You are on page 1of 16

MAKALAH

KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM

OLEH :
KELOMPOK 1
PENI ANGGRAENI
ANNISA NUR KHAERUNI
NUR AENI
H31113307
ADHAN APRIADI PUTRA

H31111026
H31112284

H31113028

JEFRY SIREGAR
H31112010
MARYA ULFA
H31113010
YUDITH AYU L.

H31113324

WINA KHATRINI D H31113505

KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

2015
BAB I
PENDAHULUAN

Sumber senyawa bahan alam hayati memegang peranan penting dalam pemanfaatan
zat kimia berkhasiat yang terdapat di alam. Hampir setiap daerah di Indonesia mengenal
ramuan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan
tertentu secara tradisional. Penggunaan tumbuh-tumbuhan tertentu sebagai obat merupakan
warisan turun-temurun dari nenek moyang kita sejak dahulu hingga sekarang. Bahan obat
yang digunakan dapat berasal dari daun, batang, akar, bunga dan biji-bijian. Sebagai
sumber bahan alam hayati ini yang tersebar luas di hutan baik di hutan percobaan maupun
hutan yang belum pernah dijamah manusia dijumpai beraneka ragam hayati sebagai sumber
senyawa-senyawa baru dan diharapkan memberikan nilai tambah yang positif.
Salah satu senyawa kimia yang didapat dari tumbuh-tumbuhan yaitu senyawa
Thymol. Thymol (juga dikenal sebagai 2-isopropil-5-methylphenol, IPMP) adalah
monoterpene fenol turunan alami dari cymene, C10H14O, isomer dengan carvacrol,
ditemukan dalam minyak thyme, dan diekstrak dari Thymus vulgaris (thyme umum) dan
berbagai jenis lain tanaman sebagai zat kristal yang dan sifat antiseptik yang kuat. Thymol
juga menyediakan khas, rasa yang kuat dari kuliner herbal thyme, juga dihasilkan dari T.
vulgaris.
Pada zaman mesir kuno, masyarakat menggunakan thymol dan carvacrol dari
tanaman thyme (anggota dari keluarga mint). Thymol dan carvacrol sekarang dikenal untuk
membunuh bakteri dan jamur. Di Yunani Kuno, thyme secara luas digunakan untuk kualitas
aromatic. Sejak abad ke-16, minyak thyme telah digunakan sebagai antiseptik, baik sebagai
obat kumur dan untuk aplikasi topikal.

Balsem lebah Monarda fistulosa dan Monarda Didyma, bunga liar Amerika Utara,
adalah sumber alami dari timol. Thymol pertama kali diisolasi oleh kimiawan Jerman
Caspar Neumann di tahun 1719. Pada tahun 1853, ahli kimia Perancis A. Lallemand
bernama timol dan menemukan rumus empiris. Thymol pertama kali disintesis oleh
kimiawan Swedia Oskar Widman pada tahun 1882.
Timol dapat diperoleh dengan penyulingan fraksional minyak murni dari thyme.
Minyak thyme dapat direaksikan dengan larutan soda kaustik, hidrokarbonnya membentuk
lapisan tipper, dan yang mengandung thymolate natrium dinetralkan dengan asam klorida,
ketika timol akan naik ke permukaan dapat dimurnikan dengan kristalisasi dari larutan
alkohol-nya.
Timol, seperti yang dijelaskan oleh USP, memiliki bentuk besar, tidak berwarna,
kristal tembus dari sistem heksagonal, memiliki aromatik, thyme- yang berbau dan pedas,
rasa aromatik, dengan efek kaustik yang sangat sedikit pada bibir. Berat jenis adalah 1,069
pada 15 C (59 F), tetapi ketika dicairkan maka akan lebih ringan daripada air. Thymol
meleleh pada suhu 50 C sampai 51 C. Larut dalam sekitar 1200 bagian air pada suhu 15
C (59 F), dan dalam waktu kurang dari beratnya sendiri . Alkohol, eter, atau kloroform,
juga mudah larut dalam karbon disulfida, asam asetat glasial, dan dalam minyak tetap.
Thymol mudah larut dalam alkali kaustik dan dibuat ulang oleh asam, bahkan asam
karbonat. Timol juga larut dalam 120 bagian gliserin. Timol mendidih pada suhu 230 C
(446 F).
Salah satu tumbuhan yang mengandung senyawa thymol yaitu tumbuhan Rosemary.
Rosemary (Rosmarinus officinalis) merupakan sebuah tanaman yang tahan penyakit dan
hama, yang dapat ditumbuhkan melalui pencangkokan. Teh rosemary dapat membantu
mengatasi masalah reumatik dan gejala flu. Tanaman ini biasanya cocok digunakan sebagai

teh maupun bahan makanan. Tanaman ini banyak mengandung kalsium, zat besi, Vitamin
B6 dan antibakteri. Salah satu nntibakteri yang dimiliki oleh rose mery ini adalah Thymol.
Thymol bersifat sedikit larut pada air dan pada pH netral, tetapi pada pelarut alkohol,
thymol memiliki kelarutan yang tinggi dari pada pelarut organik yang lain. Adapun struktur
kimia Thymol adalah sebagai berikut:

