You are on page 1of 128

Gawat Janin

Tutorial blok 23-24 kelompok


1

Neonatology
YH-1210035

Neonatus
A newborn's life from birth until it is four weeks old is called
the neonatal period.
At birth, the baby's lungs are filled with amniotic fluid They
are not inflated. The baby takes the first breath within
about 10 seconds after delivery. This breathsounds like a
gasp, as the newborn's central nervous system reacts to
the sudden change in temperature and environment.
Once the baby takes the first breath, a number of changes
occur in the infant's lungs and circulatory system:
Increased oxygen in the lungs causes a decrease in blood
flow resistance to the lungs.
Blood flow resistance of the baby's blood vessels also
increases.
Amniotic fluid drains or is absorbed from the respiratory
system.
The lungs inflate and begin working on their own, moving
oxygen into the bloodstream and removing carbon dioxide
by breathing out (exhalation).
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002395.htm

Fetal and Neonatal Alveoli

Growth and Development,


Newborn - Routine Checkups
Birth Exam
- Apgar score
- Vital sign
- Physical exam Within 24 hours of birth, a doctor will examine your baby,
check his or her breathing and heartbeat, and assess the baby's ability to
pass urine and stool.
- Identification sex, parent.
- Measurements of length, head circumference, and weight.
- Antibiotic eyedrops. Because newborns can get eye infections from
bacteria in the birth canal, some states require that antibiotic eyedrops
or ointment be given.
- Screening test, such as hearing test and test that check for genetic
diseases like PKU a condition that can cause brain damage and severe
intellectual disability if it goes untreated. NI 2mg/dL
- Injections, such as Vitamin, and possibly some immunizations, such as for
Hep B.
http://www.webmd.com/parenting/baby/tc/growth-and-development-newborn-routine-checkups
http://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?ContentTypeID=167&ContentID=pku

At one minute, the exam determines


how well the newborn tolerated the
birthing process.
At five minutes, the exam assesses the
newborn's initial adaption to its new
environment.

Sirkulasi fetomaternal

Sirkulasi Maternal
Aliran darah ibu
decidua basalis
tekanan arteri
aliran berjalan ke
lempeng chorion
lalu menyebar ke
lateral mengisi
rudangan
intervillar
menutrisi
ostium pembuluh
vena di lempeng
chorion vena
uterine
11/25/15

Faktor yang memengaruhi regulasi


aliran darah
Yang dipengaruhi: aliran darah di
ruangan interviller
tekanan darah arteri
tekanan intrauterine
pola kontraksi uterus
faktor yang berperan terhadap dinding
arteri

11/25/15

Sirkulasi Janin
ada shunt yang menghubungkan:
foramen ovale (intracardiac) dan
ductus arteriosus (extracardiac)
resistensi paru tinggi
resistensi sistemik rendah
Kandungan oksigen janin paling
rendah adaptasi dengan HbF
(afinitas oksigen tinggi dan daya
perfusi lebih besar)
11/25/15

Sirkulasi Janin
Diatur oleh: sistem saraf dan faktor
humoral (katekolamin, vasopresin,
angiotensin II, prostaglandin)
Barorefleks pada janin arcus aorta
dan arteri carotis (sensitif terhadap
perubahan tekanan arteri sistemik)
Baroreseptor carotis: tachycardia
ringan dan tekanan darah
Baroreseptor arcus aorta: pompa
jantung
11/25/15

Sirkulasi janin
Oksigen janin
lebih rendah
dibanding orang
dewasa
Peredaran darah
janin lebih cepat
Kadar Hb janin
tinggi (hingga 18 gr
%)
Eritrosit lebih
banyak (5,5
juta/mm3)

Hb janin sedikit
berbeda dari Hb
orang dewasa
Terutama dibuat
dalam hati (dewsa
sumsum merah)
Lebih mudah
mengambil dan
melepaskan
oksigen
Baru seluruhnya
diganti oleh Hb
biasa pada usia 4

Denyut jantung normal:


20 minggu: 155 x/menit
30 minggu: 144 x /menit
aterm: 140 x/menit

Variasi normal: 20 x/menit di atas


atau di bawah
Frekuensi ditentukan oleh
depolarisasi intrinsik pada SA node
(secara aktif diinhibisi oleh
parasimpatis)
Maturasi parasimpatis seiring dengan
umur kehamilan umur kehamilan
, frek denyut
11/25/15

Tachycardia & Bradycardia


> 160 x/menit
selama 10 menit
Tachycardia pada
janin:

penggunaan obat
simpatomimetik
anemia pada janin
solutio plasenta
kelainan sistem
cardiovaskular janin
korioamnionitis

