Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
ALLAH-lah menciptakan manusia dan menjadikannya makhluk yang membutuhkan makanan
, pakaian, dan tempat tinggal. Memandang terhadap kebutuhan-kebutuhan manusia it
u, Allah tundukkan apa yang ada di langit dan bumi. Firman Allah swt.
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air huja
n dari langit , kemudian Dia menengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-b
uahan menjadi rezeki bagimu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bah
tera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula
) bagimu sungai-sungai (QS Ibarahim [14]:32).
Oleh karena itu, sejak awal sejarah manusia, orang-orang bekerja keras d
alam kehidupan untuk memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikma
t-nikmat yang Allah berikan bagi mereka. Ketika tidak sanggup seorang diri dalam
memenuhi segala kebutuhan barang dan jasa, terjadilah kerja sama sesame manusia
dalam rangka menjamin terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan itu.
BAB II
A. SEBAB-SEBAB MUNCULNYA UANG
Ada beberapa sebab munculnya uang antara lain:
1) Kesusahan mencari keinginan yang sesuai antara orang-orang yang melakuka
n transaksi , atau kesulitan untuk mewujudkan kesepakatan mutual. Ja’far bin Ali
al-Dimasyqy mengungkapkan dalam perkataannya, “dan tidak setiap orang dari mer
eka membutuhkan pada waktu dimana orang lain juga membutuhkan.” Misalnya, seseor
ang yang punya keahlian sebagai tukang kayu dan membutuhkan jasa seorang pandai
besi. Disni tukang kayu ingin memberikan jasa kepada pandai kepada pandai besi s
ebagai imbalan jasanya. Bisa saja ia menemukan pandai besi, tetapi tidak membutu
hkan jasa tukang kayu sehingga ia harus pergi dan mencari pandai besi yang lain
yang sedang membutuhkan jasa tukang kayu. Demikian waktu menjadi banyak terbuang
dengan sia-sia sampai dia manemukan pandai besi.
Untuk lebih memperjelas lagi, penulis akan memberikan contoh yang lain. Seseoran
g pemilik zaitun membutuhkan wol. Disini ia harus mencari orang yang memiliki wo
l untuk ditukar. Bisa saja dia menemukan pemilik wol, tapi kebetulan dia tidak m
embutuhkan zaitun tetapi membutuhkan gandum. Begitulah susahnya system jual beli
barter.
2) Perbedaan ukuran barang dan jasa, dan sebagian barang yang tidak dapat d
ibagi-bagi. Ini yang beliau ungkapkan dalam perkataannya: “Dan ukuran-ukuran bar
ang yang mereka butuhkan tidak sama.” Dalam contoh kita terdahulu, katakanlah pe
milik zaitun yang membutuhkan wol menemukan pemilik wol yang juga membutuhkan za
itun. Hanya saja tidak ada kesepakatan antara keduanya dalam hal ukuran barang y
ang dibutuhkan. Pemilik zaitun memiliki 10 liter zaitun sedangkan pemilik wol ha
nya memiliki sedikit wol yang sesuai dengan jumlah ukuran zaitun. Sedangkan pemi
lik zaitun sendiri tidak ingin membagi-bagi barangnya. Terkadang barang itu send
iri tidak bisa dibagi-bagi seperti orang memiliki seekor kambing dan membutuhkan
baju. Ukuran seekor kambing jelas menyamai lebih dari satu baju dan tidak munki
n baginya untuk membagi-bagi kambingnya sebagai bayaran untuk sepotong baju. ter
jadi kesulitan dalam pertukaran.
3) Kesulitan untuk mengukur standar harga seluruh barang dam jasa. Seperti
yang beliau ungkapkan: “Dan dia tidak mengetahui nilai setiap barang dari setiap
jenis dan apa ukuran tukar untuk setiap bagian dari bagian-bagian yang lain dar
i segala sesuatu.”
