You are on page 1of 20

Termoregulasi

Pengertian Termoregulasi
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan prilaku.
Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan
antara prodksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan
diregulasi

melalui

mekanisme

neurologis

dan

kardiovaskular.

Perawat

menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi


suhu.
Hipotalamus yang terletak antara hemisfer serebral, mengontror suhu tubuh
sebagaimana kerja termostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan
ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontror pengeluaran panas,
dan hipotalamus posterior mengontror produksi panas.
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi termoregulasi
Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh. Perubahan pada suhu tubuh
dalam rentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi panas dan
kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis atau prilaku. Berikut adalah
faktor yang mempengarui suhu tubuh :
a.

Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif
konstan, masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan cepat.suhu
tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan.
Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari 30% panas tubuhnya melalui kepala oleh
karena itu perlu menggunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran
panas.

Bila

terlindung

dari

ingkungan

yang

ektrem,

suhu

tubuh

bayi

dipertahankan pada 35,5 C sampai 39,5C. Produksi panas akan meningkat


seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki anak-anak. Perbedaan secara
individu 0,25C sampai 0,55 C adalah normal (Whaley and Wong, 1995).

Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang suhu normal turun
secara berangsur sanpai seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai
rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu oral 35 C tidak
lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Nmun rentang shu tubuh pada lansia
sekitar 36 C. Lansia terutama sensitif terhadap suhu yang ektrem karena
kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor ( kontrol
vasokonstriksi

dan

vasodilatasi),

penurunan

jumlah

jaringan

subkutan,

penurunan aktivitas kelenjr keringat dan penurunan metabolisme.


b.

Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan
karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan
produksi panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas
akibatnya meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari jaak
jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41 C.

c.

Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar
dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan
fluktuasi

suhu

tubuh.

Kadarprogesteron

meningkat

dan

menurun

secara

bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron rendah, suhu tubuh
beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung
sampai terjadi ovulasi. Perubahan suhu juga terjadi pada wanita menopause.
Wanita yang sudah berhenti mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh
dan berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol
vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi
(Bobak, 1993)
d.

Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 C sampai 1 C selama periode 24
jam. Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada manusia. Suhu tubuh
paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Sepanjang hari suhu
tubuh naik, sampai seitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari.
Penting diketahui, pola suhu tidak secara otomatis pada orang yang bekerja
pada malam hari dan tidur di siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk
perputaran itu berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah

sesuai usia. Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada
lansia (lenz,1984)
e.

Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal
dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang
cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat
lebih tinggi dari normal

f.

Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang
sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui
mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Jika kien berada di
lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubh mungkin rendah karena penyebaran
yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan lansia paling sering
dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekaisme suhu mereka kurang efisien.

Perubahan suhu
Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal mempengaruhi set point
hipotalamus. Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang
berlebihan, pengeluaran panas yang berlebihan, produksi panas minimal.
Pengeluaran panas minimal atau setiap gabungan dari perubahan tersebut. Sifat
perubahan tersebut mempengauhi masalah klinis yang dialami klien.

a.

Demam
Demam atau hiperpireksia terjadi karena mekanisme pengeluara panas
tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi
panas, yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Tingkat ketika
demam mengancamkesehatan seringkali merupkan sumber yang diperdebatkan
di antara pemberi perawatan kesehatan. Demam biasanya tidak berbahaya jika
berada pada suhu dibawah 39 C. Pembacaan suhu tunggal mungkin tidak
menandakan

demam.

Davis

dan

lentz

(1989)

merekomendasikan

untuk

menentukan demam berdasarkan beberapa pembacaan suhu dalam waktu yang


berbeda pada satu hari dibandingkan dengan suhu normal tersebut pada waktu
yang sama, di samping terhadap tanda vital dan gejala infeksi. Demam
sebenarnya merupakan akibat dari perubahan set point hipotalamus.

b.

Kelelahan akibat panas


Kelelehan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih. Disebabkan oleh lingkungan
yang terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang
umum selama kelelehan akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan
klien ke lingkungan yg lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan
elektrolit.

c.

Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah
hipertermia. Setiap penyakit atautrauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi
mekanisme pengeluaran panas. Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan
tidak dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan
menggunakan obat-obatan anestetik tertentu.

d.

Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu
tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut
heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yg
tinggi. Klien berisiko termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua, yang
memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik. Yang
juga

termasuk

beresiko

adalah

orang

yang

mengkonsumsi

obat

yang

menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis. Fenotiasin,


antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor beta- adrenergik) dan
mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat (mis. Atlet,
pekerja kontruksi dan petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang,
konfusi, delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan
inkotinensia. Tanda yang paling dari heatstroke adalah kulit yang hangat dan
kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn elektrolit sangat
berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,5
C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda
vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45 C, takikardia dan
hipotensi. Otak mungkin merupakan organ yang terlebih dahulu terkena karena
sensitivitasnyaterhdap ketidakseimbangan elektrolit. Jika kondisi terus berlanjut,

klien menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktif. Terjadi kerusakan nourologis yang
permanen kecuali jika tindakan pendinginan segera dimulai.
e.

hipotermia
pengeluaran

panas

akibat

paparan

terus-menerus

terhadap

dingin

mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan


hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti. Hal
tersebut dapat terjadi kebetulan atau tidak sengaja selama prosedur bedah
untuk mengurangi kebutuhan metabolik dan kebutuhan tubuh terhada oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui
selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 C, klien menglami
gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menila.
Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 C, frekuensi jantung, pernafasan, dan
tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.
2.3 Askep klien dengan gangguan termoregulasi
Perubahan fisiologi tentang regulasi suhu tubuh membantu perawat untuk
mengkaji respons klien terhadap gangguan tubuh dan dapat dilakukan tindakan
secara aman. Tindakan mandiri dapat meningkatkan kenyamanan. Tindakan ini
menambah efek terapi pengobatan selama sakit. Banyak tindakan yang juga
dapat diajarkan kepada anggota keluarga, orang tua anak atau pemberi
perawatan lain.
a.
o

Pengkajian
Tempat
Ada banyak tempat untuk mengkaji suhu inti dan permukaan tubuh. Suhu
inti dari arteri paru, esofagus dan kandung kemih digunakan untuk perawatan
intensif. Pengukuran ini membutuhkan peralatan yang di psang invasif secara
terus-menerus dalam rongga atau organ tubuh. Peralatan ini haus memiliki
pembacaan

akurat

yang

secara

cepet

dan

terus-menerus

menunjukkan

pembacaan pada monitor elektronik.


Tempat yang paling sering digunakan untuk pengukuran suhu ini juga invasif
tetapi dapat digunakan secara intermiten. Termasuk membran timpani, mulut
rektum dan aksila. Lapisan termometer noninvasif yang disiapkan secara kimia
juga dapat digunkan pada kulit. Tempat pengukuran seperti oral, rektal, aksila

dan kulit menghandalkan sirkulasi efektif darah pada tempat pengukuran.panas


dari darah di alirkan ke alat termometer. Suhu timpani mengandalkan radiasi
panas tubuh erhadap sensor inframerah. Karena suplai darah arteri membran
timpani dianggap sebagai suhu inti.
Untuk memastikan bacaan suhu yang akurat, setiap tempat harus diukur
dengan

akurat.

Variasi

suhu

yang didapatkan

bergantung pada tempat

pengukuran, tetapi harus antara 36 C dan 38 C. Walaupun temuan riset dari


banyak dari banyak didapati pertentangan; secara umum diterima bahwa suhu
rektal biasanya 0,5 C lebih tinggi dari suhu oraldan suhu aksila 0,5 C lebih
rendah dari suhu oral. Setiap tempat pengukuran tersebut memiliki keuntungan
dan kerugian. Perawat memilih tempat yang paling aman dan akurat untuk
pasien. Perlu dilakukan pengukuran pada tempat yang sama bila pengukuran
tersebut di ulang.
o

Termometer
Ada tiga jenis termometer yang digunakan untuk menentukan suhu tubuh
adalah air raksa-kaca, elektronik dan sekali pakai. Perawat bertanggung jawab
untuk banyak menetahui dan terampil dalam menggunakan alat ukur yang
dipilih. Tingkat pendidikan inservice dapat mempengaruhi keakuratan dan
reabilitas pembacaan suhu. Setiap alat pengukuran menggunakan derajat celsius
atau

skala

fahrenheit.

Termometer

elektronik

membuat

perawat

dapat

mengonversi skala dengan cara mngaktifkan tombol.


