Professional Documents
Culture Documents
BLOK NEOPLASMA
FACULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
BUKU PANDUAN
BLOK NEOPLASMA
Editor:
Editor
dr. Nur Hayati
dr. Ikhlas Muhammad Jeni
dr Indrayanti Sp.PA
Dr Agus Suharto Sp.PA
Departments Involved:
Histology
Surgery
Public Health
Clinical Pathology
Internal Medicine
Radiology
Pharmacology Neurology
English
PENGANTAR
BLOK NEOPLASMA
Blok Neoplasma adalah blok dua puluh satu th (21th) pada tahun 4 kurikulum blok PBL di
Fakultas Kedokteran UMY. Blok ini terdiri dari dua modul, yaitu Modul yang Dasar neoplasia
(karsinogenesis) dan Neoplasma persistem. Kegiatan belajar di blok ini adalah kelompok diskusi
kecil atau tutorial, kuliah, keterampilan klinis dan praktis di laboratorium.
Lima kasus atau topik skenario dalam modul ini akan dibahas oleh siswa dalam tutorial untuk 5,5
minggu. Skenario ini terdiri dari tumor payudara, tumor kelamin Wanita, tumor saluran kemih
/Genital, , tumor saluran cerna dan Tumor pernapasan di mana siswa akan difasilitasi oleh
fasilitator. Diharapkan setelah menerapkan modul siswa secara komprehensif akan memahami
konsep dasar neoplasma, proses Neoplasma Pengobatan diagnostik dan Basic.
DAFTAR ISI
Halaman muka
Pengantar
Daftar Isi
Topic tree
Petunjuk Teknis Diskusi Tutorial
Tujuan instruksional
skenario
Referensi
Jadwal Kegiatan & Kuliah Ahli
AREA KOMPETENSI
BLOK NEOPLASMA
Area kompetensi pada Standar Kompetensi untuk Dokter (SKD) yang akan dicapai pada blok
yaitu:
Area 1: Komunikasi yang efektif
Area 2: keterampilan Klinis
Area 3: dasar ilmiah pengetahuan medis
Daerah 4: Pengelolaan masalah kesehatan
Area 7: Etika, moral, medico-aspek hukum dan profesionalisme, dan keselamatan pasien
RENCANA PEMBELAJARAN
KOMPETENSI BLOK
Pada akhir blok ini mahasiswa akan dapat menjelaskan konsep dasar, belajar ilmu kedokteran
dasar klinis dan dasar penyakit patologis pada tahun ke 4. Dalam blok ini, mahasiswa
mempelajari dasar neoplasia dan neoplasma persistem
A. Karakteristik Mahasiswa
Mahasiswa yang terdaftar di Blok Neoplasma adalah mahasiswa tahun ke4 di Fakultas
Kedokteran UMY. Mereka telah belajar ilmu kedokteran dasar klinis dan dasar penyakit
patologis pada tahun ke4. Dalam blok ini, mereka dimaksudkan untuk mempelajari dasar
neoplasia dan neoplasma persistem
B. Hasil Pembelajaran
Setelah menyelesaikan Blok Neoplasma, para mahasiswa akan dapat membuat diagnosis
dan menentukan pengelolaan beberapa Neoplasma.
Pada akhir Blok Neoplasma, para mahasiswa akan dapat:
1. Menjelaskan etiologi dan patogenesis beberapa Neoplasma yang sering ditemukan
2. Menjelaskan manifestasi klinis beberapa Neoplasma
3. Melakukan anamnesis untuk beberapa Neoplasma
4. Melakukan pemeriksaan fisik untuk beberapa Neoplasma
5. Menentukan pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk beberapa Neoplasia
6. Membuat diagnosis banding dan diagnosis untuk beberapa Neoplasma
7. Menentukan pengelolaan beberapa Neoplasma.
8. Menjelaskan prognosis beberapa.Neoplasma
9. Menjelaskan epidemiologi surveilans dari beberapa Neoplasma.
d. Menjawab pertanyaan dengan jujur, dan memberikan konsultasi atau rujukan untuk masalah
yang sulit
Area 2: Area keterampilan klinis
5. Mengumpulkan dan mencatat informasi yang akurat dan penting tentang pasien dan /
keluarganya
a. Periksalah dan merekam dengan jelas (dengan diagram jika diperlukan) keluhan, penyakit
hadir, kesehatan, keluarga, dan riwayat lain yang relevan
6. Melakukan prosedur klinis dan laboratorium
a. Pilih prosedur klinis dan laboratorium yang sesuai untuk masalah pasien
b. Melakukan prosedur klinis dan laboratorium yang sesuai untuk masalah pasien dan akreditasi
dokter
c. Melakukan pemeriksaan fisik dengan cara yang meminimalkan rasa sakit dan
ketidaknyamanan bagi pasien
d. Melakukan pemeriksaan fisik yang sesuai berdasarkan masalah pasien
e. Mengidentifikasi tanda-tanda fisik dan merekam dengan jelas dan benar
f. Mengidentifikasi, memilih dan memutuskan prosedur laboratorium yang tepat
g. Mengidentifikasi tes skrining yang sesuai dengan penyakitnya
Area 3: Area dasar ilmiah pengetahuan medis
8. Menerapkan konsep dan prinsip-prinsip ilmu klinis dan perilaku biomedis, dan kesehatan
masyarakat, sesuai dengan pemberian perawatan kesehatan primer
a. Menjelaskan masalah kesehatan dalam hal prinsip-prinsip ilmu medis dasar, patogenesis dan
patofisiologi
b. Menjelaskan aspek molekuler dan seluler dari masalah kesehatan, didasarkan pada
pemahaman tentang mekanisme normal tubuh manusia
c. Menjelaskan faktor non-biologis yang mempengaruhi masalah kesehatan
d. Mengembangkan strategi yang efektif untuk mencegah penyebab penyakit, berdasarkan
patogenesis dan patofisiologi dan faktor risiko tertentu, dan efek dari penyakit
9. Meringkas interpretasi yang tepat dari riwayatnya, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium
a. Menjelaskan (menggunakan pendekatan patofisiologi atau lainnya) data klinik dan
laboratorium untuk menentukan diagnosis
b. Menjelaskan alasan untuk diagnosis dengan mengacu pada kedokteran berbasis bukti
Area 4: Area pengelolaan masalah kesehatan
11. Mengelola penyakit pasien, penyakit, dan masalah sebagai individu secara keseluruhan,
sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat
a. Menafsirkan data klinis untuk merumuskan diagnosa sementara dan diferensial diagnosis
b. Menjelaskan penyebab, patogenesis, dan patofisiologi penyakit
c. Mengidentifikasi berbagai pilihan untuk pengelolaan penyakit pasien
d. Memilih dan menentukan strategi yang paling tepat untuk pengelolaan berdasarkan prinsipprinsip kontrol kualitas, kontrol anggaran, dan manfaat pasien, kondisi dan pilihan
e. Konsultasikan seorang rekan tentang pasien jika perlu
f. Mengacu pada rekan sesuai dengan Standar Pelayanan Medis, baik sebelum atau setelah terapi
awal
12. Melakukan pencegahan penyakit dan penyakit
a. Mengidentifikasi, memberikan alasan, menerapkan dan memantau strategi pencegahan tersier
yang sesuai yang berhubungan dengan, penyakit penyakit pasien atau masalahnya
b. Mengidentifikasi, memberikan alasan, menerapkan dan memantau strategi pencegahan yang
tepat sekunder yang berhubungan dengan pasien dan atau keluarganya
c. Mengidentifikasi, memberikan alasan, menerapkan dan memantau strategi pencegahan yang
sesuai primer yang berhubungan dengan pasien dan / keluarganya dan masyarakat
d. Mengidentifikasi peran keluarga pasien, pekerjaan, dan lingkungan sosial sebagai faktor risiko
untuk penyakit dan sebagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencegahan penyakit
e. Tampilkan pemahaman bahwa upaya pencegahan penyakit sangat tergantung pada kerja tim
dan kerjasama dengan profesi lain
Area 7: Luas etika, moral, medico-aspek hukum dan profesionalisme, dan keselamatan pasien
22. Memiliki sikap profesional
a. Berperilaku tepat, berdasarkan Kode Etik Kedokteran Indonesia
b. Menjaga kerahasiaan pasien dan kepercayaan
c. Tampilkan kepercayaan dan rasa hormat dalam hubungan pasien dokter
d. Menunjukkan empati melalui pendekatan holistik
e. Pertimbangkan masalah keuangan dan hambatan lain untuk penyediaan layanan kesehatan,
dan implikasinya
f. Berperilaku etis dalam manajemen pasien, berdasarkan standar profesional
g. Kenali pilihan alternatif dalam menghadapi masalah etis yang sulit
h. Analisa sistematis dan tetap melaksanakan etika dipilih tindakan dalam manajemen pasien
23. Berperilaku profesional dalam bekerja sama dengan orang lain
a. Menghormati semua orang terlepas dari status sosialnya
b. Mengakui bahwa setiap orang memiliki peran dan kontribusi dihargai terlepas dari status
sosial mereka
c. Berpartisipasi dalam kegiatan yang membutuhkan kerjasama dengan profesional kesehatan
lainnya
24. Melakukan praktek medis secara tepat dalam masyarakat multikultural di Indonesia
a. Menghormati pasien dan kolega karakteristik pribadi, gaya hidup, dan budaya
b. Memahami heterogenitas persepsi karena perbedaan usia, jenis kelamin, orientasi seksual,
kelompok etnis, kecacatan, dan status sosial ekonomi
C. Topik
Area
Kompetensi
AREA 1
Competensi
utama
(SKD)
Mampu
mengeksploras
i dan bertukar
informasi
secara verbal
dan non-verbal
dengan pasien
dari segala
usia, anggota
keluarga,
masyarakat,
kolega dan
profesional
lainnya.
AREA 2
an
Melakuk
prosedur
Strategy
Kuliah,
Practikum,
Clinical Skills,
Tutorial
Topik
Clinical skills
Clinical skills
Pemeriksaan
payudara,
AJH(Aspirasi jarum halus)
klinis
berdasarkan
masalah
pasien
dan
kebutuhan,
dan akreditasi
dokter.
AREA 3
AREA 4
Mengidentifikasi,
menjelaskan, dan
merencanakan
pendekatan ilmiah
untuk pemecahan
masalah kesehatan
berdasarkan ilmu
kedokteran dan
kesehatan saat ini,
untuk mendapatkan
hasil yang optimal.
Mengelola masalah
kesehatan pada
orang, keluarga,
atau masyarakat
secara
komprehensif,
holistik,
berkelanjutan,
secara
terkoordinasi dan
kolaboratif dalam
konteks pelayanan
kesehatan primer
Kuliah
Praktikum
Tutorial
Kuliah
Tutorial
Kuliah:
Perspective & Tumor Biology
Definition & Nomenclature
Characteristics of Benign and
Malignant Tumor
Clinical relevancies of skin cancer
Clinical relevancies of the head &
neck cancer
Clinical relevancies of the GI tract
cancer
Clinical relevancies of the
Respiratory tract cancer
Clinical relevancies of the Urinary
tract cancer
Clinical relevancies of the
Reproductive system cancer
Clinical relevancies of the Nervous
System cancer
Risk Factors for Cancer Data
sources and trends
Geographic and age distribution
Ten big rank of cancer
Heredity and acquired pre-neoplastic
disorder
Oncogenes and genes that regulate
DNA repair
Cancer suppressor genes and genes
that regulate apoptosis
Molecular Basis of multistep
carcinogenesis, and kariotypic
changes in tumor, and the role of
telomeres in cancer
Viral and microbial carcinogenesis
Chemical and radiation
carcinogenesis Kinetics of tumor cell
Practice:
Minor Surgery
AREA 7
Bersikap
profesional dalam
praktek medis, dan
mendukung
kebijakan
kesehatan serta
Menerapkan
prosedur
keselamatan pasien
D. Pre-assessment
Kuliah
Clinical Skills
Tutorial
Week 1
Topics
Pengantar Blok Neoplasma
Pengantar: Perspektif & Biologi Tumor ,Definisi &
Nomenclature
Karakteristik Tumor Jinak dan Ganas
Relevansi klinis tumor kulit
Relevansi klinis tumor THT
Relevansi klinis tumor Gastrointestinal
Relevansi klinis tumor system pernafasan
Relevansi klinis tumor saluran kencing
Relevansi klinis tumor system reproduksi
Week 2
Strategi
Kuliah
Kuliah
Kuliah
Kuliah
Kuliah
Kuliah
Kuliah
Kuliah
Kuliah
Kuliah
Kuliah
Department
Duration
Pathologi
Pathologi
2
2
Pathology
IKulit kelamin
THT
Bedah
2
2
2
2
2
2
2
Bedah
Bedah
Obsteri &
Gynaecology
Saraf
Obsteri &
Gynaecology
2
2
Topics
Relevansi klinis tumor system saraf
Strategy
Kuliah
Kuliah
Neurology
Department
Kuliah
Pathologi
Kuliah
Pathologi
Kuliah
Pathologi
Kuliah
Kuliah
Pathologi
Pathologi
2
2
Strategy
Kuliah
Kuliah
Kuliah
Pathologi
Pathologi
Pathologi
2
2
2
Kuliah
Kuliah
Kuliah
Kuliah
Kuliah
Kuliah
Pathologi
Pathologi
Pathologi
Pathologi
Pathologi Klinik
Bedah
2
2
2
2
2
2
Kuliah
IKM
Duration
2
2
Week 3
Topics
Histopathology & Cytopathology
Skin tumors and lymphoma
Tumors system Neuromuscular , tulang dan jaringan
lunak
Tumor payudara
Tumors sistem reproduksi wanita
Tumor Saluran nafas
tumor sistem Endokrin
Serologi: tumor marker
Diagnostik Fisik and biopsi: prinsip dan pratek
(tumor spill, Sentinel biopsy)
Endoscopy (gastroscopy, colonoscopy, and
Department
Duration
bronchoscopy)
Week 4
Topics
Prinsip dasar bedah onkologi
Strategy
Kuliah
Kuliah
Department
Bedah
Duration
2
2
Kuliah
Farmakologi
Kuliah
Radiologi
Kuliah
Radiologi
Kuliah
Kuliah
IKM
IKM
2
2
Week 5-7
Topics
Strategy
PLENARY DISCUSSION
PREPARING EXAMINATION
EXAMINATION
F. Fasilitas
Department
Duration
Fakultas kedokteran UMY memiliki fasilitas penunjang proses belajar mengajar. Fasilitas
tersebut adalah :
1. 3 Amphitheater untuk perkuliahan dilengkapi dengan komputer/notebook & LCD
proyektor, audio recorder, internet
2. 15
ruang
tutorial
untuk
diskusi
kelompok
kecil
dengan
kapasitas
12-15
H. Learning Resources
Text Book
SUPLEMEN
BLOK NEOPLASMA
Dalam modul penyakit tropis ini terdapat 5 skenario termasuk 1 skenario in english yang
harus didiskusikan oleh mahasiswa dalam waktu 5 minggu. Setiap skenario diselesaikan dengan
dua kali pertemuan selama satu minggu.
Mahasiswa akan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari
sekitar 10 mahasiswa dan dibimbing oleh satu orang tutor sebagai fasilitator. Dalam diskusi
tutorial perlu ditunjuk satu orang sabagai ketua diskusi dan satu orang sebagai sekretaris, di
mana keduanya akan bertugas sebagai pemimpin diskusi. Ketua diskusi dan sekretaris ditunjuk
secara bergiliran untuk setiap skenarionya agar semua mahasiswa mempunyai kesempatan
berlatih sebagai pemimpin dalam diskusi. Oleh karena itu perlu difahami dan dilaksanakan peran
dan tugas masing-masing dalam tutorial sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Sebelum diskusi dimulai tutor akan membuka diskusi dengan perkenalan antara tutor
dengan mahasiswa dan antara sesama mahasiswa. Setelah itu tutor menyampaikan aturan main
dan tujuan pembelajaran secara singkat. Ketua diskusi dibantu sekretaris memimpin diskusi
dengan menggunakan 7 langkah atau seven jumps untuk mendiskusikan masalah yang ada
dalam skenario. Seven jumps meliputi :
1. Mengklarifikasi istilah atau konsep (Clarifying unfamiliar terms)
2. Menetapkan permasalahan (Problem definition)
3. Menganalisis masalah (Brainstorming)
4. Menarik kesimpulan dari langkah 3 (Analyzing the problem)
5. Menetapkan Tujuan Belajar (Formulating learning issues)
6. Mengumpulkan informasi tambahan/belajar mandiri (Self Study)
7. Mensintesis/menguji informasi baru (Reporting)
Uraian mengenai langkah-langkah dalam seven jump adalah sebagai berikut :
1. Mengklarifikasi Istilah atau Konsep (Clarifying unfamiliar terms)
Istilah-istilah dalam skenario yang belum jelas atau menyebabkan timbulnya banyak
interpretasi perlu ditulis dan diklarifikasi lebih dulu dengan bantuan, kamus umum, kamus
kedokteran dan tutor.
