Professional Documents
Culture Documents
NIM: 071211733049
Prodi: Antropologi
Matkul : Hubungan antar SukuBangsa
Mereka juga menunjukkan dapat perjalanan keluar negeri yang dapat memodernisasikan
masyarakat dikampung halaman mengingatkan mereka akan kemungkinan ekonomi. Titik
analisis kuncinya adalah mendapatkannya melalui nilai-nilai keagamaannya yang membedakan
mereka dari orang Jawa lain. Komunitas yang relative kaya biasnya terkenal amat taat Bergama
adalah yang memiliki sikap terbuka terhadap perhitungan ekonomi, akumulasi kekayaan dan
hubungan-hubungan sosial yang menjadi kondusif yang sesuai dengan keberhasilan ekonomi.
Contoh sebagian besar orang Bawean pada 1850an mengirim banyak jamaah haji daripda daerah
lain. Mereka menyatakan bahwa kepedulian menabung adalah untuk maksut ingin naik haji.
Kemampuan kewirausahaan jelas dilihat daei sebagai karasteristik etnis khas. Nilai-nilai
ekonomi tertentu dari keanggotaan dalam komunitas budaya tertentu. keterlibatan orang Jawa
pada tanah, keuangan dan pasar tenaga kerja, sebagaimana orang Jawa dalam jumlah besar
sebagai pedagang menyebabkan tidak beralasan untuk menduga bahwa nilai-nilai yang sesuai
untuk keberhasilan ekonomi juga tidak terdapat dikalangan penduduk Jawa umumnya,
khususnya diatara jumlah terbesar kelompok pedangan wanita. Dalam banyak budaya, termasuk
budaya Jawa, hubungan antara identitas budaya dan keberhasilan ekonomi secara tidak
terletakkan agak lemah. Ini bukan pentingna hubungan budaya bersama bisa bersifat etnis,
kekeluargaan, regional dan keagamaan dalam memeperkuat identitas kelompok. Namun,
perbedaan-perbedaan subbudaya yang sering subtil menkankan terhadap identitas subbudayajelas
penting untuk mengalokasikan barang produksi di desa atau wilayah tertentu. semua masyarakat
ekonomi tidak lebih dan tidak kurang suatu fakta kasar daripada keluarga atau agama. Praktikpraktik seperti pembagian tenaga kerja gender, hubungan antara para pedagang , melakukan
tawar-menawar untuk menentukan harga dan lintasan barang yang tipikal merupakan aspek
budaya ekonomi yang membangun perekonomian Jawa. Banyak pedagang di Jawa adalah
wanita karena budaya bersifat matrifokal. Maka disini ekonomi adalah sebagai suatu
system budaya.
Sistem pasar :
Pasar adalah suatu system sosial yang menyalurkan pada hubungan-hubungan sosial.
Jawa yang membangun suatu rangkaian praktik sosial seperti system pasar. System pasar
meliputi tigas system yaitu dagang, pedagang, dan perdagangan (Alexander 1987).
dagang merupakan suatu system tukar menukar barang, memeriksa secara geografis
tingkat upah aki-laki 50 persen lebih tinggi dan kaum wanita lebih sulit untuk mengambil
inisiatif perceraian. Penting tidak menyalah artikan pembatasan-pembatasan ini, dan ekonomi.
Tetapi kendala sosial ini tidak terlalu menggangu kegiatan ekonomi wanita dalam system pasar.
Hubungan antara gagasan orang Jawa tentang perilaku yang layak dan partisipasi
ekonomi wanita mencuat lebih kuat dibandingkan dengan yang terjadi dalam pembicaraanpembicaraan sebelumnya. Gambaran tentang kejawaan budaya Jawa yang secara positif
menguntungkan wanita dripada laki-laki dalam meraih karir dagang. Sebagian besar keuntungan
ini dianggap melanggar watak hierarkis budaya Jawa, dimana status laki-laki bersifat superior
berdasarkan kemampuan mereka mempertahankan kendali emosi dan keinginan mereka. Misal,
dalam domestikasi uang yaitu meskipun uang adalah ancaman potensial bagi hierarki namun
hal itu dapat dipadukan ke dalam hierarki dengan memperlakukannya sebagai bukti penghargaan
bawahan kepada atasan sebagai hadiah bahkan persembahan. Suatu yang layak berkenaan
dengan otoritas laki-laki yang menananmkan respek/rasa takut dalam diri istrinya untuk menjaga
perhatian setiap keinginan suamianya yang tidak perlu suami nyatakan. Seorang suami tidak
hanya senang member uang kepada istri namun, juga menguasakan seluruh transaksi dagang
kepada istri karena wanita lebih sedikit menuntut pemisahan asketis dari kepeduliankepedulian material dan wanita juga tidak perlu malu berada di pusat peristiwa. Bagi laki-laki
yang fanatik dengan martabatnya maka ia akan lebih kahwatir ketika keberhasilan wanita dalam
karir dagang karena bagi mereka dapat mengancam otoritas laki-laki. Namun laki-laki yang tidak
begitu memandang status, maka ia akan menyatakan sing wadon nek golek duwit ulet (wanita
ulet dalam mencari uang).
Sebagian besar perusahaan dagang Jawa terbukti dimiliki dan dikelola oleh laki-laki,
maka hal ini menunjukkan terkait peran wanita dalam perdagangan dan keluarga bangsawan
Solo. Seorang manajer misalnya, bahwa ia suka berunding dengan laki-laki karena para wanita
sangat agresif menggunakan kemampuan emosi dan keahlian tawar-menawarnya untuk meraih
posisi yang lebih menguntungkan. Namun ketika waita menjadi pegawai di kantor, mereka
sering terlalu lamban sedangkan para laki-laki penuh antusiasme. Namun ada pandangan bahwa
perdagangan di wilayah kekuasaan wanita yang pada tingkat luas di pegang laki-laki Jawa dan
para wanita, hal ini sekurang-kurangnya melegitimasi kegiatan dagang wanita dalam cara-cara
yang tidak mungkindalam masyarakat di mana perdagangan dianggap sebagai pekerjaan kaum
laki-laki. Namun pada orde baru, wanita sempat mendapat pekerjaan yang berupah bagus.
Dibandingkan Amerika, wanita Indonesia vbanyak yang menempati sebagai manajer dengan
jumlah yang signifikan dari pengusaha terkaya.
Pada kaum elite, posisi ekonomi relative dimiliki mayoritas wanita, terutama
kemampuan mereka untuk tidak tergantung, mungkin sudah merosot karena alasan bahwa
otonomi ekonomi wanita yang tampaknya juga meningkat bertentangan dengan nilai-nilai
budaya yang dicerminkan oleh kebijakan negara atau biasa diistilahkan dengan tradisional.
Kebijakan yang seolah-olah mengukuhkan strerotipe patriarchal dengan membatasi peran-peran
sosial dan politik wanita dengan lebih kaku bersama garis-garis keturunan yang spesifik. Namun
perkembangan sosial kontemporer mengiringi masyarakat Jawa ke keluarga inti dengan peranperan keluarga modern : rumah tangga di mana suami atau istri atau keduanya pegawai negeri
sering mendirikan perusahaan patungan untuk menggunakan kredit yang disubsidi yang
merupakan manfaat utama dari pekerjaan sebagai pegawai negeri.