You are on page 1of 16

LAPORAN EDUKASI KANKER SERVIKS DAN

SKRINING PAP SMEAR DI WILAYAH KERJA UPTD


PUSKESMAS KUTA ALAM DAN BANDA RAYA
PERIODE 05 Oktober 31 Oktober 2015
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian Family Medicine
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Disusun Oleh :
Pocut Slanga
1307101030221
Pembimbing :
dr. Zahratul Aini

BAGIAN FAMILY MEDICINE


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2015

Latar Belakang
Kanker serviks merupakan penyakit kanker perempuan yang menimbulkan
kematian terbanyak akibat kanker terutama di Negara berkembang. Diperkirakan dijumpai
kanker serviks baru sebanyak 500.000 orang diseluruh dunia dan sebagian besar terjadi di
Negara berkembang. Kanker serviks mempunyai insidens yang tertinggi di Negara-negara
sedang berkembang yaitu menempati urutan pertama, sedang dinegara maju ia menempati
urutan ke 10, atau secara keseluruhan ia menempati urutan ke 5. Berdasarkan data dari 13
Pusat Patologi di Indonesia dari 13644 kasus pada pria dan wanita ia mempunyai frekuensi
tertinggi yaitu 27% atau 36% dari 10233 kasus pada wanita saja. Dan data dari beberapa
gabungan rumah sakit di Indonesia menunjukan frekuensinya juga paling tinggi yaitu 16,0%,
disusul oleh hati/hepatoma (12,0%), payudara (10,0%), paru (9,0%) kulit, nasofarings (7,0%),
leukemia (5,0%), usus besar (4,5%) dan lain-lain (1,7%).
Salah satu penyebabnya adalah karena infeksi human Papilloma Virus (hPV) yang
merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Dalam perkembangan kemajuan di bidang
biologi molekuler dan epidemiologi tentang hPV, kanker serviks disebabkan oleh virus hPV.
Banyak penelitian dengan studi kasus kontrol dan kohort didapatkan Risiko Relatif (RR)
hubungan antara infeksi hpV dan kanker serviks antara 20 sampai 70. Lebih dari 70% kanker
serviks disebabkan oleh infeksi hPV tipe 16 dan 18. Infeksi hPV mempunyai prevalensi yang
tinggi pada kedua kelompok usia muda, sementara kanker serviks baru timbul pada usia tiga
puluh tahunan atau lebih.
Kanker serviks berasal dari 90% sel skuamosa yang melapisi serviks dan 19% sisanya
berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak
terkendali (Rasjidi I, 2009). Jika sel serviks membelah maka akan terbentuk suatu massa
jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas. Jika tumor tersebut ganas,
maka keadaannya disebut kanker serviks (Aziz M.F, 2007).
Menurut WHO pada tahun 2003 Indonesia merupakan negara dengan penderita
kanker mulut rahim nomor satu di dunia. Kanker serviks adalah jenis kanker yang paling
sering dijumpai pada wanita setelah kanker payudara dan dapat menyebabkan kematian.
Angka kejadiannya sekitar 74% dibandingkan kanker ginekologi lainnya. Data WHO tahun
2003 menyebutkan bahwa sekitar 500.000 wanita setiap tahunnya didiagnosa menderita
kanker serviks, dan hampir 60% diantaranya meninggal dunia. Di Indonesia diperkirakan