Sistem simpatis
akan lebih
berperan
11/25/15

< 110 x/menit selama


10 menit
Bradycardia pada janin:
asfiksia akut
non asfiksia
blokade jantung
agen beta
adrenergik
hipotermia
kompresi kepala
Bradycardia berat:
<80-100 x/menit
acute fetal distress
hipoksia rangsang
baroreseptor
tek darah respon
vagal frek denyut

Darah
Plasent
a

Aa.
umbilical
is
V.
umbilical
is

Plasent
a
Janin

Kecil

Besar

V. Porta

Ductus
Arteriosus
Arantii

hati

VCI

V.
Hepatica
VCI

11/25/15

Perubahan pada neonatus


Anak bernafas
tekanan arteri
pulmonalis banyak
darah ke paru-paru
ductus arteriosus
tertutup
Tali pusat digunting
darah di VCI &
tekanan atrium kanan
tekanan atrium
kiri karena darah
dari paru
foramen ovale

Ductus
arteriosus
Botallli
ligamentum
arteriosum (1-2
menit)
Ductus venosus
Arantii
ligamentum teres
hepatis
Aa. Umbilicales
ligamentum
vesico-umbilicale

denyut jantung janin

terdengar pada akhir bulan ke5


freq : 120-140 x/mnt
kurang dari 120 : asfiksia (kurang O2)
lebih dari 160 : kehilangan darah akut janin
ada nya bunyi jantung anak menandakan
anak hidup.
lokasi terdengarnya bunyi jantung dapat
menentukan :
presentasi anak - sikap anak
posisi anak - ada nya kembar
11/25/15

respon janin terhadap stess

bradikardi
peningkatan tekanan darah arteri
penurunan ventricular output
perubahan pertumbuhan dan prilaku
janin

11/25/15

Fisiologi persalinan normal

Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada


kehamilan aterm (bukan prematur atau postmatur),
mempunyai onset yang spontan (tidak di induksi), selesai
setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya
(bukan partus presipitatus atau partus lama ), mempunyai
janin (tunggal) dengan persentasi verteks (puncak kepala )
dan oksiput pada bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa
bantuan artifisial (seperti forseps), tidak mencakup
komplikasi (seperti perdarahan hebat), mencakup
kelahiran plasenta yang normal (Forrer, 2001).

Kala persalinan
Kala 1
Fase laten: 8 jam, 0-3 cm
Fase aktif:
Fase akselerasi: 2 jam,
3-4 cm
Fase dilatasi max: 2 jam,
4-9cm
Fase deselerasi: 2 jam,
9-10 cm

Kala 3:
Dimulai segera setelah
bayi lahir sampai
lahirnya plasenta (<30
menit)

Kala 2:
Dari
pembukaan
lengkap
sampai
lahirnya bayi

Kala 4:
Dimulai saat lahirnya
plasenta sampai 2
jam pertama post
partum

Pokok penting pada kala IV


Kontraksi uterus harus baik
Tidak ada perdarahan vaginam
Placenta dan selaput ketuban harus
sudah lahir lengkap
VU harus kosong
Luka pada perineum dirawat
Resume keadaan umum bayi
Resume keadaan umum ibu

Faktor persalinan

Kekuatan ibu kekuatan his dan mengedan


Keadaan jalan lahir
janin

Mekanisme persalinan
Engagement mekanisme yg digunakan oleh diameter biparietal diameter transversal terbesar janin pd presentasi oksiput utk lewat
PAP
Fleksi segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks,
dinding panggul.
Putaran paksi dalam pemutaran kepala sehingga oksiput
perlahan-lahan bergerak dari posisi asalnya ke anterior menuju
simfisis pubis, atau yang lebih jarang ke posterior menuju lubang
sacrum
Ekstensi saat kepala janin mencapai perinium, kepala akan
defleksi kearah anterior oleh perinium.
Restitusi dan putaran paksi luar merupakan setelah kepala lahir,
bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama dengan saat ia
memasuki pintu atas panggul.
Ekspulsi setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas
tulang pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi
lateral ke arah simfisis pubis

Definisi
Plasenta Previa adalah plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah
Rahim sehingga menutupi
seluruh/sebagian dari ostium uteri
internum

Etiologi
Belum jelas, multifactor:

Umur >35 tahun


Pengobatan infertilitas
Multipara
Kehamilan multipel
Jarak antar kehamilan yang pendek
Riwayat operasi / kerusakan uterus
Riwayat SC, abortus, plasenta previa
Rokok

Epidemiologi dan
Insidensi
Lebih banyak pada kehamilan
dengan paritas tinggi
Usia > 35 tahun
Lebih sering pada kehamilan ganda
Negara maju <1%

Klasifikasi
Plasenta Previa Totalis /
Komplit
Menutup seluruh ostium uteri
internum

