You are on page 1of 22

MAKALAH

UNI EROPA DAN KRISIS MIGRAN


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Studi Kawasan
Eropa

Disusun Oleh :
Sarah Farida Ainun (135120407121004)
Desy Aisyah Permata Putri (135120407121014)
Muhammad Ridho Rabbani (135120407121022)
Kenny Fachry Prayogo (135120407121035)

Dosen Pengampu :
Aswin Ariyanto A., S.IP, M.DevSt

Program Studi Hubungan Internasional


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
Malang
2015
1.1 Permasalahan Migran di Kawasan Eropa

Dalam sejaranya, kawasan Eropa telah memiliki banyak pengalaman pada migran yang
melakukan perpindahan ke kawasan ini. Migran migran ini memiliki banyak tujuan dalam
melakukan perpindahannya ke kawasan ini dan tujuan tersebut yang kemudian membuat benturan
yang kemudian memunculkan masalah di Eropa. Masalah migran ini muncul karena migran yang
datang ke Eropa tidak hanya sendirian melainkan bersama kelompoknya dan jumlah migran inilah
yang kemudian memunculkan permasalahan di Eropa. Menurut para anti-migrant, migran migran
yang datang ke kawasan ini membuat ekonomi negara negara di Eropa menghabiskan ekonomi
negaranya hanya untuk migran ketimbang menggunakannya untuk meningkatkan kemampuan
negaranya1. Selain itu, migran migran yang datang kekawasan Eropa terutama karena pemohon
suaka tidak memiliki pendidikan yang cukup untuk membuat mereka bekerja di tempat yang layak
sehingga pemerintah di negara negara di Eropa tetap harus mendukung perekonomian mereka 2.
Selanjutnya, masalah kurangnya perumahan untuk mendukung para migran ini agar dapat tinggal di
tempat yang layak juga kurang sehingga menyebabkan migran migran ini menjadi tuna wisma yang
kemudian membuat meningkatnya tindak kriminalitas3.
Permasalah yang di timbulkan oleh migran ini juga muncul pada institusi yang mengukur perkiraan
resmi jumlah migran yang masuk ke kawasan ini. Hal tersebut dimaksud dengan munculnya kasus
dimana migran mengaku sebagai pengungsi sehingga pemerintah harus bertanggung jawab
terhadapnya dengan mendukung perekonomiannya 4. Pada aspek budaya, migran migran ini sudah
pasti membawa kebudayaan negaranya ke Eropa dan kebudayaan tersebut belum tentu dapat dengan
mudah diterima oleh masyarakat lokal, selain itu kebudayaan yang dibawa oleh migran migran ini
juga dapat membuat pergeseran pada budaya lokal yang ada di kawasan Eropa 5.

1.1.1 Krisis Migran Uni Eropa


Kawasan Mediterania Selatan mengalami krisis politik pada tahun 2010 dan krisis ini terjadi
pada negara-negara yang berbatasan langsung dengan laut Mediterania dan secara geografis
terletak di wilayah Afrika Utara seperti Libya, Tunisia dan kawasan Timur Tengah seperti
Mesir dan Suriah. Krisis di kawasan Mediterania Selatan bermula dari adanya konflik
1 FUREDI F. 2015. SPIKED: A Crisis of Europe Dressed Up as A Drama About Migration. Dapat
diakses melalui (http://www.spiked-online.com/newsite/article/a-crisis-of-europe-dressed-up-as-adrama-about-migration/17448#.VlcxMoRcVFI)
2 Loc.cit
3 Loc.cit
4 Loc.cit
5 Loc.cit

internal di Tunisia yang menuntut adanya reformasi dalam pemerintah dan tuntutan dalam hal
kebebasan berpendapat dan ekonomi. Konflik inilah yang menjadi titik awal dari konflik
yang terjadi di negara seperti Mesir, Libya dan Suriah yang juga menuntut adanya perubahan
sistem pemerintahan yang lebih baik 6. Gelombang demokratisasi yang terjadi di wilayah
Mediterania Selatan sejak tahun 2010, kemudian menyebabkan adanya arus pengungsi atau
migran ke kawasan Uni Eropa.
Uni Eropa menjadi wilayah tujuan utama dari para migran terutama mereka yang berasal dari
negara di kawasan Mediterania Selatan dikarenakan adanya kedekatan geografis, kedua
wilayah tersebut hanya dibatasi oleh laut Mediterania, sehingga para pengungsi hanya perlu
menggunakan kapal untuk mencapai kawasan Uni Eropa. Selain faktor geografis, kondisi
perekonomian yang baik di wilayah Eropa juga menjadi alasan mengapa Uni Eropa dipilih
sebagai tempat tujuan para pengungsi. Italia dan Yunani merupakan negara yang berbatasan
laut dengan pantai dan wilayah Laut Mediterania, sehingga negara tersebut menjadi pintu
masuk bagi para pengungsi untuk menuju negara kaya terutama yang berada di Eropa Barat
seperti Jerman, Inggris dan Perancis.
Pada tahun 2014, negara di wilayah Uni Eropa mengalami jumlah peningkatan yang
signifikan dalam jumlah pengungsi yang mecoba untuk masuk ke dalam wilayah negaranegara yang terdapat di kawasan Uni Eropa. Dan pada tahun 2014 terdapat 137.947 7 aplikasi
yang diajukan oleh para pengungsi yang mayoritas berasal dari negara yang mengalami
konflik berkepanjangan di kawasan Timur Tengah seperti Suriah dan jumlah di tahun 2014
merupakan jumlah terbanyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Menurut UNHCR
(United Nations High Commisioner for Refugees) Sepanjang tahun 2011 2015 terdapat
681.7138 pengungsi yang mengajukan aplikasi ke negara di wilayah Uni Eropa dan mayoritas
dari imigran tersebut berasal dari Suriah.