Termometer air raksa-kaca
Termometer air raksa-kaca adalah termometer yang paling dikenal, telah
digunakan sejak abad ke-15. termometer tersebut terbuat dari kaca yang pada
salah satu ujungnya ditutup dan jung lainya dengan bentolan berisi air raksa.
Ada 3 jenis termometer kaca, yaitu oral ( ujungnya ramping), stubby, dan rektal
(ujungnya berbentuk buah pir). Ujung termometer oral langsing, sehingga
memungkinkan pentolan lebih banyak terpapar pada pembuluh darah di dalam
mulut. Termometer oral biasanya memiliki ujung berwarna biru. Termometer
stubby biasanya lebih pendek dan lebih gemuk dari pada jenis oral. Dapat
digunakan mengukur suhu dimana saja. Termometer rektar memiliki ujung yang
tumpul atau runcing, untuk mencegah trauma terhadap jaringan rektal pada saat
insersi. Termometer ini biasanya di kenali dengan ujung yang berwarna merah.
Keterlambatan waktu pencatatan dan dan mudah pecah merupakan kerugian

dari termometer air raksa-kaca. Keuntungan dari termometer air raksa-kaca


adalah harga murah, mudah diperoleh, dan banyak tersedia.
Termometer elektronik
Termometer elektronik terdiri atas unit tampilan tenaga batere yang dapat
diisi ulang,

kabel kawat yang tipis dan alas yang memproses suhu yang

dibungkus dengan kantung plastik sekali pakai. Salah satu bentuk termometer
elektronik menggunakan alat seperti pensil. Probe tersendiri yang anti pecah
tersedia untuk oral dan rektal. Probe untuk oral dapat juga digunakan untuk
mengukur suhu di aksila. Selama 20 sampai 50 detik dari insersi, pembacaan
terlihat pada unit tampilan tanda bunyi yang terdengar bila puncak pembacaan
suhu terukur.
Bentuk lain dari termometer elektronik digunakan secara khusus untuk
pengukuran timpanik. Spekulum otoskop dengan ujung sensor inframerah
mendeteksi penyebaran panas dari membran timpani. Dalam 2 sampai 5 detik
dari mulai dimasukkan ke dalam kanal auditorius, hasilnya terlihat pada layar.
Tanda bunyi terdengar saat puncak bacaan suhu telah tercapai.
Termometer sekai pakai
Termometer sekali pakai dan penggunaan tunggal berbentuk strip kecil yang
terbuat dari plastik dengan sensor suhu pada salah satu ujungnya. Sensor
tersebut terdiri atas matrik dari lekukan seperti titik yang mengandung bahan
kimia yang larut dan berubah warna pada perbedaan suhu. Digunakan untuk
suhu oral dan aksila, terutama pada anak-anak. Dipakai dengan cara yang sama
dengan termometer aksila dan digunakan hanya sekali. Waktu yang dibutuhkan
untuk menunjukkan suhu hanya 60 detik (Ericksonet al, 1996). Termometer di
ambil dan dibaca setelah sekitar 10 detik supaya stabil.
Bentuk lain dari termometer sekali pakai adalah koyo (patch) atau pita
sensitif suhu. Digunakan pada dahi atau abdomen, koyo akan berubah warna
pada suhu yang berbeda.
Kedua jenis termometer sekali pakai ini berguna untuk mengetahi suhu,
khususnya pada bayi yang baru lahir.
b.

Diagnosa keperawatan

Perawat mengkaji temuan pengkajian dan mengelompokkan karateristik


yang ditentukan untuk membuat diagnosa keperawatan. Misalnya, pada
peningkatan suhu tubuh, kulit kemerahan, kulit hangat saat disentuh, dan
takikardia

menandakan

diagnosis,

hipertermia.

Diagnosis

keperawatan

mengidentifikasi risiko klien terhadap perubahan suhu tubuh atau perubahan


suhu yang aktual. Jika klien memiliki faktor resiko, perawat meminimalkan atau
menghilangkan faktor yang meningkatkan perubahan suhu. Pengkajian suhu di
batas normalmengarah pada diagnosa keperawatan.
Pada contohnya hipertermia, faktor yang berhubungan dengan aktivitas
yang berat akan menghasilkan intervensi yang sangat berdeda daripada faktor
yang berhubungan dengan ketidakmampuan atau berkeringat.
Proses Diagnostik Keperawatan terhadap Termoregulasi
pengkajian
Ukur

tanda

vital,

Diagnosa keperawatan

termasuk
Peningkatan suhu tubuh Hipertermia
di

suhu, nadi, pernapasan


Palpasi kulit
Observasi

Batasan karakteristik

atas batas normal


Takikardia

penampilan

berhubungan

yang
dengan

proses infeksi

dan
Takipnea

prilaku klien saat berbicara


Kulit hangat
dan istirahat
Gelisah
Tampak kemerahan
c.

