You are on page 1of 5

PENGEMBANGAN STRATEGI PERTAHANAN

UNTUK MENANGGULANGI KEMUNGKINAN DISINTEGRASI BANGSA


DALAM RANGKA MENINGKATKAN KETAHANAN NASIONAL
Hasil Panyek Puslitbang Strahan TA. 2002/2003
(Disarikan kembali oleh : Tri Poetranto, S.Sos)

Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat mengandung potensi kerawanan akibat
keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan, hal tersebut merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik sosial. Dengan semakin marak dan meluasnya
konflik akhir-akhir ini, merupakan suatu pertanda menurunnya rasa nasionalisme di dalam masyarakat.
Kondisi seperti ini dapat terlihat dengan meningkatnya konflik yang bernuasa SARA, serta munculya
gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI akibat dari ketidak puasan dan perbedaan
kepentingan, apabila kondisi ini tidak dimanage dengan baik akhirnya akan berdampak pada disintegrasi
bangsa.
Masalah disintegrasi bangsa merupakan salah satu prioritas pokok dalam program kerja kabinet gotong
royong. Permasalahan ini sangat kompleks sebagai akibat akumulasi permasalahan Ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan keamanan yang saling tumpang tindih, apabila tidak cepat dilakukan
tindakan-tindakan bijaksana untuk menanggulangi sampai pada akar permasalahannya maka akan
menjadi problem yang berkepanjangan.
Bentuk-bentuk pengumpulan massa yang dapat menciptakan konflik horizontal maupun konflik vertikal
harus dapat diantisipasi guna mendapatkan solusi tepat dan dapat meredam segala bentuk konflik yang
terjadi. Kepemimpinan dari tingkat elit politik nasional hingga kepemimpinan daerah sangat menentukan
untuk menanggulangi konflik pada skala dini.
Upaya mengatasi disintegrasi bangsa perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik proses terjadinya
disintegrasi secara komprehensif serta dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pada tahap
selanjutnya. Keutuhan NKRI merupakan suatu perwujudan dari kehendak seluruh komponen bangsa
diwujudkan secara optimal dengan mempertimbangkan seluruh faktor-faktor yang berpengaruh secara
terpadu, meliputi upaya-upaya yang dipandang dari aspek asta gatra.
Fenomena Disintegrasi Bangsa
Bila dicermati adanya gerakan pemisahan diri sebenarnya sering tidak berangkat dari idealisme untuk
berdiri sendiri akibat dari ketidak puasan yang mendasar dari perlakuan pemerintah terhadap wilayah
atau kelompok minoritas seperti masalah otonomi daerah, keadilan sosial, keseimbangan pembangunan,
pemerataan dan hal-hal yang sejenis.
Kekhawatiran tentang perpecahan (disintegrasi) bangsa di tanah air dewasa ini yang dapat digambarkan
sebagai penuh konflik dan pertikaian, gelombang reformasi yang tengah berjalan menimbulkan berbagai
kecenderungan dan realitas baru. Segala hal yang terkait dengan Orde Baru termasuk format politik dan
paradigmanya dihujat dan dibongkar. Bermunculan pula aliansi ideologi dan politik yang ditandai dengan
menjamurnya partai-partai politik baru. Seiring dengan itu lahir sejumlah tuntutan daerah-daerah diluar
Jawa agar mendapatkan otonomi yang lebih luas atau merdeka yang dengan sendirinya makin
menambah problem, manakala diwarnai terjadinya konflik dan benturan antar etnik dengan segala
permasalahannya.
Penyebab timbulnya disintegrasi bangsa juga dapat terjadi karena perlakuan yang tidak adil dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah khususnya pada daerah-daerah yang memiliki potensi