6 http://www.euinside.eu/en/subjects/the-uprisings-in-the-south-east- Diakses
Pada 19 November 2015 Pukul 22.57 WIB
7Europe : Syrian Asylum Applications (From April 2011 to October 2015)
http://data.unhcr.org/syrianrefugees/asylum.php Diakses Pada 19 November
2015 Pukul 21.41 WIB
8 Ibid

Tabel 1 :
Jumlah
Aplikasi
Migran
Suriah
Negara
WIlayah
Eropa
(April
2011 -

Ke
di
Uni

Oktober 2015)9

Jumlah dari imigran ini membuat negara-negara anggota Uni Eropa khususnya Italia dan
Yunani kewalahan dalam mengani pengajuan aplikasi migran tersebut. Bukan hanya itu,
negara-negara tersebut juga harus berupaya untuk menyelamatkan lebih dari puluhan ribu
orang yang terjebak di wilayah laut Mediterania yang digunakan para pengungsi sebagai jalur
untuk menuju kawasan Eropa, banyak imigran yang meninggal dunia sebelum berhasil
mencapai kawasan Eropa. Italia merupakan negara utama yang menanggulangi permasalahan
tersebut dan kemudian berupaya untuk menyelamatkan para migran melalui misi Mare
Nostrum yang kemudian digantikan dengan Triton Operation yang kemudian dikelola oleh
lembaga urusan dalam negeri dan keadilan Uni Eropa dan salah satu langkah dari Triton
Operation adalah dengan melakukan patroli di sepanjang pantai Italia dan laut tengah.
Meskipun demikian, jumlah korban migran yang tidak dapat diselamatkan masih berkisar
lebih dari 1500 Orang (Januari April 2015)10 dan hal ini mendapat teguran keras dari
UNHCR.
9 Ibid

Tabel 2 : Rute Migran Memasuki Kawasan Eropa dan Jumlah Migran yang Tewas di
Laut Mediterania

Jerman menjadi negara tujuan utama bagi para pengungsi atau migran ketika mereka tiba di
kawasan Uni Eropa. Hingga akhir bulan oktober 2015, jerman mendapatkan aplikasi
terbanyak dari para migran sebanyak 331.000 11. Kemudian di urutan kedua yaitu, Hungaria
yang mendapat 143.07012 aplikasi dari para migran terutama mereja yang melakukan
perjalanan dari kawasan Yunani dan wilayah Balkan Barat. Walaupun Jerman merupakan
negara dengan pengajuan aplikasi migran terbanyak di Eropa, Hungaria menjadi negara yang
paling banyak didatangi oleh para migran dan merupakan proporsi terbesar dalam populasi
lokal dari masyarakat Hungaria, terdapat 1.450 migran dari 100.000 populasi masyarakat

10Eropa Sepakat Perkuat Operasi Gabungan di Laut Tengah (Jumat, 24 April


2015) http://dunia.tempo.co/read/news/2015/04/24/117660606/eropa-sepakatperkuat-operasi-gabungan-di-laut-tengah Diakses Pada 19 November 2015 Pukul
22.07
11 Migrant Crisis : Migration to Europe Explained by Graphics (9 November 2015)
http://www.bbc.com/news/world-europe-34131911 Diakses Pada Tanggal 19
November 2015 Pukul 23.18 WIB
12 Ibid

Hungaria pada tahun 201513. Sedangakan Jerman hanya 323 migran dari 100.000 populasi
masyarakat Jerman14.

Tabel 3 : Jumlah Pengajuan Aplikasi Migran per 100.000 Populasi Negara Eropa

Migran yang menuju ke kawasan Uni Eropa mayoritas berasal dari negara Suriah, hal ini
disebabkan karena adanya konflik yang berkepanjangan dan tidak ada titik penyelesaian
hingga saat ini. Tetapi yang menjadi faktor bagi migran lain seperti yang berasal dari wilayah
Afghanistan dan Eritrea melakukan migrasi ke kawasan Uni Eropa, karena banyaknya tindak
kekerasan di wilayah negara tersebut dan faktor utama para migran melakukan migrasi ke
Uni Eropa adalah mencari kehidupan yang lebih baik terutama dalam hal perekonomian.

13 Ibid
14 Ibid

Kedatangan para imigran ke wilayah kawasan Uni Eropa mendapat berbagai macam
tanggapan dari negara-negara anggota Uni Eropa. Terdapat perlakuan dan tindakan yang
berbeda dari tiap negara terhadap imigran yang memasuki wilayah teritori negaranya, seperti
Jerman yang menolak dan lebih selektif dalam memilih imigran untuk masuk ke wilayah
negaranya. Dampak dari datangnya imigran mencakup keseluruh bidang baik itu ekonomi,
sosial dan politik. Dampak secara ekonomi seperti yang terjadi di Yunani yang merupakan
negara

yang

Tabel 4 : Negara Asal Para Migran di Kawasan Uni Eropa

berbatasan langsung dengan laut Mediterania dan negara yang paling mudah dijangkau oleh
para imigran, sehingga Yunani harus menggung beban dari adanya para imigran di negaranya.
Pemerintah Yunani tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar dari para imigran seperti
rumah tinggal, makanan dan minuman serta perlindungan yang kemudian berujung pada
krisis Yunani yang terjadi pada tahun 2011. Hal ini karena didasari oleh Perjanjian Dublin II
yang berisikan bahwa negara yang menjadi tujuan dari para pengungsi diwajibkan untuk
bertanggung jawab atas proses pencarian suaka dari para pengungsi15.
Sedangkan dampak politik yang ditimbulkan dari krisis migran di kawasan Uni Eropa,
bermula dari Italia yang merupakan negara yang terkena dampak langsung dari adanya
imigran terutama yang berasal dari Libya. Mengeluarkan kebijakan untuk memberikan Visa
Schengen kepada para imigran. Sehingga hal ini memberikan masalah baru kepada negara
anggota Uni Eropa yang lain, terutama negara besar seperti Jerman, Perancis dan Inggris
yang merupakan negara besar dan dengan kondisi perekonomian baik yangg merupakan
negara tujuan utama bagi para pengungsu di Uni Eropa.
Adanya permasalah tersebut Uni Eropa selaku organisasi tertinggi di kawasan Eropa
melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut seperti dalam penanganan
imigran di Yunani, Uni Eropa membentuk badan urusan suaka yang disebut EASO
(European Asylum Support Office) yang bertujuan untuk membantu negara-negara penerima
pengungsi untuk dapat menangani para pengungsi secara layak.
1.2 Kebijakan Uni Eropa dan The Big Three Countries (Jerman, Perancis, Inggris)
dalam Penanganan Krisi Migran di Kawasan Eropa
Peraturan atau kebijakan-kebijakan yang mengatur permasalahan migrasi mulai
berkembang di abad ke-20 ini, dengan adanya globalisasi masyarakat dunia semakin banyak
yang berpindah-pindah tempat, dan Eropa menjadi target bagi para migran untuk dijadikan
tempat hidup maupun mencari pekerjaan.
Negara-negara anggota Uni Eropa telah setuju untuk membuat kebijakan perihal
imigran untuk menjamin bahwa migrasi yang terjadi di Uni Eropa dikelola dengan baik,
untuk meningkatkan integrasi bagi para migran, dan untuk meningkatkan kerjasama dengan
negara-negara migran. Kebijakan yang disebut common immigration policy ini bertujuan
untuk memastikan bahwa para migran yang masuk ke Uni Eropa memiliki peran andil dalam
15 http://www.dw.com/id/upaya-uni-eropa-untuk-batasi-pengungsi/a-15800278
Diakses Pada Tanggal 20 November Pukul 0.08 WIB