Perencanaan
Klien yang beresiko mengalami perubahan suhu membutuhkan rencana
perawatan individu yang ditunjukkan dengan mempertahankan normotermia dan
mengurangi faktor resiko. Hasil yang diharapkan ditetapkan untuk menentukan
kemajuan ke arah kembalinya suhu tubuh ke batas normal. Rencana perawatan
bagi klien dengan perubahan suhu yang aktual berfokus pada pemulihan
normotermia, meminimalkan komplikasi dan meningkatkan kenyamanan. (lihat
rencana keperawatan)
Rencana asuhan keperawatan untuk hipertermia
Diagnosa keperawatan : hipertermia yang berhubungan dengan proses infeksi

Definisi : hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh individu meningkat di atas
batasan suhu normalnya.
tujuan

Hasil yg diharapkan

intervensi

rasional

Klien akan kembali


Suhu
tubuh
turun
Pertahankan
suhu
Suhu
ruangan
sekitar
ke batasan suhu paling sedikit 1Cruangan pada 21Cdapat
meningkatkan
tubuh
normal setelah terapi (padakecuali
jika
kliensuhu tubuh. Namun
pada 21/2
19/2)
menggigil
menggigil
harus
dihindari
karena
Klien mencapai rasa
Suhu tubuh tetap sama
Berikan asetaminofen
meningkatkan
suhu
nyaman
dan antara
36C-38Csesuai
program
istirahat
pada smpai paling sedikitmedik apabila suhutubuh (Guyton, 1991)
21/2
24 jam (pada 20/2) lebih
tinggi
dari
Antiseptik
menurunkan
39C
set point
Klien
mampu
beristirahat dengan
Kurangi
penutup
Pakaian yang basah atau
tenang pada 21/2 ekternal pada tubuhterlalu basah mencegah
klien . jaga supayapengeluaran
panas
pakaian dan alasmelalui
radiasi,
tempat tidur tetapkonveksi dan konduksi
kering
d.

Implementasi
diagnosa

implementasi

Hipertermia yang berhubungan dengan


Memantau keadaan klien
proses infeksi

Memberikan asetaminofel
Mengukur suhu klien

e.

Evaluasi
Semua intervensi keperawatan dievaluasi dengan membandingkan respon
aktual klien terhadap hasil yang diharapkan dari rencana perawatan.hal ini
menunjukkan

apakah

tujuan

keperawatan

telah

terpenuhi

atau

apakah

dibutuhkan revisi terhadap rencana.


Evaluasi interensi terhadap hipertermia
tujuan

Tindakan evaluasi

Hasil yang diharapkan

Suhu tubuh klien akan


Pantau suhu tubuh setelah
Suhu tubuh paling sedikit 1C
kembali ke batas normal intervensi
setelah terapi
Klien
mendapatkan
rasa
Tanyakan apa yang dirasakan
Suhu tubuh tetap berada
nyaman dan istirahat klien
antara 36C dan 38C
pada 21/2
selama paling sedikit 24
Observasi
adanya
jam pada 20/2
kegelisahan, kelemahan.

Klien menyatakan kepuasan


terhadap
istirahat
dan
tidur meningkat
Klien dapat istirahat dan tidur
dengan tenang.

TERMOREGULASI PADA HEWAN


3. Pengertian Termoregulasi
Termoregulasi

adalah

suatu

mekanisme

makhluk

hidup

untuk

mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat


ditolelir. Proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya agar
tetap konstan dinamis. Mekanisme Termoregulasi terjadi dengan mengatur
keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas. Termoregulasi
manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur
atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus,
dan saraf eferen serta termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhusuhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan
sekitarnya

(Soewolo,

2000).

Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari


organ-organ tubuh yang saling berhubungan. didalam pengaturan suhu tubuh
mamalia terdapat dua jenis sensor pengatur suhu, yautu sensor panas dan
sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar)
dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh.Dari kedua jenis sensor ini,
isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian
dikirim ke syaraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi panas
untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi
umpan balik, dimana isyarat, diterima kembali oleh sensor panas dan sensor
dingin melalui peredaran darah
Sebagian

panas

hilang

melalui

proses

radiasi,

berkeringat

yang

menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap
konstan. dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah
di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk
mengurangi kehilangan panas tubuh. Mausia menggunakan baju merupakan
salah satu perilaku unik dalam termoregulasi
Suhu tubuh hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungan luar. Pada suhu -2oC
s.d suhu 50oC hewan dapat bertahan hidup atau pada suhu yang lebih ekstrem
namununtuk hidup secara normal hewan memilih kisaran suhu yang lebih sempit
dari kisaran suhu tersebut yang ideal dan disukai agar proses fisiologis optimal.