2. Menetapkan Permasalahan (Problem definition)
Masalah-masalah yang ada dalam skenario diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas.
3. Menganalisis Masalah dengan brainstorming
Masalah-masalah yang sudah ditetapkan dianalisa dengan brainstorming, menentukan
hipotesis secara umum dari permasalahan dalam skenario.
4. Melakukan analisa lengkap dan menarik Kesimpulan dari Langkah 3 (Analyzing the
problem)
Pada langkah ini setiap anggota kelompok dapat mengemukakan penjelasan tentative,
mekanisme, hubungan sebab akibat, dll tentang permasalahan dan menyimpulkan masalahmasalah yang ditetapkan sebagai hipotesis pada step 3.
keterbukaan
dan
kebersamaan
yang
kuat.
Mahasiswa
bebas
UNSATISFACTORY
< 60
SATISFACTORY
60 69,9
GOOD
70 80
DEALING
WITH
WORK
1. Preparat
ion of
task
2. Complet
eness in
performi
ng task
Tidak melaksanakan
tugas dengan baik
(pengumpulan jurnal
tdk sesuai kriteria)
Melaksanakan tugas
dengan baik
(pengumpulan jurnal,
relevan dan valid)
3. Brainsto
rming
task
4. Active
participa
tion in a
group
5. Report
back
terbaru)
Analisa sebab
Analisa sebab
Analisa sebab
akibat/clin.reasoning/pe akibat/clin.reasoning/pe akibat/clin.reasoning/p
nalaran tidak betul
nalaran betul sebagian
enalaran betul semua
Blocking/minimal /
Ikut aktif dalam
Selalu aktif dalam
tidak aktif dalam
sebagian diskusi dan
seluruh proses diskusi
diskusi
baik penyampaian dan
dan baik penyampaian
betul substansinya
dan betul substansinya
Respon / tanggapan
Respon / tanggapan
Respon / tanggapan,
salah, laporan hasil
betul, laporan hasil
laporan hasil belajar
belajar mandiri salah
belajar mandiri betul
mandiri semua betul
sebagian
DEALING
WITH
OTHERS
6. Working
in a
team
7. Listenin
g to
others
Tidak mendengarkan,
berbicara sendiri/sub
diskusi
Mendengarkan
Selalu mendengarkan,
pendapat orang lain dan memperhatikan
merespon
pendapat orang lain
dan selalu
merespon/menanggapi
8. Perform
ance as
a chair
of a
group
Tidak mempunyai
kemampuan memimpin
diskusi (dlm hal
pemerataan, menegur
bl ada yang
mengganggu,
mengarahkan pada
tujuan belajar)
Tidak mampu
merangkum diskusi
(tujuan belajar) dan
membuat skema hasil
Kemampuan
memimpin diskusi
cukup (dlm hal
pemerataan, menegur
bl ada yang
mengganggu,
mengarahkan pada
tujuan belajar)
Merangkum hasil
diskusi (tujuan belajar)
dan membuat skema
sudah betul tapi belum
9. Summar
izing
discussi
on
Kemampuan
memimpin diskusi
bagus (dlm hal
pemerataan, menegur
bl ada yang
mengganggu,
mengarahkan pada
tujuan belajar)
Merangkum hasil
diskusi (tujuan
belajar) dan membuat
skema sudah betul dan
diskusi
sistematis
sistematis
Respon negative
terhadap feedback,
tidak ada peningkatan
pada pertemuan
berikutnya
11.Giving
Tidak memberi
feed
masukan pada
back
teman/pimpinan
diskusi/tutor
12.The
Tidak menyadari
ability to kekurangan, tidak
reflect
berusaha dan tidak ada
perubahan perbaikan
Respon positif
terhadap feedback, ada
peningkatan pada
pertemuan berikutnya
Respon positif
terhadap feedback,
ada peningkatan
bermakna pada
pertemuan berikutnya
Memberi masukan
pada teman/pimpinan
diskusi/tutor (semua)
13.Dealing
with
appoint
ment
14.Being in
time
DEALING
WITH ONE
SELF
10.Dealing
with
feed
back
Memberi masukan
pada teman/pimpinan
diskusi/tutor (sebagian)
Menyadari kekurangan,
mau berusaha dan
sudah ada perubahan
perbaikan
Menyadari
kekurangan, berusaha
keras dan ada
perubahan perbaikan
yang bermakna
Menepati janji pada
hasil belajar nampak
ada perubahan
perbaikan bermakna
Tepat waktu
SKENARIO TUTORIAL
Skenario 1
Seorang wanita berusia 38 tahun datang dengan suatu benjolan pada payudara
kanan dan kadang terasa nyeri. Ada riwayat keluarga yang punya penyakit serupa.
Pemeriksaan fisik menunjukkan suatu benjolan bulat teraba padat pada kuadran
dalam atas dari payudara kanan. , berbatas tidak tegas , terfiksasi dengan jaringan
diibawahnya. Tidak ada cairan dari puting dan tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi
aksila.
Diskusikan kasus di atas dengan langkah seven jumps !
Skenario 2
Seorang wanita 40 tahun datang ke dokter dengan keluhan
keputihan yang tak kunjung sembuh, akhir-akhir ini disertai darah
terutama sehabis berhubungan badan. Dilakukan pemeriksaan
inspekulo, tampak serviks uteri berbenjol dengan ulkus,
Skenario 3
Laki-laki 74-tahun pensiunan datang dengan keluhan kencing berdarah Dia juga
menderita gangguan kencing, sering buang air kecil terutama pada malam hari, dan air kencing
menetes setelah buang air kecil. Dia merasa luar biasa lelah dan kehilangan nafsu makan.
Pemeriksaan colok dubur mengungkapkan pembesaran prostat dan teraba keras
Scenario 4
Seorang wanita 46 tahun datang ke dokter dengan keluhan
kesulitan buang air besar yang tak kunjung sembuh, akhir-akhir ini
tinja disertai darah terutama ketika buang air besar. Dilakukan
pemeriksaan colok dubur, tak ditemukan kelainan, disarankan
pemeriksaa laboratorium .
Scenario 5 ( In English)
A 45-year-old comes to a community health center with a blocked nose, often
secreting blood which sometimes comes trough throat. The symptoms are accompanied
by a marble-sized lump on the right neck which is painless when it is pressed. The right
ear sometimes buzzes and the hearing is decreased. He is a heavy smoker. He ever
went to see a doctor and was given antibiotic but there was no improvement.
He is very worried with his condition because he is the breadwinner in the family
with 2 children and his wife does not work. He is then recommended to have a fineneedle-aspiration biopsy and the cytologiy examination reveals positive result.
Discuss the above case with the seven jumps!
REFERENCES
Ed, Lipincot
2. Juan Rosai, MD, , Ackerman`s Surgical Pathology Ed MosbySt Louis London Philadelphia
Sydney Toronto
APPENDIX
NAME OF LECTURER
Department
A. General Comprehension
1. dr. Agus Suharto, SpPA
2. dr. Agus Suharto, SpPA
Pathology
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Duration
Elearning(2)
2
2
2
2
Surgery
Obsteri &
Gynaecology
2
2
Neurology
Pathology
Dermato &
venerology
ENT
Surgery
Internal
Medicine
1
2
TOPIC OF LECTURE
B. Epidemiology of Cancer
1.
Public
Health
2.
Pathology
2.
Pathology
D. Pathology of tumors
1.
Pathologi
2.
Pathologi
3.
4.
Pathologi
Pathologi
2
2(elearning)
Tumor payudara
Tumors sistem reproduksi wanita
5.
Pathologi
6.
Pathologi
7.
Pathologi
8.
Pathologi
Pathology
2.
3.
Clinical
Pathology
Surgery
4.
Internal
Medicine
5.
Radiology
2
2
Medicine
3.
Pharmacology
4.
Prof.Dr.dr.Maesadji T,
Sp.Rad.K.Onk
Radiology
PSKI
PSKI
1
1
1.
2.
G.
Islamic Medicine
Dr Titik Hidayati M. Kes
Dr Sagiran Sp. B M. Kes.
Topik
1.
Tumor Payudara
2.
3
4
5
6
7
8.
9.
10.
Departmen
Pathologi
Waktu
(Jam)
2,5
2,5
Pathologi
Pathologi
Pathologi
Pathologi
Pathologi
Pathologi
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
Pathologi
2,5
Pathologi
2,5
25 Jam = 0.75 kredit unit
1.
2.
3.
4.
5.
BAGIAN
PATHOLOGI ANATOMI & HISTOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
MATERI PRAKTIKUM
1. . TUMOR PAYUDARA
1. Fibrocystic change
2. Fibroadenoma of the breast
3. Phyloides Tumor
4. Gynecomartia
5. Paget`s Disease
6. Breast Carcinoma
.
2. TUMOR GENETALIA FEMININA
1. Condiloma accuminata
2. CIN
3. Cervical Carcinoma
4. Endometrial hiperplasia
5. Endometrial carcinoma
6. Dermoid Cyste
7. Mucinous cystadenocarcinoma of the ovary
8. Hydatifor mole
9. Choriocarcinoma
3. TUMOR GENETALIA MASCULINA
1. Squamous cell carcinoma
2. Seminoma
3. Teratoma testis
4. Benigna prostat hyperplasia
5. Adenocarcinoma of prostate
6. Renal cell carcinoma
7. Wilm`s
4. . TUMOR GASTROINTESTINAL DAN HATI
1. Adenomatous Polyp
2. Adenocarcinoma colon
3. Carcinoid tumor
4. Liver Metastase`s adenocarcinoma
5. Hepatocellulare carcinoma
6. Pleomorphic adenoma
5 .TUMOR SALURAN NAFAS
1. Polyp nasi
2. Leukoplakia
3. Nasopharyngeal carcinoma
4. Bronchogenic carcinoma
5. Bronchoalveolar carcinoma
6. Carcinoid Tumors
7. Mesothelioma
6. TUMOR KELENJAR ENDOKRINE DAN LYMPHOMA
1. Somatotropic Adenoma
2. Prolactinoma
3. Adenoma of the thyroid
4. Adenocarcinoma papillary of Thyroid
5. Adenocarcinoma`s pancreas
6. Non Hodgkin`s Lymphoma
7. Hodgkin`s Lymphoma
7. TUMOR SARAF
1. Schwanoma
2. Meningioma
3. Retinoblastoma
4. . Ependymoma
5. oligodendroglioma
8. TUMOR MESENCHYMAL (TULANG DAN JARINGAN IKAT)
1. . Osteoma
2. Synovial sarcoma
3 Osteosarcoma
4. Ewing sarcoma
5. Chondrosarcom a
6. Giant cell tumor
7. Fibroma
8. Fibrosarcoma
9. TUMOR MESENCHYMAL (LEMAK, OTOT, PEMBULUH DARAH)
9. Lipoma
10. Liposarcoma
11. Leiomyoma
12. Leiomyosarcoma
13. Rhabdomyosarcoma
14. Hemangioma Kapillary
15. Ganglion Cyst
16. Benigna Fibrous histiocytoma
17. Malignant Fibrous Histiocytoma
10. SKIN`S HISTOLOGY AND TUMOR
1. Seborheic keratosis
2. Fibroepithelial polyps
3. Papilloma
4. Intradermal pigmented nevi
5. Basal cell carcinoma
6. Squamous cell carcinoma.
7. Malignant melanoma
PRAKTIKUM KE 1
PATHOLOGY ANATOMIC
1. MASTOPATHIA KRONIKA KISTIKA(Lesi fibrokistik)
Lesi ini penting karena frekeunsinya banyak, dan mungkin dapat menjadi
karsinoma . Kausa yang pasti tidak diketahui, namun mungkin faktor hormonal ikut
berperan, yaitu hormon estrogen yang berlebihan. Dapat terjadi bilateral, dengan usia
antara 25-45 tahun, jarang ditemukan pada masa setelah menopause. Berdasarkan
proliferasinya oleh PAGE dibagi menjadi: Page I (lesi tanpa proliferasi epitel) , Page II
(lesi dengan proliferasi tanpa atipi sel), Page III ( lesi proliferasi dengan atipi ).
Klinik:
Wanita 35 tahun, dengan benjolan sebesar rambutan pada payudara kiri, mudah
digerakkan dari sekitarnya. Seluruh benjolan diangkat.
Makroskopik:
Jaringan ukuran 4x3,5x3 cm tak berkapsul, konsistensi kenyal Penampang putih
dengan bercak-bercak kuning dan beberapa kista kecil-kecil.
Mikroskopik:
perbesaran lemah dan kuat
- Tampak jaringan payudara dengan proliferasi duktuli kelenjar, sebagian sampai
papilar.
- Duktuli ada yang melebar kistik berisi massa merah homogen.
- Tampak epitel duktus yang mengalami metaplasi apokrin.
- Jaringan fibrosa interlobuler bertambah.
- Di antara tubuli kelenjar dijumpai sebukan limfosit.
2.FIBROADENOMA PAYUDARA
Pengertian umum :
Merupakan tumor jinak yang terdiri atas epitel kelenjar dan jaringan ikat yang terjadi
pada kelenjar payudara. Bersimpai dengan permukaan licin dan mudah digerakkan.
Tumor tampak sebagai masa berkapsul, kenyal padat, lobular, biasanya multipel.
Penampang putih, melendir. Tumor banyak dijumpai pada wanita remaja dan dewasa
muda.
Perempuan 20 tahun, Indonesia, sejak 6 bulan terdapat tumor sebesar telur merpati
pada mammae sinistra di atas papilla mammae. Permukaan licin, lepas dari sekitarnya.
Makroskopis :
Yang diterima untuk diperiksa adalah 2 buah jaringan masing-masing sebesar jagung
dan kemiri. Simpai baik, penampang putih , konsistensi keras.
Mikroskopis Perbesaran Lemah dan Kuat :
Jaringan tumor berbentuk lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen atau jaringan
miksomatous, mengandung saluran-saluran berdinding epitel. Saluran-saluran tersebut
ada yang bulat (perikanalikuler), ada yang berbentuk celah yang memanjang dan
bercabang-cabang (intrakanalikuler).
3. Phyloides Tumor
Clinical information:
A 35 year old female was admitted to the hospital because she had been feeling a lump in
her right breast. On palpation the lump is felt rubbery solid and mobile. She underwent
operation, and the specimen was sent to pathology lab.
Gross examination:
A firm mass, 13 cm in diameter, sharply demarcated from surrounding tissue,
encapsulated. The cut surface is smooth, grayish white.
Macroscopic:
A firm encapsulated mass.
Microscopic picture:
Phyloides Tumor in appearance the proportion of benign glandular element and stromal
connective tissue hipercellularity . Cellular stroma without atypical feature concetrated in
periductal areas.
4. Gynecomartia
A 25 year old male was admitted to the hospital because she had been feeling a lump in her right
breast. On palpation the lump is felt rubbery solid and mobile. She underwent operation, and the
specimen was sent to pathology lab.
Gross examination:
A firm mass, 3 cm in diameter, sharply demarcated from surrounding tissue,
uncapsulated. The cut surface is smooth, grayish white .
Macroscopic:
A firm solid mass.
Microscopic picture:
Microscopic change are related to the duration tend to have a prominent stromal
fibrosis. Cases of short duration tend to have prominent hiperpastic epithelial component
and stromal edema. In cases of long duration have prominent stromal fibrosis.
5. Paget`s Disease
A 45 year old male was admitted to the hospital because she had been feeling eczema like lesion
are centered in the nipple. She underwent operation, and the specimen was sent to pathology lab.
Gross examination:
A mass, 3 x 1 x 0.4 cm in , not clearly demarcated from surrounding dermis, .
Macroscopic:
tumbuh
PRAKTIKUM KE 2
Wanita 30 tahun dengan keluhan timbul massa berbejol-benjol seperti pial ayam jantan
pada kemaluannya sejak 15 hari. Dilakukan biopsy oleh Dokter Spesialis Obsgin hasil kirim PA.