Pada sistem barter sulit untuk mengetahui nilai suatu barang diukur dengan baran
g-barang yang lain atau barang. Di sebuah pasar misalnya, terdapat beberapa kamb
ing, unta, gandum, minyak goring, sutera, dan seterusnya. Karena tidak adanya st
andar ukuran untuk mengetahui harga setiap barang, terjadi kesulitan dalam prose
s pertukaran .Berapa ukuran gandum yang menyamai seekor unta? Dan berapa berapa
banyak ukuran minyak goring untuk ditukarkan dengan kain sutera? Memandang sulit
nya permasalahan ini, merupakam petunjuk dari Allah Swt, kepada manusia untuk me
mbuat uang sebagai harga dan nilai terhadap semua barang dan jasa sehingga prose
s pertukaran menjadi mudah karena pemilik unta mengukur harga untanya dengan uan
g, begitu juga pemilik apel menukur nilai apelnya denga uang. Kalau tidak adanya
ukuran standar seperti ini, dalam proses jual beli akan mendapat kesulitan.
B. PENTINGNYA UANG
`Uang adalah salah satu pilar ekonomi. Uang memudahkan proses pertukaran komodi
ti dan jasa. Setiap proses produksi dan distribusi mesti menggunakan uang.
Pada berbagai bentuk proses produksi berskala besar modern, setiap orang dari ko
mponen masyarakat mengkususkan diri dalam produksi barang komoditas atau baagian
dari barang dan memperoleh nilai dari hasil produksi yang ia psarkan dalam bent
uk uang. Sebagai mana para pengusaha pabrik membayar gaji dari “jasa” para karya
wan dan buruh yang bekerja pada mereka dengan menggunakan uang. Karena itu, sist
em ekonomi modern yang menyangkut banyak pihak tidak bisa berjalan dengan sempur
na tanpa menggunakan uang.
Tidaklah berlebihan sebagian orang yang mengisyaratkan bahwa penemuan uang merup
akan salah satu penemuan besar yang diocapai oleh manusia. Tidak kalah pentingde
ngan ditemukannya sistem tulis menulis, mengolah tanah, dan pemanfaatan energi.
Ketika seseorang mencermati lebih dalam kekurangan-kekurangan yang begitu besar
dalam sistem barter, maka berbarengan dengan kemajuan yang begitu luas membuka j
alan kepada manusia untuk menggunakan uang.
Hanya saja manusia tidak mencapai penemuan uang itu dalam sekejap. Pada walnya m
ereka melakukan pertukaran barang dan jasa secara barter sebagaimana telah kita
jelaskan sebelumnya. Kemudian mereka mengkhususkan suatu barang yang ada dan ter
sebar luas dari berbagai macam barang dan menjadikannya sebagai ukuran harga seg
ala sesuatu. Demikianlah mata uang di berbagai bangsa menjadi bermacam-macam dan
beragam.
TANGGAPAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak memerlukan kebutuhan-kebutuhan yang haru
s dipenuhi, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut kita tidak dapat melakuk
annya seorang diri, untuk itu kita perlu bekerja sama dengan orang lain. Kita me
nukarkan barang yang kita miliki dengan barang yang kita butuhkan yang dimiliki
oleh orang lain. Tetapi dalam melakukan hal tersebut akan terdapat masalah, sepe
rti ketika pemilik barang yang kita butuhkan sedang tidak membutuhkan barang yan
g kita miliki, atau ketika nilai barang yang kita miliki tidak sesuai dengan nil
ai barang yang kita butuhkan atau barang yang kita miliki tidak dapat dibagi-bag
i.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut sangat tepat sekali manusia membuat ala
t tukar yang dapat ditukarkan dengan barang apa saja, dan juga nilainya diketahu
i secara jelas. Sehingga ketika seseorang membutuhkan suatu barang ia hanya perl
u menukarkan uang yang nilainya sama dengan barang yang dia butuhkan tanpa harus
mencari pemilik barang yang sedang membutuhkan barang yang ia miliki, karena ua
ng dapat di tukarkan dengan barang apa saja.
BAB I
PENDAHULUAN
ALLAH-lah menciptakan manusia dan menjadikannya makhluk yang membutuhkan makanan
, pakaian, dan tempat tinggal. Memandang terhadap kebutuhan-kebutuhan manusia it
u, Allah tundukkan apa yang ada di langit dan bumi. Firman Allah swt.
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air huja
n dari langit , kemudian Dia menengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-b
uahan menjadi rezeki bagimu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bah
tera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula
) bagimu sungai-sungai (QS Ibarahim [14]:32).