Usaha hewan untuk mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap konstan


dan tidak terjadi perbedaan drastis dengan suhu lingkungannya disebut
thermoregulasi. Di dalam tubuh hewan yang hidup selalu terjadi proses
metabolisme. Dengan demikian selalu dihasilkan panas,karena tidak semua
energi yang terbentuk dari metabolisme dimanfaatkan. Panas yang terbentuk
dibawa oleh darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh menjadi panas dan disebut
sebagai suhu tubuh normal

A.
1.

Pengaruh

Suhu

Pada

Lingkungan

Hewan

Dibagi

Menjadi

Tiga

Golongan, yaitu
Poikiloterm.
Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh
bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan yang
tidak mampu mempertahankan suhu tubuhnya. Suhu tubuh hewan berfluktuasi
sesuai dengan suhu lingkungannya. Sebetulnya suhu tubuh tidak betul-betul
sama dengan suhu lingkungan, sebab kalau diukur teliti, suhu selnya sedikit
diatas suhu lingkungannya. Menghadapi fluktuasi suhu lingkungan, hewan
poikilotermik melakukan konformitas suhu. Laju kehilangan panas pada hewan
poikilotermik lebih tinggi dari pada laju produksi panas, sehingga suhu tubuhnya
lebih ditentukan oleh suhu lingkungan eksternalnya dari pada suhu metabolisme
internalnya.

2.

Homoiterm.
Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas karena mampu menjaga
panas suhu tubuhnya. Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini
dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu
tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang
berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm
mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor
kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor
makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air.

Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu


tubuhnya,

pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi

dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses


radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi
menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah
bangsa burung dan mamalia. Hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang
suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh
tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau
diabsorbsi dengan panas yang hilang.
3.

Heterotermik
Yaitu kelompok hewan yang pada saat tertentu memiliki sifat poikilotermik
dan pada saat lain bersifat homeotermik, dan kelompok hewan yang mengatur
suhu tubuh secara parsial, yaitu regulasinya terbatas pada bagian tubuh
tertentu. Disebut juga endotermik fakultatif , mampu melakukan regulasi
fisiologik tetapi tidak mengatur secara tepat sepanjang waktu. Heterotermik
dapat di buktikan pada insekta tertentu, yang ektotermik pada saat istirahat dan
tetapi bersifat endotermik pada saat aktif.

B.

Panas Yang Hilang Dapat Berlangsung Secara Radiasi, Konveksi,


Konduksi Dan Evaporasi.
Interaksi

panas

hewan

dengan

lingkungan

menguntungkan

untuk

mengatur suhu tubuh meningkatkan/menurunkan pelepasan panas dari tubuh


dan memperoleh panas melaui :
a.

Konduksi
Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu
benda. Atau perpindahan langsung gerakan termal antara molekul-molekul
permukaan tubuh, seperti ketika hewan duduk dalam kolam air dingin atau di
atas batu yang panas. Panas akan selalu dihantarkan benda bersuhu lebih tinggi

ke benda bersuhu lebih rendah yang dipengaruhi oleh:


Luas permukaan benda yang saling bersentuhan
Perbedaan suhu awal antara kedua benda tersebut
Konduktivitas panas (tingkat kemudahan untuk mengalirkan panas yang dimiliki
suatu benda) dari kedua benda
Konduktivitasnya rendah
Penahan panas yang baik ialah rambut dan bulu

Hanya akan melepaskan sejumlah kecil panas dari tubuhnya ke benda lain yang
b.

bersentuhan dengannya
Konveksi
Perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir (fluida)
yang bergerak. Atau konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan
udara atau cairan melalui permukaan tubuh, seperti ketika tiupan angin turut
menghilangkan panas dari permukaan tubuh hewan yang berkulit kering.
Konveksi juga memberi kontribusi dalam kenyamanan dan kesejukan yang
diberikan oleh kipas angin kepada manusia selama hari-hari panas, tetapi
sebagian

besar

dari pengaruh

ini disebabkan oleh pendinginan melalui

evaporasi. Sebaliknya, faktor wind-chill (tiupan angin) memperburuk kekejaman


suhu musim dingin yang sangat dingin.
Proses Konveksi:
Berlangsung sampai suhu tubuh kembali ke suhu normal
Perpindahan panas bisa dipercepat, apabila kecepatan aliran fluida di sekeliling
tubuh ditingkatkan
Terjadi dari lingkungan ke tubuh hewan, misalnya pada saat udara panas bertiup
c.