terjadi sekitar 40 kasus baru per harinya dan 50% diantaranya meninggal karena penyakit
tersebut.
Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks, dan kirakira sebanyak 8.000 kasus diantaranya berakhir dengan kematian. Sedangkan setiap hari
sekitar 40-45 kasus baru ditemukan dan 20-25 perempuan meninggal dunia akibat penyakit
tersebut. Menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kanker
serviks tertinggi di dunia. Sulit sekali dideteksi hingga penyakit mencapai stadium lanjut.
Insidens kanker serviks menurut Departemen Kesehatan (2000), 100 per 100.000 perempuan
pertahun. Sedangkan dari data laboratorium patologi, anatomi seluruh indonesia, frekuensi
kanker serviks adalah paling tinggi diantara kanker yang ada di Indonesia. (Aziz, 2007).
Kanker Leher Rahim biasanya tanpa gejala apapun pada stadium awalnya. Penapisan
dapat dilakukan dengan melakukan tes Pap smear dan juga Inspeksi Visual Asam Asetat
(IVA). Di negara berkembang, penggunaan secara luas program pengamatan leher rahim
mengurangi insiden kanker leher rahim yang invasif sebesar 50% atau lebih.Kebanyakan
penelitian menemukan bahwa infeksi human papillomavirus (HPV) bertanggung jawab untuk
semua kasus kanker leher rahim. Perawatan termasuk operasi pada stadium awal, dan
kemoterapi dan/atau radioterapi pada stadium akhir penyakit
Tingginya insiden kanker serviks menandakan perlunya upaya pencegahan sejak dini dan
membudayakan hidup sehat dengan mengkonsumsi gizi seimbang, tidak merokok, olahraga
secara teratur, menjauhi seks bebas, menjaga kebersihan daerah kelamin dan tidak
mengkonsumsi alkhohol. Adanya faktor tersebut menimbulkan rasa kehawatiran pada
sebagian orang, terutama pada kaum wanita. Berawal kehawatiran terhadap bahaya kanker
serviks tersebut, banyak individu yang berusaha melakukan pencegahan sejak dini. Motivasi
untuk melakukan pencegahan berbeda pada setiap individu (Diananda, 2009).
I.

Judul Kegiatan

Kegiatan ini merupakan sebuah penyuluhan dengan judul Ayo Kenali Kanker Serviks
II.
Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk :
1. Menjelaskan dan memberi pemahaman tentang kanker serviks kepada warga kecamatan
Lampaseh dan Jeulingke khususnya wanita dewasa dan ibu-ibu.

2. Meluruskan atau mengkonfirmasi hal-hal yang belum diketahui atau salah dipahami oleh
warga Kecamatan Lampaseh dan Jeulingke khususnya wanita terkait dengan masalah
kanker serviks
3. Menjelaskan bagaimana cara mencegah dan deteksi dini kanker serviks
III.
Waktu dan tempat Kegiatan
Tempat
: Ruang tunggu poli umum UPTD Puskesmas Kuta Alam dan UPTD
Waktu
Peserta

Puskesmas Banda Raya


: 05 Oktober s/d 31 Oktober 2015
: wanita dewasa serta ibu-ibu

Pelaksana

: Dokter Muda Fakultas Kedokteran Unsyiah

IV.
Metode Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan dalam bentuk pemaparan dalam bentuk edukasi dan penjelasan tentang
pengertian, jenis, dan pencegahan kanker serviks.
Tabel 5.1 Metode penyuluhan
No
1

Waktu
Pembukaan
(3 Menit)

Pelaksanaan
(10 menit)

Penutup

V.
1.

Kegiatan Penyuluhan
Respons
Memberi salam
- Warga
menjawab
Memperkenalkan diri
salam
Menyampaikan
tujuan - Warga
memahami
penyuluhan
maksud dan tujuan
Menyampaikan materi
- Mendengarkan materi
Sesi tanya jawab
penyuluhan
yang
disampaikan
- Warga
memperhatikan
jalannya penyuluhan
- Warga bertanya
Menyimpulkan,
rencana - Warga
mampu
tindak
lanjut
dan
menjawab pertanyaan
melakukan evaluasi.
yang diajukan
Menutup dengan salam
- Menjawab salam

Media

- Brosur/
leaflet

Materi Penyuluhan
Manfaat Screening
Skrining merupakan upaya pengenalan penyakit/kelainan yg belum diketahui dg

menggunakan tes,pemeriksaan atau prosedur lain yg dpt scr cepat membedakan orang yg
tampak sehat benar2 sehat dg tampak sehat tapi sesungguhnya menderita sakit. (WHORegional committeee for Europe 1957).

Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher
rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan tes yang aman
dan murah dan telah dipakai bertahuntahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan
yang terjadi pada sel-sel leher rahim (Diananda, 2009).
Dasar pemeriksaan ini adalah mempelajari sel-sel yang terlepas dari selaput lendir
leher rahim. Papsmear mudah dilakukan dan tidak menimbulkan rasa sakit. Pap Smear adalah
pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat adanya perubahan atau keganasan
pada epitel serviks atau porsio (displasia) sebagai tanda awal keganasan serviks atau
prakanker.
Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit, serta bisa dilakukan setiap
saat, kecuali pada saat haid. Pap Smear pertama kali diperkenalkan tahun 1928 oleh Dr.
George Papanicolou dan Dr. Aurel Babel, namun mulai populer sejak tahun 1943 (Nuranna,
2002).
Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan
pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker
dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah. Pap Smear mampu
mendeteksi lesi prekursor pada stadium awal sehingga lesi dapat ditemukan saat terapi masih
mungkin bersifat kuratif.
Manfaat Pap Smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut (Manuaba, 2005):
a. Diagnosis dini keganasan
Pap Smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus endometrium,
keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.
b. Perawatan ikutan dari keganasan
Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah mendapat
kemoterapi dan radiasai.
c. Interpretasi hormonal wanita
Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasiatau tanpa ovulasi,
menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkunan keguguran pada hamil
muda.
d. Menentukan proses peradangan
Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi bakteri dan
jamur.
2.

Pengertian kanker serviks dan penyebabnya

Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di
daerah skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis
servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya
antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. Kanker leher rahim biasanya
menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sebanyak 90% dari kanker leher rahim berasal dari
sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir
pada saluran servikal yang menuju ke rahim.
Kanker seviks uteri adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa.
Sebelum terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi prakanker atau
neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyebab utama kanker leher rahim adalah infeksi Human
Papilloma Virus (HPV). Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi
yang 40 di antaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Beberapa tipe HPV virus
risiko rendah jarang menimbulkan kanker, sedangkan tipe yang lain bersifat virus risiko
tinggi. Baik tipe risiko tinggi maupun tipe risiko rendah dapat menyebabkan pertumbuhan
abnormal pada sel tetapi pada umumnya hanya HPV tipe risiko tinggi yang dapat memicu
kanker. Virus HPV risiko tinggi yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual adalah tipe
7,16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69, dan mungkin masih terdapat beberapa
tipe yang lain. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lebih dari 90% kanker leher rahim
disebabkan oleh tipe 16 dan 18. Yang membedakan antara HPV risiko tinggi dengan HPV
risiko rendah adalah satu asam amino saja. Asam amino tersebut adalah aspartat pada HPV
risiko tinggi dan glisin pada HPV risiko rendah dan sedang (Gastout et al, 1996). Dari kedua
tipe ini HPV 16 sendiri menyebabkan
lebih dari 50% kanker leher rahim. Seseorang yang sudah terkena infeksi HPV 16
memiliki resiko kemungkinan terkena kanker leher rahim sebesar 5%. Dinyatakan pula
bahwa tidak terdapat perbedaan probabilitas terjadinya kanker serviks pada infeksi HPV-16
dan infeksi HPV-18 baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan (Bosch et al, 2002). Akan
tetapi sifat onkogenik HPV-18 lebih tinggi daripada HPV-16 yang dibuktikan pada sel kultur
dimana transformasi HPV-18 adalah 5 kali lebih besar dibandingkan dengan HPV-16. Selain
itu, didapatkan pula bahwa respon imun pada HPV-18 dapat meningkatkan virulensi virus
dimana mekanismenya belum jelas. HPV-16 berhubungan dengan skuamous cell carcinoma
serviks sedangkan HPV-18 berhubungan dengan adenocarcinoma serviks. Prognosis dari
adenocarcinoma kanker serviks lebih buruk dibandingkan squamous cell carcinoma. Peran
infeksi HPV sebagai faktor risiko mayor kanker serviks telah mendekati kesepakatan, tanpa