Oleh karena itu, sejak awal sejarah manusia, orang-orang bekerja keras d
alam kehidupan untuk memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikma
t-nikmat yang Allah berikan bagi mereka. Ketika tidak sanggup seorang diri dalam
memenuhi segala kebutuhan barang dan jasa, terjadilah kerja sama sesame manusia
dalam rangka menjamin terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan itu.
BAB II
A. SEBAB-SEBAB MUNCULNYA UANG
Ada beberapa sebab munculnya uang antara lain:
1) Kesusahan mencari keinginan yang sesuai antara orang-orang yang melakuka
n transaksi , atau kesulitan untuk mewujudkan kesepakatan mutual. Ja’far bin Ali
al-Dimasyqy mengungkapkan dalam perkataannya, “dan tidak setiap orang dari mer
eka membutuhkan pada waktu dimana orang lain juga membutuhkan.” Misalnya, seseor
ang yang punya keahlian sebagai tukang kayu dan membutuhkan jasa seorang pandai
besi. Disni tukang kayu ingin memberikan jasa kepada pandai kepada pandai besi s
ebagai imbalan jasanya. Bisa saja ia menemukan pandai besi, tetapi tidak membutu
hkan jasa tukang kayu sehingga ia harus pergi dan mencari pandai besi yang lain
yang sedang membutuhkan jasa tukang kayu. Demikian waktu menjadi banyak terbuang
dengan sia-sia sampai dia manemukan pandai besi.
Untuk lebih memperjelas lagi, penulis akan memberikan contoh yang lain. Seseoran
g pemilik zaitun membutuhkan wol. Disini ia harus mencari orang yang memiliki wo
l untuk ditukar. Bisa saja dia menemukan pemilik wol, tapi kebetulan dia tidak m
embutuhkan zaitun tetapi membutuhkan gandum. Begitulah susahnya system jual beli
barter.
2) Perbedaan ukuran barang dan jasa, dan sebagian barang yang tidak dapat d
ibagi-bagi. Ini yang beliau ungkapkan dalam perkataannya: “Dan ukuran-ukuran bar
ang yang mereka butuhkan tidak sama.” Dalam contoh kita terdahulu, katakanlah pe
milik zaitun yang membutuhkan wol menemukan pemilik wol yang juga membutuhkan za
itun. Hanya saja tidak ada kesepakatan antara keduanya dalam hal ukuran barang y
ang dibutuhkan. Pemilik zaitun memiliki 10 liter zaitun sedangkan pemilik wol ha
nya memiliki sedikit wol yang sesuai dengan jumlah ukuran zaitun. Sedangkan pemi
lik zaitun sendiri tidak ingin membagi-bagi barangnya. Terkadang barang itu send
iri tidak bisa dibagi-bagi seperti orang memiliki seekor kambing dan membutuhkan
baju. Ukuran seekor kambing jelas menyamai lebih dari satu baju dan tidak munki
n baginya untuk membagi-bagi kambingnya sebagai bayaran untuk sepotong baju. ter
jadi kesulitan dalam pertukaran.
3) Kesulitan untuk mengukur standar harga seluruh barang dam jasa. Seperti
yang beliau ungkapkan: “Dan dia tidak mengetahui nilai setiap barang dari setiap
jenis dan apa ukuran tukar untuk setiap bagian dari bagian-bagian yang lain dar
i segala sesuatu.”
Pada sistem barter sulit untuk mengetahui nilai suatu barang diukur dengan baran
g-barang yang lain atau barang. Di sebuah pasar misalnya, terdapat beberapa kamb
ing, unta, gandum, minyak goring, sutera, dan seterusnya. Karena tidak adanya st
andar ukuran untuk mengetahui harga setiap barang, terjadi kesulitan dalam prose
s pertukaran .Berapa ukuran gandum yang menyamai seekor unta? Dan berapa berapa
banyak ukuran minyak goring untuk ditukarkan dengan kain sutera? Memandang sulit
nya permasalahan ini, merupakam petunjuk dari Allah Swt, kepada manusia untuk me
mbuat uang sebagai harga dan nilai terhadap semua barang dan jasa sehingga prose
s pertukaran menjadi mudah karena pemilik unta mengukur harga untanya dengan uan
g, begitu juga pemilik apel menukur nilai apelnya denga uang. Kalau tidak adanya
ukuran standar seperti ini, dalam proses jual beli akan mendapat kesulitan.