di dekat hewan, lama-kelamaan tubuh hewan akan menjadi lebih panas juga
Radiasi
Radiasi adalah emisi dari energi electromagnet yang dihasilkan oleh
semua benda nol, termasuk tubuh hewan dan matahari. Radiasi dapat
memindahkan panas di antara benda-benda yang tidak melakukan kontak
langsung, seperti ketika hewan menyerap panas radiasi dari matahri.Sebagai
contoh, radiasi sinar matahari.
Frekuensi dan Intensitas Radiasi:

Tergantung pada suhu benda yang mengeluarkan radiasi. Semakin tinggi suhu
benda yang mengeluarkan radiasi, semakin tinggi pula intensitas radiasinya
tubuh hewan (kulit, rambut, dan bulu) menyerap panas radiasi dengan baik
berjemur pada hewan (khususnya poikiloterm) untuk menaikkan atau
d.

memperoleh panas tubuh


Evaporasi
Proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas. misalnya pada
mekanisme ekskresi kelenjar keringat.atau Evaporasi proses kehilangan panas
dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas. Evaporasi air
dari permukaan cairan yang kehilangan beberapa molekulnya yang berubah
menjadi gas. Evaporasi air dari seekor hewan memberi efek pendinginan yang
signifikan pada permukaan hewan itu.

Evaporasi:
Cara penting untuk melepaskan panas tubuh
Hewan yang tidak memiliki kelenjar keringat, jika tubuhnya panas, penguapan
melalui saluran pernafasan dengan cara terengah-engah (pada anjing diikuti
dengan menjulurkan lidahnya)
Jika suhu tubuh meningkat, keringat akan membasahi kulit, selanjutnya keringat
akan menyerap kelebihan panas dari tubuh dan mengubahnya menjadi uap,
setelah keringat mengering, suhu tubuh pun turun
Suhu tubuh hewan, endoterm dan ektoterrn tergantung pada jumlah
panas(kalori) per unit masa jaringan. Jaringan terdiri terutama atas air, sehingga
kapasitas panas jaringan antara 0o 40o C kira-kira 1,0 kalori per

C per gram.

Berarti makin luas hewan makin besar panas tubuh menentukan suhu hewan.
1.
2.
3.

Kecepatan perubahan panas tubuh tergantung pada:


Kecepatan produksi panas melalui aktivitas metabolic
Kecepatan penambahan panas
Kecepatan kehilangan panas kelingkungan
Jadi panas tubuh dan selanjutnya suhu tubuh seekor hewan dapat
diregulasi dengan mengubah kecepatan produksi panas dan perpindahan panas
(transfer panas).

C.

Produksi Panas
Pada hewan ada mekanisme yang mempengaruhi kecepatan panas tubuh
guna menstabilkan suhu tubuhnya (termoregulasi), diantaranya:

1.
2.
3.

Mekanisme tingkah laku


Mekanisme otonomik, seperti mempercepat metabolisme simpanan energi.
Mekanisme adaptif atau aklimatisasi, yang lebih lamban dibandingkan
mekanisme yang lain. Yaitu memproduksi penambahan panas pada metabloisme
basal.
Kecepatan transfer panas ke dalam atau keluar tubuh dipengaruhi oleh
tiga faktor:

1.

Luas permukaan. Luas permukaan per gram berbanding terbalik dengan


peningkatan massa tubuh. Ini berarti bahwa hewan kecil memiliki suatu aliran
panas lebih tinggi per unit berat tubuh.

2.

Perbedaan suhu. Makin dekat seekor hewan menjaga suhu tubuhnya ke suhu

3.

lingkungan makin sedikit panas akan mengalir ke dalam atau keluar tubuhnya.
Konduktansi panas spesifik permukaan tubuh hewan. Permukaan jaringan
poikiloterm memiliki konduktansi panas yang tinggi, sehingga hewan ini memiliki
suhu tubuh mendekati suhu lingkungan (kecuali apabilal hewan berjemur di
panas matahari).
Hewan homeoterm memiliki bulu, rambut atau lapisan lemak untuk
mengurangi konduktansi permukaan tubuhnya. Insulasi seperti ini menimbulkan
perbedaan suhu antara pusat tubuh dengan lingkungan hewan yang berjarak
beberapa milimeter atayu sentimeter, sehingga perbedaan temperatur kurang
besar, jadi kecepatan aliran panas dikurangi. Sifat yang penting dari rambut dan
bulu adalah menyerap dan menahan panas, sehingga memiliki konduktivitas
panas yang rendah, jadi tidak merambatkan panas.

D.

Termoregulasi Pada Hewan Poikiloterm.


