya morfogenesis, yaitu proses
terbentuknya organ-organ baru (de novo) yang kemudian akan tumbuh menjadi
tanaman utuh. Tanaman hasil regenerasi dengan teknik kultur jaringan disebut planlet
(Gambar 12. ...). Pembentukan planlet terjadi melalui dua proses yang berbeda, yaiu:
1. organogenesis, yaitu diferensiasi unipolar, menghasilkan ujung tunas (shoot tip)
yang akan menjadi tunas atau ujung akar (root tip) yang akan menjadi akar.
2. embryogenesis somatik, yaitu suatu proses diferensiasi meristem bipolar yang
berupa bakal tunas dan akar. Pertumbuhan dan perkembangan embrio
berlangsung secara bertahap melalui proses yang identik dengan proses
embryogenesis zigotik, yaitu terbentuknya struktur bipolar melalui tahapan
bentuk bulat, jantung, torpedo dan akhirnya berkecambah menjadi planlet.
Morfogenesis in vitro dapat terjadi secara langsung (direct morphogenesis) dan tidak
langsung (indirect morphogenesis). Secara langsung terjadi
kalus terlebih dahulu (Gambar 12. ...a). Sel-sel diinduksi lagsung menjadi embrionik, hal
ini dapat dikerjakan dengan menanam eksplan pada medium dengan kombinasi zat
pengatur tumbuh dari kelompok auksin dan sitokinin secara simultan. Sel-sel yang
sudah terinduksi menjadi embriogenik identik dengan zigot, sehingga dapat melanjutkan
pertumbuhannya menjadi embrio dan selanjutnya tanaman utuh.
Morfogenesis secara tidak langsung umumnya melalui tahapan kalus terlebih dahulu
(Gambar 12. ....b). Selanjutnya jika proses induksi dediferensiasinya benar, maka gengen yang bertanggung jawab terhadap totipotensi akan berfungsi. Pembelahan sel-
selnya terkendali, membentuk sel-sel yang terorganisir (embrio). Embrio yang terbentuk
adalah dari sel-sel somatik atau gametik dan bukan dari zigot, embrio demikian disebut
embrio adventif dan prosesnya disebut embryogenesis somatik. Embrio selanjutnya
akan tumbuh dan berkembang mejadi tanaman utuh melalui proses yang identik dengan
proses embryogenesis zigotik.
Diferensiasi selular dan morfogenesis in vitro terutama dikendalikan oleh interaksi
antara konsentrasi auksin dan sitokinin yang diberikan pada medium kultur. Manipulasi
rasio auksin dan sitokinin dapat memengaruhi organogenesis. Pada perbandingan
auksin/sitokinin tinggi memacu pembentukan akar, sedangkan perbandingan sebaliknya
memacu pembentukan tunas. Jika perbandingan auksin dan sitokinin seimbang hanya
terbentuk kalus. Perbedaan perbandingan konsentrasi antara auksin dan sitokinin dapat
memengaruhi berbagai proses morfogenesis.
B
Tunas
Kalus
Gambar 12..... Contoh morfogenesis tak langsung (a) dan morfogenesis langsung (b)
pada kultur eksplan hipokotil tanaman kubis (Brassica oleracea
var. Capitata L.)
Teknik kultur jaringan yang semula ditujukan untuk penelitian dasar di bidang
Biologi, terutama pembuktian totipotensi sel, sekarang telah berkembang sedemikian
pesatnya sehingga dapat dipergunakan untuk keperluan-keperluan yang lain, terutama
di bidang agribisnis dan farmasi/kesehatan.
Teknik kultur jaringan mensyaratkan kondisi steril baik ruang, peralatan, bahan
maupun seluruh rangkaian kerjanya. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan eksplan di
dalam kultur harus selalu dalam kondisi aseptis (steril). Untuk itu tahapan pelaksanaan
teknik kultur in vitro harus dilaksanakan di dalam laboratorium dan harus ditunjang oleh
organisasi serta perlengkapan yang memadai serta tata kerja yang teliti. Pelaksanaan
kerja kultur jaringan tumbuhan memiliki tahapan-tahapan dan urutan kerja yang khusus.