B. PENTINGNYA UANG
`Uang adalah salah satu pilar ekonomi. Uang memudahkan proses pertukaran komodi
ti dan jasa. Setiap proses produksi dan distribusi mesti menggunakan uang.
Pada berbagai bentuk proses produksi berskala besar modern, setiap orang dari ko
mponen masyarakat mengkususkan diri dalam produksi barang komoditas atau baagian
dari barang dan memperoleh nilai dari hasil produksi yang ia psarkan dalam bent
uk uang. Sebagai mana para pengusaha pabrik membayar gaji dari “jasa” para karya
wan dan buruh yang bekerja pada mereka dengan menggunakan uang. Karena itu, sist
em ekonomi modern yang menyangkut banyak pihak tidak bisa berjalan dengan sempur
na tanpa menggunakan uang.
Tidaklah berlebihan sebagian orang yang mengisyaratkan bahwa penemuan uang merup
akan salah satu penemuan besar yang diocapai oleh manusia. Tidak kalah pentingde
ngan ditemukannya sistem tulis menulis, mengolah tanah, dan pemanfaatan energi.
Ketika seseorang mencermati lebih dalam kekurangan-kekurangan yang begitu besar
dalam sistem barter, maka berbarengan dengan kemajuan yang begitu luas membuka j
alan kepada manusia untuk menggunakan uang.
Hanya saja manusia tidak mencapai penemuan uang itu dalam sekejap. Pada walnya m
ereka melakukan pertukaran barang dan jasa secara barter sebagaimana telah kita
jelaskan sebelumnya. Kemudian mereka mengkhususkan suatu barang yang ada dan ter
sebar luas dari berbagai macam barang dan menjadikannya sebagai ukuran harga seg
ala sesuatu. Demikianlah mata uang di berbagai bangsa menjadi bermacam-macam dan
beragam.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Sebab-sebab munculnya uang antara lain:
I. Kesusahan mencari keinginan yang sesuai antara orang-orang yang melakuka
n transaksi, atau kesulitan untuk mewujudkan kesepakatan mutual.
II. Perbedaan ukuran barang dan jasa dan sebagian barang tidak dapat di bagi
.
III. Kesulitan untuk mengukur harga seluruh barang dan jasa.
Uang adalah salah satu pilar ekonomi, uang memudahkan pertukaran komoditi dan ja
sa, setiap proses produksi dan distribusi mesti menggunakan uang.
Sejak dulu orang sudah akrab dengan uang, seperti pada masa pemerintahan Islam d
ahulu, uang dinar dan dirham yang terbuat dari emas dan perak telah menjadi kebu
tuhan orang-orang.
Dalam ekonomi konvensional komponen yang termasuk dalam uang adalah uang
logam, uang kertas dan simpanan giro atau uang giral. Sedangkan didalam ekonomi
Islam, uang dibicarakan sebagai sarana penukar dan penyimpan nilai, tetapi uang
bukan barang barang dagangan.
TANGGAPAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak memerlukan kebutuhan-kebutuhan yang haru
s dipenuhi, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut kita tidak dapat melakuk
annya seorang diri, untuk itu kita perlu bekerja sama dengan orang lain. Kita me
nukarkan barang yang kita miliki dengan barang yang kita butuhkan yang dimiliki
oleh orang lain. Tetapi dalam melakukan hal tersebut akan terdapat masalah, sepe
rti ketika pemilik barang yang kita butuhkan sedang tidak membutuhkan barang yan
g kita miliki, atau ketika nilai barang yang kita miliki tidak sesuai dengan nil
ai barang yang kita butuhkan atau barang yang kita miliki tidak dapat dibagi-bag
i.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut sangat tepat sekali manusia membuat ala
t tukar yang dapat ditukarkan dengan barang apa saja, dan juga nilainya diketahu
i secara jelas. Sehingga ketika seseorang membutuhkan suatu barang ia hanya perl
u menukarkan uang yang nilainya sama dengan barang yang dia butuhkan tanpa harus
mencari pemilik barang yang sedang membutuhkan barang yang ia miliki, karena ua
ng dapat di tukarkan dengan barang apa saja.