mengecilkan arti faktor risiko minor seperti umur, paritas, aktivitas seksual dini/prilaku
seksual, dan meroko, pil kontrasepsi, genetik, infeksi virus lain dan beberapa infeksi kronis
lain pada serviks seperti klamidia trakomatis dan HSV-2 (Hacker, 2000).
3.

Faktor resiko kanker serviks


Menurut Diananda (2007), faktor yang mempengaruhi kanker serviks yaitu :

Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim.
Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya kanker laher
rahim. Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia lanjut merupakan gabungan dari
meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin
melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia.
Usia pertama kali menikah.
Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap terlalu muda untuk melakukan
hubungan seksual dan berisiko terkena kanker leher rahim 10-12 kali lebih besar daripada
mereka yang menikah pada usia > 20 tahun. Hubungan seks idealnya dilakukan setelah
seorang wanita benar-benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya
dilihat dari sudah menstruasi atau belum. Kematangan juga bergantung pada sel-sel mukosa
yang terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru
matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan
seks pada usia remaja, paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan
dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada
serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak siap
menerima rangsangan dari luar termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Karena masih
rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel kanker selalu berubah
setiap saat yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan adanya rangsangan, sel bisa tumbuh lebih
banyak dari sel yang mati, sehingga perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini
akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks dilakukan
pada usia di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan terhadap
perubahan.
Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti pasangan.
Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya penyakit kelamin, salah
satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan
mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak sehingga tidak terkendali sehingga menjadi
kanker.
Penggunaan antiseptik.

Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan antiseptik maupun


deodoran akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang terjadinya kanker.
Wanita yang merokok.
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks
pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zatzat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping meropakan ko-karsinogen
infeksi virus. Nikotin, mempermudah semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau
menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru maupun serviks. Namun tidak
diketahui dengan pasti berapa banyak jumlah nikotin yang dikonsumsi yang bisa
menyebabkan kanker leher rahim.
Riwayat penyakit kelamin seperti kutil genitalia.
Wanita yang terkena penyakit akibat hubungan seksual berisiko terkena virus HPV,
karena virus HPV diduga sebagai penyebab utama terjadinya kanker leher rahim sehingga
wanita yang mempunyai riwayat penyakit kelamin berisiko terkena kanker leher rahim.
Paritas (jumlah kelahiran).
Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak, apalagi dengan jarak
persalinan yang terlalu pendek. Dari berbagai literatur yang ada, seorang perempuan yang
sering melahirkan (banyak anak) termasuk golongan risiko tinggi untuk terkena penyakit
kanker leher rahim. Dengan seringnya seorang ibu melahirkan, maka akan berdampak pada
seringnya terjadi perlukaan di organ reproduksinya yang akhirnya dampak dari luka tersebut
akan memudahkan timbulnya Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab terjadinya
penyakit kanker leher rahim.
Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama.
Penggunaan kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun
dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim 1,5-2,5 kali. Kontrasepsi oral mungkin dapat
meningkatkan risiko kanker leher rahim karena jaringan leher rahim merupakan salah satu
sasaran yang disukai oleh hormon steroid perempuan. Hingga tahun 2004, telah dilakukan
studi epidemiologis tentang hubungan antara kanker leher rahim dan penggunaan kontrasepsi
oral. Meskipun demikian, efek penggunaan kontrasepsi oral terhadap risiko kanker leher
rahim masih kontroversional. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Khasbiyah
(2004) dengan menggunakan studi kasus kontrol. Hasil studi tidak menemukan adanya
peningkatan risiko pada perempuan pengguna atau mantan pengguna kontrasepsi oral karena
hasil penelitian tidak memperlihatkan hubungan dengan nilai p>0,05.