Makroskopis.
Jaringan pecah belah + 3 cc sebagian tampak papiler konsistensi lunak
Mikroskopis
Pada pertumbuhan papiler dilapisan sel epitel skuamousa ditemukan adanya sel-sel coilocytosis
2. CIN 2
Wanita, 70 tahun, dengan leukorrhoe, sejak 2 tahun yang lalu, dan terjadi prolapsus uteri, , pada
bagian cervik dijumpai permukaan putih agak keras, periksa ke Dokter Obsgin pada inspikulo
tampak serviks erosi dan berbejol-benjol Dilakukan biopsi cervik.oleh Dokter Spesialis Obsgin,
hasil kirim PA.
Makroskopis.
Jaringan pecah belah + 1/2 cc coklat sebagian tampak rapuh sebagian konsistensi kenyal.
Mikroskopis Perbesaran Lemah :
Epitel gepeng berlapis yang menebal, dengan proliferasi sel-sel basal bervariasi sampai setengah
tebal lapisan epitel tersebut.
Mikrokopis Perbesaran Kuat :
Perhatikan bentuk sel-sel basal, dengan inti relatif lebih besar dan kromatin agak kasar, mitosis
fisiologis pada beberapa sel.
3. Karcinoma serviks
Karsinoma servix uteri infiltrasi difus oleh masa tumor yang meluas dari ectocervix
sampai canalis cervicalis. Sebagian besar tumor adalah karsinoma epidermoid.
Makroskopis karsinoma epidermoid dikenal dalam 3 bentuk: ekskavasi dengan
ulkus, nodular-papilar (eksofitik/"bloom kool"), dan infiltrasi mendatar (endofitik).
Wanita, 60 tahun, dengan leukorrhoe, sejak 2 tahun yang lalu, dan sejak 1minggu ini
keluar disertai darah, pada, periksa ke Dokter Obsgin pada inspikulo tampak serviks
erosi dan berbejol-benjol rapuh dan mudah berdarah Dilakukan biopsi cervik. Uteri
oleh Dokter Spesialis Obsgin, hasil kirim ke laboratorium Patologi Anatomi.
Makroskopis.
Jaringan pecah belah + 3/4 cc coklat sebagian tampak rapuh sebagian konsistensi
kenyal.
Mikroskopis Perbesaran Lemah :
Tampak epitel gepeng berlapis cerviks yang menebal dan sebagian telah menjadi tumor
solid infiltrative pada stroma jaringan ikat. Sel tumor atipi daj polimorfi dengan mitosis
cukup. Diteumak keratinisasi individual serta jembatan interseluler.
Mikrokopis Perbesaran Kuat :
Sel-sel tumor bulat, oval dan spindle,atipia dan polimorfi dengan inti hiperkromatis serta mitosis
patologis cukup
4.HIPERPLASIA GLANDULARIS KISTIKA ENDOMETRII
Merupakan penebalan abnormal dari endometrium. Banyak terjadi pada wanita menjelang
menopause. Hiperplasi ini disebabkan karena hiperestrogenisme relatif atau absolut, obesitas,
tumor ovarium dengan hiperfungsi hormon, intake estrogen dari luar, sindroma SteinLeventhal. Mikroskopis pada hiperplasi ringan menunjukkan kelenjar-kelenjar dilatasi kistik
(swiss cheese hyperplasi). Keadaan lebih lanjut disebut hiperplasi adenomatosa, dan yang
paling berat adalah hiperplasi atipi. Stroma mengandung sinusoid vaskular melebar dengan
dinding tipis, sehingga sering terjadi perdarahan abnormal. Sering terjadi bersama dengan
leiomioma.
Klinik:
Wanita 44 tahun dengan keluhan sejak 2 bulan ini mengalami menometrorrhagi.
Pemeriksaan planotest negatif. Dilakukan kuretase untuk diagnostik. Hasil kuretase berupa
jaringan pecah belah coklat kehitaman campur bekuan darah + 10 cc.
Mikroskopik:
perbesaran lemah
- Terlihat kelenjar endometrium yang berproliferasi.
- Kelenjar-kelenjar mempunyai lumen yang berlainan besarnya, diantaranya tampak
pelebaran lumen sampai kistik.
- Stroma endometrium padat dan selular.
- Terlihat pula sebukan limfosit dalam stroma endometrium.
perbesaran kuat
- Kelenjar dalam keadaan tidak bersekresi.
- Di sana-sini terlihat sel-sel epitel kelenjar yang lebih dari satu lapis (stadium proliferasi).
5. ADENOKARSINOMA KORPORIS
UTERI
Kebanyakan terjadi pada usia 55-65 tahun, jarang pada usia < 40
tahun. Beberapa Faktor risiko di antaranya adalah obesitas, diabetes melitus,
hipertensi, infertil, serta pemberian estrogen dari luar tergantung durasi dan
dosisnya.
Risiko lain adalah hiperplasi endometrium. Makroskopis
merupakan masa dalam kavum uteri, konsistensi lunak sampai rapuh, dapat
meluas sampai dinding serosa, kemudian ke peri uteri, selanjutnya
metastasis limfogen dan ke organ lain. Gejala klinis yang dapat dijumpai
adalah leukorrhea, atau perdarahan ireguler pada paska menopause.
Klinik:
Wanita G0P0Ab0 usia 50 tahun dengan 3 bulan menometrorrhagi. Pada
pemeriksaan dalam, o.u.e terbuka, keluar darah dan jaringan kehitaman. Uterus
sebesar kepalan tinju. Dilakukan histerektomi supravaginalis
Makroskopik:
Jaringan uterus ukuran 10x9x8 cm dengan cervix tampak tenang. Pada cavum
uteri tampak massa rapuh yang melekat pada endometrium. Dari massa ini
dibuat preparat PA
Mikroskopik:
perbesaran lemah dan kuat
- Terlihat tumor epitelial jenis adenokarsinoma yang tumbuh papilar
- Sel-sel tumor sebagian infiltrasi ke dalam, menembus tunika muskularis
- Sel-sel polimorfi, inti hiperkromatik dengan mitosis sedikit
6. Kista dermoid (teratoma matang kistik)
Teratoma mengandung unsur-unsur yang mewakili lebih dari satu lapisan
germinal. Kira-kira 90% mengalami diferensiasi ektodermal. Teratoma
kebanyakan jinak, hanya sedikit yang menjadi teratoma imatur . Kira-kira 80%
terjadi pada usia 20-30 tahun. Biasanya unilateral, meskipun dapat juga bilateral.
Perubahan menjadi ganas biasanya hanya salah satu unsur jaringan,
kebanyakan berupa karsinoma sel skuamosa.
Klinik:
Wanita 55 th, dengan kiste indung telur, unilokuler isi massa seperti mentega dan
rambut.
Makroskopis.
kista monolokular dengan dinding yang tipis. Lumen berisi rambut dan bahan
sebaseus berwarna kekuningan. Pada bagian yang padat dapat ditemukan
jaringan dewasa yang berasal dari ektodermal, endodermal, atau mesodermal,
misalnya: kulit, epitel, tulang, kartilago dan gigi.
Mikroskopik:
perbesaran lemah dan kuat
- Dinding kista dilapisi epitel gepeng berlapis.
- Di bawahnya terlihat jaringan yang asalnya dari berbagai tipe jaringan, yaitu :
- jaringan ikat
- jaringan syaraf
- jaringan lemak
- kelenjar peluh dll.
Klinis :
Seorang wanita 60 tahun dirawat di rumah sakit akibat pembesaran perut dalam tiga tahun
terakhir. Bagian perut berfluktuasi. Dia menjalani operasi dan spesimen dikirim ke laboratorium
patologi.
Makroskopis:
Sebuah kista ovarium diameter 23 cm, permukaan halus, dengan konsistensi padat dan kistik.
Penampang potongan tampak multilocular dengan kista diisi oleh bahan mucinous. Di beberapa
bagian ditemukan jaringan yang solid dan nekrotik.
Mikroskopis :
Tumor kistik dibatasi oleh,, sel kolumnar tinggi tak bersilia , sel-sel tampak atipik dan polimorfi
dan sebagian proliferasi sel tampak padat. Sebagian tumor dengan pola papiler dan solid,
infiltrative pada jaringan di sekitarnya dan kapsul dari kista. Inti sel dengan kromatin inti
irregular dan menonjol. Mitosis banyak ditemukan.
8.Mola Hidatidosa
Khas ditandai oleh pembengkakan progresif dari stroma villi choriales yang
berhubungan dengan hilangnya atau gagalnya perkembangan sistema vaskular janin
dan disertai proliferasi trofoblas pada berbagai tingkatan. Corpus uteri tampak
membesar dengan dinding yang tipis dan lunak. Pada pembelahan cavum uteri terisi
oleh gelembung-gelembung menyerupai anggur. Gelembung-gelembung ini adalah
villi choriales yang membengkak kistik. Pada mola parsial masih tampak sebagian
plasenta yang normal
Pembengkakan sel sebagai manifestasi pertama pada hampir semua bentuk jejas
pada sel, sebagai akibat pergeseran air dari ekstraseluler ke dalam sel karena
mekanisme gangguan pengaturan ion dan volume disebabkan kehilangan ATP. Bersifat
reversibel dan biasanya tanpa dampak fungsional yang berarti. Dahulu disebut juga
sebagai degenerasi albuminosa / degenarasi parenchymatosa / degenarasi bengkak
keruh / cloudy swelling. Secara makroskopis lebih tampak nyata pada seluruh alat
tubuh bila menyerang seluruh sel organ, menyebabkan organ kepucatan, turgor dan
berat organ bertambah.
Klinis :
Seorang wanita berusia 35 tahun dirawat di rumah sakit karena pendarahan vagina . Sekitar tiga
tahun lalu ia menjalani kuretase karena pendarahan juga. Sekarang dia dilakukan kuretase dan
hasilnya dikirim ke laboratorium patologi Anatomi.
Makroskopis:
Jaringan pecah belah + 20 cc sebagian besar bergelembung.
Mikroskopis :
Menunjukkan villi koriales dibatasi oleh sel syncitiotrophoblast dan sel sititrophoblastic dengan
proliferasi ringan sel sitotrofoblas. Pada bagian tengah stroma mencair(degenerasi
8.koriokarsinoma
Tumor ganas yang sangat agresif, berasal dari epitel khorion, atau yang lebih jarang
berasal dari sel tutipotensial di dalam gonad atau tempat lain. Kejadiannya meningkat
pada usia < 20 tahun, dan meningkat lagi pada usia 40 tahun atau lebih. Kira-kira 50%
khoriokarsinoma timbul dari mola hidatidosa, kira-kira 25% timbul setelah abortus, dan
sisanya timbul setelah kehamilan normal. Kadar HCG darah dan urin pada
khorikarsinoma lebih tinggi dari mola hidatidosa. Penyebaran tumor kebanyak an
melalui vasa darah, menyebar ke paru , vagina, otak, hati dan ginjal.
Klinik:
Wanita, 34 tahun dengan riwayat : Pernah mengeluarkan gelembung-gelembung
mola, sesudah itu tidak ada perdarahan. Kemudian haid tidak teratur lagi dan
lamanya 10-15 hari.. Lima bulan kemudian penderita mengeluarkan darah
pervagiman.
Dilakukan
kerokan
dan
hasil
kerokan
menunjukkan
khorioepithelioma. Kemudian dilakukan histerektomi.
Makroskopik:
Uterus 10x8x6 cm lunak, pada penampang tampak bagian hitam, rapuh dengan
bercak-bercak perdarahan.
Mikroskopik:
perbesaran lemah
- Terlihat adanya jaringan myometrium, jaringan nekrotik dan bekuan darah.
- Di antaranya ada jaringan tumor yang terdiri atas sel-sel besar baik dengan inti
gelap maupun yang agak jernih.
Perbesaran kuat
- Sel-sel besar dari jaringan tumor tersebut jelas terdiri atas sel-sel sitotrofoblast
maupun sincitiotrofoblast dan menunjukkan gambaran polimorfi, dengan
banyak mitosis, di antaranya ada yang patologis
- Kelompok-kelompok sel ini dapat ditemukan baik bebas dalam darah maupun
menempel pada atau di dalam jaringan nekrotik.
Yang terpenting: adanya sel-sel tumor yang menempel atau infiltrat di antara
myometrium.
Ovarium
No. sediaan
: SG-7a
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan pada
a. Ovarium lengkap :
-
bawah epitel
-
ii.
iv.
Ovocytus
Zona pellucida
Corona radiata
: Sg-10
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan
: a.
cellula ciliata
cellula nonciliata
Placenta
No. Sediaan
: SG-17
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan pada
berisi :
jaringan mesenchym
pembuluh darah
c. septum intervillosum : darah ibu mengisi celah antara pars fetalis dan pars maternalis
PRAKTIKUM KE 3
1. TUMOR GENITALIA MASCULINA
1. Karsinoma epidermoid /Squamous cell carcinoma
Laki-laki 50 tahun. Ulkus di penis, pinggir keras, tidak rata dengan dasar berbenjol-benjol, keras
dan tertutup oleh pus. Sekitar ulkus ada abses yang kecil-kecil yang mengeluarkan pus.
Mikroskopis Perbesaran Lemah :
Terlihat epidermis menebal tak teratur. Pada suatu tempat epitel menjalar ke dalam dengan
susunan yang sudah lain dari pada normal. Dibawah epidermis terlihat sarang-sarang yang
terdiri atas : terluar sel yang basofil, semakin dalam semakin jernih, di bagian sentral tampak
kemerah-merahan dengan susunan yang konsentris yang menyerupai mutiara. Terlihat jaringan
ikat dengan sel-sel infiltrasi bulat dan kecil, juga terlihat ruangan dengan berbagai bentuk.
Mikroskopis Perbesaran Kuat :
Susunan lapisan basal tidak teratur kalau dibandingkan yang normal. Terdapat sel-sel polomorfi,
terlihat banyak mitosis, di lapisan atas masih tampak intercellular bridge (jembatan antar sel).
Terlihat bahwa bentuk sel-sel ini dengan sel-sel basal dari epitel berlainan, terlihat juga banyak
mitosis.
Kedalam lagi : ada masa merah dengan susunan yang konsentris, sisa-sisa dari inti, kadangkadang masih terlihat bayang-bayang dari sel-sel. Kedalam : sel-sel kurang membesar,
sitoplasma jernih.
Stroma banyak sel-sel infiltrat terdiri atas sel-sel : lekosit eosinofil, limfosit, lekosit
2SEMINOMA TESTIS
Merupakan tumor testis yang paling sering dijumpai (kira-kira 40% dari neoplasma testis),
berasal dari epitel germinativum atau epitel tubulus seminiferi. Tumor ini cenderung
tumbuh cepat sebagai masa yang besar, berwarna putih keabuan., namun masih dibatasi oleh
selubung tunika vaginalis. Tumor ini bersifat radiosensitif.
Klinik:
Laki-laki 30 th, dengan pembesaran testis kanan yang dirasa sejak 2 bulan, waktu
diperiksa testis kanan diameter 7 cm tidak sakit. Setelah dioperasi jaringan dikirim ke PA
Makroskopik:
Pada pengirisan nampak tumor putih keabu-abuan, batas tegas konsistensi keras.
Mikroskopik:
perbesaran lemah
Terlihat tumor solid terdiri dari sel-sel bulat uniform, tumor tersusun dalam bidang-bidang
yang terpisah oleh jaringan ikat fibrous yang mengandung limfosit
perbesaran kuat
Tumor tersusun atas sel yang menyerupai spermatogoneum. Sitoplasma cukup, pucat
dengan inti besar bulat tercat pucat, yang tersusun solid terpisah dari jaringan ikat yang
mengandung limfosit. Mitosis jarang. (Tumor menyerupai disgerminoma ovarii).
3. Teratoma testis
Teratoma mengandung unsur-unsur yang mewakili lebih dari satu lapisan germinal.
Kira-kira 90% mengalami diferensiasi ektodermal. Teratoma kebanyakan jinak,
hanya sedikit yang menjadi teratoma imatur . Kira-kira 80% terjadi pada usia 20-30
tahun. Biasanya unilateral, meskipun dapat juga bilateral. Perubahan menjadi
ganas biasanya hanya salah satu unsur jaringan, kebanyakan berupa karsinoma sel
skuamosa.