BAB I
PENDAHULUAN
ALLAH-lah menciptakan manusia dan menjadikannya makhluk yang membutuhkan makanan
, pakaian, dan tempat tinggal. Memandang terhadap kebutuhan-kebutuhan manusia it
u, Allah tundukkan apa yang ada di langit dan bumi. Firman Allah swt.
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air huja
n dari langit , kemudian Dia menengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-b
uahan menjadi rezeki bagimu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bah
tera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula
) bagimu sungai-sungai (QS Ibarahim [14]:32).
Oleh karena itu, sejak awal sejarah manusia, orang-orang bekerja keras d
alam kehidupan untuk memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikma
t-nikmat yang Allah berikan bagi mereka. Ketika tidak sanggup seorang diri dalam
memenuhi segala kebutuhan barang dan jasa, terjadilah kerja sama sesame manusia
dalam rangka menjamin terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan itu.
BAB II
A. SEBAB-SEBAB MUNCULNYA UANG
Ada beberapa sebab munculnya uang antara lain:
1) Kesusahan mencari keinginan yang sesuai antara orang-orang yang melakuka
n transaksi , atau kesulitan untuk mewujudkan kesepakatan mutual. Ja’far bin Ali
al-Dimasyqy mengungkapkan dalam perkataannya, “dan tidak setiap orang dari mer
eka membutuhkan pada waktu dimana orang lain juga membutuhkan.” Misalnya, seseor
ang yang punya keahlian sebagai tukang kayu dan membutuhkan jasa seorang pandai
besi. Disni tukang kayu ingin memberikan jasa kepada pandai kepada pandai besi s
ebagai imbalan jasanya. Bisa saja ia menemukan pandai besi, tetapi tidak membutu
hkan jasa tukang kayu sehingga ia harus pergi dan mencari pandai besi yang lain
yang sedang membutuhkan jasa tukang kayu. Demikian waktu menjadi banyak terbuang
dengan sia-sia sampai dia manemukan pandai besi.
Untuk lebih memperjelas lagi, penulis akan memberikan contoh yang lain. Seseoran
g pemilik zaitun membutuhkan wol. Disini ia harus mencari orang yang memiliki wo
l untuk ditukar. Bisa saja dia menemukan pemilik wol, tapi kebetulan dia tidak m
embutuhkan zaitun tetapi membutuhkan gandum. Begitulah susahnya system jual beli
barter.
2) Perbedaan ukuran barang dan jasa, dan sebagian barang yang tidak dapat d
ibagi-bagi. Ini yang beliau ungkapkan dalam perkataannya: “Dan ukuran-ukuran bar
ang yang mereka butuhkan tidak sama.” Dalam contoh kita terdahulu, katakanlah pe
milik zaitun yang membutuhkan wol menemukan pemilik wol yang juga membutuhkan za
itun. Hanya saja tidak ada kesepakatan antara keduanya dalam hal ukuran barang y
ang dibutuhkan. Pemilik zaitun memiliki 10 liter zaitun sedangkan pemilik wol ha
nya memiliki sedikit wol yang sesuai dengan jumlah ukuran zaitun. Sedangkan pemi
lik zaitun sendiri tidak ingin membagi-bagi barangnya. Terkadang barang itu send
iri tidak bisa dibagi-bagi seperti orang memiliki seekor kambing dan membutuhkan
baju. Ukuran seekor kambing jelas menyamai lebih dari satu baju dan tidak munki
n baginya untuk membagi-bagi kambingnya sebagai bayaran untuk sepotong baju. ter
jadi kesulitan dalam pertukaran.
3) Kesulitan untuk mengukur standar harga seluruh barang dam jasa. Seperti
yang beliau ungkapkan: “Dan dia tidak mengetahui nilai setiap barang dari setiap
jenis dan apa ukuran tukar untuk setiap bagian dari bagian-bagian yang lain dar
i segala sesuatu.”