perkembangan sosio-ekonomi di Uni Eropa, mengkoordinir negara-negara Uni Eropa perihal


migran dan meningkatkan kerjasaama negara-negara di Uni Eropa terkait migran illegal dan
human trafficking. Tujuan-tujuan ini tercermin pada Stockholm Programme, sebuah
rancangan yang menentukan perkembangan kebijakan migrasi di Uni Eropa. Dalam
menangani para migran secara efektif, Uni Eropa menjalin kerjasama dengan negara-negara
migran dan negara-negara yang dilewati oleh para migran untuk sampai ke Uni Eropa.16
Dalam menghadapi migran, Uni Eropa memiliki tiga prinsip, yaitu prosperity, solidarity dan
security. Prinsip prosperity memastikan adanya peran para migran dalam perkembangan
sosio-ekonomi di Uni Eropa. Untuk mencapai tujuan tersebut, negara-negara Uni Eropa
diwajibkan untuk menyediakan informasi-informasi dan support bagi para migran,
memberlakukan jaminan sosial secara sama kepada migran dan masyarakat Uni Eropa,
memberikan persamaan hak dalam bekerja antara migran dan masyarakat Uni Eropa. Prinsip
solidarity memiliki tujuan untuk mengkoordinir negara-negara Uni Eropa dengan negaranegara non-Uni Eropa. Untuk mencapai tujuan ini, perlu adanya mutual trust dan transparansi
antara Uni Eropa dengan negara-negaranya dan menjalin kerjasama dengan negara-negara
yang bukan anggota Uni Eropa. Prinsip security memiliki tujuan untuk melawan para migran
illegal. Untuk mencapai tujuan ini Uni Eropa membuat sebuah kebijakan visa, dengan adanya
kebijakan ini para pendatang akan difasilitasi dan akan memperkuat keamanan internal. Cara
yang kedua adalah meningkatkan keamanan di batas-batas wilayah Uni Eropa. Uni Eropa
menghimbau para anggota-anggotanya untuk tidak memberikan toleransi kepada para migran
illegal dan human trafficker.17

1.2.1 Kebijakan The Big Three Countries Terhadap Imigran


United Kingdom
Britania Raya sudah membuat kebijakan perihal imigran mulai tahun 1997, dimana pada saat
itu Labour party merupakan pemegang kekuasaan. Kebijakan tentang migran pada tahun
1997 ini mengarah ke keterbukaan namun selektif, dengan memfokuskan kearah migrasi
ekonomi dan pengembangan keamanan. Pasca kejadian 11 September 2001, Britania Raya
16 Ec.europa.eu,. 'EU Immigration Portal - EU Migration Policy - European
Commission'. Web. 25 Nov. 2015.
17 Eur-lex.europa.eu,. 'EUR-Lex - Jl0001 - EN - EUR-Lex'. Web. 25 Nov. 2015.

langsung mengubah arah kebijakan migrannya untuk memerangi para imigran-imigran illegal
dan mulai mengurangi kuota untuk para pencari suaka dengan berbagai cara, yang salah
satunya adalah pemberlakuan control visa. Pada tahun 2002, pemerintah Britania Raya
menetapkan peraturan baru perihal migran. Peraturan baru ini menetapkan visa bagi para
imigran ekonomi yang memiliki keahlian untuk datang ke Britania Raya tanpa perlu adanya
tawaran pekerjaan, melainkan cukup dengan membawa keahliannya. Namun, Britania Raya
tetap memerangi para imigran illegal dan para pencari suaka dengan cara terus memperketat
peraturan-peraturan tentang migrasi dan memperketat visa masuk ke Britania Raya.18
Dalam menanggapi fenomena migran Syria baru-baru ini, Britania Raya termasuk negara
yang menerima para pengungsi-pengungsi Syria dan akan menerima sekitar 20.000
pengungsi dari Syria selama 5 tahun kedepan.