sumber daya/kekayaan alamnya berlimpah/ berlebih, sehingga daerah tersebut mampu


menyelenggarakan pemerintahan sendiri dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi.
Selain itu disintegrasi bangsa juga dipengaruhi oleh perkembangan politik dewasa ini. Dalam kehidupan
politik sangat terasa adanya pengaruh dari statemen politik para elit maupun pimpinan nasional, yang
sering mempengaruhi sendi-sendi kehidupan bangsa, sebagai akibat masih kentalnya bentuk-bentuk
primodialisme sempit dari kelompok, golongan, kedaerahan bahkan agama. Hal ini menunjukkan bahwa
para elit politik secara sadar maupun tidak sadar telah memprovokasi masyarakat. Keterbatasan tingkat
intelektual sebagian besar masyarakat Indonesia sangat mudah terpengaruh oleh ucapan-ucapan para
elitnya sehingga dengan mudah terpicu untuk bertindak yang menjurus kearah terjadinya kerusuhan
maupun konflik antar kelompok atau golongan.
Faktor Disintegrasi Bangsa ditinjau dari Asta Gatra
a.
Geografi. Indonesia yang terletak pada posisi silang dunia merupakan letak yang sangat
strategis untuk kepentingan lalu lintas perekonomian dunia selain itu juga memiliki berbagai
permasalahan yang sangat rawan terhadap timbulnya disintegrasi bangsa. Dari ribuan pulau
yang dihubungkan oleh laut memiliki karakteristik yang berbeda-beda dengan kondisi
alamnya yang juga sangat berbeda-beda pula menyebabkan munculnya kerawanan sosial
yang disebabkan oleh perbedaan daerah misalnya daerah yang kaya akan sumber kekayaan
alamnya dengan daerah yang kering tidak memiliki kekayaan alam dimana sumber
kehidupan sehari-hari hanya disubsidi dari pemerintah dan daerah lain atau tergantung dari
daerah lain.
b.
Demografi. Jumlah penduduk yang besar, penyebaran yang tidak merata, sempitnya lahan
pertanian, kualitas SDM yang rendah berkurangnya lapangan pekerjaan, telah
mengakibatkan semakin tingginya tingkat kemiskinankarena rendahnya tingkat pendapatan,
ditambah lagi mutu pendidikan yang masih rendah yang menyebabkan sulitnya kemampuan
bersaing dan mudah dipengaruhi oleh tokoh elit politik/intelektual untuk mendukung
kepentingan pribadi atau golongan.
c.
Kekayaan Alam. Kekayaan alam Indonesia yang melimpah baik hayati maupun non hayati
akan tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi negara Industri, walaupun belum secara
keseluruhan dapat digali dan di kembangkan secara optimal namun potensi ini perlu
didayagunakan dan dipelihara sebaik-baiknya untuk kepentingan pemberdayaan masyarakat
dalam peran sertanya secara berkeadilan guna mendukung kepentingan perekonomian
nasional.
d.
Ideologi. Pancasila merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia dalam penghayatan dan
pengamalannya masih belum sepenuhnya sesuai dengan nilai-nilai dasar Pancasila, bahkan
saat ini sering diperdebatkan. Ideologi pancasila cenderung tergugah dengan adanya
kelompok-kelompok tertentu yang mengedepankan faham liberal atau kebebasan tanpa
batas, demikian pula faham keagamaan yang bersifat ekstrim baik kiri maupun kanan.
e.
Politik. Berbagai masalah politik yang masih harus dipecahkan bersama oleh bangsa
Indonesia saat ini seperti diberlakukannya Otonomi daerah, sistem multi partai, pemisahan
TNI dengan Polri serta penghapusan dwi fungsi BRI, sampai saat ini masih menjadi
permasalahan yang belum dapat diselesaikan secara tuntas karena berbagai masalah pokok
inilah yang paling rawan dengan konflik sosial berkepanjangan yang akhirnya dapat
menyebabkan timbulnya disintegrasi bangsa.
f.
Ekonomi. Sistem perekonomian Indonesia yang masih mencari bentuk, yang dapat
pemberdayakan sebagian besar potensi sumber daya nasional, serta bentuk-bentuk
kemitraan dan kesejajaran yang diiringi dengan pemberantasan terhadap KKN. Hal ini
dihadapkan dengan krisis moneter yang berkepanjangan, rendahnya tingkat pendapatan
masyarakat dan meningkatnya tingkat pengangguran serta terbatasnya lahan mata
pencaharian yang layak.
g.
Sosial Budaya. Kemajemukan bangsa Indonesia memiliki tingkat kepekaan yang tinggi dan
dapat menimbulkan konflik etnis kultural. Arus globalisasi yang mengandung berbagai nilai

h.

dan budaya dapat melahirkan sikap pro dan kontra warga masyarakat yang terjadi adalah
konflik tata nilai. Konflik tata nilai akan membesar bila masing-masing mempertahankan tata
nilainya sendiri tanpa memperhatikan yang lain.
Pertahanan dan Keamanan. Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi
saat ini menjadi bersifat multi dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar
negeri, hal ini seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, informasi dan komunikasi. Serta sarana dan prasarana pendukung didalam
pengamanan bentuk ancaman yang bersifat multi dimensional yang bersumber dari
permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya.

Proses Terjadinya Disintegrasi Bangsa.