Pada sistem barter sulit untuk mengetahui nilai suatu barang diukur dengan baran
g-barang yang lain atau barang. Di sebuah pasar misalnya, terdapat beberapa kamb
ing, unta, gandum, minyak goring, sutera, dan seterusnya. Karena tidak adanya st
andar ukuran untuk mengetahui harga setiap barang, terjadi kesulitan dalam prose
s pertukaran .Berapa ukuran gandum yang menyamai seekor unta? Dan berapa berapa
banyak ukuran minyak goring untuk ditukarkan dengan kain sutera? Memandang sulit
nya permasalahan ini, merupakam petunjuk dari Allah Swt, kepada manusia untuk me
mbuat uang sebagai harga dan nilai terhadap semua barang dan jasa sehingga prose
s pertukaran menjadi mudah karena pemilik unta mengukur harga untanya dengan uan
g, begitu juga pemilik apel menukur nilai apelnya denga uang. Kalau tidak adanya
ukuran standar seperti ini, dalam proses jual beli akan mendapat kesulitan.
B. PENTINGNYA UANG
`Uang adalah salah satu pilar ekonomi. Uang memudahkan proses pertukaran komodi
ti dan jasa. Setiap proses produksi dan distribusi mesti menggunakan uang.
Pada berbagai bentuk proses produksi berskala besar modern, setiap orang dari ko
mponen masyarakat mengkususkan diri dalam produksi barang komoditas atau baagian
dari barang dan memperoleh nilai dari hasil produksi yang ia psarkan dalam bent
uk uang. Sebagai mana para pengusaha pabrik membayar gaji dari “jasa” para karya
wan dan buruh yang bekerja pada mereka dengan menggunakan uang. Karena itu, sist
em ekonomi modern yang menyangkut banyak pihak tidak bisa berjalan dengan sempur
na tanpa menggunakan uang.
Tidaklah berlebihan sebagian orang yang mengisyaratkan bahwa penemuan uang merup
akan salah satu penemuan besar yang diocapai oleh manusia. Tidak kalah pentingde
ngan ditemukannya sistem tulis menulis, mengolah tanah, dan pemanfaatan energi.
Ketika seseorang mencermati lebih dalam kekurangan-kekurangan yang begitu besar
dalam sistem barter, maka berbarengan dengan kemajuan yang begitu luas membuka j
alan kepada manusia untuk menggunakan uang.
Hanya saja manusia tidak mencapai penemuan uang itu dalam sekejap. Pada walnya m
ereka melakukan pertukaran barang dan jasa secara barter sebagaimana telah kita
jelaskan sebelumnya. Kemudian mereka mengkhususkan suatu barang yang ada dan ter
sebar luas dari berbagai macam barang dan menjadikannya sebagai ukuran harga seg
ala sesuatu. Demikianlah mata uang di berbagai bangsa menjadi bermacam-macam dan
beragam.
C. DINAR DAN DIRHAM SEBAGAI MATA UANG DALAM ISLAM
Umat Islam telah akrab dengan mata uang yang terbuat dari emas, disebut dinar da
n mata uang yang terbuat dari perak disebut dirham. Mata uang ini telah digunaka
n secara praktis sejak kelahiran Islam hingga runtuhnya Khalifah Utsmaniyah di T
urki pasca perang dunia I. Oleh karena itu, kebanyakan negara Islam dijajah oleh
barat dengan sistem kapitalisnya, maka seluruh aspek ekonomi dan kehidupan juga
mengikuti pola-pola kapitalis, termasuk masalah mata uang.
Dinar dan dirham yang dipergunakan orang Arab waktu itu tidak didasarkan pada ni
lai nominalnya, melainkan menurut beratnya. Sebab dinar dan dirham tersebut dian
ggap sebagai mata uang yang dicetak, mengingat bentuk timbangan dirham yang tida
k sama dan karena kemungkina terjadinya penyusutan berat akibat peredarannya.
Datangnya Rasulullah SAW, sebagai tanda kedatangan Islam, maka beliau mengakui b
erbagai muamalah yang menggunakan dinar Romawi dan dirham persia. Beliau juga me
ngakui standar timbangan yang berlaku dikalangan kaum Quraiys untuk menimbang be
rat dinar dan dirham. Sehubungan dengan hal ini Rasulullah bersabda “Timbangan b
erat (wazan) adalah timbangan penduduk makkah, dam takaran (mikyal) adalah takar
an penduduk Madinah” (HR. Abu Daud dan An Nas’i), kaum muslimin terus menggunaka
n dinar Romawi dan dirham Persia dalam bentuk cap, dan gambar aslinya sepanjang
hidup Rasulullah SAW dan dilanjutkan oleh masa kekhalifahan Abu Bakar pada awal
kekhalifahan Umar bin Khaththab.