Namun, Britania Raya saat ini lebih

memfokuskan untuk membantu para pengungsi di perbatasan Syria, bukan para pengungsi
yang sudah memasuki kawasan Eropa. Perdana Menteri Britania Raya, David Cameron
menyampaikan akan memberikan protection visa kepada para pengungsi untuk 5 tahun
kedepan.19
Jerman
Jerman merupakan destinasi migrasi terpopuler setelah Amerika Serikat.20 Pada sekitar tahun
2000an, Jerman mulai mengeluarkan kebijakan perihal imigrasi dan integrasi. Yang akhirnya
di reformasi pada tahun 2001 dengan tujuan memudahkan para imigran untuk bermigrasi ke
Jerman dan meningkatkan integrasi di Jerman, dengan cara mulai melonggarkan system
visa, membuat program kursus bagi para imigran, dan mengizinkan para pekerja-pekerja
yang memiliki keahlian khusus yang berasal dari negara dunia ketiga untuk bekerja di
Jerman. Sesuai dengan Law on the Transposition if European Union Directives pada tahun
2007, bagi para masyarakat negara-negara anggota Uni Eropa tidak perlu lagi menggunakan
visa jika ingin tinggal di Uni Eropa. Bagi pekerja imigran dari negara-negara anggota Uni
Eropa akan mendapatkan perlakuan yang sama dengan pekerja yang berasal dari Jerman
18 migrationpolicy.org,. 'United Kingdom: A Reluctant Country Of Immigration'.
N.p., 2009. Web. 22 Nov. 2015.
19 Martinez, Michael. 'Syrian Refugees: Which Countries Welcome Them CNN.Com'. CNN. N.p., 2015. Web. 23 Nov. 2015.
20 Webb, Alex. 'Germany Top Migration Land After U.S. In New OECD Ranking'.
Bloomberg.com. N.p., 2014. Web. 23 Nov. 2015.

sendiri. Akan tetapi, bagi para imigran yang berasal dari negara-negara yang bukan anggota
Uni Eropa masih dibatasi hanya untuk para pekerja-pekerja ahli. 21 Dan untuk para pengungsi
dan pencari suaka, sesuai dengan Geneva Convention on Refugees, Jerman memberikan
peraturan dan regulasi sendiri terkait pengungsi dan para pencari suaka.22
Dalam menanggapi kasus migran Syria, Jerman merupakan negara Eropa dengan permintaan
suaka terbesar.23 Chancellor Angela Merkel mengatakan bahwa Jerman siap menerima sekitar
800.000 pengungsi.24 Pada September silam, Angela Merkel memerintahkan untuk membawa
ribuan pengungsi dan pencari suaka ke Jerman. Namun baru-baru ini, dengan semakin
banyaknya para pengungsi yang berbondong-bondong ke Jerman, Angela Merkel akan mulai
menetapkan system quota.25
Perancis
Jika melihat ke belakang, Prancis memiliki sejarah perihal imigran. Prancis sempat
memberlakukan kebijakan zero immigration pada sekitar awal 1990an, yang dilakukan
dengan cara memperketat regulasi-regulasi. Pada tahun 1997, kebijakan zero immigration
berubah arah menjadi special immigration, yang artinya Prancis mempersilahkan para
pekerja-pekerja ahli, ilmuwan dan para artis-artis untuk bermigrasi ke Prancis. Namun, pada
tahun 2002 setelah pergantian kepemimpinan, Prancis menerapkan kebijakan yang
memperketat imigrasi. Lalu, pada tahun 2006 kebijakan imigrasi baru mulai dicanangkan,
kebijakan imigrasi yang disebut selective immigration tersebut semakin mempermudah
masuknya para migran, dan bagi para migran yang ingin tinggal di Prancis harus

21 Sssmuth, Rita. The Future Of Migration And Integration Policy In Germany.


Washington DC: Migration Policy Institute, 2009. Print.
22 Bamf.de,. 'BAMF - Bundesamt Fr Migration Und Flchtlinge - Protecting
Refugees'. N.p., 2011. Web. 23 Nov. 2015.
23 Martinez, Michael. Op.cit
24 Harding, Luke, Philip Oltermann, and Nicholas Watt. 'Refugees Welcome? How
UK And Germany Compare On Migration'. the Guardian. N.p., 2015. Web. 23 Nov.
2015.
25 Amann, Melanie et al. 'Quiet Capitulation: Merkel Slowly Changes Tune On
Refugee Issue - SPIEGEL ONLINE'. SPIEGEL ONLINE. N.p., 2015. Web. 23 Nov.
2015.

berpartisipasi dalam kursus civil society dan bahasa. Dengan adanya kebijakan ini, semakin
mempermudah para pekerja-pekerja migran untuk bekerja di Prancis.26
Prancis merupakan negara dengan permintaan suaka yang cukup rendah, jika dibandingkan
dengan Jerman. Presiden Prancis, Franois Hollande menyatakan siap menerima 24.000
pengungsi untuk 2 tahun kedepan.27 Pasca serangan di Paris, Presiden Hollande tetap
berkomitmen untuk menerima para pengungsi dari Syria, namun untuk masuk ke Prancis
harus menjalani beberapa security check. Hollande sendiri menyatakan siap untuk
menginvestasikan dana senilai 53.3 million USD untuk membangun tempat tinggal bagi para
pengungsi. Hollande merasa Prancis masih memiliki humanitarian duty untuk membantu
para pengungsi dari Syria.28
1.3 Faktor Para Imigran Memilih Eropa Sebagai Negara Tujuan
Ratusan ribu imigran melakukan migrasi secara massal ke sejumlah negara yang berada di
kawasan Uni Eropa, yang tujuannya untuk melarikan diri dari konflik yang terjadi di negara
asal serta untuk mencari penghidupan yang lebih baik dan menjanjikan. Para imigran yang
berasal dari kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara harus mengarungi lautan dan
mempertaruhkan nyawa mereka untuk mencapai kawasan Eropa, para imigran ini mayoritas
berasal dari Suriah yang ingin mendapatkan suaka atau perlindungan di sejumlah negara
Eropa.
Apabila dilihat secara letak geografis, Suriah memiliki letak yang lebih dekat dengan
negara Teluk, tetapi para imigran tidak ingin menjadikan negara Teluk seperti Arab Saudi dan
Yordania sebagai negara tujuan utama mereka. Selain dari faktor tersebut, negara Teluk
seakan bungkam dan tidak mau terlibat dalam kasus migran atau pengungsi terutama yang
berasal dari Suriah. Organisasi kawasan Timur Tengah seperti OKI (Organisasi Kerjasama
Islam) dan Liga Arab seakan bungkam terhadap kasus imigran yang akar permasalahan dari
paraimigran keluar dari negara asal mereka adalah konflik yang terus berkepanjangan, perang
dan perebutan kekuasaan yang terjadi terutama di negara-negara Arab dan Islam.
26 Engler, Marcus. 'Focus-Migration: France'. Focus-migration.hwwi.de. Web. 23
Nov. 2015.
27 Martinez, Michael. Op.cit
28 Wang, Amy. 'France Has Doubled Down On Its Promise To Syrian Refugees
After The Paris Attacks'. Quartz. N.p., 2015. Web. 23 Nov. 2015.