Klinik:
Laki-laki 55 th, dengan massa kistik ditestis kiri
Makroskopis
Kista isi massa seperti mentega dan rambut.
Mikroskopik:
perbesaranlemah dan kuat
- Dinding kista dilapisi epitel gepeng berlapis.
- Di bawahnya terlihat jaringan yang asalnya dari berbagai tipe jaringan, yaitu :
- jaringan ikat
- jaringan syaraf
- jaringan lemak
- kelenjar peluh dll.
4. HIPERPLASIA KELENJAR PROSTAT
Kelainan ini sering dijumpai pada dekade 5, dan kejadiannya meningkat dengan
makin bertambahnya usia. Penyebab utamanya tidak diketahui dengan pasti,
namun diperkirakan faktor hormonal sangat berpengaruh, antara lain androgen dan
estrogen. Dihidrotestosteron yang merupakan metabolit aktif testosteron , diduga
sebagai mediator
pokok hiperplasia prostat.
Hormon
estrogen diduga
menyebabkan jaringan prostat lebih peka terhadap pacuan dihidrotestosteron.
Hiperplasi prostat sering menyebabkan obstruksi uretra. Gejala klinis yang dapat
dijumpai adalah kesulitan mengawali, mempertahankan dan menghentikan kencing,
retensi urin, disuria, mengejan waktu kencing, kadang disertai nokturia,
Klinik:
Laki-laki 62 th datang ke bagian bedah dengan keluhan kencing tidak lancar.
Keluhan ini dirasa mulai 4 bl yang lalu dengan sulit kencing disertai mengejan
makin lama makin berat. Waktu diperiksa nampak vesica urinaria membesar
penuh dengan urine, waktu dikateter urine dapat keluar. Dilakukan pemeriksaan
rectal toucher ternyata prostat membesar noduler, dilakukan prostatectomi.
Makroskopik:
Diterima jaringan diameter 5-7 cm berkapsul berbenjol -benjol konsistensi padat,
penampang putih dengan bagian -bagian spongius bila ditekan keluar cairan seperti
santan.
Mikroskopik:
perbesaran lemah
Tampak asinus-asinus kelenjar dengan ukuran besar kecil, sebagian kistik isi
masa merah.
perbesaran kuat
Tampak epitel acinus sebagian proliferasi, sebagian nampak bentukan
pseudopapilar sampai papilar, umumnya asinus dilapisi epitel kolumner selapis.
Stroma merupakan jaringan myoepitel yang nampak bertambah dan mengandung
sebukan radang kronis.
5.
Pria 70 tahun, dengan retensi urine. Pada toucher prostat membesar, keras dan berbenjolbenjol. Pada waktu operasi prostat tidak dapat diangkat seluruhnya
Makroskopik:
Jaringan terpecah belah seluruhnya 3 cc, keras kenyal, warna putih.
Mikroskopik:
perbesaran lemah
- Di dalam sediaan terlihat pertumbuhan tumor epitelial yang tidak teratur dengan
gambaran tubuler sampai padat/solid.
- Terlihat banyak adanya infiltrasi sel-sel tumor ke dalam jaringan otot polos
- Otot polosnya sendiri sembab
perbesaran kuat
- Pertumbuhan tumor epitelial di atas nyata terdiri atas sel-sel dengan inti besar dan
mengandung sitoplasma sedikit
- Sel-sel tumor satu sama lain tidak sama besarnya
- Di dalam salah satu pembuluh limfe terdapat pertumbuhan sel-sel tumor (harap dicari
pada pertengahan sediaan).
Juga di bagian yang terletak di bawah epitel urethra terdapat sel-sel tumor yang permeasi di
dalam lumen pembuluh limfe.
6. ADENOKARSINOMA RENIS (HYPERNEPHROMA)
Merupakan tumor ganas yang berasal dari tubulus ginjal. Dikenal juga sebagai renal cell
carcinoma, tumor Grawitz, hypernephroid tumor, tubular carcinoma, clear cell
adenocarcinoma, alveolar carcinoma dsb. Merupakan 80-90% dari tumor ginjal ganas.
Banyak terjadi pada dekade 5-7, dan laki-laki 2 kali lebih banyak dari wanita. Nama
hypernephroma berasal dari Grawitz (1883), karena tumor ini dianggap berasal dari sisa sel
adrenal ginjal. Makroskopis tampak sebagai masa besar, , berlobul, agak bulat, berwarna
kuning (mengandung lemak), sebagian berkapsul, dan mengandung banyak pembuluh darah.
Biasanya terletak di kutub atas ginjal, tumbuh ekspansif , dan menekan parenchym ginjal
disekitarnya. Pada penampang tampak daerah perdarahan dan nekrosis. Bila makroskopis
berwarna putih, biasanya jenis granular atau anaplastik. Gejala klinis yang paling sering
adalah hematuria.
Klinik:
Laki-laki 60 tahun terdapat benjolan pada perut bagian kiri bawah sejak 5 bulan yang
lalu, benjolan makin besar dan sakit tekan, penderita kadang hematuria (intermitent).
Berat badan menurun. Durante operationum : tumor retro peritoneal berbenjol-benjol
Makroskopik:
Tumor diameter 15x10x7 cm sebagian menyatu dengan ginjal tersimpai.
Mikroskopik:
- Tampak jaringan tumor yang tersusun solid/padat sebagian kistik ada yang tubular
dengan sedikit sekali stroma jaringan ikat yang vaskular. Pembuluh-pembuluh darah
dilatasi.
- Sel tumor besar-besar dan berbentuk polygonal, kuboid dan kolumner.
- Sitoplasma banyak, granular eosinofil, bervacuola, berbuih dan kadang-kadang jernih.
Sel-sel yang bervacuola mengandung lipid.
7..
Klinik:
Bayi, 2 tahun, + 6 bulan perut membesar dan di sebelah kanan teraba benjolan sebesar
kelapa-gading, kenyal. Pada pemeriksaan pielografi ginjal kanan tidak berfungsi sama
sekali, sedang ginjal kiri baik.Ginjal kanan diangkat
Makroskopik:
Tampak tumor menyatu dengan ginjal, warna abu-abu lunak meluas dari cortex ke
medulla, banyak didapat daerah perdarahan dan nekrose
Mikroskopik:
perbesaran lemah
Terlihat gambaran tumor yang terdiri atas 2 macam elemen:
bagian sarcomatous, nampak sebagian jaringan ikat dengan sel-sel atipi umumnya
bulat
bagian epitelial dengan bagian-bagian tubuler dan bagian yang padat/solid dengan
sel-sel atipi, polimorfi dan mitosis banyak.
perbesaran kuat
Bagian jaringan mesenkhimal ternyata suatu jaringan sarkoma yang telah mengalami
deferensiasi dan sel-sel terdiri atas sel-sel yang bulat dan pada bagian ini ditemukan:
banyak pembuluh darah dan bagian-bagian perdarahan
mitosis banyak ditemukan.
terlihat pula bagian-bagian yang degenerasi sampai nekrotis
NB. Tulang rawan dan otot polos kadang-kadang didapatkan pada jaringan tumor seperti ini.
1. Testis
No. Sediaan
: SG-2
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan pada perbesaran lemah :
capsula testis : berkumpul pada mediastinum testis
tunica albuginea : textus connectivus fibrosus tebal
tunica vasculosa : di bawah tunica albuginea, penuh pembuluh darah
tubulus seminifer convolutus
ductuli efferentes : lumen penuh spermatozoa
interstitium : di antara tubulus seminifer convolutus
Perhatikan pada perbesaran kuat :
1. Tubulus seminifer convolutus
Pada dindingnya dapat dibedakan 2 jenis sel :
a. Gametocyti, sesuai dengan tahap perkembangannya dikenal :
-
spermatogonium
spermatocytus primarius
spermatocytus secundarius
spermatidium
spermatozoon
3. Interstitium
dengan sel
penghasil
hormon
androgen
dinamakan :
nucleus bulat
2. Glandula prostata
No. Sediaan
: SG-4
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan typus kelenjar : tubulualveolaris composita.
Capsula : - membentuk septa
mengandung : - jaringan ikat padat
- otot seran lintang
Alveolus : perhatikan disini
Otot polos
PRAKTIKUM KE IV
Makroskopik:
Jaringan usus sepanjang 30 cm pada pertengahan usus menebal (12 cm dari salah satu
ujung). Setelah dibelah didapatkan massa tumor menonjol ke dalam lumen dengan
permukaan ulserasi, rapuh, sirkular, sepanjang 5 cm. Penampang tumor putih keabuan, tebal
2 cm, hampir mencapai tunika serosa.
Mikroskopik:
perbesaran lemah dan kuat
- Tampak tumor epitelial kelenjar yang telah infiltrasi sampai ke lapisan otot polos.
- Sel tumor sebagian besar tersusun tubular sebagian papilar.
- Sel tumor atipi, polimorfi, inti hiperkromatik, dengan mitosis cukup.
3. Carcinoid tumor.
Klinis :
Laki-laki 50 tahun dating dengan keluhan diare kronis kadang disertai darah. Dilakukan
colonoscopy dan ditemukan benjolan soliter multiple. Dilakukan biopsy material kirim PA
Makroskopis:
Jaringan diameter 2 mm coklat kenyal.
Mikroskopis:
Jaringan mukosa colon, pada submukosa ditemukan sarang-sarang tumor struktur tubuler sampai
solid. Sel-sel tumor ukuran relative kecil dengan inti hiperkromatis dan sitoplasma sedang
sampai cukup. Mitosis tidak jelas adanya.
Klinik:
Pria 72 tahun dengan pembesaran hati, berbenjol-benjol, keras. Dilakukan biopsi melalui
laparatomi percobaan.
Mikroskopik:
perbesaran lemah dan kuat
- Jaringan hati dengan sarang-sarang tumor epithelial struktur tubuler dan papiler.
- Sel-sel tumor atipi, polimorfi, bentuk bulat sampai poligonal. Sitoplasma cukup
banyak. Inti hiperkromatik dengan kromatin yang tidak teratur.
- Mitosis banyak ditemukan.
- Tampak bagian nekrosis dan fibrosis.
daripada wanita. Kebanyakan mengenai usia > 70 tahun, namun dapat juga terjadi pada usia
muda dan anak-anak. Ada 3 jenis karsinoma hati yaitu:
a. karsinoma hepatis hepatoselulare (80%)
b. kholangiokarsinoma ( karsinoma saluran empedu intra hepatal)
c. campuran a dan b (jarang)
Klinik:
Pria 32 tahun dengan pembesaran hati, berbenjol-benjol, keras. Dilakukan biopsi melalui
laparatomi percobaan.
Mikroskopik:
perbesaran lemah dan kuat
- Seluruh jaringan hati telah menjadi tumor
- Sel-sel tumor atipi, polimorfi, bentuk bulat sampai poligonal. Sitoplasma cukup
banyak. Inti hiperkromatik dengan kromatin yang tidak teratur.
- Mitosis banyak ditemukan.
- Tampak bagian nekrosis dan fibrosis.
7. Pleomorphic adenoma.
Pengetian umum :
Tumor jinak, tumbuh lambat, paling banyak ditemukan di antara tumor kelenjar liur,
tersering mengenai kelenjar parotis, 9 kali lebih sering dari pada submandibuler dan
jarang pada kelenjar sublingual, dapat saja terjadi pada semua kelenjar liur. Tumor tak
nyeri lebih sering pada wanita biasanya usia 40 60 % . Berkapsul tapi dapat ditemukan
pertumbuhan menembus capsul dan sering kambuh setelah diangkat dan menjadi invasif,
serta destruktif dan menjadi ganas, dalam hal ini tidak berkapsul lagi. Jika mengenai saraf
otak VII dapat timbul paralisis fasialis. Atau menimbulkan nyeri jika mengenai saraf ke
V. Pada perabaan ditemukan bagian-bagian yang keras dan lunak/ cystic. Secara
mikroskopis tampak gambaran yang saling bercampur. Taampak susunan seperti kelenjarkelenjar, daerah seperti berlendir, jaringan seperti tulang rawan, jaringan seperti limfoid,
jaringan seolah-olah tak bercampur jaringan yang berasal dari ectoderm dan mesoderm
sehingga disebut tumor campur / mixed tumor. Tapi dengan pulasan khusus tampak
bukan berasal dari jaringan embrional melainkan hanya dari jaringan ektodermal atau
epitelial yaitu sel yang disebut sel myoepitel. Banyak terjadi pada laki-laki.
Klinis:
Penderita perempuan 13 tahun, Indonesia. Tumor pada glandula submandibularis, konsistensi
keras.
Makroskopis :
Penampang jaringan tumor putih mengkilat, konsistensi kenyal.
2. LINGUA
Latihan ini terutama ditujukan untuk melihat papillae
Papilla vallata dan organum gemma gustatoria
Sediaan : SD-5; Pewarnaan H E
Perhatikan pada perbesaran lemah :
- papilla vallata dikelilingi sulcus papillae
- epithelium squamosum stratificatum noncornificatum
- lamina propria : jaringan ikat longgar
- gemma gustatoria pada dinding sulcus papillae
- tunica muscularis otot seran lintang
- glandula serosa (VON EBNER) : di antara serabut otot, bermuara dalam sulcus papillae
Perhatikan pada perbesaran kuat :
- gemma gustatoria pucat, berpadatan, di antara sel epitel, berbentuk ovoid. Di permukaan
epitel tampak lobang muara, dinamakan porus gustatorius.
- berbagai jenis sel
* cellula gustatoria : agak gelap, langsing; sel ini dilengkapi microvilli. Ini sel indera.
* cellula sustentacularis : sel penunjang, pucat, bulat atau fusiformis,
mengapit sel indera, berpadatan di bagian luar.
* cellula basalis
n.b.: Papilla Filiformis dan Papilla Fungiformis
Sediaan : SD-6; Pewarnaan H E.
3 OESOPHAGUS
Sediaan : SD-7; Pewarnaan H.E.
Diperlihatkan penampang melintang.
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat :
- tunica mucosa
*epithelium stratificatum squamosum non cornificatum
*lamina propria : jaringan ikat longgar
tela submucosa jaringan ikat
- tunica muscularis
tersusun. sebagai stratum circulare dan stratum longitudinale, diantaranya terdapat plexus
myentericus
4. PYLORUS/ DUODENUM
Sediaan : SD-11; Pewarnaan H E
Diperlihatkan batas pylorus dan duodenum.
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat
a. tunica mucosa :
*Epithelium columnare simplex foveola gastrica sebagai lekukan dalam.
*Lamina propria : jaringan ikat longgar mengandung -glandula pylorica dan -lymphonodulus.
*Lamina muscularis yang utuh
b. tela submucosa jaringan ikat longgar
c. tunica muscularis : stratum muscularis tebal membentuk m. sphincter pyloricae.
4. Sediaan : SD-11; Pewarnaan H E
Perhatikan :
- tunica mucosa
- epithelium columnare simplex yang memiliki sel-sel berbentuk piala cellula caliciformis crypta
intestinalis lamina propria : jaringan ikat longgar dengan glandula duodenalis lamina
muscularis : terpisah oleh glandula duodenalis
- tela submucosa jaringan ikat dengan glandula duodenalis
- tunica muscularis : otot polos tersusun sebagai
*stratum circulare dan
*stratum longitudinale
Di antara kedua lapisan ada anyaman saraf dinamakan plexus myentericus...
5. HEPAR
1. Lobulus hepatis dan canalis Portalis
Sediaan : SD-17; Pewarnaan H E.
Perhatikan perbesaran lemah dan kuat pada :
a. LOBULUS HEPATIS
- vena centralis : di pusat
- hepatocytus : sel hepar tersusun radial mengelilingi vena centralis.
Sifat-sifatnya :
*bentuk : polygonal
*cytoplasma kemerah-merahan berbutir banyak
*nucleus besar, bulat di pusat, kadang-kadang dalam satu sel terdapat lebih dari
satu.
- vasa sinusoideum : antara deretan sel hepar. Sinusoid ini dilapisi epitel pipih.
b. CANALIS PORTALIS
Ini merupakan daerah di antara lobulus berisi jaringan ikat padat.
Dalam daerah ini dijumpai :
- arteria dan vena interlobularis
- ductus interlobularis bilifer
- ductus lymphaticus
Berkas jaringan ikat padat mengelilingi lobulus
6. GLANDULA SUBLINGUALIS
Sediaan : SD-22; Pewarnaan H E.