Pada masa pemerintahannya, khalifah Umar bin Khaththab, pada tahun 20 hijriah,
yaitu tahun kedelapan kekhalifahan Umar bin Khaththab, beliau mencetak uang dirh
am baru berdasarkan pola dirham Persia. (Kadim As Sadr, 202) Berat, gambar, maup
un tulisan bahlawinya( huruf persianya) tetap ada, hanya ditambah dengan lafaz y
ang ditulis dengan huruf Arab gaya kufi, seperti lafaz Bismillah (dengan nama Al
lah) dan BIsmillahi Rabbi (dengan nama Allah tuahnku) yang terletak pada tepi li
ngkaran.
Khalifah Abdul Malik bin Marwan pada tahun 75 hijriah (695 M), mencetak dirham k
husus yang bercorak Islam, dengan lafaz-lafaz Islam yang ditulis dengan huruf Ar
ab gaya kufi. Dengan demikian, dirham persia tidak digunakan lagi. Dua tahun kem
udian , (tepatnya tahun 77 H/ 697 M). Abdul Malik bin Marwan mencetak dinar khus
us yang bercorak Islam setelah meninggalkan pola dinar Romawi. Gambar-gambar din
ar lama diubah dengan tulisan atau lafaz-lafaz Islam, seperti Allahu Ahad (Allah
itu tunggal), Allah Baqa’ (Allah itu abadi). Sejak saat itulah orang Islam memi
liki dinar dan dirham Islam yang secara resmi digunakan sebagai mata uangnya (A
Q Zallum, 1993).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Sebab-sebab munculnya uang antara lain:
I. Kesusahan mencari keinginan yang sesuai antara orang-orang yang melakuka
n transaksi, atau kesulitan untuk mewujudkan kesepakatan mutual.
II. Perbedaan ukuran barang dan jasa dan sebagian barang tidak dapat di bagi
.
III. Kesulitan untuk mengukur harga seluruh barang dan jasa.
Uang adalah salah satu pilar ekonomi, uang memudahkan pertukaran komoditi dan ja
sa, setiap proses produksi dan distribusi mesti menggunakan uang.
Sejak dulu orang sudah akrab dengan uang, seperti pada masa pemerintahan Islam d
ahulu, uang dinar dan dirham yang terbuat dari emas dan perak telah menjadi kebu
tuhan orang-orang.
Dalam ekonomi konvensional komponen yang termasuk dalam uang adalah uang
logam, uang kertas dan simpanan giro atau uang giral. Sedangkan didalam ekonomi
Islam, uang dibicarakan sebagai sarana penukar dan penyimpan nilai, tetapi uang
bukan barang barang dagangan.
TANGGAPAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak memerlukan kebutuhan-kebutuhan yang haru
s dipenuhi, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut kita tidak dapat melakuk
annya seorang diri, untuk itu kita perlu bekerja sama dengan orang lain. Kita me
nukarkan barang yang kita miliki dengan barang yang kita butuhkan yang dimiliki
oleh orang lain. Tetapi dalam melakukan hal tersebut akan terdapat masalah, sepe
rti ketika pemilik barang yang kita butuhkan sedang tidak membutuhkan barang yan
g kita miliki, atau ketika nilai barang yang kita miliki tidak sesuai dengan nil
ai barang yang kita butuhkan atau barang yang kita miliki tidak dapat dibagi-bag
i.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut sangat tepat sekali manusia membuat ala
t tukar yang dapat ditukarkan dengan barang apa saja, dan juga nilainya diketahu
i secara jelas. Sehingga ketika seseorang membutuhkan suatu barang ia hanya perl
u menukarkan uang yang nilainya sama dengan barang yang dia butuhkan tanpa harus
mencari pemilik barang yang sedang membutuhkan barang yang ia miliki, karena ua
ng dapat di tukarkan dengan barang apa saja.