Plasenta Previa Parsialis


Menutup sebagian ostium uteri
internum

Plasenta Previa Marginalis


Tepinya berada pada pinggir
ostium uteri internum

Plasenta Letak Rendah


Berimplantasi pada segmen
bawah Rahim dengan jarak
<2cm dari ostium uteri internum

Patogenesis,
Patofisiologis, Gejala
Klinik

Maternal age (>35


tahun)
Multiparitas (>5)
Prior cesarean
delivery
Cigarette smoking
Abnormal
endometrial tissue
Poor
vascularization
Thinner
myometrium
Less favorable for
implantation
Embryo is attracted to healthier
tissue unaffected endometrium
Lower uterine segment Placenta
Previa

> 2nd trimester


Thinning lower
uterine segment
Development of
placenta
Rupture arteri uterina

Sexual intercourse
Strenuous physical
activity
Lack of oxygen &
nutrition

Bleeding, painless

Fetal distress

the lower uterine segment is


inefficient in contracting
(inability of myometrial fibers)
cannot constrict vessels as in
the uterine corpus
resulting in continued bleeding

Fetal Distress
Heart rate patterns reflection of fetal
physiology than of pathology.
-Blood flow & oxygenation
Potential warning of fetal asphyxia
meconium passage
Hypoxia relaksasi m.sphincter ani
meconium
Asidosis stimulasi vagal meningkatkan
peristaltik meconium
Fisiologis : maturasi GI tract

Reduced bloof flow

Hypoxia

Accumulation of
CO2
Acidosis
Relaxation of
m.sphincter ani

Vagal nerve

Hiperperistaltic

Meconium
discharge

Takikardi FHR

Gejala Klinik
Gejala utama plasenta previa adalah
pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri
dari biasanya berulang darah biasanya
berwarna merah segar.
Bagian terdepan janin tinggi (floating).
sering dijumpai kelainan letak janin.
Pendarahan pertama (first bleeding)
biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam
sebelumnya, sehingga pasien sempat
dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan
berikutnya (reccurent bleeding) biasanya

Identifikasi Masalah
Wanita G5P2A2, 37 tahun, gravida 8
bulan FR Placenta Previa
KU : keluar darah dari jalan lahir
warna merah segar, tidak bergumpal
Mulas, nyeri (-)
Perdarahan sedikit-sedikit namun
terus-menerus
Keluhan serupa terjadi saat
kehamilan 7 bulan, banyak
bergumpal kemudian berhenti sendiri

R. trauma (-)
Coitus suspectus 2 minggu yll
Gerakan janin (+)
Kontrol kehamilan jarang tidak
bisa deteksi dini
Pernah kuretase saat kehamilan ke-3
dan 4 saat umur 32 tahun dan 35
tahun fungsi uterus menurun
Lulusan SD, kerja sebagai penjaga
toko kelontong sosial ekonomi
rendah tidak bisa ANC

PF :
KU : CM, sakit sedang
BB/TB : 64 kg / 158 cm
TV :
TD : 100/90 mmHg
N : 96 x/menit
R : 22 x/menit
S : 36,8 oC

Status generalis DBN


Status obstetrikus :
TFU : 28 cm (N : 30 cm)
LP : 75 cm
His : - belum ada tanda partus
BJJ: 164 x/menit, ireguler
Letak bayi : kepala di bawah, puki
TBBJ : 2480 gr

Status lokalis :
Inspekulo : tampak darah keluar dari ostium
uteri externum
Palpasi : teraba bantalan lunak di seluruh
fornices vaginales Placenta Praevia besar

PP :
Hematologi rutin :
Hb : 10 gr/dL
Ht : 28 %
Eri : 3,5 juta/mm3
Tc : 250.000/mm3
HJ : -/1/1/80/15/3
LED : 25 mm/jam
Leu : 15.000/mm3

Anemia

Urin rutin :
Makroskopis : DBN
Mikroskopis :
Eri : 5-8 / LPB
Leu : 3-5 / LPB

Diagnosis Banding
Placenta Praevia
Solutio Placenta :
Perdarahan + nyeri
Perdarahan segera disusul partus
Perdarahan hanya sedikit
Palpasi sukar, biasanya teraba ketuban
yang terus-menerus tegang
BJJ biasanya (-)
Ada impresi placenta karena hematom
Obstetri Patologi FK Unpad

Diagnosis Kerja
G5P2A2 gravida 32-33 minggu dengan
perdarahan antepartum e. c.
placenta praevia total dengan gawat
janin

Dasar Diagnosis
Usia 37 tahun, gravida 8 bulan
Kehamilan berulang, ada riwayat kuretase
berulang
Perdarahan tanpa nyeri
Timbul setelah bulan ke-7
Perdarahan berulang-ulang
Terjadi kelainan letak janin
Tampak darah keluar dari ostium uteri
externum
Teraba bantalan lunak di seluruh fornices
vaginales