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat
- gambaran kelenjar tobulo-acinosa
- lobulus dibatasi jaringan ikat longgar
- bagian kelenjar :
- pars terminalis pelajari di sini
* mucocytus berbentuk piramid cytoplasma jernih, basophilus nucleus pipih, di dasar sel
* serocytus berbentuk piramid atau. bulat cytoplasma berbutir kasar nucleus
bulat atau ovoid di pusat
* myoepitheliocytus
* semiluna serosa (GIANUZZI) seperti bulan sabit
- ductus intralobularis yang memiliki
* epithelium coluxanare simplex : inti bulat di pusat
* myoepitheliocytus
- ductus interlobularis yang memiliki
* lumen lebih besar dilapisi dua lapis sel piramid
* myoepitheliocytus
PRAKTIKUM KE V.
Tumor Siostem Pernafasan
1 POLIP NASI
Pengertian Poli nasi bukan suatu neoplasma. Timbulnya polip nasi berhubungan
dengan proses inflamasi atau alergi. Klinis berupa masa polipoid yang lunak.
hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung dapat mengakibatkan
terbentuknya polip nasi. Pada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang
2. Leukoplakia
Pengertian bercak putih keratosis merupakan lesi premalignant,Ditemukan perubahan
hyperkeratosis, hyperplasia sel epitel skuamous dan perubahan diplasia
Klinis
Pria, 73 tahun dengan keluhan bercak putih di pipi kiri bagian dalam sejak 1 tahun yang lalu.
Mudah berdarah.. Dilakukan pengambilan biopsi oleh unit THT.
Makroskopis :
Jaringan terpecah belah, terdiri atas jaringan sembab, licin, kenyal, putih kemerahan,
Mikroskopis Perbesaran Lemah dan Kuat :
Tampak jaringan yang berlapiskan epitel skuamous yang hyperkeratosis, akantosis dengan
proliferasi sel basal dan pleomorfisme sel dan proliferasi sel sampai tebal epitel. Jaringan ikat
sembab di bawahnya. Di antara jaringan sembab didapatkan sebukan sel radang menahun dan
beberapa lekosit PMNl
5. Bronkogenik karsinoma
Definition
Bronchogenic carcinoma is a malignant neoplasm of the lung arising from the
epithelium of the bronchus or bronchiole.
Pathology
Bronchogenic carcinomas begin as a small focus of atypical epithelial cells within the
bronchial mucosa. As the lesion progresses, the atypia becomes frankly malignant and
the neoplasm grows in size. The neoplasm may grow into the bronchial lumen, along
the mucosa or into the bronchial wall and adjacent lung parenchyma. Eventually the
neoplasm spreads to regional lymph nodes and distant organs such as the liver, brain
and bone. Most bronchogenic carcinomas form a mass in or near the hilus. Some
neoplasms, especially the adenocarcinomas, form a mass in the periphery of the lung.
Refer to Figure 15-42 in your textbook. The following classification scheme represents
the major histologic types of bronchogenic carcinoma. Refer to Table 15-10 in your
textbook.
Pathophysiology
5. KARSINOMA BRONCHIOLOALVEOLAR
Neoplasma epitelial ganas yang berasal dari sel epitel bronchial yang mensekresi
musin dan sel alveolar yang tidak mensekresi musin. Lokasinya biasanya di paru
perifer, berbeda dengan karsinoma bronchogenik yang biasanya lebih ke tengah.
Tidak pernah tumbuh pada bronchus utama. Kejadiannya sangat jarang, kira-kira 25% dari seluruh karsinoma paru primer. Sering bersifat kurabel, dan prognosisnya
baik.
Klinis :
Seorang wanita 65 tahun dikirim ke rumah sakit karena batuk berat, hemoptisis, dan nyeri dada
sejak 6 bulan lalu. Foto dada diambil dan menunjukkan beberapa nodul menyebar pada bagian
perifer paru-paru.
Lobektomi dilakukan dan spesimen itu dikirim ke Laboratorium Patologi.
Mikroskopis gambar:
Spesimen menunjukkan jaringan tumor epitelial papiler, infiltratif ke jaringan sekitarnya. Tumor
tersusun atas, , sel epitel kuboid sampai kolumnar tinggi , yang berbaris di sepanjang alveolar
septa dan masuk ke dalam ruang alveolar membentuk struktur papiler bercabang. Sel tumor
sering mengandung sekresi mucinous berlimpah. Tingkat anaplasia adalah bervariasi, tetapi
beberapa sel berdifferensiasi baik . Ada beberapa mitosis sel abnormal.
6. Tumor karsinoid
Definition
Neuroendocrine neoplasm of low grade malignancy includes typically centrally located Classic
carcinoid (Grade I NEC) and usually peripheral Atypical carcinoid (Grade II NEC).
6. Malignant Mesothelioma
Definition
Malignant tumor of the pleura with a mesothelial origin.
Clinical Features
Usually older adults1
Sometimes familial clustering2
Typically:
o chest pain
o pleural effusion
o lower half of a hemithorax initially
o spread to rest of pleural cavity later
Gross Pathology
Usually multiple gray or white ill-defined nodules in a diffusely thickened pleura (Figs 1
and 2
Histopathology
Neoplastic formations may form:
o papillae (Fig. 3
Seorang pria berusia 75 tahun menderita sesak nafas, nyeri dada, dan penurunan berat badan
sejak 1 tahun lalu. Dia adalah seorang perokok berat rokok sejak ia masih muda. Foto Ro
Dada menunjukkan sebuah massa besar di lobus kanan bawah dari paru-paru.
Lobektomi dilakukan, dan spesimen itu dikirim ke Departemen Patologi.
Mikroskopis gambar:
Spesimen terdiri dari jaringan paru-paru dengan tumor epitel menyebar dan padat, infiltrasi
ke jaringan sekitarnya. Sel-sel tumor atipikal, polimorfik, dengan hyperchromatism atau inti
jelas dan sitoplasma banyak. Jumlah sel mitosis yang abnormal cukup. Di daerah padat, ada
beberapa massa keratin kecil dan jembatan antar sel.
SYSTEMA RESPIRATORIA
CAVUM NASI
Sediaan : SR-1; HE
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat :
a. Vestibulum nasi :
- tunica mucosa
*epithelium squamosum stratificatum non cornificatum.
*membrana basalis
*lamina propria : <>jaringan ikat padat
<>glandula sebacea
<>glandula sudorifera
b. Area respiratoria :
- tunica mucosa :
- epithelium pseudostratificatum ciliatum, diantaranya banyak terdapat cellula
caliciformis (sel piala)
- membrana basalis
- lamina propria:
> jaringan ikat yang mengandung banyak serabut kolagen
> leucocytus
> lymphocytus
> kumpulan jaringan lymphoid
> glandula seromucosa
- concha :
Sepanjang dinding lateral cavum nasi, permukaannya tidak teratur karena adanya 3 tonjolan
tulang yang disebut concha yang berfungsi menghangatkan udara pernafasan, banyak
mengandung plexus venosus (anyaman vena) :
-concha inferior
-concha intermedium.
-concha superior
EPIGLOTTIS
Sediaan: SR-2; H E
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat :
a. Facies lingualis: dataran yang menghadap ke arah lidah
- tunica mucosa:
* epithelium squamosum stratificatum: sel pipih berlapis
* membrana basalis
Bronchus
<>tunica mucosa :
- epithelium :
sel kolumner semu berlapis dengan cilia;
epithelium pseudostratificatum ciliatum
- membrana basalis
- lamina propria :
*textus connectivus elasticus
*nodus lymphaticus
<>tunica musculocartilaginea.
Perhatikan :
- musculus spiralis: otot polos
- cartilago bronchialis : hyalina
<>tunica adventitia: jaringan ikat longgar dengan glandula seromucosa
b. B r o n c h i o l u s r e s p i r a t o r i u s (terminalis):
SR-4; H E
- tunica mucosa :
*epithelium: sel selapis dengan cilia: epithelium colum nare simplex ciliatum
* membrana basalis
* lamina propria : - textus connectivus elasticus
- lymphocytus
- tunica muscularis: otot polos membentuk m.spiralis
- tunica adventitia: jaringan ikat longgar
c. D u c t u s a 1 v e o r a 1 i s :
SR-5; HE
Pada sediaan ini perhatikan :
1. ductus alveolaris :
- epithelium squamosum simplex : sel pipih selapis
- berkas-berkas elastis
- sisa-sisa m.spiralis sebagai otot polos
2. alveolus pulmonaris.
Perhatikan :
- septum interalveolare
- cellula : * respiratoria
* magna atau granularis phagocytus
PRAKTIKUM KE 6
HISTOLOGY SYSTEMA ENDOKRINON
GLANDULA SUPRARENALIS
Sediaan : EN-1; H E
Perhatikan
a. Capsula
b. Cortex dengan zona berbatas jelas
1. zona glomerulosa : terluar
2. zona fasciculata : lapisan tengan dengan spongiocytus
3. zona reticularis : lapisan terdalam Perhatikan sinusoideum
c. Medulla : Perhatikan :
- cellulae chromaffinae yang sebenarnya terdiri atas 2 jenis sel yang pada
sediaan sukar dibedakan, ialah : - epinephrocytus
- norepinephrocytus
- sel saraf simpatis sinusoideum terbentuk oleh kapiler darah
GLANDULA THYROIDEA
Sediaan : EN-2; H B
Perhatikan :
a. Stroma : dengan anyaman kapiler rete capillare folliculare
b. Parenchyma tersusun oleh folliculi
- tidak sama besar
- dinding tersusun oleh sel kuboid
- berisi bahan koloid
Cellulae parafolliculares pada teknik pemulasan sediaan ini tidak tampak.
GLANDULA PARATHYROIDEA
Sediaan : EN-3; H E
a. Textus connectivus memisahkan ini dari glandula thyroidea.
b. Cellula
1. Principalis. Tampak banyak dengan kapiler darah di antaranya. Sel ini
sebenarnya ada 2 jenis tetapi sukar dibedakan.
<>cellula principalis lucida : jernih
<>cellula principalis densa : gelap
2. Oxyphilica atau acidophilica, tersebar di sana-sini, sedikit bersifat acidophillus.
HYPOPHYSIS atau GLANDULA PITUITARIA
Sediaan : EN-4; PAS-Iron Hematoksilin Orange G
Perhatikan :
4.1. Neurohypophysis kebiru-biruan, penuh serabut saraf tanpa myelin, kapiler darah.
4.2. Adenohypophysis terdiri atas
a. Pars intermedia : mempunyai folliculi yang men-gandung bahan koloid
b. Pars distalis tersusun oleh berbagai jenis sel dengan kapiler di antaranya.
Temu-tunjukkan
- cellula chromophobica
- cellula chromophilica terdiri atas cellula acidophilica cellula basophilica di tepi
INSULA PANCREATICA
Sediaan : EN-6; Victoria blue
Perhatikan
insulae yang tampak memucat sebagai pulau-pulau di dalam jaringan pancreas.
a. Cellulae alpha = merah, beta = biru, delta = pucat.
Kerap kali : * cellulae alpha: ditepi pulau
* cellulae beta: dekat sinusoideum
b. Rete capillare : kapiler membentu
secrete two hormones (GH and prolactin being the most common combination), and rarely,
pituitary adenomas are plurihormonal. Pituitary adenomas can be functional (i.e., associated with
hormone excess and clinical manifestations thereof) or nonfunctioning (i.e.,
immunohistochemical and/or ultrastructural demonstration of hormone production at the tissue
level, without clinical symptoms of hormone excess). Less common causes of hyperpituitarism
include pituitary carcinomas and some hypothalamic disorders. Large pituitary adenomas, and
particularly nonfunctioning ones, may cause hypopituitarism as they encroach on and destroy
adjacent anterior pituitary parenchyma.
TABLE 24-1 -- Classification of Pituitary Adenomas
Pituitary Cell Type Hormone
Tumor Type
Associated Syndrome[*]
Corticotroph
Cushing syndrome
Nelson syndrome
Somatotroph
GH
GH cell (somatotroph)
adenoma
Gigantism (children)
Acromegaly (adults)
Lactotroph
Prolactin
Galactorrhea and
amenorrhea (in
females)
Sexual dysfunction,
infertility
Mammosomatotroph Prolactin, GH
Mammosomatotroph
Combined features of GH
and prolactin excess
Thyrotroph
TSH
Hyperthyroidism
Gonadotroph
FSH, LH
Hypogonadism, mass
effects, and
hypopituitarism
Adapted from Ezzat S, Asa SL: Mechanisms of disease: the pathogenesis of pituitary tumors. Nat
Clin Prac Endocrinol Metab 2:200230, 2006.
ACTH, adrenocorticotrophic hormone; FSH, follicle-stimulating hormone; GH, growth
hormone; LH, luteinizing hormone; POMC, pro-opiomelanocortin; TSH, thyroid-stimulating
hormone.
Note that nonfunctional adenomas in each category typically present with mass effects
accompanied by hypopituitarism due to destruction of normal pituitary parenchyma. These
features are particularly common with gonadotroph adenomas.
Pituitary adenomas are usually found in adults, with a peak incidence from 35 to 60 years of age.
They are designated, somewhat arbitrarily, microadenomas if they are less than 1 cm in diameter
and macroadenomas if they exceed 1 cm in diameter. Silent and hormone-negative adenomas are
likely to come to clinical attention at a later stage than those associated with endocrine
abnormalities and are therefore more likely to be macroadenomas. A meta-analysis of autopsy
studies estimates the population prevalence of pituitary adenomas to be about 14%, although the
vast majority of these lesions are incidentally diagnosed microadenomas (pituitary
incidentaloma).[1]
With recent advances in molecular techniques, substantial insight has been gained into the
genetic abnormalities associated with pituitary adenomas[2] (Table 24-2):
GTPase activity will therefore result in constitutive activation of Gs, persistent generation
of cAMP, and unchecked cellular proliferation (see Fig. 24-3). Approximately 40% of
somatotroph cell adenomas bear GNAS mutations that abrogate the GTPase activity of Gs.
In addition, GNAS mutations have also been described in a minority of corticotroph
adenomas; in contrast, GNAS mutations are absent in thyrotroph, lactotroph, and
gonadotroph adenomas, since their respective hypothalamic release hormones do not
mediate their action via cAMP-dependent pathways.
The overwhelming majority of pituitary adenomas are sporadic in nature, and only
approximately 5% of cases arise as a result of an inherited predisposition. Four genes have
been identified thus far as a cause of familial pituitary adenomas: MEN1, CDKN1B,
PRKAR1A, and AIP.[3] Germline inactivating mutations of the MEN1 gene on chromosome
11q13 are responsible for multiple endocrine neoplasia syndrome, type 1 (MEN-1,
discussed in detail below). The gene product of MEN1 is the tumor suppressor protein
menin, and individuals with MEN-1 syndrome develop tumors in multiple endocrine
organs, including the pituitary. Approximately a third of patients with MEN-1 develop
pituitary adenomas, most commonly GH-, prolactin-, or ACTH-secreting tumors. In
contrast, somatic mutations of MEN1 are rare in sporadic pituitary tumors. The gene
product of CDKN1B on chromosome 12p13 is the cell cycle checkpoint regulator p27 or
KIP1; germline mutations of CDKN1B are responsible for a subset of patients with a
MEN-1 like syndrome who lack MEN1 abnormalities.[4] The protein kinase A regulatory
subunit 1 (PRKAR1A) gene on chromosome 17q24 is mutated in patients with Carney
complex, an autosomal-dominant disorder characterized by pituitary and other endocrine
tumors. This gene encodes a tumor suppressor that regulates the activity of protein kinase
A, a downstream mediator of cAMP-dependent signaling. Thus, loss of PRKAR1A protein
function leads to inappropriate activation of cAMP cellular targets, further underscoring the
importance of this second-messenger pathway in pituitary neoplasia. The aryl hydrocarbon
receptor interacting protein (AIP) on chromosome 11q is a recently described pituitary
adenoma predisposition gene. Patients with germline AIP mutations often present with
acromegaly due to an underlying GH-secreting adenoma, and are typically younger (<35
years of age) at the time of diagnosis than sporadic GH adenoma patients.[5] The precise
mechanism by which the AIP protein acts as a tumor suppressor in the pituitary is not
known. Not all persons with germline AIP mutations have a positive family history of
pituitary tumors, as a result of incomplete penetrance. Immunohistochemistry for AIP is
recommended in GH adenomas arising in younger patients, as mutations associated with
adenoma typically cause absence of protein expression. Somatic mutations of these four
genes are rarely encountered in sporadic pituitary adenomas.
