You are on page 1of 14

KERATITIS

Pendahuluan
Hasil Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran

tahun 1993-1996 menunjukkan angka kebutaan di Indonesia


menduduki peringkat ketiga di dunia, yaitu mencapai 1,5% dari
jumlah penduduk. Penyebab utama kebutaan adalah katarak
(0,78%), glaukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%), kelainan
di retina (0,13%), serta kelainan di kornea (0,10%).
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa penyakit pada
kornea menempati urutan lima besar penyebab kebutaan di
Indonesia.

Anatomi Kornea

DEFINISI
Keratitis adalah radang pada kornea
atau infiltrasi sel radang pada kornea
yang akan mengakibatkan kornea
menjadi
keruh
sehingga
tajam
penglihatan menurun

Keratitis
Klasifikasi
Berdasarkan
tempatnya

keratitis pungtata superfisialis


keratitis marginal
keratitis interstitial.

Berdasarkan
penyebabnya

keratitis bakterialis,
keratitis fungal,
keratitis viral,
keratitis akibat alergi.

Berdasarkan
bentuk klinisnya

keratitis sika,
keratitis flikten,
keratitis nurmularis
keratitis neuroparalitik

KERATITIS JAMUR
Jamur berfilamen
(filamentous fungi) Bersifat
multiseluler dengan cabangcabang hifa, terdiri dari:
Jamur bersepta : Furasium
sp, Acremonium sp,
Aspergillus sp,
Cladosporium sp,
Penicillium sp,
Paecilomyces sp,
Phialophora sp, Curvularia
sp, Altenaria sp.
Jamur tidak bersepta :
Mucor sp, Rhizopus sp,
Absidia sp.

Jamur ragi (yeast) yaitu


jamur uniseluler dengan
pseudohifa dan tunas :
Candida albicans,
Cryptococcus sp,
Rodotolura sp.

Jamur difasik. Pada jaringan


hidup membentuk ragi
sedang media pembiakan
membentuk :
Blastomices sp,
Coccidiodidies sp,
Histoplastoma sp,
Sporothrix sp.

Faktor Risiko
Trauma (misalnya, lensa kontak, benda asing).

Penggunaan kortikostreroid topikal


Operasi kornea seperti keratoplasti, operasi katarak clear
cornea (tanpa benang), atau laser in situ keratomileusis
(LASIK)
Keratitis kronis karena herpes simpleks, herpes zoster,
atau konjungtivitis vernal.
Laki-laki muda
Riwayat trauma sebelumnya (terutama karena tumbuhan)
Pekerjaan agricultural

Diagnosis

KELUHAN
Biasa nya di dahului
rudapaksa oleh
ranting pohon ,
daun , bagian lain
tumbuhan
Timbul 5 hari - 3
minggu kemudian

Sakit yg hebat
Berair
Visus turun
Fotofobia
Mata merah dan
bengkak
(blepharospasme)

Pemeriksaan
opftamologi
Injeksi siliar
Infiltrat kelabu
Hipopion
Ulcer superficial
Gangguan kornea
(sensibilitas
kornea yang

Pemeriksaan oftalmologi
slit

lamp adalah injeksi


siliaris, defek epitel, adanya
infiltrat dengan tepi yang
meninggi,
tekstur
yang
kasar,
pigmentasi
putih
keabu-abuan, plak endotel,
dan tampilan cincin putih
pada kornea dan lesi satelit
pada tepi fokus primer
infeksi dan hipopion. Pada
tes fluoresein defek epitel
ditandai dengan adanya
daerah yang berwarna hijau.

Gambar 11. Uji Fluoresein


positif pada defek epitel 8

Gambar 12. Infiltrat


Satelit

Pemeriksaan Laboratorium
a.
Melakukan
Pemeriksaan
Kerokan Kornea
Pemeriksaan kerokan kornea
sebaiknya
dengan
menggunakan spatula kimura
yaitu dari dasar dan tepi ulkus
dengan biomikroskop. Dapat
dilakukan pewarnaan KOH,
Gram untuk megidentifikasi
ragi, Giemsa untuk mendeteksi
elemen jamur atau KOH + Tinta
India.
Isolasi
jamur
menggunakan Sobaraud dan
agar darah pada suhu ruangan.

b. Biopsi Jaringan kornea


Bisa dilakukan bila hasil
kultur negatif dalam waktu
48-72 jam pada pasien yang
diduga kuat memiliki infeksi
jamur
dan
tidak
juga
membaik dengan terapi
antibakterial.
Biopsi
dilakukan
utnuk
menegakkan
diagnosis
pasti. Caranya diwarnai
dengan Periodic acid schiff
atau Methenamine Silver.

TERAPI
Terapi topikal
Pada 24 sampai 48 jam pertama pasien harus
diberikan tetes mata Econazole 1% setiap jam pagi
dan malam.
Siklopegik tetes atropine 1% 2 kali sehari. Efek kerja
sulfas atropine :
Sedatif, menghilangkan rasa sakit.
Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.
Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M.
konstriktor pupil.

Terapi sistemik

Infeksi jamur ragi (yeast)


Flukonazol oral 50-100 mg selama 7-14 hari setelah diketahui
penyebabnya. Jika terdapat endoftalmitis diberikan 200-400 mg.
Saat pemakaian obat ini harus diperhatikan fungsi liver pasien
Infeksi mould
Pada lini pertama, pasien diberikan Voriconazole. Pada pasien
dengan berat badan > 40 kg, voriconazole diberikan secara oral
400 mg 2 kali/hari. Pada hari berikutnya diberikan 200 mg 2
kali/hari dan pada hari berikutnya, dilihat perubahan pada mata
pasien. Jika sudah cukup membaik, dosis tetap dilanjutkan sama
seperti hari sebelumnya. Apabila tidak terlihat adanya perubahan,
maka dosis dapat dinaikan 300 mg 2 kali/hari.

You might also like