Suhu tubuh hewan poikilotermik ditentukan oleh keseimbangannya
dengan kondisi suhu lingkungannya, dan berubah seperti berubah-ubahnya suhu
lingkungan. Pada hewan poikiloterm air, misalnya kerang, udang, dan ikan, suhu
tubuhnya sangat ditentukan oleh keseimbangan konduktif dan konvektif dengan
air mediumnya, dan suhu tubuhnya mirip suhu air. Hewan memproduksi panas
internal secara metabolik, dan ini mungkin meningkatkan suhu tubuh di atas
suhu air. Namun air menyerap panas begitu efektif dan hewan poikilotermik
tidak memiliki insulasi sehingga perbedaan suhu hewan dengan air sangat kecil.
Pada hewan poikilotermik darat, misalnya katak, keong dan serangga,
suhu tubuhnya dapat lebih mendekati suhu udara lingkungan. Input radiasi
panas dari matahari atau sumber lain mungkin meningkatkan suhu tubuh di atas
suhu lingkungan, dan penguapan air melalui kulit dan organ-organ respiratori
menekan suhu tubuh beberapa derajat di bawah suhu lingkungan.
Hewan
mengurangi

darat

dapat

penguapan

memelihara

dan

kehilangan

keseimbangann
panas

lewat

tubuh

dengan

konduksi

dan

memaksimalkan penambahan panas melalui radiasi dan panas metabolik. Sianar


matahari digunakan oleh serangga dan reptil sebagai sumber eksternal
tubuhnya. Untuk meningkatkan jumlah panas yang dapat diserap, hewan
tergantung pada warna tubuh dan orientasinya relatif terhadap matahari. Banyak
hewan yang dapat merubah warna kulitnya melalui penyebaran dan kontraksi

sel-sel pigmen hitam paada kulitnya. Karena hampir separuh energi matahari
berada dalam cahaya tampak, kulit berwarana gelap akan menyerap energi
panas matahri daripada berwarna cerah.
E.

Termoregulasi Pada Hewan Homeoterm.


Hewan homeoterm mempunyai suhu tubuh yang konstan pada berbagai
suhu lingkungan yang berubah-ubah. Kebnyakan burung dan mamalia dan
lingkungannya yang normal akan mempertahankan suhu tubuhnya di atas duhu
lingkungannya. Suhu bagian dalam mamalia umunya berkisar antara 37-40o C,
sedangkan golongan burung mempunyai suhu tubuh sedikit lebih tinggi yaitu 4142,5o C. Kondisi homeotermik menyangkut keseimbangan yang serasi antar dua
faktor, yaitu

1.
2.

Produksi panas
Kehilangan panas
Laju produksi panas dan kehilangan panas pada hewan sangat bervariasi,
tergantung pada kondisi lingkungannya (panas, dingin), aktivitasnya (diam,
aktif). Untuk memelihara keseimbanagn suhu tersebut, hewan homeoterm
melakukan regulasi kimiawi dan regulasi fisik. Regulasi kimiawi menyangkut
produksi panas metabolik, sedangkan regulasi fisik menyangkut kegiatan fisik
untuk memodifikasi kehilangan panas.

F.

Respon Terhadap Dingin dan Panas.


Jika hewan homeoterm dihadapkan pada suhu lingkungan yang ekstrem,
maka tingkat aktivitas termiregulatori untuk memelihara kekonstanan suhu
tubuhnya meningkat sesuai dengan perubahan suhu lingkungan. Hewan
endoterm dapat meregulasi suhu tubuhnya dengan mengatur kecepatan
kehilangan panas melalui pengaturan hantaran permukaan tubuh. Penyesuaian
ini termasuk respon-respon seperti respon vasomotor, perubahan pose tubuh,
regulasi pilomotor, dan kefektivan insulasi bulu dan rambut. Dalam rentangan
suhu ini bulu dan rambut ditegakkan oleh otot pilomotor dalam kulit untuk
menyediakan lapisan udara tenang yang tebal, dan pada ujung atas rentangan
suhu ini bulu dan rambut ditempelkan ke kulit.
Bila suhu lingkungan diturunkan, hewan endoterm akan merespon dengan
berbagai reflek yang cenderung mengkonservasi panas. Pembuluh darah di kulit
akan

menyempit,

rambut

dan

bulu

dapat

berdiri,

dan

hewan

akan

mempersempit permukaan

tubuhnya yang bersinggungan dengan

udara.

Misalnya menekuk tubuhnya dan menyembunyikan anggota tubuh.