Terdapat beberapa upaya yang dilakukan beberapa negara Timur Tengah seperti Turki,
Lebanon dan Yordania yang kini menampung sekitar 3 Juta imigran yang berasal dari Suriah
dan Irak29. Namun, kondisi dan fasilitas yang diberikan oleh negara tersebut kepada para
imigran sangat minim dan jauh dari kata layak serta kesediaan bahan pangan dan kebutuhan
primer bagi para pengungsi juga sangat minim dan terbatas. Hal ini pula yang menjadikan
para imigran mencoba untuk mencari neara tujuan yang lain. Mereka memandang Eropa,
akan memberikan kesejahteraan serta memperlakukan para imigran secara layak apabila
dibandingkan oleh negara-negara yang tergabung di kawasan Timur Tengah.
Selain itu negara-negara Timur Tengah dirasa belum siap untuk menerima pengungsi yang
jumlahnya jutaan dan secara massal masuk ke wilayah negara Timur Tengah. Walaupun
negara Timur Tengah khususnya negara Arab memiliki kondisi perekonomian yang sangat
baik, namun secara kondisi fasilitas dan pemerintah mereka belum siap untuk menerima para
pengungsi. Hal ini karena, negara arab tidak memiliki budaya untuk menerima pengungsi.
Adapun alasan serta faktor utama yang menjadikan Eropa sebagai negara tujuan
utama bagi imigran yang berasal dari Timur Tengah antara lain, yaitu :
1. Ekonomi dan Jaminan Kesejahteraan
Negara yang berada di kawasan Uni Eropa merupakan negara yang memiliki tingkat
dan kondisi perekonomian yang baik serta adanya fasilitas yang dapat menunjang
kehidupan masyarakat di kawasan tersebut untuk hidup dengan kondisi yang nyaman
dan sejahtera. Hal ini menjadi salah satu faktor utama bagi para imigran memilih
untuk melakukan migrasi ke sejumlah negara di kawasan Eropa, terutama Jerman
yang merupakan negara dengan tingkat perekonomian yang paling tinggi di kawasan
di Eropa, sehingga jerman dianggap dapat menjanjikan kesejahteraan dan
memberikan kesempatan untuk memperoleh penghidupan serta masa depan yang
lebih baik bagi para imigran30.
2. Stabilitas Keamanan

29 http://www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/15/09/14/nunms4319mengapa-pengungsi-muslim-timteng-lebih-memilih-eropa Diakses Pada Tanggal


25 November 2015 Pukul 22.19 WIB
30 Eropa, Tanah yang Menjanjikan Kesejahteraan Bagi Imigran (CNN, 9
September 2015) http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150908205805134-77474/eropa-tanah-yang-menjanjikan-kesejahteraan-bagi-imigran/ Diakses
Pada Tanggal 25 November 2015 Pada Pukul 21.15 WIB

Selain faktor eknomi dan kesejahteraan yang menjadikan eropa sebagai negara tujuan
bagi para imigran, alasan lainnya adalah keamanan. Para Imigran yang berasal dari
kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara berusaha untuk keluar dari wilayah negara
asal mereka untuk menghindari konflik yang terjadi di neara asalnya yang dapat
membahayakan keselamat mereka. Kawasan Eropa memiliki perlindungan keamanan
yang baik terhadap setiap individu di negaranya dan kawasan Eropa minim dari
terjadinya konflik seperti yang terjadi di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.
1.4 Proses Integrasi Terhadap Para Imigran di Kawasan Uni Eropa
Integrasi adalah proses jangka panjang yang dinamis dan membutuhkan upaya oleh berbagai
aktor dalam bidang kebijakan yang berbeda di berbagai tingkatan. Itulah mengapa uni eropa
menargetkan semua aktor untuk terlibat dalam proses integrasi. kebijakan integrasi harus
menciptakan kondisi yang menguntungkan dalam hal ekonomi, sosial, budaya dan politik.
Ketika terjadi masalah di lingkup lokal maka hal ini menjadi masalah bersama bagi setiap
negara anggota, sehingga dibutuhkan solusi efektif dengan cara saling berbagi pengalaman.
Meskipun hak prerogatif bukan berasal dari Uni Eropa untuk menentukan strategi integrasi,
namun Uni Eropa dapat memberikan kerangka untuk pemantauan, pertukaran praktik yang
baik, serta menciptakan pendapatan tambahan melalui instrumen keuangan Eropa.
Pada tahun 2011, negara-negara anggota Uni Eropa menandatangani kesepakatan
Integrasi Eropa. Di dalam kesepakatan Integrasi Eropa tersebut tercantum bahwa integrasi
adalah proses yang melibatkan dua pihak. Baik imigran maupun negara penerima punya hak
dan kewajiban. Mereka harus saling menghormati budaya masing-masing. Namun dalam
praktek, banyak negara Uni Eropa tidak mematuhi kesepakatan tersebut 31. Sebagian besar
negara-negara Eropa Timur tidak punya kebijakan integrasi, karena di negara-negara tersebut
memiliki sedikit kelompok imigran.
Zenia Hellgren berasumsi bahwa dua dimensi sangat penting bagi keberhasilan proses
integrasi. Pertama, struktur pada tingkat yang berbeda dalam masyarakat yang dapat
menghambat atau memfasilitasi integrasi. Kedua, ketiadaan atau adanya kontak antaretnis di
arena yang berbeda (misalnya dalam lingkungan, tempat kerja, dll) 32. Migrasi biasanya dapat