4.

Klasifikasi stadium kanker serviks


Penentuan tahapan klinis penting dalam memperkirakan penyebaran penyakit,

membantu prognosis rencana tindakan, dan memberikan arti perbandingan dari metode
terapi. Tahapan stadium klinis yang dipakai sekarang ialah pembagian yang ditentukan oleh
The International Federation Of Gynecologi And Obstetric (FIGO) tahun 1976. Pembagian
ini didasarkan atas pemeriksaan klinik, radiologi, suktase endoserviks dan biopsi. Tahapan
tahapan tersebut yaitu :
a. Karsinoma pre invasif
b. Karsinoma in-situ, karsinoma intraepitel
c. Kasinoma invasive
Tabel 2.1. Stadium kanker serviks menurut klasifikasi FIGO (Wiknyosastro (1997)

5.

Gejala klinis kanker serviks


Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai

dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar
dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal
demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami segera setelah
bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75
-80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya

timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan
penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan
berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk
mukoid.
Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada
tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina
berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan
pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif. Menurut Baird (1991) tidak
ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau
pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik
darah yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai
menggumpal. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan
gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter. Perdarahan rektum dapat terjadi karena
penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut. Pada pemeriksaan Pap
Smear ditemukannya sel-sel abnormal di bagian bawah serviks yang dapat dideteksi melalui,
atau yang baru-baru ini disosialisasikan yaitu dengan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat.
Sering kali kanker serviks tidak menimbulkan gejala. Namun bila sudah berkembang menjadi
kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala seperti pendarahan serta keputihan pada vagina
yang tidak normal, sakit saat buang air kecil dan rasa sakit saat berhubungan seksual
(Wiknjosastro, 1997).
6. Pencegahan kanker serviks
Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan menghindari faktorfaktor penyebab kanker meliputi (Dalimartha, 2004) :
1. Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia muda, pernikahan pada
usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks. Wanita yang berhubungan seksual dibawah
usia 20 tahun serta sering berganti pasangan beresiko tinggi terkena infeksi. Namun hal ini
tak menutup kemungkinan akan terjadi pada wanita yang telah setia pada satu pasangan
saja.
2. Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak perlu melakukan
pemeriksaan pap smear setahun sekali atau menurut petunjuk dokter. Pemeriksaan Pap
smear adalah cara untuk mendeteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan cepat, tidak sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat.
Disarankan untuk melakukan tes Pap setelah usia 25 tahun atau setelah aktif berhubungan
seksual dengan frekuensi dua kali dalam setahun. Bila dua kali tes Pap berturut-turut
menghasilkan negatif, maka tes Pap dapat dilakukan sekali setahun. Jika menginginkan