Disintegrasi bangsa dapat terjadi karena adanya konflik vertikal dan horizontal serta konflik komunal
sebagai akibat tuntutan demokrasi yang melampaui batas, sikap primodialisme bernuansa SARA, konflik
antara elite politik, lambatnya pemulihan ekonomi, lemahnya penegakan hukum dan HAM serta kesiapan
pelaksanaan Otonomi Daerah.
Dari hasil penelitian diatas dapatlah dianalisis dengan menggunakan pisau astra gatra sebagai berikut :
a.
Geografi. Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk memisahkan diri adalah daerah yang
paling jauh dari ibu kota, atau daerah yang besar pengaruhnya dari negara tetangga atau
daerah perbatasan, daerah yang mempunyai pengaruh global yang besar, seperti daerah
wisata, atau daerah yang memiliki kakayaan alam yang berlimpah.
b.
Demografi. Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan pemerataan atau penyebaran
penduduk yang tidak merata merupakan faktor dari terjadinya disintegrasi bangsa, selain
masih rendahnya tingkat pendidikan dan kemampuan SDM.
c.
Kekayaan Alam. Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam dan berlimpah dan
penyebarannya yang tidak merata dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya disintegrasi
bangsa, karena hal ini meliputi hal-hal seperti pengelolaan, pembagian hasil, pembinaan
apabila terjadi kerusakan akibat dari pengelolaan.
d.
Ideologi. Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah didalam terjadinya konflik di
negara ini, hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap agama yang dianut
dan agama lain. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan bijaksana pada akhirnya dapat
menimbulkan terjadinya kemungkinan disintegrasi bangsa, oleh sebab itu perlu adanya
penanganan khusus dari para tokoh agama mengenai pendalaman masalah agama dan
komunikasi antar pimpinan umat beragama secara berkesinambungan.
a.
Politik. Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut berbagai
ketidak nyamanan atau ketidak tenangan dalam bermasyarakat dan sering
mengakibatkan konflik antar masyarakat yang berbeda faham apabila tidak ditangani
dengan bijaksana akan menyebabkan konflik sosial di dalam masyarakat. Selain itu ketidak
sesuaian kebijakan-kebijakan pemerintah pusat yang diberlakukan pada pemerintah daerah
juga sering menimbulkan perbedaan kepentingan yang akhirnya timbul konflik sosial karena
dirasa ada ketidak adilan didalam pengelolaan dan pembagian hasil atau hal-hal lain seperti
perasaan pemerintah daerah yang sudah mampu mandiri dan tidak lagi membutuhkan
bantuan dari pemerintah pusat, konflik antar partai, kabinet koalisi yang melemahkan
ketahanan nasional dan kondisi yang tidak pasti dan tidak adil akibat ketidak pastian hukum.
e.
Ekonomi. Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan sebagian besar
penduduk hidup dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial masyarakat Indonesia yang
semakin lebar antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dan adanya indikasi untuk
mendapatkan kekayaan dengan tidak wajar yaitu melalui KKN.
f.
Sosial Budaya. Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia merupakan sumber konflik
apabila tidak ditangani dengan bijaksana. Tata nilai yang berlaku di daerah yang satu tidak
selalu sama dengan daerah yang lain. Konflik tata nilai yang sering terjadi saat ini yakni

g.

konflik antara kelompok yang keras dan lebih modern dengan kelompok yang relatif
terbelakang.
Pertahanan Keamanan. Kemungkinan disintegrasi bangsa dilihat dari aspek pertahanan
keamanan dapat terjadi dari seluruh permasalahan aspek asta gatra itu sendiri. Dilain
pihak turunnya wibawa TNI dan Polri akibat kesalahan dimasa lalu dimana TNI dan Polri
digunakan oleh penguasa sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaannya bukan sebagai
alat pertahanan dan keamanan negara.