Senyawa ini menjadi popular karena khasiatnya yang begitu banyak dalam bidang
kesehatan dan dapat ditemukan pada beberapa jenis tumbuhan, seperti yang dipaparkan
oleh para peneliti.
Para peneliti menemukan bahwa senyawa carvacrol dan thymol dalam oregano
dapat membantu melenyapkan lendir di paru-paru dan kejang urat di tenggorokan.
Konsumsi tiga cangkir bunga oregano seduh setiap hari dapat mengatasi keluhan
pencernaan, seperti kejang usus. Khasiat ini antara lain berkat kandungan thymol,
carvacrol, borneol, dan asam kafeat. Hasil penelitian menunjukkan, jika sel bakteri kontak
dengan senyawa carvacrol dan thymol pada minyak oregano akan menimbulkan kebocoran
membran sel bakteri. Tingkat keasaman di dalam bakteri juga akan naik, sehingga
mengganggu metabolisme dan replikasi sel bakteri (Prof. DR.dr Made Astawan Ahli
Teknologi Pangan dan Gizi).

BAB II
SINTESIS TIMOL

2.1 Jalur Biosintesis Senyawa Timol


Timol merupakan turunan dari terpenoid dan masuk dalam kelompok monoterpen.
Monoterpen tak lazim ini banyak ditemukan dalam tumbuhan dan timol ditemukan dalam
minyak atsiri. Secara umum biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar
yaitu:
1. Pembentukan isopren aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat
2. Penggabungan kepala dan ekor dua unit isopren akan membentuk mono-, seskui-, di-,
sester- dan poli-terpenoid
3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan
steroid.
Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesa terpenoid adalah asam asetat setelah
diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam
asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi
jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam
mevalinat. reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan
dekarboksilasi menghasilkan Isopentenil pirofosfat (IPP) yang selanjutnya berisomerisasi
menjadi Dimetil alil pirofosfat (DMAPP) oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren
aktif bergabung secara kepala ke ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan
langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan
ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari
DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat yang

menghasilkan Geranil pirofosfat (GPP) yaitu senyawa antara bagi semua senyawa
monoterpenoid.
Monoterpenoid merupakan senyawa "essence" dan memiliki bau yang spesifik yang
dibangun oleh 2 unit isopren atau dengan jumlah atom karbon 10. Lebih dari 1000 jenis
senyawa monoterpenoid telah diisolasi dari tumbuhan tingkat tinggi, binatang laut,
serangga dan binatang jenis vertebrata dan struktur senyawanya telah diketahui.
Struktur dari senyawa mono terpenoid yang telah dikenal merupakan perbedaan dari
38 jenis kerangka yang berbeda, sedangkan prinsip dasar penyusunannya tetap sebagai
penggabungan kepala dan ekor dari 2 unit isopren. struktur monoterpenoid dapat berupa
rantai terbuka dan tertutup atau siklik. senyawa monoterpenoid banyak dimanfaatkan
sebagai antiseptik, ekspektoran, spasmolotik dan sedatif. Disamping itu monoterpenoid
yang sudah dikenal banyak dimanfaatkan sebagai bahan pemberi aroma makan dan parfum
dan ini merupakan senyawa komersial yang banyak diperdagangkan.
Dari segi biogenetik, perubahan geraniol nerol dan linalol dari yang satu menjadi
yang lain berlangsung sebagai akibat reaksi isomerisasi. Ketiga alkohol ini, yang berasal
dari hidrolisa geranil pirofosfat (GPP) dapat menjadi reaksi-reaksi sekunder, misalnya
dehidrasi menghasilkan mirsen, oksidasi menjadi sitral dan oksidasi-reduksi menghasilkan
sitronelal. Perubahan GPP in vivo menjadi senyawa-senyawa monoterpen siklik dari segi
biogenetik disebabkan oleh reaksi siklisasi yang diikuti oleh reaksi-reaksi sekunder.
Seperti senyawa organik bahan alam lainnya, mono terpenoida mempunyai kerangka
karbon yang banyak variasinya. Oleh karena itu penetapan struktur merupakan salah satu
bagian yang penting. Penetapan struktur monoterpenoida mengikuti suatu sistematika
tertentu yang dimulai dengan penetapan jenis kerangka karbon. Jenis kerangka karbon
Suatu monoterpen monosiklik antara lain dapat ditetapkan oleh rekasi dehidrogenasi