Pemeriksaan Penunjang
Rh compatibility test
levels of fibrin split products (FSP) and
fibrinogen
Prothrombin time (PT)/activated partial
thromboplastin time (aPTT)
Blood type and cross
Complete blood cell (CBC) count
Amniocentesis and fetal lung maturity
testing

USG (ultrasonography)
Transvaginal (Gold standard)
Transabdominal
Transperineal/translabial

Magnetic resonance imaging (MRI)

PENATALAKSANAAN
http://www.edukia.org/web/kbibu/4-3-4-gawat-jani
n/
http://www.rshs.or.id/edukasi/gawat-janin/
http://perinasia.com/post/116
Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo

Talaksana Umum

Posisikan ibu berbaring miring ke kiri.


Berikan oksigen.
Rujuk ibu ke rumah sakit.
Jika sebab dari ibu diketahui (seperti
demam, obat-obatan) mulailah
penanganan yang sesuai.

Penatalaksanaan Plasenta
Previa
Rawat inap, tirah baring (jika perdarahan
berhenti dan janin dinilai baik rawat jalan)
Pemeriksaan darah lengkap (termasuk gol
darah & faktor Rh)
Usia kehamilan 2434 mgg diberi Steroid
pematangan paru janin
Jika ada gejala hipovolemi (hipotensi,
takikardia) transfusi darah
Pelahiran: Sectio caesarea (insisi melintang
pd segmen bawah rahim bag anterior)
Anestesia regional & pengendalian tek darah

Terminasi
a) Pervaginam tekanan pd plasenta
menutup PD yg terbuka
(tamponade plasenta)
b) Sectio Caesarea rahim kosong
kontraksi hentikan perdarahan


Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan DJJ
tetap abnormal sepanjang paling sedikit 3
kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam
untuk mencari penyebab gawat janin:
Jika terdapat perdarahan dengan nyeri hilang
timbul atau menetap, pikirkan kemungkinan
solusio plasenta
Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam,
sekret vagina berbau tajam) berikan
antibiotika untuk amnionitis
Jika tali pusat terletak di bagian bawah janin
atau dalam vagina, lakukan penanganan
prolaps tali pusat

Jika DJJ tetap abnormal atau jika


terdapat tanda-tanda lain gawat
janin (mekonium kental pada cairan
amnion) rencanakan persalinan
dengan ekstraksi vakum atau cunam,
ATAU seksio sesarea.
Siapkan segera resusitasi
neonatus

Komplikasi

Perdarahan, kematian
Anemia, Syok
Kelainan letak anak
Plasenta akreta
DIC
Infeksi, Sepsis
Prematuritas atau lahir mati

Prognosis
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad
bonam

Gawat Janin

DEFINISI
Gawat janin adalah keadaan dimana terdapat hipoksia
pada janin. Keadaan ini bisa terjadi baik pada
intrapartum atau postpartum.
Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung
denyut
jantung
janin
(DJJ).
Dan
memeriksa
kemungkinan adanya mekonium didalam cairan
amnion, bila ditemukan mekonium, menandakan
hipoksia dan asidosis.
Disebut gawat janin bila ditemukan bila denyut jantung
janin diatas 160/menit atau dibawah 100/menit, denyut
jantung tidak teratur, atau keluarnya mekonium ysng
kental pada awal persalinan.

ETIOLOGI

Insufisiensi uteroplasenta akut


1. Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus.
2. Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi
terlentang.
3. Solusio plasenta.
4. Plasenta previa
Insufisiensi uteroplasenta kronik(kurangnya aliran darah uterusplasenta dalam waktu lama):
1. Penyakit hipertensi.
2. Diabetes melitus.
3. Postmaturitas atau imaturitas
Kompresi (penekanan) tali pusat
1. Oligihidramnion.
2. Prolaps tali pusat.
3. Puntiran tali pusat.
Penurunan kemampuan janin membawa oksigen
1. Anemia berat, perdarahan fetomaternal.

FAKTOR RISIKO

Penyakit vaskular uteroplasenta


Perfusi uterus yang berkurang
Sepsis pada janin
Pengurangan cadangan janin
Kompresi tali pusat
Pengurangan jumlah cairan ketuban
Hipovolemia ibu dan pertumbuhan janin yang
terhambat
Wanita
hamil
>35
tahun,
kehamilan
ganda,
berkurangnya gerakan janin, hipertensi, diabetes,
pertumbuhan janin terhambat.