Oleh karena itu laboratorium harus diatur sedemikian rupa sehingga ada tingkatan
sterilitas ruangan sesuai dengan tahapan kerja. Tahapan-tahapan kerja di dalam
laboratorium kultur jaringan dibagi 4 kelompok yaitu:
Gambar 12.... Contoh peralatan yang diperlukan dalam laboratorium kultur jaringan
tumbuhan, (a) peralatan gelas, (b) timbangan analitik, (c) Laminar Air
Flow, (d) entkas, (e) autoclave, (d) rak botol kultur
2. Penanaman eksplan
Penanaman eksplan meliputi sterilisasi, pengambilan/pemotongan bagian
tanaman yang akan dijadikan sebagai eksplan, kemudian menanamnya di dalam
atau di atas medium buatan yang telah disediakan. Untuk penanaman eksplan
ini diperlukan kondisi yang mutlak steril, oleh karena itu penanaman dilakukan
dalam laminar air flow atau entkas (Gambar 12. ....).
3. Pemeliharaan
Setelah diinokulasi, botol kultur diletakkan di rak-rak pemeliharaan di ruang
inkubator untuk diikuti pertumbuhan dan perkembangannya menjadi planlet. Untuk
pemeliharaan tersebut dibutuhkan ruang yang tidak steril tetapi harus bersih dengan
pengatur suhu (25-28)oC dan pencahayaan dengan lampu TL (1000-3000) lux
(Gambar 12. ....)
4. Aklimatisasi
Aklimatisasi merupakan proses penyesuaian planlet dari kondisi heterotrof di
dalam botol kultur menjadi autotrof yang dapa ditanam pada kondisi alamiahnya di
tanah. Proses aklimatisasi dilaksanakan di dalam green house dengan memberikan
perlakuan kelembaban, intensitas cahaya dan temperatur (Gambar 12. ...)
lama
manusia
telah
melakukan
pemuliaan
tanaman
dan
memprediksikan sifat-sifat baru yang akan muncul pada tanaman hasil rekayasa genetik
tersebut.
Rekayasa genetik pada tanaman tingkat tinggi dilakukan melalui beberapa
tahapan yaitu : (1) Plasmid Ti diisolasi dari bakteri Agrobacterum tumefaciens dan
fragmen DNA asing diselipkan ke dalam darah T-nya dengan teknik DNA rekombinan
standar, (2) Ketika plasmid rekombinan dimasukkan ke dalam sel tumbuhan yang
dikulturkan, DNA T berintegrasi ke dalam DNA kromosom tumbuhan tersebut, (3) Pada
saat sel tumbuhan membelah, setiap turunannya menerima satu salinan DNA T tersebut
dari setiap gen asing yang dibawanya. Jika seluruh tumbuhan itu diregenerasi, semua
selnya akan membawa dan mengekspreskan gen baru tersebut. Secara skematis
tahapan ini dapat dilihat pada Gambar 12.....
Penelitian tentang antibiotik pertama kali dilakukan oleh A. Gratia dan S. Dath
pada tahun 1924. Dari hasil penelitian ini dihasilkan actinomisetin dari Actinomycetes.
Pada tahun 1928 Alexander flemming menemukan antibiotik penisilin dari jamur
Penicillium
notatum.
Antibiotik
ini
mampu
menghambat
pertumbuhan
bakteri
Mikroorganisme
Actinomycetes
Sterptomycetes griseus
Sterptomycetes erythraeus
Sterptomycetes noursei
Sterptomycetes nodosus
Sterptomycetes niveus
Bakteri
Bacillus licheniforis
Bacillus polymyxa
Jamur
Aspergillus fumigatus
Penicillium notatum
Penicillium griseofulvum
Antibiotik
Streptomycin
Erythromycin
Nystatin
Amphoetericin-B
Novobiocin
Bacitracin
PolymixynB
Fumigilin
Penisilin
Griseofulvin
aman, maka antibiotik ini dapat diujikan pada sekelompok orang dengan
pengawasan ketat dari para ahli.
12.4.2. Pembuatan Insulin
Insulin adalah protein yang berperan untuk mengontrol metabolisme gula dalam
tubuh manusia. Apabila tubuh seseorang tidak mampu membentuk insulin dalam jumlah
yang dibutuhkan maka akan menderita diabetes.
Perkembangan bioteknologi telah berhasil membuat insulin manusia secara
cepat dengan memanfaatkan sel bakteri melalui teknik rekombinasi gen.