Kebijakan Penanggulangan.
Adapun kebijakan yang diperlukan guna memperkukuh upaya integrasi nasional adalah sebagai berikut :
a.
Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak untuk bersatu.
b.
Menciptakan kondisi yang mendukung komitmen, kesadaran dan kehendak untuk bersatu
dan membiasakan diri untuk selalu membangun konsensus.
c.
Membangun kelembagaan (Pranata) yang berakarkan nilai dan norma yang menyuburkan
persatuan dan kesatuan bangsa.
d.
Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat dalam aspek kehidupan
dan pembangunan bangsa, yang mencerminkan keadilan bagi semua pihak, semua wilayah.
e.
Upaya bersama dan pembinaan integrasi nasional memerlukan kepemimpinan yang arif dan
efektif.
Strategi Penanggulangan
Adapun strategi yang digunakan dalam penanggulangan disintegrasi bangsa antara lain :
a.
Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa persaudaraan,
agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat Indonesia.
b.
Menghilangkan kesempatan untuk berkembangnya primodialisme sempit pada setiap
kebijaksanaan dan kegiatan, agar tidak terjadi KKN.
c.
Meningkatkan ketahanan rakyat dalam menghadapi usaha-usaha pemecahbelahan dari
anasir luar dan kaki tangannya.
d.
Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan implementasi butir-butir
Pancasila, dalam rangka melestarikan dan menanamkan kesetiaan kepada ideologi bangsa.
e.
Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi.
f.
Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsur masyarakat, TNI dan Polri dalam
memerangi separatis.
g.
Melarang, dengan melengkapi dasar dan aturan hukum setiap usaha untuk menggunakan
kekuatan massa.
Upaya Penanggulangan.
Dari hasil analisis diperlukan suatu upaya pembinaan yang efektif dan berhasil, diperlukan pula tatanan,
perangkat dan kebijakan yang tepat guna memperkukuh integrasi nasional antara lain :
a.
Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak untuk bersatu.
b.
Menciptakan kondisi dan membiasakan diri untuk selalu membangun consensus.
c.
Membangun kelembagaan (pranata) yang berakarkan nilai dan norma yang menyuburkan
persatuan dan kesatuan bangsa.
d.
Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat dalam aspek kehidupan
dan pembangunan bangsa yang mencerminkan keadilan bagi semua pihak, semua wilayah.
e.
Upaya bersama dan pembinaan integrasi nasional memerlukan kepemimpinan yang arif dan
bijaksana, serta efektif.
Kesimpulan
Dari hasil analisis penelitian tersebut diatas dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut :
a.
Disintegrasi bangsa, separatisme merupakan permasalahan kompleks, akibat akumulasi
permasalahan politik, ekonomi dan keamanan yang saling tumpang tindih sehingga perlu

b.
c.
d.
e.

penanganan khusus dengan pendekatan yang arif serta mengutamakan aspek hukum,
keadilan, sosial budaya.
Pemberlakuan Otonomi Daerah merupakan implikasi positif bagi masa depan daerah di
Indonesia namun juga berpotensi untuk menciptakan mengentalnya heterogental dibidang
SARA.
Pertarungan elit politik yang diimplementasikan kepada penggalangan massa yang dapat
menciptakan konflik horizintal maupun vertical harus dapat diantisipasi.
Kepemimpinan dari elit politik nasional hingga kepemimpinan daerah sangat menentukan
meredamnya konflik pada skala dini. Namun pada skala kejadian diperlukan profesionalisme
aparat kemanan secara terpadu.
Efek global, regional dengan faham demokrasi yang bergulir saat ini perlu diantisipasi
dengan penghayatan wawasan kebangsaan melalui edukasi dan sosialisasi.

Saran.
Untuk mendukung terciptanya keberhasil suatu kebijaksanaan dan strategi pertahanan disarankan :
a.
Penyelesaian konflik vertikal yang bernuansa separatisme bersenjata harus diselesaikan
dengan pendekatan militer terbatas dan professional guna menghindari korban dikalangan
masyarakat dengan memperhatikan aspek ekonomi dan sosial budaya serta keadilan yang
bersandar pada penegakan hukum.
b.
Penyelesaian konflik horizontal yang bernuansa SARA diatasi melalui pendekatan hukum dan
HAM.
c.
Penyelesaian konflik akibat peranan otonomi daerah yang menguatkan faktor perbedaan,
disarankan kepemimpinan daerah harus mampu meredam dan memberlakukan reward and
punishment dari strata pimpinan diatasnya.
d.
Guna mengantisipasi segala kegiatan separatisme ataupun kegiatan yang berdampak
disintegrasi bangsa perlu dibangun dan ditingkatkan institusi inteligen yang handal.
Daftar Pustaka
Rizasihbudi CS, Bara Dalam Sekam Identifikasi Akar Masalah dan Solusi Atas Konflik Lokal Di
Aceh, Maluku, dan Riau, LIPI dan Kronik Indonesia Baru, Cetak I Januari 2001.
Surjanto, Brigadir Jenderal TNI, Mengatasi Gerakan Sparatis di Irian Jaya dengan Pendekatan
Ketahanan Nasional, Jakarta, Lemhannas, 2001.
HB. Amiruddin Maulana, Drs, SH, Msi. Menjaga Kepantingan Nasional Melalui Pelaksanaan
Otonomi Daerah Guna Mencegah Terjadinya Disintegrasi Bangsa , Jakarta, Lemhannas, 2001.
Sudrajat, MPA, Mayor Jenderal TNI, Mengatasi Gerakan Sparatis di Propinsi Daerah Istimewa
Aceh dengan Pendekatan Ketahanan Nasional, Jakarta, Lemhannas, 2001.
Amirul Isnaini, Mayor Jenderal TNI, Mencegah Keinginan beberapa Daerah Untuk Memisahkan
Diri dari Tegak Utuhnya NKRI, Jakarta, Lemhannas, 2001.
Samuel P. Huntington, The Clash of Civilization remaking of World Order A Touchstone Book
Published by Simon R Schuster. First Fouchstone Edition 1997.

You might also like