INSIDENSI
10% bayi baru lahir memerlukan bantuan nafas
pada saat lahir. 1% membutuhkan resusitasi.
Penilaian awal pada semua bayi baru lahir, yaitu
Apakah bayi cukup bulan
Apakah bayi menangis atau bernapas
Apakah tonus otot bayi baik

KLASIFIKASI
Gawat janin yang terjadi secara ilmiah.
Gawat janin iatrogenic.
Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat
tindakan medik atau kelalaian penolong.
Posisi tidur ibu
Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta
dan Vena Kava sehingga timbul Hipotensi.
Infus oksitosin
Anestesi Epidural
Diperkirakan obat-obat tersebut mempunyai pengaruh
terhadap otot jantung janin dan vasokontriksi arteri
uterina.
Gawat janin sebelum persalinan
Gawat janin selama persalinan.

PATOGENESIS/PATOFISIOLOGI
Tegangan oksigen janin yang lebih rendah karena janin
dianggap hidup di lingkungan hipoksia dan asidosis yang
kronik, tetapi sebenarnya janin hidup dalam lingkungan yang
sesuai dan konsumsi oksigen per gram berat badan sama
dengan orang dewasa, kecuali bila janin mengalami stress.
Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin, dan kapasitas
angkut oksigen pada janin lebih besar dibandingkan dengan
orang dewasa. Demikian juga halnya dengan curah jantung
dan kecepatan arus darah lebih besar dari pada orang dewasa.
Dengan demikian penyaluran oksigen melalui plasenta
kepadajanin dan jaringan perifer dapat terselenggara dengan
relatif baik.
Sebagai hasil metabolisme oksigen akan terbentuk asam
piruvat, sementara CO2 dan air diekskresi melalui plasenta.
Bila plasenta mengalami penurunan fungsi akibat dari perfusi
ruang intervilli yang berkurang, maka penyaluran oksigen dan
ekskresi CO2 akan terganggu yang berakibat penurunan PH
atau timbulnya asidosis.

Hipoksia lama janin harus mengolah glukosa menjadi


energi melalui reaksi anaerobik yang tidak efisien
menimbulkan asam organik menambah asidosis
metabolik. Pada umumnya asidosis janin disebabkan
oleh gangguan arus darah uterus atau arus darah tali
pusat.
Bradikardi janin tidak harus merupakan indikasi
kerusakan jaringan akibat hipoksia, karena janin
mempunyai kemampuan redistribusi darah bila terjadi
hipoksia, sehingga jaringan vital (otak dan jantung)
akan menerima penyaluran darah yang lebih banyak
dibandingkan jaringan perifer. Bradikardi mungkin
merupakan mekanisme perlindungan agar jantung
bekerja lebih efisien sebagai akibat hipoksia.

GEJALA KLINIK
Gejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya
gerakan janin. Ibu dapat melakukan deteksi dini dari gawat
janin ini, dengan cara menghitung jumlah tendangan janin/
kick count. Janin harus bergerak minimal 10 gerakan dari
saat makan pagi sampai dengan makan siang. Bila jumlah
minimal sebanyak 10 gerakan janin sudah tercapai, ibu
tidak harus menghitung lagi sampai hari berikutnya.
Bila ternyata tidak tercapai jumlah minimal sebanyak 10
gerakan maka ibu untuk segera datang ke RS atau pusat
kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut. Tanda-tanda gawat janin:
Mekonium kental berwarna hijau terdapat di cairan
ketuban pada letak kepala.
Takikardi/bradikardi/iregularitas dari denyut jantung janin.
Untuk mengetahui adanya tanda-tanda seperti di atas
dilakukan pemantauan menggunakan kardiotokografi.
Asidosis janin diperiksa dengan cara mengambil sampel
darah janin.

Pengaruh pada Kehamilan dan persalinan.


1. Pada Kehamilan:
Gawat janin dapat menyebabkan berakhirnya
kehamilan dengan kegawat daruratan janin, maka
harus segera dikeluarkan.
2. Pada persalinan:
Persalinan menjadi cepat karena pada gawat janin
harus segera dikeluarkan.
Persalinan dengan tindakan, seperti ekstraksi cunam,
ekstraksi forseps, vakum ekstraksi, ataupun bahkan
dapat diakhiri dengan tindakan sectio saesarea (SC)

DIAGNOSIS
Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada:
Denyut jantung janin yang abnormal.
Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau
dan kental/ sedikit.
Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena
partus lama, Infuse oksitosin, perdarahan, infeksi,
insufisiensi plasenta, ibu diabetes, kehamilan pre
dan posterm atau prolapsus tali pusat. Hal ini harus
segera dideteksi dan perlu penanganan segera.

Pemeriksaan Penunjang
Antepartum Testing:
Fetal movement count
Non stress test
Contraction stress test
Biophysical profile
fetal movement
amniotic fluid volume
respiratory movement
movement of extremity
NST

PENATALAKSANAAN
Prinsip Umum
Bebaskan setiap kompresi tali pusat.
Perbaiki aliran darah uteroplasenter.
Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal
atau kelahiran segera merupakan indikasi. Rencana
kelahiran
(pervaginam
atau
perabdominam)
didasarkan pada faktor-faktor etiologi, kondisi janin,
riwayat
obstetric
pasien
dan
persalinan.