Pada suhu yang moderat kecepatan basal produksi panas seimbang
dengan kehilangan suhu ke lingkungan. Rentangan suhu moderat ini disebut
zona suhu netral. Di bawah suhu netral hewan, endoterm meningkatkan produksi
panas di atas tingkat basal agar mengimbangi kehilangan panas (termogenesis).
Produksi panas akan meningkat secara linier dengan penurunan suhu sampai di
bawah suhu kritis bawah. Antara zona suhu netral dengan suhu kritis bawah ini
disbut dengan zona regulasi metabolik.
Bila suhu lingkungan berada dibawah suhu kritis bawah, mekanisme
regulasi akan gagal, tubuh mendingin, kecepatan metabolik turun. Dalam
keadaan ini hewan berada dala zona hipotermia. Dimana produksi panas
metabolik tidak dapat mengimbangi turunnnya suhulingkungan. Bila suhu
lingkungan naik lebih tinggi dari suhu netral, maka hewan akan melakukan
aktivitas yang cenderung melepaskan (membuang) panas, misalnya masuk ke
dalam air dan sebagainya. Peningkatan suhu hanya dapat ditoleransi oleh hewan
homeoterm sampai suhu kritis atas. Antasa zona suhu netral dengan suhu kritis
atas disebut zpna termoregulasi fisik. Di atas zona ini pelepasan panas oleh
hewan tidak dapat mengimbangi naiknya suhu lingkunan sehingga suhu tubug
G.

akan ikut naik.


Termoregulasi Pada Hewan Heterotermik
Heterotermik adalah hewan yang mampu memproduksi panas endotermik
dalam berbagai tingkat, tetapi umumnya tidak meregulasi suhu tubuhnya dalam
rentangan pendek. Heterotermik mungkin dapat dibedakan menjadi dua
kelompok: heterotermik temporal dan heterotermik regional. Heterotermik
temporal merupakan suatu kategori yang luas, dimana suhu tubuh hewan dapat
berbeda setiap saat, misalnya terdapat pada serangga terbang, phyton dan
beberapa ikan, yang dapat meningkatkan suhu tubuh di atas suhu lingkungan
dengan sifat panas yang dibangkitkan sebagai suatu hasil yang melibatkan
aktivitas otot. Sedangkan heterotermik regional sebenarnya adalah poikilotermik
seperti teleostei besar yang dapat mncapai suhu tubuh dalam (suhu jaringan
dalam) cukup tinggi melalui aktivitas otot, sementara jaringan periferal dan
ekstremitas mendekati suhu lingkungannya. Contoh pada ikan hiu, tuna dan

H.

pada serangga terbang.


Adaptasi Pada Termoregulasi hewan
Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu
lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan

meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang


terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm
(misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara
berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok
mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya
adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim
sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan
countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi
kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya
dengan

termoregulasi.

Migrasi,

relokasi,

dan

sembunyi

ditemukan

pada

beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di


daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau
mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah
salah satu perilaku unik dalam termoregulasi.

Jenis-Jenis

Dan

Macam-Macam

Adaptasi

pada

termoregulasi

berbagai hewan:
1.

AdaptasiMorfologi
Adaptasi morfologi

adalah

penyesuaian

pada

organ

tubuh

yang

disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa,


harimau, citah, macan, dan sebagainya yang runcing dan tajam untuk makan
daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri, domba dan lain
sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya lebih banyak dipakai untuk
2.

memotong rumput atau daun dan mengunyah makanan.


Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh
untuk mempertahankan hidup dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah
seperti pada binatang / hewan onta yang punya kantung air di punuknya untuk
menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu
yang lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk

3.

bertahan di daerah dingin.


Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah
laku / perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang

dapat berubah warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan
sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri (Soewolo, 2000).

DAFTAR PUSTAKA

Bima, 2006. Pengaturan Suhu Tubuh. http://bima.ipb .ac.id/~tpb/ materi/bio100/ Materi/


suhu_ tubuh .html.
Diakses tanggal 16 sep 2013
Isnaini, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Santoso, Putra. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang. Universitas Andalas
Soewolo, 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta : Proyek Pengembangan Guru Sekolah
Menengah

IRBD

Loan

No.

3979.

Direktorat

Jenderal

Pendidikan

Tinggi

Departemen Pendidikan Nasional.


Kukus,Yondry, Wenny Supit dan Fransiska Lintong. 2009. Suhu tubuh:Homeostasi dan efek
kinerja padatubuh manusia. (online: ejournal. unsrat.ac .id/index .php/biomedik/
article/view/ 824.
Diakses tanggal 16 sep 2013

You might also like