menjasi suatu senyawa aromatik (aromatisasi). Penetapan struktur selanjutnya ialah


menetukan letak atau posisi gugus fungsi dari senyawa yang bersangkutan didalam
kerangka karbon tersebut. Posisi gugus fungsi dapat diketahui berdasarkan penguraian
oksidatif. Cara lain adalah mengubah senyawa yang bersangkutan oleh reaksi-reaksi
tertentu menjadi senyawa lain yang telah diketahui strukturnya. Dengan kata lain, saling
mengaitkan gugus fungsi senyawa yang bersangkutan dengan gugus fungsi senyawa lain
yang mempunyai kerangka karbon yang sama. Pembuktian struktur suatu senyawa akhirnya
didukung oleh sintesa senyawa yang bersangkutan dari suatu senyawa yang diketahui
strukturnya, dan Timol merupakan monoterpen kelompok aromatik, dan turnan dari psimen. Untuk lebih jelasnya bagaimana jalur pembentukan timol, mari kita perhatikan
gambar berikut.

OPP

OPP
H

OPP

O
H

OPP

O
H

-H2

HC
O

OH

OH

H2C

H2C

CH3

-H2O

HO

OH

OH

OH

H3C

p-Simen

Timol

CH3

2.2 Sintesis Laboratorium Senyawa Timol


Timol yang dihasilkan dari reaksi biosintesis sangatlah sedikit untuk memenuhi
kebutuhan, maka dilakukanlah sintesis di laboratorium dengan menggunakan berbagai
metode. Timol telah banyak disintesis di laboratorium dengan prekursor m-cresol dan
isopropanol atau propena. Berikut beberapa reaksi sintesis timol dengan menggunakan
katalis yang berbeda-beda.
A. Alkilasi m-cresol oleh isopropanol menggunakan katalis zeolit
Iso-propanol mengalami dehidrasi membentuk ion karbenium sekunder yang akan
menyerang m-cresol pada posisi orto. Terakhir, proton dilepas dari intermediet timol
membentuk produk.

Alkilasi fenol dengan iso-propanol menggunakan katalis zeolit dengan rasio


SiO2:Al2O3 4,5. Sintesis ini dilakukan dalam fase uap pada tekanan atmosfir dan dengan
perbandingan rasio molar fenol:alkohol yaitu 1:1. Konversi fenol menurun dengan
meningkatnya temperatur pada rentang suhu 270-300C.

B. Alkilasi m-cresol oleh propena menggunakan katalis Al(OR)3

CH3

CH3

Al(OR)3

CH3

H2C

OH

OH
H3C

CH3

C. Alkilasi m-cresol oleh isopropanol menggunakan katalis H2SO4

CH3

CH3

CH3

H2SO4

HSO3

HSO3

(CH3)2CHOH
OH

OH
CH3

H2O
OH

OH

BAB III
PEMBAHASAN

Timol (C10H14O) merupakan golongan fenol yang diperoleh dari minyak Thyme atau
minyak atsiri lain yang digunakan sebagai antiseptik (antibakteri atau anti jamur). Nama
lain dari timol adalah 2-Isopopyl-5-methylphenol, 5-methyl-2-isopropylphenol, 6Isopropyl-m-cresol, 3-p-Cymenol. Kandungan timol ditanaman Thymus sepyllum L. dan
Thymus Vulgaris L. Kandungan timol pada ekstrak Thymus vulgaris adalah 46,21 % dan
ini merupakan komponen terbesar dari seluruh komponen ekstrak Thymus vulgaris.
Menurut PubChem (2014), timol merupakan antibakteri dan anti fungal. Timol saat ini
sedang di uji cobakan untuk perawatan jerawat