Penatalaksanaan Umum
Pasien dibaringkan miring ke kiri, agar sirkulasi janin
dan pembawaan oksigen dari ibu ke janin lebih lancar.
Berikan oksigen sebagai antisipasi terjadinya hipoksia
janin.
Hentikan infuse oksitosin jika sedang diberikan infuse
oksitosin, karena dapat mengakibatkan peningkatan
kontraksi uterus yang berlanjut dan meningkat dengan
resiko hipoksis janin.
Jika denyut jantung janin diketahui tidak normal,
dengan atau tanpa kontaminasi mekonium pada cairan
amnion, lakukan hal sebagai berikut:
Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan)
mulailah penanganan yang sesuai.
Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin
tetap abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan
pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab gawat janin.

Penatalaksanaan khusus
Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk
membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah
balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Perubahan dalam
posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.
Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai usaha
untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.
Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu
curahan darah ke ruang intervilli.
Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 % berbanding
larutan laktat. Transfusi darah dapat di indikasikan pada syok
hemoragik.
Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan
menentukan perjalanan persalinan.
Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi
risiko aspirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan
mulut dibersihkan dari mekoneum dengan kateter pengisap. Segera
setelah kelahiran, pita suara harus dilihat dengan laringoskopi
langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan mekoneum dengan pipa
endotrakeal.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat muncul jika janin mengalami
gawat janin:
Asfiksia
Menyebabkan kematian janin jika tidak segera
ditangani dengan baik.
Komplikasi Gawat janin atau asfiksia intrauterin
merupakan akibat dari kompresi talipusat akibat
berkurangnya cairan amnion (oligohidramnion) atau
prolapsus talipusat pada kehamilan yang sangat muda
dan disertai oligohidramnion yang lama menyebabkan
terjadinya deformitas janin.

Pronosis

Anak
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Resusitasi Neonatus

Penilaian Awal pada


Neonatus

LANGKAH AWAL
RESUSITASI NEONATUS

Kontrol Suhu
Tempatkan bayi di bawah sumber
panas radiasi (Radiant Warmer)
Keringkan
Beri selimut

Membebaskan jalan nafas


POSISI harus benar.

Penghisapan lendir
Pembebasan jalan napas dari mekonium

Penghisapan lendir :

Bila terdapat mekonium pada cairan


Terdapat mekonium?
ketuban
Ya

Tidak

Usaha napas kuat, tonus otot


baik, frekuensi jantung > 100
x/menit
Ya

Tidak
Lakukan penghisapan mulut
dan trakea

Lanjutkan tindakan langkah awal:


Bersihkan sekresi dari mukut dan
hidung
Keringkan, rangsang pernapasan,
posisikan lagi

Penghisapan mekonium
Bila cairan amnion tercemar mekonium,
lakukan sesegera mungkin pengisapan lendir
dari mulut, faring dan hidung saat kepala
lahir (pengisapan lendir intrapartum) tanpa
memperhatikan mekonium tebal atau tipis
Bayi yang tercemar mekonium dan kemudian
mengalami apnea atau distress pernapasan
harus dilakukan penghisapan trakea dahulu
sebelum diberikan ventilasi tekanan positif,
meskipun pada awalnya bayi aktif.

Pharyngeal suctioning of an infant


before delivery of the shoulders

Removal of meconium from the


hypopharynx and larynx using a large-bore
catheter.

Endotracheal intubation for removal


of meconium in the lower airway

Rangsangan taktil
Pengeringan dan pengisapan lendir
merupakan stimulasi yang cukup untuk
memulai pernapasan yang efektif pada
bayi baru lahir
Apabila tidak terjadi pernapasan spontan
atau pernapasan yang efektif sesudah
dilakukan pengeringan atau pengusapan
punggung, jentikan pada telapak kaki
mungkin bisa merangsang pernapasan
spontan

Positive Pressure Ventilation


Indikasi
Apnea atau gasping
HR < 100 x/menit
Sianosis sentral menetap walaupun sudah diberikan oksigen
100%.

