Professional Documents
Culture Documents
METODOLOGI PENELITIAN
22
23
24
b. Alat Laboratorium
Pipet, jarum sonde lambung/gavage, mikroskop listrik, timbangan
untuk menimbang tikus, satu set haemometer Sahli, Hand tally
counter, dan hemometer
2. Bahan Penelitian
a. Bahan Uji
Bahan yang digunakan adalah Kacang kedelai (Glycine max L.)
yang dibeli dipasar tradisional
b. Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih
(Rattus norvegicus L.) jantan galur Sprague-Dawley. Hewan uji yang
digunakan sebanyak 24 ekor tikus putih jantan dengan berat badang sama
yang dipilih secara acak.
c. Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan adalah Anilin, HCl 0,1 N, larutan
Hayem untuk menghitung jumlah eritrosit, aquades, dan alkohol 70%
d. Makanan dan minuman hewan uji
Makanan yang digunakan adalah pellet ayampetelur dan diberikan
minum yang berasal dari air isi ulang secara ad libitum
e. Sekam kayu yang digunakan sebagai dasar dari kandang hewan uji
25
G. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Ekstrak Kacang Kedelai (Glycine max L.)
Untuk menghasilkan ekstrak dari Kacang kedelai(Glycine max
L.)dilakukan dengan metode maserasi. Maserasi adalah proses ekstrasi
simplisia yang paling sederhana, menggunakan pelarut yang cocok dengan
beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan (kamar) (Ditjen POM,
2000). Pembuatan dengan metode ini dimaksudkan agar bahan aktif yang
terkandung di dalamnya sedapat mungkin tidak berubah dari material awal
dan menjamin pemeliharaan jangka panjang dari kandungan bahan selama
proses penyimpanan. Proses pembuatan ekstrak Kacang Kedelai (Glycine
max L.) dalam penelitian ini menggunakan etanol 69% sebagai pelarut.
Beberapa tahapan bembuatan ekstrak kacang kedelai yaitu : kacang
kedelai yang di beli dipasar tradisional dicuci dengan air,setelah dicuci
kacang merah dimasukkan ke dalam oven hingga kering, lalu digiling
hingga berbentuk serbukhalus kemudian di tambahkan larutan etanol
dengan kadar 69% yang dilanjutkan maserasi selama 24 jam. Setelah itu
masuk tahap filtrasi yang akan diperoleh filtrat dan residu. Filtrat yang
didapatkan akan diteruskan ke tahap evaporasi dengan Rotary evaporator
pada suhu 70% untuk memperoleh larutan pekat.
2. Pemilihan tikus putih (Rattus norvegicus L.)
Tikus ditempatkan di dalam kandang kelompok perlakuan yang
dilengkapi dengan tempat makan dan minum. Tikus diadaptasi selama
seminggu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tikus
26
yang nampak sakit (aktifitas kurang, bulu-bulu banyak yang berdiri, dan
lebih banyak diam) tidak diikutsertakan dalam penelitian.
3. Pembuatan Dosis Anilin
a. Menyiapkan Anilin yang sudah dibeli di toko kimia
b. Menyiapkan aquades sebagai pelarut anilin
c. Menyiapkan panci untuk memanaskan anilin yang dicampur dengan
aquades.
d. Panaskan aquabides sebanyak 9 ml kedalam panci pdan panas kan
hingga mendidih.
e. Ambil anilin meggunakan spuit (alat suntik) sebesar 1 ml, dan
masukkan kedalam paquades yang telah dipanaskan. Aduk hingga
anilin menyatu dengan aquades
f. Disuntikkan pada vena ekor tikus yang sebelumnya telah dibersihkan
dengan alkohol dengan dosis 0,05 ml/ kg bb tikus putih
4. Penghitungan Dosis Kacang Kedelai
Penentuan dosis Kacang Kedelai dalam penelitian ini berdasarkan
konversi dosis maksimal yang digunakan oleh manusia ke tikus. Sample
perlakuan pada masing-masing kelompok sebagai berikut :
27
28
dasar tabung
29
penelitian
ini
pengumpulan
data
dilakukan
dengan
30