31 Fandina, Eropa Ubah Kebijakan Integrasi, http://www.indonesiaeropa.com/?


p=7 , diposting pada tanggal 14 Maret 2012

didorong dari persamaan bahasa. Selain itu, terjadinya integrasi migrasi tersebut dapat
meliputi kedekatan geografis, ikatan sejarah dan ketenagaan kerja (dynamic labour market)33.
Di Eropa, seperti di tempat lain, kita melihat bahwa banyak negara emigran tradisional
awalnya mengembangkan sikap membatasi terhadap kewarganegaraan asing oleh masyarakat
imigran, namun kemudian sering mengembangkan pendekatan yang lebih toleran 34. Proses
integrasi harus terus ditingkatkan karena populasi imigran yang heterogen dan masyarakat
semakin beragam. Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah menghadapi tekanan
meningkat untuk melakukan pendekatan yang lebih diutamakan untuk integrasi imigran.
Proses integrasi juga penting dilakukan mengingat meningkatnya jumlah imigran generasi
kedua dan ketiga. Negara-negara Eropa mengalami pertumbuhan jumlah kelahiran dari orang
tua dengan latar belakang imigran. Berbagai macam kebutuhan generasi kedua dan ketiga ini
berbeda dari generasi pertama. Menurut penelitian, pemuda imigran masih menghadapi
hambatan untuk masuk ke pasar tenaga kerja, atau dalam memperoleh pelatihan kejuruan dan
magang. Generasi kedua imigran cenderung memiliki latar belakang sosial ekonomi rendah,
dengan orang tua yang berketerampilan rendah, sementara tidak semua kebijakan pendidikan
atau pekerjaan saat ini dirancang untuk menanganinya.
Tipe-tipe integrasi terbagi menjadi 4 yaitu integrasi melalui wacana politik, integrasi
melalui koordinasi pemerintah, integrasi melalui kebijakan, dan integrasi yang melibatkan
pihak ketiga35. Pertama, tipe integrasi melalui wacana bertujuan untuk kebijakan integrasi
yang menunjukkan sejauh mana negara-negara tertentu telah menyatakan niat mereka untuk
menerapkan kebijakan untuk meningkatkan integrasi imigran. Denmark dan Jerman
merupakan negara yang paling jelas menunjukkan tipe integrasi ini, dorongan untuk
kebijakan integrasi tinggi pada agenda politik di negara-negara ini, dan telah mengakibatkan
perubahan struktural dengan tujuan dan target baru.
32 [PDF] Zenia Hellgren, Immigrant Integration as a Two Way Process,
https://www.upf.edu/gritim/_pdf/wps23_Hellgren.pdf
33 [PDF] James Raymer, International Migration in Europe.
http://www.iza.org/en/webcontent/personnel/vitae/raymer_cv.pdf
34 [PDF] http://interact-project.eu/docs/publications/Research
%20Report/INTERACT-RR-2013-05.pdf.
35 Elizabeth Collet dan Milica Petrovic, The Future of Immigrant Integration in
Europe.

Kedua, integrasi melalui koordinasi pemerintah, dimana pembuat kebijakan integrasi


mungkin memiliki, visi tunggal yang jelas sukses namun masih dibatasi kemampuan terbatas
untuk menanamkan perubahan skala besar di masyarakat karena kewenangan mereka yang
terbatas pula. Dorongan untuk mengembangkan mekanisme integrasi berasal dari pengakuan
politik resmi bahwa integrasi orang dengan latar belakang imigran merupakan tanggung
jawab bersama dan tugas lebih dari satu departemen dan tingkat pemerintahan. Namun,
kebijakan integrasi yang terlalu terpusat akan membatasi diri karena tidak memungkinkan
untuk mendapatkan respon fleksibel untuk kebijakan yang berbeda atau konteks lokal,
kebijakan integrasi yang bersifat desentralisasi akan beresiko mengalami kekacauan. Oleh
karena itu, beberapa bentuk koordinasi diperlukan agar integrasi akan sukses. Integrasi
melalui koordinasi pemerintah adalah tren yang sedang berkembang di banyak negara.
Ketiga, integrasi melalui langkah-langkah kebijakan terbagi menjadi dua langkah
yaitu langsung maupun tidak langsung, sesuai dengan kebutuhan tertentu atau prioritas
politik. Dalam prakteknya, prioritas dan kebutuhan kelompok penduduk dengan latar
belakang imigran tertanam di satu atau lebih kebijakan utama. Pelayanan publik dan sistemtermasuk pendidikan, pekerjaan, kesehatan, perumahan, keluarga, dan dukungan sosial
disesuaikan untuk melayani kebutuhan seluruh masyarakat termasuk imigran.
Terakhir, selain pemerintah, integrasi juga melibatkan pihak ketiga seperti yayasan
swasta dan organisasi masyarakat juga memainkan peran yang penting di sejumlah negara
terutama di tingkat regional dan lokal. Contohnya di Inggris dan Jerman, yayasan tradisional
memiliki pengaruh yang luas dan berperan dalam kebijakan sosial 36. Yayasan bertindak
sebagai penyedia layanan atas nama instansi pemerintah. Pemerintah terkadang ikut
melibatkan kelompok-kelompok ini karena pemerintah sadar akan potensi yang dimiliki oleh
pihak ketiga ini.
Dalam pengimplementasiannya, Ada tiga cara yang harus harus difokuskan dalam melakukan
proses integrasi37 yaitu :
a. Partisipasi untuk melakukan integrasi : Kebijakan integrasi harus dikembangkan
dengan melalui pendekatan 'bottom-up', dimana pendekatannya lebih dekat ke tingkat
36 Ibid.
37 [PDF] EUROPEAN COMMISSION, European Agenda for the Integration of ThirdCountry Nationals. http://ec.europa.eu/dgs/homeaffairs/news/intro/docs/110720/1_en_act_part1_v10.pdf.