Pemberian 40-60 kali pernapasan permenit


Tanda ventilasi yang diberikan adekuat
Kedua paru-paru mengembang (adanya gerakan dinding
dada dan suara napas)
Perbaikan denyut jantung
Perbaikan warna

Mencegah komplikasi, digunakan masker dan balon


ventilasi dengan volume kecil

Pulse Oximetry

Pemberian oksigen 100%


Hipoksia hampir selalu didapatkan pada bayi baru lahir
yang membutuhkan resusitasi
Pemberian oksigen 100% diberikan pada keadaan:
Sianosis
bradikardi (<100x/menit)
tanda distress pernapasan selama masa stabilisasi

Oksigen yang diberikan minimal 5L/menit


Tekanan oksigen yang diberikan 20 cmH2O, tetapi
30-40 cmH2O untuk bayi tanpa ventilasi spontan

Continuous Positive Airway Pressure


Peberian oksigen dengan balon tidak
mengembang sendiri + sungkup

Pemberian oksigen menggunakan


sungkup + O2 100%

Oksigen melalui pipa (Endotracheal Tube)

Endotracheal Tube
Indikasi:
Penghisapan mekonium
Mask Ventilation tidak efektif atau berkepanjangan
Bila kompresi dada dilakukan

Exhaled CO2 detection: berfungsi untuk


mengkonfirmasi penempatan endotracheal tube
(+) : deteksi dihembuskan CO2 (dalam trakea)
(-) : tidak ada CO2 (salah penempatan)
(false -) : aliran darah paru-paru buruk (ETT dalam
trakea)

Kompresi Dada
Indikasi:
Nadi < 60x/menit atau tidak terdapat kenaikan nadi pada
kondisi pemberian ventilasi yang adekuat selama 30 detik
Teknik kompresi dada:
Pasien diletakkan pada permukaan datar dan keras
Posisi pasien telentang dan penolong berlutut sebelah dada
pasien/berdiri di samping tempat tidur pasien
Kedua ibu jari penolong: 2/3 sternum
Jari-jari lain sejajar dengan costa
Kedalaman kompresi 4 cm
Frekuensi=
3:1 (2 detik) selama 30 detik (3x kompresi dada + 1x VTP)

Persiapan Resusitasi
Neonatus
Tempat:
Ruang bersalin & NICU

Alat:
Radiant warmer
Mesin pengisap yang memiliki manometer
T-piece resuscitation / balon+sungkup
Laringoskop dan blades ukuran Miller 0 dan 1
Lain:

feeding tube (5F dan 8F),


Umbilical catheter (5Fr),
Endotracheal tube (ukuran 2.5, 3 dan 3.5),
syringe (1ml, 3ml, 10ml, 20ml)

Set: kateterisasi umbilicus

Resusitasi Neonatus

10% BBL perlu bantuan utk


bernapas pd saat lahir.
1% resusitasi yg ekstensif
Penilaian awal

Penilaian awal :
YA bayi
Cukup bulan
langsung
Menangis atau bernapas
dihangatkan dgn
tetap berbaring di
Tonus otot
dada ibu.

TIDAK :
-Langkah awal stabilisasi (beri
kehangatan, bersihkan jalan napas,
keringkan, merangsang)
-Ventilasi
-Kompresi dada
-Pemberian epinefrin dan/cairan
penambah vol

Medikasi
- Ventilasi
adekuat
- O2 100%
- Kompresi
dada

FDJ <
60x/menit

Epinefrin atau
pengembang
volume atau
keduanya

Epinefrin
- Dosis : 0,01-0,03 mg/kg IV
- Dosis endotrakeal 0,05-1 mg/kg
(efektivitas blm dievaluasi)
- Konsentrasi utk neonatus 1:10.000
(0,1 mg/mL)

Pengembang volume
- Jika diketahui atau diduga kehilangan
darah dan FDJ tdk berespon terhadap
upaya resusitasi lain.
- Cairan 10ml/kg; IV selama 5-10
menit
1. Darah O negatif
2. Albimun 5%
3. NaCl fisiologis/ RL

Indikasi :
- Bayi tdk berespon terhadap
resusitasi dan mengalami syok
- Ada riwayat terkait dgn kehilangan
darah janin (perdarahan per
vaginam, solusio plasenta, plasenta
previa)

Perawatan pasca resusitasi


Naloxone Hydrochloride
Glukosa IV
Terapi hipotermia bayi dgn umur
kehamilan 36 mgu/>, dgn
ensefalopatia hipoksik iskemik
sedang dan berat

Penghentian resusitasi
- Jika tdk terdeteksi detak jantung
selama 10 menit.

Stabilisasi Neonatus
Pasca Resusitasi

Stabilisasi : mengidentifikasi faktorfaktor, yang apabila tidak dikoreksi


akan
memperburuk
keadaan
dari
neonatus pasca resusitasi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi stabilisasi tersebut
diantaranya:
Pemeliharaan ventilasi dan oksigenasi
Koreksi gangguan asam basa
Menangani kebocoran udara di paru
Pemantauan kardiovaskuler
Pemantauan suhu
Pemantauan metabolik

Prinsip umum dari penanganan


pasca resusitasi neonatus :
melanjutkan
kardiorespiratorik
stabilitas suhu
koreksi hipoglikemia
asidosis metabolik
abnormalitas elektrolit
penanganan hipotensi

dukungan

Prinsip stabilisasi neonatus dalam


STABLE (American Academy of
Pediatrics) :
S -- Sugar and Safe Care
T -- Temperature
A -- Airway
B -- Blood pressure
L -- Laboratory
E -- Emotional support