hasil yang lebih akurat, kini ada teknik pemeriksaan terbaru untuk deteksi dini kanker
leher rahim, yang dinamakan teknologi Hybrid Capture II System (HCII).
3. Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom, karena dapat
memberi perlindungan terhadap kanker leher rahim.
4. Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat mengatasi masalah
kanker mulut rahim. Penelitian mendapatkan hubungan yang terbalik antara konsumsi
sayuran berwarna hijau tua dan kuning (banyak mengandung beta karoten atau vitamin A,
vitamin C dan vitamin E) dengan kejadian neoplasia intra epithelial juga kanker serviks.
Artinya semakin banyak makan sayuran berwarna hijau tua dan kuning, maka akan
semakin kecil risiko untuk kena penyakit kanker mulut rahim 5. Pada pertengahan tahun
2006 telah beredar vaksin pencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab
kanker serviks. Vaksin ini bekerja dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh dan
menangkap virus sebelum memasuki sel-sel serviks. Selain membentengi dari penyakit
kanker serviks, vaksin ini juga bekerja ganda melindungi perempuan dari ancaman HPV
tipe 6 dan 11 yang menyebabkan kutil kelamin.Yang perlu ditekankan adalah, vaksinasi ini
baru efektif apabila diberikan pada perempuan yang berusia 9 sampai 26 tahun yang
belum aktif secara seksual. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu tertentu.
Dengan vaksinasi, risiko terkena kanker serviks bisa menurun hingga 75%.
III. Tanya Jawab
1. Apa tanda dan Gejala Kanker Serviks ?
Jawab :
Pada awal perkembangan kanker serviks sulit untuk dideteksi, sehingga disebut sebagai
silent killer. Proses perjalanan dari infeksi virus menjadi kanker serviks membutuhkan proses
yang sangat panjang yaitu antara 10 hingga 20 tahun. Proses ini seringkali tidak disadari
hingga kemudian sampai pada tahap pra-kanker tanpa menimbulkan gejala. Meskipun sulit
untuk di deteksi, namun biasanya terdapat ciri-ciri yang bisa menjadi petunjuk terhadap
perempuan apakah dirinya mengidap gejala kanker serviks atau tidak.
Ciri-ciri paling umum yang dapat ditemui pada penderita kanker serviks adalah :
1. Saat berhubungan intim merasakan sakit, bahkan sering diikuti adanya perdarahan.
2. Mengalami keputihan yang tidak normal disertai dengan perdarahan dan jumlahnya
berlebih
3. Sering merasakan sakit pada daerah pinggul
4. Mengalami sakit saat buang air kecil
5. Pada saat menstruasi, darah yang keluar dalam jumlah banyak dan berlebih.
Saat perempuan mengalami stadium lanjut akan mengalami rasa sakit pada bagian
paha atau salah satu paha mengalami bengkak, nafsu makan menjadi sangat berkurang, berat
badan tidak stabil, susah untuk buang air kecil, mengalami perdarahan spontan.

2.

Apa penyebab kanker serviks ?

Jawab :
Human Papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab dari kanker serviks. Virus HPV akan
menyerang selaput di dalam mulut dan kerongkongan serviks, serta anus. Apabila tidak
segera terdeteksi, infeksi virus HPV menyebabkan terbentuknya sel-sel pra kanker serviks
dalam jangka panjang. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16 dan 18 karena
penyebab banyak kematian pada kaum wanita
3. Kenapa kontrasepsi oral dapat menyebabkan kanker serviks ?
Jawab:
Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama. Penggunaan kontrasepsi oral
yang dipakai dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko kanker
leher rahim 1,5-2,5 kali. Kontrasepsi oral mungkin dapat meningkatkan risiko kanker leher
rahim karena jaringan leher rahim merupakan salah satu sasaran yang disukai oleh hormon
steroid perempuan. Hingga tahun 2004, telah dilakukan studi epidemiologis tentang
hubungan antara kanker leher rahim dan penggunaan kontrasepsi oral. Meskipun demikian,
efek penggunaan kontrasepsi oral terhadap risiko kanker leher rahim masih kontroversional.
Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Khasbiyah (2004) dengan menggunakan studi
kasus kontrol. Hasil studi tidak menemukan adanya peningkatan risiko pada perempuan
pengguna atau mantan pengguna kontrasepsi oral karena hasil penelitian tidak
memperlihatkan hubungan dengan nilai p>0,05.
4. Bagaimana pengobatan kanker serviks ?
Jawab :
Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah dipastikan secara
histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup
melakukan rehabilitasi dan pengamatan la njutan (tim kanker / tim onkologi). Pemilihan
pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit,
usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah
biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal
seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi prekanker
bisa berupa kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi),
pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang
sehat di sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi
(Wiknjosastro, 1997).
1.
Pembedahan

Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh
kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop
electrosurgical excision procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita
masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya
setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk
menjalani histerektomi. Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif
maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya
sehingga manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif
adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita. Histerektomi adalah suatu
tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun
salah satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi
FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik, dapat
juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit
umum (resiko tinggi) seperti penyakit jantung, ginjal dan hepar. 2. Terapi penyinaran
(radioterapi)
2.
Terapi radiasi
Bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan parametrial dan
nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan
radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif
atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke
sekitarnya

atau

bermetastasis

ke

kelenjar

getah

bening

panggul,

dengan

tetap

mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti rektum,


vesika urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan
pada stadium I sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka
radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium IV A. Terapi
penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul.
Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhannya. Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu sinar
berasal dari sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran
biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu. Keduannya adalah melalui
radiasi internal yaitu zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke
dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di
rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping

dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan vagina, kerusakan kandung kemih dan
rektum dan ovarium berhenti berfungsi (Gale & Charette, 2000).
3.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui infus,
tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker
dan menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis
kanker dan fasenya saat didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat
diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan
mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan
adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit dalam
periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas dan
dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup
yang lebih baik. Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase
karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang
memuaskan. Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP
(Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain lain
(Prayetni, 1997).
5. Bagaimana cara pencegahan kanker serviks ?
Jawab :
Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan dengan menghindari faktor risiko seperti tidak merokok
dan juga dengan vaksinasi. Kelompok yang berisiko juga harus melakukan tes paps smear
secara rutin. Pencegahan primer juga dilakukan dengan penyuluhan dan pendidikan kepada
masyarakat mengenai penyebab dan faktor risiko terjadinya kanker serviks. Keberhasilan
program penyuluhan dilanjutkan dengan skrining.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan cara deteksi dini terhadap kanker. Artinya
penyakit harus ditemukan pada saat pra kanker. Salah satu bentuk pencegahan sekunder
adalah dengan melakukan tes paps smear secara teratur. Paps smear adalah alat screening dan
peranannya terutama pada wanita- wanita yang asimtomatis. Pemeriksaan papsmear berguna
untuk mendeteksi adanya kanker serviks pada stadium dini, khususnya pada wanita yang
telah melakukan hubungan seksual.
Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier dapat dilakukan berupa penyuluhan terhadap pasangan penderita
kanker serviks khususnya yang telah menjalani histerektomi total agar tetap memperlakukan
pasangannya sebagaimana biasanya, sehingga keharmonisan hubungan suami istri tetap

terjaga. Konseling dapat dilakukan terhadap penderita stadium lanjut agar faktor psikologis
tidak memperburuk keadaan.
IV. Penutup
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang wanita pada daerah genitalia yaitu
mult rahim yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus dimana Virus ini

bersifat

Onkogenik (menyebabkan kanker). HPV ditularkan melalui hubungan seksual dan dapat pula
melalui penggunaan barang pribadi yang bersamaan.
Dengan kewaspadaan dini, penyakit kanker serviks bisa dicegah yaitu salah satu
langkah penting dalam kewaspadaan dini adalah dengan melakukan Pap Smear serta
melakukan konsultasi kepada petugas kesehatan. Tenaga kesehatan akan membantu dalam
membuat strategi untuk pencegahan kanker serviks. Jangan takut dan malu karena lebih baik
mencegah daripada mengobati.

Daftar hadir Edukasi Pasien:


No
1
2

Nama
Herlina
Rosmawar

Nomor CM/BPJS
-

Umur
26

Alamat
Kp. Mulia

No. HP
08126957941

Tanggal
12/10/15

0001542-14

tahun
44

Kp. Mulia

085260501124 12/10/15

Kp. Kramat

082164467722 12/10/15

Dewi S

tahun
45

Tiara

11710449062000

tahun
28

Lamlagang

085277701805 21/1015

Saadiyah

2
0000001352902

tahun
43

Lhong raya

089634572762 21/10/15

tahun
Mengetahui,
Bagian Family Medicine
Divisi Edukasi/ Promosi Kesehatan

dr.Zahratul Aini
NIP.19840527 201404 2002

You might also like