12.4.3. Pembuatan Vaksin
Vaksin digunakan untuk melindungi atau mencegah tubuh dari serangan
penyakit. Secara konvensional vaksin dibuat dari mikroorganisme (bakteri atau virus)
yang dilemahkan atau toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut. Akan tetapi
vaksin yang dihasilkan kurang aman dan dapat menimbulkan efek yang merugikan,
misalnya:
a. Mikroorganisme yang digunakan untuk membuat vaksin kemungkinan masih
melanjutkan proses reproduksi
b. Mikroorganisme yang digunakan untuk membuat vaksin kemungkinan masih
memiliki kemampuan menyebabkan penyakit
c. Ada sebagian orang yang alergi terhadap sisa-sisa sel dari produksi vaksin
meskipun sudah dilakukan proses pemurnian
Perkembangan bioteknologi yang semakin pesat dapat mengurangi berbagai
resiko yang tidak diinginkan tersebut. Vaksin dibuat secara bioteknologi melalui teknik
rekayasa genetika, yaitu dengan menyisipkan gen-gen penghasil antibodi ke dalam DNA
mikroorganisme (rekayasa genetika akan dibahas lebih lanjut dalam subbab
bioteknologi modern). Keuntungan lain pembuatan vaksin dengan rekayasa genetika
selain lebih aman, juga dapat diproduksi dalam jumlah besar.
mereka mengubah gen-gen tertentu pada mencit menggunakan sel punca embrionik
hewan ini. Kemudian pada November 2007 dua ilmuwan Jepang, Shinya Yamanaka dan
Kazutoshi
Takahashi,
serta
James
Thomson
secara
terpisah
mengumumkan
keberhasilan mereka menciptakan aneka jenis sel somatik dari sel punca hasil
reprogram sel somatik (induced pluripotent cells) yang berasal dari sel-sel kulit manusia.
Temuan ini merupakan kesempatan untuk terapi regeneratif tanpa dibebani persoalan
etik karena tidak memanfaatkan sel-sel punca dari pembiakan embrio.
Di dalam tubuh manusia dan hewan pada umumnya terdapat dua jenis sel, yaitu
sel somatik (tubuh) dan sel seksual (sperma dan sel telur). Dalam perkembangannya
ada lebih dari 200 jenis sel manusia yang berbeda, misalnya sel saraf, kulit, darah,
ginjal, hati, otot, jantung, usus hingga tulang. Setiap jenis sel pada tubuh manusia ini
dapat dirunut balik dari sel telur yang difertilisasi oleh sel sperma membentuk morilla
dan dalam lima hari menjadi blstula, yang kemudian membentuk sekumpulan sel
punca.
Selain sel-sel punca embrionik, ada sel-sel punca dewasa yang ditemukan di
jeringan otak, mata, darah, hati, sumsum tulang, otot, dan kulit. Jadi definisi untuk sel
punca adalah sebuah sel tunggal yang dapat bereplikasi sendiri menjadi sel serupa atau
berdiferensiasi menjadi aneka jenis sel yang sama sekali berbeda (pluripoten).
Karena sifat-sifatnya inilah maka sel punca diyakini dapat digunakan untuk
meregenerasi sel-sel tubuh manusia yang rusak. Misalnya memperbaiki bagian jaringan
jantung yang mati pada pasien serangan jantung, atau menumbuhkan jaringan
otak/saraf dan pembuluh darah baru pada pasien stroke sehingga yang tadinya lumpuh
dapat berjalan lagi.
rusak, mengganti kulit pada pasien luka bakar, menyembuhkan pasien diabetes dan
komplikasinya, Parkinson dan Alzheimer, artritis, cedera tulang belakang, dan masih
banyak lagi mukjizat kesembuhan lainnya (Kompas, 26 Nopember 2008, Irwan
Julianto).
kalangan ilmuwan, para politisi, dan masyarakat. Mereka ada yang mendukung dan ada
yang tidak mendukung pengklonan manusia. Kalangan yang mendukung kloning pada
manusia lebih menitikberatkan pada produksi sel, jaringan, dan organ untuk mengobati
penyakit, seperti diabetes, leukemia, dan yang lainnya.
12.5.
RANGKUMAN
produk.
Mikroorganisme
yang
sering
digunakan
dalam
pembuatan