Sugar and Safe Care


Langkah untuk menstabilkan kadar
gula darah neonatus
Pada neonatus kadar glukosa darah
harus dipertahankan pada kadar 50110 mg/dl
3 FR yg mempengaruhi kadar gula
darah :
Cadangan glikogen terbatas
Hiperinsulinemia
Peningkatan penggunaan glukosa

Bayi yang berisiko tinggi mengalami


hipoglikemia diantaranya adalah:
Bayi prematur (usia kehamilan <37 minggu)
Bayi kecil untuk masa kehamilan, berat badan
lahir rendah
Bayi besar untuk masa kehamilan
Bayi dari ibu dengan diabetes mellitus
Bayi yang sakit
Bayi dari ibu yang mendapat obat hipoglikemik
atau diinfus glukosa saat persalinan

Skrining hipoglikemia :
Menggunakan darah kapiler
Simple,cukup akurat
15% lebih rendah dari gula serum

Frekuensi :
Sebelum transpor
Diulang lagi saat akan transpor
Proses transpor
Bila hasil pem.1 normal : tidak perlu
diulang

Temperature
Usaha untuk mempertahankan suhu normal bayi
(36,5-37,5 C) dan pencegahan hipotermia
selama stabilisasi
Bayi yang berisiko tinggi mengalami hipotermia :
Bayi prematur, berat badan rendah (khususnya berat
badan kurang dari 1500 gram).
Bayi kecil untuk masa kehamilan
Bayi yang mengalami resusitasi yang lama
Bayi yang sakit berat dengan masalah infeksi,
jantung, neurologis, endokrin dan bedah.
Bayi yang hipotonik akibat sedatif, analgesik, atau
anestesi

Mencegah hipotermia :
Bayi kecil <35 minggu : bungkus badan, tutup
kepala
Saat resusitasi bayi : meja dan kain hangat
Mengeringkan bayi
Bila sudah hipotermia, segera hangatkan kembali
Tersedia inkubator atau alat penghangat
Alternatif : lampu sorot
Saat menghangatkan kembali : beri oksigen, amati
takikardi/hipotensi, dan monitor suhu rektal

Airway
Hal yang harus dievaluasi dan dicatat :
Laju nafas
Usaha nafas
Kebutuhan oksigen
Saturasi oksigen
Analisis gas darah

Faktor predisposisi :
Prematuritas
Persalinan SC
Proses inflamasi
Kelainan bawaan
dll

Skor <4 : ggg.pernapasan ringan


Skor 4-5 : ggg.pernapasan sedang
Skor 6 : ggg.pernapasan berat (butuh
analisis gas darah)

B- Blood pressure
Perhatikan adanya tanda syok a.l:
Usaha nafas
Takipnea, retraksi, pernafasan cuping hidung, apnea.

Nadi
Pada keadaan syok denyut nadi dapat melemah atau
tidak teraba.

Perfusi perifer
Perfusi yang buruk akibat vasokonstriksi dan
menurunnya curah jantung memanjangnya waktu
pengisian kapiler (>3 detik), mottling dan kulit teraba
dingin.

Frekuensi jantung n=120-160x/mnt


denyut jantung dapat berupa bradikardia (<100
kali/menit) yang disertai dengan adanya tanda
perfusi yang buruk, atau takikardia (>180
kali/menit).

Dan pantau hipotensi dengan spygmo


u/neonatus atau grafik tek.darah berdasarkan
BB
Penanganan:
Identifikasi syok, bantu ventilasi, cairan fisiologis 1015cc/kgBB, bila perlu dopamin 10 mcg/kgBB/menit.

L-Laboratory
Jika adanya risiko infeksi a.l:
Ketuban Pecah Dini
Ibu mengalami infeksi menjelang
persalinan
Persalinan prematur
Bayi riwayat keadaan gawat janin.

E-Emotional Support
Kontak bayi dengan ibunya termasuk
inisiasi menyusu dini.
Kontak bayi dengan ayahnya juga.
Jangan lupa:
Informed consent
Rekam medis ibu dan bayi
Hasil lab dan terapi

Faktor faktor yang berperan pd


pernapasan pertama bayi
Stimulasi fisik sejak penanganan bayi
saat persalinan
Kurangnya O2 dan akumilasi CO2
Kompresi dinding dada selama mll
jalan lahir
Akan memaksa cairan keluar dr jalan
napas

Penatalaksanaan kasus

Rujuk ke RS
Infus RL
Kateter
Resusitasi intra uterine
Posisi ibu mirng ke kiri u/ mencegah
berkurangnya sirkulasi hepar
Oksigen
Pantau BJJ

You might also like