Molecular abnormalities associated with aggressive behavior include aberrations in cell
cycle checkpoint genes, such as overexpression of cyclin D1, mutations of p53, and
epigenetic silencing of the retinoblastoma gene (RB1). In addition, activating mutations of
the HRAS oncogene are observed in rare pituitary carcinomas (see below).
TABLE 24-2 -- Genetic Alterations in Pituitary Tumors
Mechanism of Alteration
Pituitary Tumor
Subtype
Gs
Activating mutation
GH adenomas
GH and prolactin
adenomas
Cyclin D1
Overexpression
Aggressive
adenomas
HRAS
Activating mutation
Pituitary carcinomas
Menin[*]
CDKN1B (p27/KIP1)[*]
ACTH adenomas
GH adenomas
Gene
GAIN OF FUNCTION
LOSS OF FUNCTION
Retinoblastoma (RB)
Methylation of RB gene promoter
Aggressive
adenomas
protein
Adapted from Boikos SA, Stratakis CA: Molecular genetics of the cAMP-dependent protein
kinase pathway and of sporadic pituitary tumorigenesis. Hum Mol Genet 16:R80R87, 2007.
ACTH, adrenocorticotrophic hormone; GH, growth hormone.
*
Morphology. The typical pituitary adenoma is a soft, well-circumscribed lesion that may be
confined to the sella turcica. Larger lesions typically extend superiorly through the diaphragm
sella into the suprasellar region, where they often compress the optic chiasm and adjacent
structures, such as some of the cranial nerves (Fig. 24-4). As these adenomas expand, they
frequently erode the sella turcica and anterior clinoid processes. In as many as 30% of cases,
the adenomas are not grossly encapsulated and infiltrate neighboring tissues such as the
cavernous and sphenoid sinuses, dura, and on occasion, the brain itself. Such lesions are termed
invasive adenomas. Not unexpectedly, macroadenomas tend to be invasive more frequently
than smaller tumors. Foci of hemorrhage and necrosis are also more common in these larger
adenomas.
Histologically, typical pituitary adenomas are composed of relatively uniform, polygonal cells
arrayed in sheets or cords. Supporting connective tissue, or reticulin, is sparse, accounting for
the soft, gelatinous consistency of many of these lesions. Mitotic activity is usually sparse. The
cytoplasm of the constituent cells may be acidophilic, basophilic, or chromophobic, depending
on the type and amount of secretory product within the cells, but it is generally uniform
throughout the tumor. This cellular monomorphism and the absence of a significant
reticulin network distinguish pituitary adenomas from non-neoplastic anterior pituitary
parenchyma (Fig. 24-5). The biologic behavior of the adenoma cannot always be reliably
predicted from its histologic appearance. A subset of pituitary adenomas demonstrates brisk
mitotic activity and staining of greater than 3% of the nuclei with the proliferation marker Ki67; these tumors typically also demonstrate extensive nuclear p53 immunoreactivity in the
neoplastic cells, a feature that correlates with the presence of p53 mutations. It is recommended
that adenomas with this profile be classified as atypical adenomas, since these tumors have a
higher propensity for aggressive behavior, including invasion and recurrence.
Clinical Course.
The signs and symptoms of pituitary adenomas include endocrine abnormalities and mass
effects. The effects of excessive secretion of anterior pituitary hormones are mentioned below,
when the specific types of pituitary adenoma are described. Local mass effects may be
encountered in any type of pituitary tumor and have been discussed previously under clinical
manifestations of pituitary disease. Briefly, these include radiographic abnormalities of the sella
turcica, visual field abnormalities, signs and symptoms of elevated intracranial pressure, and
occasionally hypopituitarism. Acute hemorrhage into an adenoma is sometimes associated with
pituitary apoplexy, as was noted above.
With this general introduction to pituitary adenomas, we proceed to a discussion of the individual
types of tumors.
PROLACTINOMAS
Prolactinomas (lactotroph adenomas) are the most frequent type of hyperfunctioning pituitary
adenoma, accounting for about 30% of all clinically recognized cases. These lesions range from
small microadenomas to large, expansile tumors associated with substantial mass effect.
Microscopically, the overwhelming majority of prolactinomas are composed of weakly
acidophilic or chromophobic cells (sparsely granulated prolactinoma); rare prolactinomas are
strongly acidophilic (densely granulated prolactinoma) (Fig. 24-6). Prolactin can be
demonstrated within the secretory granules in the cytoplasm of the cells using
immunohistochemical stains. Prolactinomas have a propensity to undergo dystrophic
calcification, ranging from isolated psammoma bodies to extensive calcification of virtually the
entire tumor mass (pituitary stone). Prolactin secretion by functioning adenomas is usually
efficient (even microadenomas secrete sufficient prolactin to cause hyperprolactinemia) and
proportional, in that serum prolactin concentrations tend to correlate with the size of the
adenoma.
FIGURE 24-6 Ultrastructural features of prolactinomas. A, Electron micrograph
of a sparsely granulated prolactinoma. The tumor cells contain abundant granular
endoplasmic reticulum (indicative of active protein synthesis) and small numbers
of electron-dense secretory granules. B, Electron micrograph of densely
granulated growth hormonesecreting adenoma. The tumor cells are filled with
numerous large, electron-dense secretory granules.
(Courtesy of Dr. Eva Horvath, St. Michael's Hospital, Toronto, ON, Canada.)
Thyrotroph (TSH-producing) adenomas are rare, accounting for approximately 1% of all pituitary
adenomas. Thyrotroph adenomas are a rare cause of hyperthyroidism.
Nonfunctioning pituitary adenomas are a heterogeneous group that constitutes approximately
25% to 30% of all pituitary tumors. Their lineage can be established by immunohistochemical
staining for hormones or by biochemical demonstration of cell type-specific transcription factors.
In the past, many such tumors have been called silent variants or null-cell adenomas. Not
surprisingly, the typical presentation of nonfunctioning adenomas is mass effects. These lesions
may also compromise the residual anterior pituitary sufficiently to cause hypopituitarism. This
may occur as a result of gradual enlargement of the adenoma or after abrupt enlargement of the
tumor because of acute hemorrhage (pituitary apoplexy).
Pituitary carcinomas are quite rare, accounting for less than 1% of pituitary tumors. The
demonstration of craniospinal or systemic metastases is a sine qua non of a pituitary carcinoma.
The majority of pituitary carcinomas are functional neoplasms, with prolactin and ACTH being
the most common secreted products. Metastases usually appear late in the course, following
multiple local recurrences.
3.Adenoma thyroid
Pengertian umum :
Merupakan tumor jinak asal dari jaringan epitel yaitu epitel kelenjar, bersimpai. Kadang-kadang
pada suatu adenoma sel-selnya mengeluarkan sekret sehingga kelenjarnya melebar kistik. Dalam
hal ini tumor tersebut dinamai kistadenoma.
Benjolan di leher sebesar telur ayam teraba kenyal, ikut bergerak pada waktu menelan.
Mikroskopis Perbesaran Lemah / Kuat :
Jaringan tumor yang benigna asal dari epitel kelenjar / berbentuk tubulus, simpai kapsul baik .
Sel-sel : silindris atau kubik, tersusun tubular, inti lebih besar dari normal. Mitosis sulit
ditunjukkan.
4.KISTADENOKARSINOMA PAPILLIFERUM KELENJAR GONDOK
Merupakan keganasan tiroid yang paling banyak dijumpai, kira-kira 70-80% dari semua
keganasan di tiroid. Kejadian pada wanita > dari laki-laki. Kira-kira 50% terjadi pada usia di
bawah 40 tahun, kemudian meningkat lagi pada dekade 6-7. Mungkin berhubungan dengan
riwayat radiasi pada daerah kepala dan leher. Klinis merupakan masa di leher bagian depan,
tidak nyeri, biasanya terfiksir. Kadang kadang tumor primernya kecil, tidak terdeteksi,
sampai didapatkan metastasisnya di kelenjar limfe leher. Tumor ini tumbuhnya sangat
lambat, dan Ten years sturvival ratenya sampai 95%.
Mikroskopis karsinoma papilar kel. tiroid dibedakan dengan karsinoma folikular dari
gambaran inti selnya. Pada karsinoma papilar inti sel jernih (ground glass nuclei).
Karsinoma folikular lebih sering invasi ke pembuluh darah, dan selanjutnya metastasis jauh
ke paru, otak, tulang.
Klinik:
Wanita 30 tahun, sejak 2 tahun di leher terdapat benjolan sebesar telur ayam, konsistensi
keras dan permukaan berbenjol-benjol.
Makroskopik:
Jaringan ukuran 5x4x4 cm, konsistensi kenyal, pada penampang berwarna putih dengan
bagian-bagian yang kehitaman.
Mikroskopik:
perbesaran lemah dan kuat
- Pada bagian tepi sediaan terlihat adanya sebagian dari kelenjar gondok normal,
yang dibatasi oleh jaringan ikat fibrosa sebagai simpai tumor
- Tumor berbentuk kistik, tumbuh papilar dengan dilapisi epitel kubik sampai silindrik
yang bervariasi dari 1 lapis atau lebih
- Sel-sel tumor satu sama lain tidak begitu menunjukkan polimorfi
- Di dalam septum dan simpai dapat ditunjukkan pertumbuhan sel-sel tumor
- Di dalam septum (harap lihat pada bagian tengah dari preparat) terdapat pembuluh darah
yang berisi jaringan tumor yang papiler.
Pendapat:
Karena adanya infiltrasi tumor kedalam pembuluh darah dari simpai, maka diagnosis dari
tumor ini adalah kistadenokarsinoma papilliferum, walaupun sel-sel tumor belum
menunjukkan anaplasia yang menyolok (harap baca text book).
10% show familial aggregation consistent with a genetic susceptibility6 and at least
five such syndromes
Presentation:
o carcinoma of head of pancreas:
progressive jaundice with pain in at least 50%
o carcinoma of body and tail of pancreas:
peripheral venous thrombi in 25%79
may be caused by:
release of tumor necrosis factor, interleukin-1, and
interleukin-6 by macrophages in the stroma
production of substances with a procoagulant activity by
tumor cells10
o sometimes, a distant nodal metastasis (particularly in the supraclavicular region)
is the first manifestation
Significant pancreatitis:
o in 10% of pancreatic or ampullary carcinomas11
o delays diagnosis
Increased incidence of diabetes:
o appears to be a secondary event,12 usually developing shortly after diagnosis of
cancer
o may be related to overproduction of islet amyloid polypeptide by beta cells9
Metastases
o
o
o
Pathogenesis
Risk factors:
o exposure to -naphthylamine or benzidine20
o cigarette smoking5,21,22
o chronic pancreatitis (but causeeffect relationship is difficult to ascertain2224)
o variations in pancreaticobiliary ductal anatomy (lack of a common channel has
been found at autopsy to be associated with microscopic abnormalities of the
ductal epithelium)25
Carcinoma in situ and atypical hyperplasia (now grouped under the term pancreatic
intraepithelial neoplasia or PanIN) are regarded as precursors26 because:
o they are sometimes identified in pancreases years before invasive carcinoma
o molecular genetic analysis shows that they frequently harbor many of the same
genetic alterations present in invasive cancer
o nearly always show telomere shortening27
Structural rearrangements (or loss) of genes on 1p, 3p, 6p, 8p, and 17p seem to be of
importance in pancreatic carcinogenesis28
p53 accumulation in the in-situ component in 67% suggests that this represents an early
genetic event in pancreatic carcinogenesis29
Gross Pathology
Location:
o head of pancreas in two-thirds of patients
o body or tail in one-third
Multiple in 20%
Usually:
o poorly delineated
o firm
o yellowish gray cut surface (Fig. 1
Fig. 1: Gross appearance of typical invasive ductal carcinoma of the head of the
pancreas. The tumor is protruding into the duodenal lumen.
)
Histopathology
Graded into:
o well differentiated
o moderately differentiated
o poorly differentiated
Klinis :
Seorang pria berusia 50 tahun dengan besar, padat, massa menyakitkan, ganda dan lobulated, di
leher, ketiak dan inguinal. Lesi ini melekat pada jaringan sekitarnya. Dia juga menderita demam
dan hepatomegali. Biopsi dilakukan dan spesimen itu dikirim ke Departemen Patologi.
Makroskopik Pemeriksaan:
Sebuah jaringan yang solid dan berkapsul diameter 8 cm, warna putih kecoklatan.
Mikroskopis gambar:
Tumor seluler terdiri atas sel sel ukuran sedang sampai besar dengan beberapa sel ReedSternberg yang tersebar serta lekosit eosinofil dewasa menonjol, histiosit, dan sel plasma. The
Reed-Sternberg sel-sel yang besar dengan , sitoplasma biasanya sedikit eosinophylic dan
memiliki nukleus satu atau lebih dari satu segagian ini besar ganda seperti dibayang
cerminmultilobate atau berinti banyak dengan besar, bulat, nukleolus menonjol. Terutama
karakteristik citra inti seperti bayangan cermin, memberikan gambaran seperti mata burung
hantu . Sejumlah mitosis ditemukan di tumor ini. Nekrosis fokal mungkin ada, tetapi fibrosis
harus minimal atau tidak ada.
3. Mikosis fungoides
Klinis :
Seorang pria berusia 60 tahun menderita plak eritematosa besar dan kulit bersisik umum lesi
sejak setahun lalu. Sebuah biopsi exicisional dilakukan oleh dokter.
Makroskopik Pemeriksaan:
diterima Sebuah jaringan kulit bentuk elips.2x1x0, 5 cm, berwarna coklat dengan sebuah plakat
cokelat di tengah kulit dipotong
Mikroskopis gambar:
Jaringan kulit pada epidermis dan dermis dengan sel T neoplastik. Sel-sel menyerang dalam
epidermis membentuk microabscess Pautrier, atau bahkan lebih sering, untuk berbaris secara
individual sepanjang lapisan basal epidermis.
Sel-sel T memiliki limfosit berukuran kecil atau sedang dengan inti cerebroid, dan kromatin inti
tidak teratur . Sejumlah mitosis dapat ditemukan.
Hasil pewarnaan imunohistokimia:
LCA pewarnaan: positif
CD 3 pewarnaan: positif
CD 20 pewarnaan: Negatif
CD 4 pewarnaan: positif
Mikroskopik:
-
NODUS LYMPHATICUS
Sediaan : SL-1; HE
Perhatikan :
a. capsula : Jaringan ikat ini mengandung :
- serabut-serabut kolagen.
: N-1
Teknik pewarnaan
: HE
Perhatikan
:-
: N-2
: Serabut saraf
Teknik pewarnaan
: HE
Perhatikan
:-
3. Medulla spinalis
No. Sediaan
: N-3
Teknik pewarnaan
: HE
Perhatikan
: Untuk melihat bentuk kasar alat ini, amatilah sediaan dengan mata
biasa. Coba bedakan substantia grisea dari substansia alba.
Dengan perbesaran sangat lemah, carilah :
: N-4
: Serabut saraf
Teknik pewarnaan
: HE
Perhatikan
endoneurium
perineurium
epineurium
: N-5
Teknik pewarnaan
: HE
Perhatikan
: N-6
Teknik pewarnaan
Perhatikan
: Carilah lapisan luar kulit (epidermis yang terwarnai biru tua dan
membatasi papilla corii). Pada papilla ini di bawah lapisan luar,
coba temukan struktur berupa akhiran saraf memanjang yang
: N-7
Teknik pewarnaan
: HE
Perhatikan
7. NERVOUS TUMORS
1. Schwanoma.
Pengertian umum :
Merupakan tumor jinak yang berasal dari sel schwan , berkapsul dan berbatas tegas, soliter.
Letaknya eksentris pada syaraf proksimal atau akar syaraf spinal. Schwannoma ditandai dengan
daerah yang kaya akan sel yang disebut daerah antoni A. Dimana dapat dijumpai focus inti yang
tersusun palisade berjajar seperti kipas yang disebut badan verocay. Selain itu terdapat daerah
yang miskin / sedikit selnya disebut daerah antoni B dengan sel-sel yang tersusun lebih longgar
dengan sel-sel berbuih.
Penderita perempuan 45 tahun, Indonesia, semenjak 1,5 tahun di regio legan bawah terdapat
benjolan sebesar biji kacang.