dan timol sudah terbukti dapat

menghambat pertumbuhan jamur. Cara kerja timol terhadap bakteri adalah menghancurkan
dan mengendapkan dinding sel jamur untuk bertumbuh (PubChem, 2014).
Daya hambat dari timol 0,5 % pada konsentrasi 50 l memiliki daya hambat paling
besar terhadap berbagai bakteri dan jamur. Kandungan antiseptik tersebut membuat timol
sintetik menjadi alternative pembanding dalam menghambat bakteri uji, karena sama-sama
antimikroba yang berasal dari tanama (Shabnum dan Wagay, 2011).
Antimikrobia meliputi antibakteri, antiprotozoa, antifungal, dan antivirus, zat
antimikrobia dalam pengobatan bertujuan untuk mengeliminasi mikroorganisme infektif
atau mencegah terjadinya infeksi. Antibakteri termasuk ke dalam antimikrobia yang
digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Antifungal merupakan senyawa
antimikrobia yang menghambat pertumbuhan jamur (Schunak dkk., 1990).
Antibiotik mewakili kelompok terbesar dari zat antimikrobia. Antimikrobia adalah
zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme atau herba yang dalam jumlah kecil

dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain. Antimikrobia


memiliki suatu sifat toksisitas selektif, karena kelompok obat ini diproduksi oleh suatu
mikroorganisme

dan

memiliki

derajat

toksisitas

yang

berbeda-beda

terhadap

mikroorganisme lain. Antimikrobia dapat ditemukan dalam berbagai sediaan, dan


penggunaannya dapat melalui jalur topical, oral, maupun intravena. Antimikrobia dari
tumbuhan mengandung zat aktif yang dapat menimbulkan efek farmakologi, misalnya
flavonoid, saponin, tannin, alkaloida, dan lain-lain. Suatu tanaman dikatakan memiliki
potensi yang tinggi sebagai antimikrobia jika pada konsentrasi rendah mempunyai daya
hambat yang besar, sebagai contoh pada penelitian daun binahog memiliki daya hambat 8,4
mm pada konsentrasi 0,2 % sedngkan daun sirih memiliki daya hambat sebesar daun
binahong akan tetapi pada konsentrasi 5 %, pada konsentrasi yang sama daya hambat
tanaman kemangi memperoleh hasil yang lebih rendah yaitu 7,7 mm. dalam hal ini daun
binahong dikatakan efektif karena dengan konsentrasi paling kecil dapat menghambat
pertumbuhan mikrobia sebesar tanaman lain. Begitu pula dengan antimikrobia lain, salah
satunya adalah timol yang berasal dari tumbuhan Thymus vulgaris (Campbell, 2003).
Antibiotik berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi antibiotik sintetik dan
alamiah. Antibiotik sintetik seperti sulfur, tembaga sulfat, kalsium hidroksida, dan arsenat,
antibiotik alami berasal dari mikroba dan tumbuhan. Senyawa yang dapat digunakan
sebagai antibiotic berasal dari tumbuhan seperti eugenol dari minyak atsiri cengkeh, piperin
dari daun sirih, timol dari Thyme, sarfakol dari savory, dan sanguinarin dari suku
papaveraceaea (Pratiwi, 2008).
Fenol (alkohol aromatik) C6H5OH digunakan sebagai antiseptik. Turunan
fenol seperti eugenol, timol dalam cengkih dan vanila sebagai bumbu masakan. Tanaman
timi merupakan tanaman multifungsi selain sebagai obat batuk juga bermanfaat sebagai anti

bakteri, anti jamur, anti inflamasi, antelmintik dan aromaterapi. Metabolit sekunder utama
dari herba timi adalah timol dan karvakrol.(Bagem Sembiring/Peneliti Pascapanen
Balittro) (Pratiwi, 2004).
Di dalam tanaman iler (Coleus) terkandung zat-zat yang berkaitan dengan kesehatan
dan telah dibuktikan hanya terdapat di dalam tanaman iler. Tanaman iler mengandung
berbagai komposisi senyawa kimia yang bermanfaat, antara lain: alkaloid, etil salisilat,
mineral, metil eugenol, eugenol, karvakrol, dan timol (Thomas, 1992).
Senyawa golongan terpenoid digunakan pembanding timol, eugenol, dan saponin,
visualisasi bercak dengan disemprot anisaldehid asam sulfat, vanilin asam sulfat dan larutan
SbCl3. Salah satu contoh penggunaan teknik biotransformasi yang telah dilakukan adalah
biotransformasi thymol, carvacrol, dan eugenol oleh kultur sel tanaman Eucalyptus
perriniana. Kultur sel Eucalyptus perriniana dapat mengkonversi kandungan seperti thymol,
carvacrol, dan eugenol menjadi -glucosides dan -gentiobiosides yang terakumulasi dalam
sel. Glikosilasi oleh sel tanaman merupakan detoksifikasi dari komponen fenolik toksik
yang timbul akibat metabolisme sel normal atau lingkungan sekitarnya (Shimoda, 2006).
Glikosilasi dapat mengubah senyawa yang tidak larut di dalam air dan struktur
organic yang tidak stabil tadi menjadi senyawa yang larut di dalam air dan stabil dan
menaikkan kemampuan farmakologinya. Glikosida dari Timol, carvacrol dan eugenol
dimana susunan utamanya adalah aromatic yang menarik secara farmakologi dan sering
digunakan sebagai bahan tambahan di makanan dan kosmetik. Senyawa tersebut juga
dalam jumlah yang sedikit dapat digunakan untuk mensintetis senyawa glikosida seperti glukosida dari jalur glukosilasi (Shimoda,2006).
Langkah yang dilakukan adalah dengan memanipulasi kultur sel. Manipulasi yang
dilakukan adalah perlakuan stres pada kultur sel Eucalyptus Perriniana dengan