lokal. Kebijakan tersebut meliputi dukungan untuk belajar bahasa, langkah-langkah


pengantar, akses ke pekerjaan, pendidikan dan pelatihan kejuruan dan perjuangan
melawan diskriminasi. Semuanya bertujuan untuk meningkatkan partisipasi migran di
masyarakat. Oleh karena itu, integrasi membutuhkan keterlibatan oleh masyarakat
penerima dalam menampung para migrant dengan cara menghormati hak-hak dan
budaya mereka dan menginformasikan masyarakat lokal tentang tentang kewajiban
yang harus mereka lakukan. Pada waktu yang bersamaan, migran harus menunjukkan
kesediaan untuk mengintegrasikan dan menghormati aturan serta nilai-nilai
masyarakat lokal.
b. Tindakan berlanjut yang dilakukan di level lokal : Kebijakan integrasi harus
dirumuskan dan dilaksanakan dengan keterlibatan aktif dari orang-orang yang
berwenang dalam lingkup lokal. Pemerintah setempat bertanggung jawab untuk
berbagai layanan dan kegiatan dan mereka memainkan peran penting dalam
membentuk interaksi antara migran dan masyarakat lokal.
c. Keterlibatan negara asal : Negara asal memiliki peran dalam mendukung proses
integrasi dalam tiga cara. Pertama, negara asal harus sudah mempersiapkan integrasi
sebelum keberangkatan para migran. Kedua, mendukung para migran melalui
kedutaan ketika berada di Uni Eropa. Ketiga, membekali migran dengan pengetahuan
dan pengalaman.
Di Jerman, setelah bangkit dari kehancuran perang pada tahun 1950-1960an, Jerman
(khususnya Jerman Barat) mengalami pertumbuhan ekonomi yang berkembang pesat
sehingga memerlukan tenaga kerja untuk membangun dan mempertahankan pertumbuhan
ekonominya tersebut. Karena banyaknya migran yang datang ke Jerman, maka banyak pula
orang migran yang bekerja sebagai tenaga tidak terampil, karena Jerman dahulu merekrut
buruh untuk pekerjaan sederhana. Hasil beberapa studi menunjukkan, bahwa keluarga
imigran di Jerman mengalami kesulitan dalam mencapai kenaikan kedudukan sosial atau
memperbaiki keadaan ekonomi. kebijakan integrasi belum banyak dilakukan karena sebagian
besar disebabkan oleh kompleksnya struktur pemerintahan Jerman yang bersifat federal 38.
Kebijakan integrasi di Jerman difokuskan dan ditargetkan kepada orang-orang yang berlatar
belakang imigran saja.
Akhirnya pembuat kebijakan di Jerman sadar bahwa ada kesenjangan antara penduduk asli
dan imigran, terutama dalam bidang pendidikan39. Dalam hal integrasi telah tercapai beberapa
kemajuan, diataranya kewarganegaraan Jerman dapat diperoleh dengan lebih mudah, kontak
38 Loc.cit. The Future of Immigrant Integration in Europe.

antara para migran dan masyarakat Jerman digiatkan, dan sikap menerima keanekaan
etnobudaya telah meningkat. Dengan Undang-Undang Urusan Migran Tetap yang mulai
berlaku pada tahun 2005, dan itulah yang menjadi peraturan hukum yang mengatur semua
aspek kebijakan migrasi. Sejak tahun 2006, Kanselir Angela Merkel setiap tahun menggelar
Konferensi Integrasi yang dihadiri oleh wakil semua kelompok masyarakat yang terkait,
termasuk organisasi-organisasi kaum migran40.
1.5 Kategorisasi Imigran di Kawasan Uni Eropa
Migran merupakan seseorang yang meninggalkan tempat ia berasal dan kemudian berpindah ke suatu
wilayah atau negara untuk mencari kehidupan baru atau kehidupan yang lebih layak 41. Migran sendiri
di bagi kedalam beberapa tipe yang dilihat melalui caranya berpidah ke suatu wilayah atau negara.
Tipe tipe dari migran tersebut antara lain ialah :
1. Pekerja
Migran pekerja ialah seseorang yang melakukan perpindahan ke suatu wilayah atau negara
karena ia ingin mengambil suatu pekerjaan atau direkomendasikan untuk bekerja di luar
tempat ia berasal sehingga membuat ia harus melakukan perpindah ke suatu wilayah atau
negara42.
2. Pelajar atau Mahasiswa
Migran pelajar atau mahasiswa ialah seseorang yang melakukan perpindahan ke suatu
wilayah atau negara karena ia ingin melanjutkan pendidikannya diluar tempat ia berasal
karena mendapat beasiswa atau menganggap bahwa negara tujuan pendidikannya lebih baik
dari pada negaranya yang ia tempati.43
3. Bergabung kembali dengan keluarga
Migran ini merupakan seseorang yang berada pada suatu wilayah atau negara yang bukan
merupakan tempat asalnya dan kemudian ia meminta izin kepada imigrasi negara tempat ia

39 Ibid.
40 Tatsachen Ueber Deutschland, Migrasi dan Integrasi, http://www.tatsachenueber-deutschland.de/id/masyarakat/main-content-08/migrasi-dan-integrasi.html
41 OPEN SOCIETY FOUNDATIONS. 2015. Understanding Migration and Asylum in the
European Union. Dapat diakses melalui
(https://www.opensocietyfoundations.org/explainers/understanding-migration-and-asylum-europeanunion)
42 Loc.cit
43 BLINDER S. 2015. THE MIGRATION OBSERVATORY. Dipublikasikan oleh Universitas
Oxford. hal. 4

berada untuk mengizinkan anggota keluarganya untuk tinggal bersamanya di negara


tersebut44. Migran ini juga terkadang tidak meminta izin kepada imigrasi negara yang ia
tempati dan membawa keluarganya melewati batas negara tanpa visa atau izin dari
pemerintah negaranya berasal yang kemudian membuat keluarganya sebagai migran ilegal. 45
4. Pemohon Suaka
Migran pemohon suaka ialah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perpindahan
ke suatu wilayah atau negara karena sesorang atau sekelompok orang tersebut berada dalam
negara yang sedang berperang atau terjadi penganiayaan maupun bencana alam yang
kemudian memaksa seseorang atau sekelompok orag ini berpidah ke suatau wilayah atau
negara.46
5. Ilegal Migran
Ilegal migran ialah perpindahan seseorang atau sekelompok orang yang melewati perbatasan
tanpa izin dari imigarasi dan melakukan pelanggaran pada hukum imigrasi tentang perjalanan
ke suatu kawasan atau negara47.