Makroskopis :
Yang diterima untuk pemeriksaan adalah jaringan sebesar 3,5 x4,5x0,15 cm. Jaringan berwarna
putih melendir, simpai jelas, konsistensi kenyal, penampang putih mengkilat melendir dengan
terlihat seperti serabut.
Mikroskopis Perbesaran Lemah dan Kuat :
Terlihat adanya jaringan jaringan tumor yang erdiri atas sel-sel uniform, tersusun sebagai
berkas-berkas dengan sedikit vaskularisasi dengan inti berjajar seperti kipas (Antoni A) . Berkasberkas ini ada yang dipotong melintang dan ada yang terpotong memanjang . Sel-sel tumor
berbentuk lain tersusun lebih longgar dengan sel-sel berbuih (Antoni B) . Beberapa tempat pada
sediaan Mikroskopis ini menunjukkan edema.
2. . Ependymoma
Definition
Well circumscribed glial tumor with primarily ependymal features (WHO grade II or III).
Clinical Features
59% of primary CNS neoplasms
Prevalence varies with age and location1
In children usually intracranial:
o incidence peaks in first decade
10% of intracranial neoplasms in children:
up to 30% in those <3 years of age
o at least 67% within fourth ventricle:
present with increased intracranial pressure secondary to obstructive
hydrocephalus
In adults usually intramedullary:
o spinal cord:
usually:
fourth and fifth decades of life:
within cervicothoracic segments
most common intramedullary neoplasms of adulthood:
6070% of intramedullary neoplasms1,2
present with:
pain localized to neck or back
o
o
o
o
o
o
Pathogenesis
Female genital tract and mediastinal cases may represent lopsided (i.e. monodermal)
teratomas
Controversy over role of simian virus 40 (SV40)8
Gross Pathology
Tend to be well circumscribed
Often:
o supratentorial examples communicate with ventricular system
o lobar types show:
cystic change
focal calcification8,9
o posterior fossa lesions:
tend to be anchored to floor of fourth ventricle
show focal calcification
May exploit CSF exit foramina to escape fourth ventricle:
o can encircle medulla and cervical spinal cord
Intramedullary variants:
o
o
Histopathology
Dense meshwork of fibrillary cytoplasmic processes:
o condense, collar-like, about stromal blood vessels
o formations are known as perivascular pseudorosettes (Fig. 1
in filar region12
3.. oligodendroglioma(
Definition
Diffusely infiltrative glial tumor with predominantly oligodendroglial features.
Clinical Features
Characteristically:
o young and middle-aged adults
o cerebral hemisphere localization:
principally frontal and temporal lobes
o protracted preoperative history of intermittent seizures or headache
Pathogenesis
Named for resemblance of constituent cells to native oligodendrocytes:
o assumed derivation from native oligodendrocytes or oligodendroglia progenitors
unproven
May involve neoplastic transformation of glial progenitor of oligodendroglia and a subset
of astrocytes:
o could explain frequency with which oligodendrogliomas are colonized by tumor
cells showing transition to fibrillary astroglial morphology2,3
Gross Pathology
Exceptionally arise below tentorium
No part of CNS is immune:
o accounts of:
leptomeningeal4,5 and retinal origin6
oligodendroglioma-like proliferations in association with AVMs7,8
oligodendroglioma arising adjacent to meningioangiomatosis9
Usually:
o mainly within white matter at operation
o extension into overlying cortex
Histopathology
Soft graypink tissue:
o often a gelatinous consistency due to accumulation of myxoid matrix materials,
which may:
show cystic change
contain palpably gritty or rock-hard foci of dense calcium deposition
Vulnerability to artefactual cytoplasmic dissolution:
o accounts for histologic presentation as:
permeative or
sheet-like proliferations of uniform, small round nuclei surrounded by
optically clear halos (Fig. 1
Perinuclear halos:
o deceptive artefacts (along with nuclear shrinkage and oligodendrocyte-like
rounding):
imposed on astrocytomas and other nonoligodendroglial neoplasms by
common practice of ultrasonic tumor aspiration
inspect manually resected specimens for histologic subclassification
Often intensely GFAP-positive mini-gemistocytes:10,11
o may harbor inclusion-like, whorled intracytoplasmic bodies of filamentous
substructure (Fig. 2
pada bayi usia dibawah satu tahun hampir selalu berupa bentukan masa yang terbatas, pada
anak usia lebih dari satu tahun, tumor ini biasanya sudah menyebar..
Klinis :
Anak laki-laki 8 bulan dengan gejala mata kanan nampak membesar dan lebih menonjol
dibanding mata kiri sejak 2 bulan yang lalu.
Makroskopik :
konsistensi lunak, dengan area hemorrhagi dan nekrosis.
infiltrasi ke jaringan sekitarnya dengan metastase.
Mikroskopik :
Jaringan terdiri dari sel-sel bulat/oval dengan inti yang relatif besar dan hiperkhromatis
sel-sel tersusun sebagai roset.
7. Meningioma
Pengertian Umum :
Tumor jinak, tumbuh lambat menunjukkan bukti morfologi atau immunophenotypic berasal
dari sel meningothelial.
Gambaran klinis :
Dapat terjadi pada semua usia , terbanyak ditemukan pada usia dewasa muda sampai dewasa tua.
wanita > laki-laki ( terutama pada medulla spinalis )
Multifocal terkait dengan tipe 2 (saraf pusat ) neurofibromatosis ( NF - 2 )
o genetik lokus kromosom 22q12
o meningioma di masa kecil atau remaja harus dilakukan investigasi untuk NF 2, juga contoh
familial diluar klasik NF 2797. Gambaran Meningioma konvensional biasanya jinak
dan tumbuh lambat. Terjadinya Lokal kambuh kembali terutama karena kegagalan pengobatan
Jika agresif dapat menyebar melalui CSF atau melewati extraneural seperti : paru, hati, tulang,
dan limfonodi.
Makroskopik
Biasanya padat, lobulated , atau massa bulat melekat pada dura mater .
Mikroskopis:
Jaringan tumor lobuler sebagian struktur melingkar seperti konde, tersusun atas sel-sel bulat,
oval dan spindle.
6. Ganglion Cyst
Pengertian Umum :
Lesi kistik jinak akibat degenerasi myxoid dan pelunakan fibrosis dari jaringan ikat kapsul sendi
atau tendon sheat.
Gambaran klinis:
Terkait dengan terlalu sering menggunakan pergelangan tangan dan jari (Overuse)
Mungkin riwayat cedera sebelumnya
Terjadi disekitar: sendi , tidak biasa pada selubung tendon
Lokasi: paling sering: daerah dorsal carpal tangan
kedua yang paling sering pada permukaan volar pergelangan tangan, superfisial dan medial
arteri radialis. Juga pada permukaan volar jari ,distal sendi metacarpophalangeal. di dorsum kaki
di sekitar pergelangan kaki dan lutut dan di berbagai persendiandaerah ligamen tulang belakang
Dapat menyebabkan:
o nyeri
o kelemahan
o cacat sebagian dari sendi
o perubahan tulang
o kompresi saraf peroneal biasa terjadi pada fossa poplitea, mengakibatkan rasa sakit atau
kelumpuhan kaki (drop foot)
Klinis laki-laki 18 tahun dengan gejala benjolan pada pergelangan tangan kanan nampak
membesar dan lebih menonjol sejak 3 bulan yang lalu ,kadang terasa nyeri sejak 2 bulan yang
lalu. Dilakukan operasi hasil kirim PA.
Makroskopik : lesi kistik pada daerah dorsal karpal tangan mendedsak menuju permukaan antara
tendon ekstensor indicis proprius dan ekstensor karpi radialis
Jaringan kistik berisi massa jernih seperti jelly.
.
Mikroskopik :
Jaringan berupa ruangan kistik dengan dinding terdiri dari jaringan ikat padat tanpa lapisan
sinovial
MESENCHYMAL TUMORS I
8. MESENCHYMAL (BONE & IBROUS) HISTOLOGY AND TUMORS
1. . Osteoma
Pengertian umum :
Merupakan tumor jinak asal dari jaringan mesoderm yaitu terdiri atas jaringan tulang /
osteoblast.
Menurut bentunya dibagi 2 jenis :
1. Osteoma durum = Osteoma compactum.
Jaringan osteoma tersebut padat dan keras. Misal pada tulang
tengkorak dan dapat menonjol ke dalam rongga tengkorak / orbita.
2. Osteoma spongiosum.
Yaitu osteoma yang lebih lunak dan berongga rongga. Tumor ini tidak
mengganggu secara klinis dan diangkat berdasarkan alasan kosmetik atau
jika menyebabkan efek penekanan lokal.
Klinis
Laki-laki 25 tahun, dengan benjolan pada mandibula sejak 2 tahun yang lalu. Dioperasi, hasil
dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi.
Mikroskopis Perbesaran Lemah dan Kuat :
Tampak trabekula tulang kompakta dengan sedikit osteosit berwarna kebiru-biruan.
3. OSTEOSARCOMA
Pengertian umum :
Tumor ini berasal dari sel mesenkim, yang ditandai dengan diferensiasi osteoblastik dari sel
neoplasma atau pembentukan langsung osteoid oleh sel tumor. Merupakan tumor ganas
tulang primer yang paling sering ditemukan. Disebut juga Sarkoma Osteogenik. Frekuensi
tertinggi antara usia 10 - 20 tahun, pria lebih sering terkena daripada wanita. Bila ditemukan
di atas usia 40 tahun, biasanya berhubungan dengan penyakit Paget. Lokalisasi paling
banyak ialah pada metafisis tulang panjang, terutama ujung distal femur, ujung proksimal
tibia, ujung proksimal humerus. Osteosarkoma yang biasa, berlawanan dengan varian
juxtakortikal (parosteal atau yang berasl dari permukaan luar tulang), osteosarcoma timbul
sentral dan dalam perkembangannya meluas serta menyebuk jaringan di sekitarnya.
Klinik:
Laki-laki 16 tahun, Indonesia, pada tungkai bawah, di bawah patella terdapat pembengkanan
yang cepat menjadi besar. Kulit di atas pembengkakan ini mengkilat dengan vena yang
membesar. Permukaan pembengkaan ini disertai dengan adanya rasa nyari.
X-foto : tumor telah mengadakan kerusakan-kerusakan berat pada bagian atas tibia.
Mikroskopik pembesaran lemah :
jaringan tumor yang mengandung banyak pembuluh-pembuluh darah rambut di dalam
jaringan tumor terdapat daerah kecil yang nekrotis dan mengalami perdarahan. jaringan
tumor terdiri atas sel-sel tumor yang sangat polimorfi, yaitu :sel-sel bulat ,sel-sel fusiform,
sel-sel besar dengan inti satu/lebih
Terlihat adanya jaringan tulang rawan atau jaringan tulang, mitosis cukup banyak.
Mikroskopik pembesaran kuat :
bentuk polimorfi dari sel-sel tumor lebih jelas sel-sel raksasa tumor mempunyai inti satu
atau lebih
jumlah inti tidak begitu besar dan inti-inti dari sel-sel raksasa ini satu sama lain tidak sama
besar dan bentuknya. di antaranya terdapat mitosis yang patologis pembuluh-pembuluh
darah rambut di dalam jaringan tumor ini mempunyai diding endotel sel-sel tumor langsung
menempel pada dinding itu kadang-kadang lapisan endotel ini tidak terlihat, dan
kelihatannya seolah-olah dinding pembuluh darah rambut terdiri dari sel-sel tumor saja.
(mudah dimengerti betapa mudahnya terjadi perdarahan di dalam tumor).
Pengertian umum :
Tumor ini mempunyai perjalanan klinis yang bervariasi. Beberapa tumor meskipun secara
histologi jinak tapi bermetastase secara dini meskipun insidennya sangat kecil. Kebanyakan
tumor ini tak agresif dan dapat diobati dengan curetase tapi kira-kira 50 % akan kambuh lagi,
dapat menjadi lebih buruk, bahkan dapat bermetastase. Tumor ini banyak mengandung sel
raksasa. Usia penderita lebih 20 tahun, dan insidennya lebih banyak pada wanita. Pertumbuhan
tumor berawal dari epifisis dan secara progresif meluas kearah luar, dapat mencapai persendian
meskipun tidak menimbulkan erosi. Oleh karena itu tumor ini dapat menimbulkan deformitas
seperti pentungan pada ujung tulang panjang ( Club like deformaty). Lokasi tersering di ujung
tulang panjang terutama femur bagian bawah.
Penderita laki-laki 32 tahun, Indonesia.
Anamnesa : adanya benjolan bawah lutut kiri sebelah samping luar, yang terasa sesudah jatuh,
sesudah jatuh lagi 2 bulan kemudian bagian tersebut di atas membengkak dan memberi rasa
nyeri.
Inspeksi : Benjolan sebesar telur ayam dengan batas tidak tegas, warna kebiru-biruan.
Palpasi : Terasa lebih panas dan sekitarnya sakit tekanan.
Pada operasi ternyata ada pembengkakan pada ujung atas tibia yang mengandung ruang berisi
massa berwarna coklat dan abu-abu, kuat dan rapuh dengan fokus perdarahan dan nekrosis.
Mikroskopis Perbesaran Lemah :
Yang kelihatan menyolok sekali adalah adanya sel-sel raksasa yang banyak sekali. Sel-sel
raksasa tersebut tidak sama besar dan bentuk, mempunyai inti sedikit sampai banyak yang
tersusun mengelompok ditengah. Di antara sel-sel raksasa ini terdapat jaringan tumor dengan
banyak pembuluh darah kapiler dengan bagian-bagian yang mengalami perdarahan.
Mikroskopis Perbesaran Kuat :
Ternyata diantara sel-sel raksasa terdapat sel-sel bulat dengan inti bulat, kira-kira sebesar inti sel
raksasa. Di samping itu terdapat sel-sel tumor berbentuk fusiform.
Mitosis tidak ditemukan.
2. Synovial sarcoma
Synovial sarcoma is rare and aggressive soft tissue sarcoma that appears as deep, painless,
slowly growing masses. Most frequently the tumor affects the legs, especially the knees, and the
arms. Less frequently, this disease develops in the trunk, head and neck region, or the abdomen.
Although synovial sarcoma does not have a clearly defined cause, genetic factors are believed to
influence the development of this disease. Cells in these tumors are usually characterized by the
presence of a translocation involving chromosomes X and 18. This translocation is specific to
synovial sarcoma and is often used to diagnose this cancer. Although this condition generally
affects adults, about 30% of reported cases occur in children and adolescents.
Definition
Malignant mesenchymal tumor with variable dual, epithelial and mesenchymal spindle cell
differentiation.
Clinical Features
Typically children and young adults1
Location:
o typically about:
knee joint
ankle joint27
May:
o
o
recur locally
metastasize distantly, particularly to:
lung
lymph nodes
incidence 1015%
Pathogenesis
Suggested that synovial sarcoma is not differentiating toward synovial structures as
traditionally believed but toward true epithelium:
o should therefore be viewed as primary carcinoma (or carcinosarcoma) of soft
tissue1921 arising from:
epithelial rests, or
more likely, mesenchymal tissues that have undergone epithelial
metaplasia
Gross Pathology
Usually:
o well-circumscribed
o firm
o grayish pink (Fig. 1
Often:
focal calcification:
may be detected radiographically22
o grows close to:
joints
tendon sheaths
bursae
Extremely rare:
o invasion of:
joint space
synovial membrane
o
Histopathology
Classically biphasic form (Fig. 2
usually:
gland-like spaces lined by cuboidal (synovial-like) or columnar
cells
can be:
usually:
hypercellular
relatively monotonous appearance
may be:
hyalinization
calcification:
calcifying synovial sarcoma if marked22 (Figs 6 and 7
clear34
Ultrastructurally:
o epithelial areas have features of true glandular epithelium (Fig. 9
4. Ewing sarcoma
Ewing's sarcoma,
Compared to osteosarcoma, Ewing's sarcoma can arise more frequently from the diaphyseal (dyAFEE-seal) area, also called the shaft of bones, see figure 2. Although, Ewing' sarcomas arise
from elsewhere in the bone with almost equal frequency. Ewing's sarcoma is more commonly
found in flat bones compared to osteosarcoma.
How does Ewing's sarcoma spread to other parts of the body?
Tumour cells can break away from the primary tumour and enter the blood supply or lymphatic
(lim-FAT-ick) system. These tumour cells can travel to other parts of the body where they can
form new tumours called secondary tumours or metastases (met-AS-tasis). The tumour can also
spread through the bone.
Lungs,
Other bones.