menambahkan senyawa aromatik eugenol, thymol dan carvacrol pada kultur sel Eucalyptus
Perriniana. Pemberian enzim glukosiltransferase sebagai katalisator untuk mensubtitusi
gugus glukosa. Pemberian senyawa aromatik eugenol, thymol dan carvacrol pada kultur sel
Eucalyptus Perriniana yang berlebih direspon oleh sel sebagai racun kemudian sel
memproduksi glukopiranosil untuk menyerang gugus hidroksi senyawa tersebut dengan
bantuan enzim glukosiltransferase. Selain itu perlakuan yang diberikan ada kultur sel
adalah dengan perlakuan gelap dan pada kultur protoplas masih mengandung klorofil
(Shimoda, 2006).
Fenol Minyak atsiri yang terdapat pada tanaman sering mengandung zat yang
termasuk kelompok fenol. Beberapa contoh timol terdapat pada tanaman timi, eugenol pada
sirih, fenol juga terdapat pada cabai jawa dim !ada. Fenol berguna sebagai antiseptik untuk
mengurangi radang. Fenol mumi menimbulkan iritasi pada kulit dan harus dilunakkan
(Shimoda, 2006).

BAB IV
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:
1. Jalur biosintesis timol terdiri dari tahapan pembentukan isopren aktif berasal dari
asam asetat melalui asam mevalonat, penggabungan kepala dan ekor dua unit
isopren akan membentuk mono-, seskui-, di-, sester- dan poli-terpenoid,
Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid
dan steroid.
2. Sintesis laboratorium senyawa timol dapat dilakukan dengan cara Alkilasi m-cresol
oleh isopropanol menggunakan katalis zeolit, Alkilasi m-cresol oleh propena
menggunakan katalis Al(OR)3, Alkilasi m-cresol oleh isopropanol menggunakan
katalis H2SO4

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Materials Preparation to The Practical Classes for The Students of


Pharmaceutical Faculty, (online), (http://intranet.tdmu.edu.ua/data/kafedra/interna
l/zag_him/classes_stud/en/pharm/prov_pharm/ptn/organic
%20chemistry/2%20course/11.Phenols.Ethers.htm, diakses pada 21 oktober 2014).
Davis, J. C., 1978, haarmann-reimer industrial manufactrure of thymol as a l-(-)-menthol
intermediate, Chemical Engineering, 62-63.
Fessenden, R.J., Fessenden, J.S., 1986, Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2, Erlangga,
Jakarta.
Usman H., 2012, Dasar-Dasar Kimia Organik Bahan Alam, Dua Satu Press, Makassar.
Vandermerwe, J., 2014, Thymol Synthesis by Acid Catalysed Isopropylation of m-Cresol,
University of Cape Town, South Africa.
Garca, D.A., Bujons, J., Vale C, Sunol, C., 2005, Allosteric positive interaction of thymol
with the GABAA receptor in primary cultures of mouse cortical neurons,
Neuropharmacology, 50 (1): 2535.
Oskar, W., 1882, Ueber eine Synthese von Thymol aus Cuminol, Berichte der Deutschen
chemischen Gesellschaft zu Berlin, 15: 166-172.
Segvic, K. M., Kosalec, I., Mastelic, J., Pieckova, E., Pepeljnak, S., 2007, Antifungal
activity of thyme (Thymus vulgaris L.) essential oil and thymol against moulds from
damp dwellings Lett. Appl. Microbiol, 44: 36-42.
Wienktter, N., Begrow, F., Kinzinger, U., Schierstedt, D., Verspohl, E.J., 2007, The Effect
of Thyme Extract on 2-Receptors and Mucociliary Clearance, Planta Medica, 73
(7): 629635.

You might also like