1.6 Dillemma Migrant : Pro dan Kontra Negara Anggota Uni Eropa Terhadap Migran di
Uni Eropa
Adanya permasalahan krisis migran yang terjadi di kawasan Eropa mendapatkan berbagai
tanggapan yang berbeda dari negara anggota Uni Eropa terhadap krisis tersebut. Ada yang
memilih untuk pro dan menerima migran untuk dapat masuk ke wilayah negara mereka dan
ada yang kontra terhadap migran dan memilih untuk tidak menerima para imigran. Seperti
Hungaria, yang memilih kontra terhadap kehadiran para migran yang berasal dari kawasan
Timur Tengah dan melakukan proteksi seperti pemasangan kawat berduri di daerah
perbatasan untuk mencegah para imigran masuk ke wilayah Hungaria. Sedangkan Slovakia
mengeluarkan kebijakan akan melakukan pembatasan terhadap penerimaan migran yang
hanya berjumlah 200 pengungsi Suriah, dengan syarat para pengungsi harus beragama
Kristen.
Tindakan yang dilakukan oleh Hungaria dan Slovakia mendapatkan respon yang
sifatnya kecaman dari negara anggota Uni Eropa yang lain, seperti Jerman yang merespon
44 Jastram K. 2003. MIGRATION INFORMATION SOURCE: FAMILY UNITY. Dapat diakses
melalui (http://www.migrationpolicy.org/article/family-unity-new-geography-family-life)
45 Loc.cit
46 Op.Cit. OPEN SOCIETY FOUNDATIONS
47 Schrover M. 2008. Illegal Migration and Gender in Global and Historical Perspective.
Dipublikasi oleh Amsterdam University Press. hal.84

kebijakan yang dikeluarkan oleh Hungaria berpendapat bahwa tindakan tersebut tidak
berperikemanusiaan dan melanggar Hak Asasi Manusia dari para pengungsi. Serta apa yang
dilakukan oleh Slovakia merupakan tindakan ang diskriminatif yang didasari oleh adanya
sentimen agama dan hal ini dapat menyebabkan konflik baru.
Setelah itu Herman dan Perancis, menyerukan kepada 28 negara anggota Uni Eropa
untuk berbagi tugas dan beban secara adil kepada para pengungsi. Banyak dari para
pengungsi yang nasibnya terkatung-katung di wilayah perbatasan negara-negara Eropa yang
semakin hari, jumlahnya akan terus meningkat dan dapat menjadi sebuah ancaman bagi
keamanan negara-negara Eropa. Jerman dan Perancis juga melakukan proses lobi kepada
pemerintah Inggris untuk membuka wilayahnya bagi para pengungsi.
Negara-negara anggotoa Uni Eropa memang memiliki sikap dan pandangan yang
berbeda terhadap para imigran yang banyak berada di wilayah perbatasan negaranya.
Pertama, menerima para imigran dengan tangan terbuka. Hal ini didarkan pada humanisme
dan hak asasi manusia. Banyaknya pengungsi yang menjadi korban dalam perjalanan mereka
untuk mencapai wilaya Eropa serta kondisi para anak-anak yang merasa tertekan, ketakutan
dan kelaparan menjadikan negara Eropa tergerak untuk membantu dan menggerakkan rasa
kemanusia untuk dapat menampung para pengungsi di negara mereka.
Alasan bagi negara yang kontra terhadap para pengungsi didasari oleh faktor
ekonomi, sosial-budaya atau bahkan diskriminasi (sentimen agama). Mereka berpendapat
bahwa, Eropa sudah tidak dapat menanggung beban ekonomi tambahan yang ditimbulkan
dari kehadiran para imigran atau pengungsi Timur Tengah. Saat ini Eropa sedang dihadapkan
oleh permasalahan minimnya lapangan pekerjaan terutama bagi para usia produktif.
Sementara beban jaminan sosial bagi para pensiunan terus meningkat setiap tahunnya. Serta
adanya kekhawatiran bahwa kehadiran para imigran Timur Tengah yang mayoritas beragama
Muslim dapat mengganggu sistem serta memberikan pengaruh negatif terhadap nilai-nilai
masyarakat Eropa yang demokratis sekuler.

DAFTAR PUSTAKA
Journal and Books :
Sssmuth, Rita. The Future Of Migration And Integration Policy In Germany. Washington
DC: Migration Policy Institute, 2009. Print.
Harding, Luke, Philip Oltermann, and Nicholas Watt. 'Refugees Welcome? How UK And
Germany Compare On Migration'. the Guardian. N.p., 2015.
Amann, Melanie et al. 'Quiet Capitulation: Merkel Slowly Changes Tune On Refugee Issue N.p., 2015.
Website :
Europe : Syrian Asylum Applications (From April 2011 to October 2015)
http://data.unhcr.org/syrianrefugees/asylum.php
EUROPEAN COMMISSION, European Agenda for the Integration of Third-Country
Nationals.
http://ec.europa.eu/dgs/home-affairs/news/intro/docs/110720/1_en_act_part1_v10.pdf.
Tatsachen Ueber Deutschland, Migrasi dan Integrasi,
http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/masyarakat/main-content-08/migrasi-danintegrasi.html
EU Immigration Portal - EU Migration Policy - European Commission
Ec.europa.eu,.
'United Kingdom: A Reluctant Country Of Immigration'
migrationpolicy.org,.
Seven Factors Behind Movement of Syrian Refugees to Europe (25 September 2015)
http://www.unhcr.org/560523f26.html

Eropa Tanah yang Menjanjikan Kesejahteraan Bagi Imigran (09 September 2015)
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150908205805-134-77474/eropa-tanah-yangmenjanjikan-kesejahteraan-bagi-imigran/
Mengapa Imigran ke Eropa, Bukan ke Timur Tengah ? (08 September 2015)
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150908131728-134-77324/mengapa-imigranke-eropa-bukan-ke-timur-tengah/

You might also like