Bone marrow
12. Chondrosarcoma
Definition
Malignant cartilage-producing mesenchymal neoplasm which is varied morphologic
types: conventional and variant types including clear cell, mesenchymal, myxoid and
dedifferentiated. Conventional chondrosarcoma is subdivided by location into central, peripheral,
and juxtacortical (periosteal) forms.
Clinical Features
Two major categories on basis of microscopic criteria:
o conventional chondrosarcoma
o chondrosarcoma variants
Conventional Chondrosarcoma
Chondrosarcoma Variants
Clear Cell Chondrosarcoma
Mesenchymal Chondrosarcoma
Pathogenesis
Chondrosarcoma Variants
Dedifferentiated Chondrosarcoma
Mesenchymal Chondrosarcoma
Proposed to be:
o neoplastic caricature of embryonal endochondral osteogenesis10
o morphologic type of bone tumor polyhistioma:11
malignant neoplasm with small round basic cells that differentiate into
various mesenchymal structures and sometimes even epithelial tissues
Gross examination:
A large solid encapsulated mass was found within the left ovary specimen. The mass
measured about 10cm in diameter. On cut surface, the tumor is white, lobulated, and sometime
with myxoid changes.
Microscopic picture:
The mesenchymal tumor composed of closely packed spindle stromal cell aranged in
feather-stitched or storiform pattern, surrounded by complete fibrous capsule. Hyaline bands
and edema maybe present. The tumor cells are monomorphic, without any abnormal mitoses.
8. Fibrosarcoma
Definition
Malignant, collagen-forming non pleomorphic, fibroblastic cell tumor, mainly of adulthood, with
spindle cells organized in fascicle in a herringbone pattern.
Clinical Features
Any age:
o mainly adults
o occasionally congenital14
Arises from superficial and deep connective tissues such as:
o fascia
o tendon
o periosteum
o scar
Slow or rapid growth
Gross Pathology
Often well circumscribed5 (Fig. 1
Usually soft
May contain areas of:
o necrosis
o hemorrhage
Histopathology
If well-differentiated:
o easily recognized as fibroblastic (Fig. 2
Perhatikan :
Chondrocytus masih berbentuk fusiformis (seperti kumparan), tersebar dalam matrix yang
homogen. Jaringan ini dibungkus oleh lapisan jaringan ikat fibrous disebut perichondrium.
2. Cartilago hyalina
No. Sediaan : C-2a
Organ yang dipakai : Trachea
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan :
Daerah pars cartilaginea trachea
<>Perichondrium terdiri atas :
*stratum fibrosum di luar, berserabut banyak.
*stratum chondrogenicum atau stratum cellulare, di sebelah dalam, mengandung
banyak sel.
<>Chondrocytus
*di pusat, sel berbentuk bundar atau ovoid. Seringkali dua sel atau lebih
berkelompok, membentuk aggregatio cellularis.
*di bagian permukaan, sel lebih pipih, dengan sumbu panjang sejajar dengan
permukaan, terletak di dalam lacuna cartilaginea.
<>Matrix cartilaginea dapat dibedakan:
*substantia fundamentalis car tilaginea (substansi dasar), warna kebiru-biruan
seperti kaca.
*matrix territorialis cellularis tampak lebih biru, mengitari lacuna cartilaginea.
*matrix interterritorialis, di antara lacuna.
3. Cartilago hyalina
No. Sediaan : C-2b
Organ yang dipakai : Trachea
Teknik pewarnaan : Metilen-biru
Perhatikan :
Matrix cartilaginea (matriks teritorial, interteritorial & kapsula) berwarna ungu kemerahan (sifat
metakromasi), struktur lain berwarna biru sesuai dengan zat pewarna.
4. Cartilago elastica
No. Sediaan : C-3
Organ yang dipakai : Daun telinga
Teknik pewarnaan : Hematoksilin (Verhoeff)
Perhatikan :
Susunan kartilago ini mirip dengan cartilago hyalina, dengan perbedaan, bahwa cartilago elastica
mengandung serabut elastis di dalam matriks. Serabut tersebut pada teknik pewarnaan yang
spesifik Hematoksilin-Eosin (Verhoeff) berwarna ungu kehitam-hitaman, sedangkan matriks dan
serabut kolagen berwarna merah.
: CT-2
: Funiculus umbilicalis
Teknik pewarnaan
: (HE)
Perhatikan
Substansia
intercellularis
homogen
dengan
fibrae
: CT-3
: Mesenterium
Teknik pewarnaan
: Toluidin Biru
Perhatikan
:-
Pembuluh
darah
kapiler
dengan
endotheliocytus
dan
: CT-7
: Ligamentum nuchae
Teknik pewarnaan
Perhatikan
:-
serabut
kolagen
berwarna
berkelompok
: CT-8
: Kulit
biru,
halus
tersusun
Teknik pewarnaan
Perhatikan
: HE
: Pada lapisan subcutis adipocytus atau sel lemak tampak
bergerombol. Adipocytus memberi gambaran seperti cincin
stempel, karena bagian cytoplasma yang ditempati lemak telah
kehilangan lemak (hilang waktu sediaan dibuat) sedangkan
nucleus menepi, dekat membran plasma (ibarat permata cincin).
9. Lipoma
Pengertian umum :
Merupakan tumor jinak asal jaringan mesoderm yang terdiri atas jaringan lemak. Banyak
ditemukan didaerah subcutis leher, bahu, punggung, bokong. Lipoma bersimpai, tidak melekat
pada kulit di atasnya sehingga dapat digerakkan dengan bebas.
Klinis
Suatu benjolan dibawah kulit sebesar duku, mudah digerakan. Pada operasi didapatkan tumor
benigna di dalam sub-cutis. Penampang berwarna kuning.
Mikroskopis Perbesaran Lemah dan Kuat :
Terlihat adanya jaringan lemak dengan sel-sel lemak seperti pada jaringan lemak normal. Mitosis
atau polimorfi dari sel-sel lemak tidak terdapat.
10. Liposarcoma
Klinis
Laki-laki 40 tahun dengan benjolan di perutt sebesar kelapa, mudah digerakan. Pada operasi
didapatkan tumor intraperitoneal. Penampang berwarna kuning.
Mikroskopis Perbesaran Lemah dan Kuat :
Terlihat adanya jaringan tumor tersusun atas lipoblast dengan sel-sel bervakuola yang atipi dan
polimorfi . Sel tumor bervakuola dengan inti sebagian terdesak ketepi.l. Mitosis cukup..
Diagnosa : Liposarcoma
11. Leiomyoma
Pengertian umum :
Merupakan tumor jinak asal jaringan mesoderm yaitu dari otot polos. Banyak terdapat pada
uterus, dan biasanya timbul pada masa reproduksi, tidak pernah timbul sebelum puber atau
sesudah menopouse. Bersimpai.
Klinis
Wanita 45 tahun, dengan pembesaran uterus, berbenjol-benjol, dilakukan histerektomi.
Mikroskopis Perbesaran Lemah dan Kuat :
Sel-sel otot polos tersusun dalam berkas. Sel-sel relatif monomorf, Inti-inti memanjang terlihat
paralel dan melingkar-lingkar, ujung tumpul. Ada bagian yang telah mengandung degenerasi
hialin sedikit.
12. . Leiomyosarcoma
Clinical information:
A 65 year old female patient was admitted to the hospital for swelling of her lower
abdomen. About 30 years ago she had history of incidental vaginal bleeding, some time as
spotting, meno or metrorrhagy alternately, and she underwent enucleation operation of the
uterine mass. By physical and USG enlargement of the uterus was found. The patient underwent
hysterectomy and the specimen was sent to pathology lab.
Gross examination:
Grossly the specimen showed a large, solid, soft or fleshy poorly circumscribed mass of
the uterus, with necrotic and hemorrhagic areas.
Microscopic picture:
This is a hypercellular tumor with necrotic and hemorrhagic area. Tumor cells infiltration
into surrounding myometrium. The tumor is composed of oval to spindle, atypical cells, with
hyperchromatic nuclei and some multinucleated cells. There are more than 10 mitotic cells per
10 high-fields view.
13. Rhabdomyosarcoma
Clinical information:
A 75 year old male suffered from swelling of the left thigh, no pain was identified. The
man underwent operation and the specimen was sent to pathology lab.
Gross examination:
A part of muscle with a soft and fleshy, beef red-brown coloured mass was received by
the pathology lab. The mass of 10 cm in diameter is poorly circumscribed.
Microscopic picture:
This tumor is hypercellular, composed of bizzare small and undifferentiated
rhabdomyoblast cells, with some tumor giant cells. Rhabdomyoblast cells are large cells with
dark or vesicular nuclei and abundant acidophilic cytoplasm ( cross striations may not seen).
Many mitoses and necroses areas can be found.
14. Capillary hemangioma Penderita laki-laki, 3 bulan, dengan toh di kulit wajah (dekat dengan
bibir), warna kebiruan.
Mikroskopis Perbesaran Lemah :
Dibawah epidermis terdapat banyak pembuluh-pembuluh darah kecil yang berisi erritrosit di
antara jaringan ikat dengan hiperplasi endotel.
Mikroskopis Perbesaran Kuat :
Jaringan terdiri dari kapiler-kapiler dengan dinding sel-sel endotel yang berproliferasi sedang.
Definition
Benign proliferation of dermal fibroblasts and histiocytes that generally presents as an
asymptomatic, variably pigmented nodule, often on the extremities.
Clinical Features
Firm
Nodular
Nonencapsulated
Often pigmented
Chiefly on extremities
Single or multiple
Flat, polypoid or depressed shape
Most <1 cm diameter
Some reach huge proportions
Pathogenesis
Longstanding controversy as to whether:
o neoplastic
favored by occurrence of aggressive and even metastasizing forms
evidence of clonality
reactive
Gross Pathology
Usually solid
Rather well circumscribed
Not encapsulated
Colored white to yellow to dark brown depending on relative amounts of:
o fibrous tissue
o fat
o hemosiderin
Histopathology
Characteristically centered in upper dermis
Can involve deep dermis
Occasionally extends into subcutis
Cellular fibroblastic proliferation (Fig. 1
May be:
o marked focal cellular atypia (manifested by monster cells')
o extreme cellularity (sometimes with necrosis)
o large cystic changes filled with blood:
referred to as hemorrhagic aneurysmal (Figs 4 and 5
: M-1a
: Otot skelet
Teknik pewarnaan
Perhatikan
:-
: M-1b
: Otot skelet
Teknik pewarnaan
: IHAB
Perhatikan
:-
Myocytus
dengan
membrana
myocyti
(dulu :
sarcolemma).
-
: M-2
Teknik pewarnaan
: HE
Perhatikan
:-
: M-3
: Jantung
Teknik pewarnaan
: IHAB
Perhatikan
:-
INTEGUMENTUM COMMUNE
1. Kulit telapak tangan :
Sediaan : IN-1; HE
Dari sebelah luar ke dalam perhatikanlah :
a. epidermis:
- stratum corneum; tampak penandukan, tanpa sel
- stratum lucidum: jernih, tanpa sel
- stratum granulosum : - sel-sel pipih
- butir keratohyalina
- stratum spinosum : sel berbentuk polyhedral
- stratum basale : sel kuboid atau kolumner
b. dermis :
- stratum papillare berlipat-lipat sebagai papillae, mendesak lapisan di atas.
Usually affects trunk, head and neck, extremities; only hair bearing skin
Not HPV related, although HPV present in morphologically similar cases
of epidermodysplasia verruciformis and bowenoid changes
Dermatosis papulosa nigra: in blacks
Leser-Trelat sign: sudden appearance or increase in number and size of
seborrheic keratoses, associated with internal malignancy
Treatment: superficial curettage, freezing
Gross: exophytic, sharply demarcated, pigmented lesions that protrude
above surface of skin, appear to be stuck to skin, single or multiple, soft,
tan-black
Micro: basal keratinocyte proliferations
Patterns: acanthotic most common, rounded verrucous surface; thick
layer of basal cells mixed with horn cysts (contain keratin) and
pseudohorn cysts (downgrowth of keratin into tumor mass); no prominent
granular layer; some cells contain melanin due to transfer from
neighboring melanocytes
irritated pronounced squamous metaplasia with abundant eosinophilic
cytoplasm and whorled squamous eddies; often atypia and mitotic figures;
resembles carcinoma
inverted follicular keratosis irritated seborrheic keratosis that grows
downward and involves hair follicles
Also hyperkeratotic, adenoid, acantholytic and desmoplastic patterns
Positive stains: low molecular weight keratin
Negative stains: high molecular weight keratin (usually), HPV
DD: squamous cell carcinoma (particularly desmoplastic pattern)
2. Fibroepithelial polyp
Also called acrochordon, squamous papilloma, skin tag, soft fibroma
Common, non-neoplastic, no clinical significance
Ages 40+ years; usually face, neck, trunk, intertriginous areas
Associated with diabetes, intestinal polyposis; increase during pregnancy
May be a common endpoint of various processes, including seborrheic
keratosis or warts
Terlihat di bawah epidermis sarang-sarang sel yang bulat dan poligonal (sarang-sarang sel nevus
yang mengadung pigmen melanin intra dan ekstraselular). Terlihat nyata batas antara sarang sel
dengan jaringan di bawahnya.
.
Pengertian umum :
Ini merupakan suatu varian dari Ca epidermoid, tumbuh lambat, jarang bermetastase jauh tapi
sangat infiltratif, merusak jaringan sekitar sehingga terjadi ulcus yang dalam dan luas maka
sering disebut ulcus rodens. Tumor ini diferensiasi buruk, sangat radiosensitif, kecuali jika sudah
invasi ke tulang. Lokasi biasanya di muka bagian atas seperti pipi, hidung, daun telinga. Diduga
sianar matahari yang cerah merupakan penyebabnya.
Pengertian umum :
Tumor ini merupakan salah satu jenis dari ca epidermoid. Pada dasarnya ca epidermoid dibagi
dua jenis :
1. Ca plan cornificans
2. Ca plan non cornificans
Penderita perempuan 70 tahun Indonesia. Sudah 7 bulan pada telapak kaki kanan terdapat tahi
lalat sebesar ujung ibu jari kaki. Kemudian tidak beberapa lama tahi lalat ini pecah dan menjadi
luka. Lama-kelamaan menjadi benjolan yang makin lama makin besar dengan warna kehitamhitaman, keluar cairan yang mudah berdarah, berbau busuk. Pada kelenjar getah bening inguinal
terdapat benjolan-benjolan dengan permukaan berbenjol-benjol, berwarna hitam.
Mikroskopis Perbesaran Lemah :
Tepat di bawah epidermis terdapat tumor yang terdiri atas sel-sel yang polimorfi. Di dalam
jaringan tumor tersebut terlihat adanya banyak pigmen melanin . Ada bagian-bagian yang tidak
mengandung pigmen.
Mikroskopis Perbesaran Kuat :
Nyata sekali sel-sel tumor atipi, polimorfi, mengandung pigmen melanin. Di samping sel-sel
tumor tersebut ada jaringan sel-sel tumor yang didalam sitoplasmanya tidak mengandung pigmen
melanin. Inti jernih dengan bentuk bulat, pada umumnya dengan nukleoli yang jelas. Mitosis
cukup banyak ditemukan.
No
Nilai
0 1 2 3
Salam, perkenalan diri, jelaskan tujuan SADARI, aturan pemeriksaan, serta mempersiapkan alat
(cermin, body lotion)
2. Pengamatan berdiri didepan cermin dan lihat masing-masing payudara dan bagian puting
bandingkan ukuran, bentuk, kontur, warna dan arah
3. Angkat kedua lengan lurus keatas, lihat kedua payudara sambil berputar perlahan-lahan
4. Tekan kedua tangan pada pinggul dan dorong kedua bahu kebelakang Perhatikan ukuran, bentuk,
kontur, warna dan arah kedua payudara dan putting
5. Rasakan Berdiri (posisi 1) dan mengangkat tangan keatas didepan cermin, lakukan perabaan mulai
dari bawah tulang selangka (clavicula) sampai daerah bawah payudara
6. Rabalah bergantian kedua payudara dengan telapak tangan (3 jari tengah), tangan kiri untuk
memeriksa payudara kanan, tangan kanan untuk memeriksa payudara kiri (Gunakan body lotion)
7. Raba mantap seluruh daerah payudara (seperti gerakan ular, sirkuler, radier) termasuk puting.
Lanjutkan pemeriksaan daerah aksilla.
8. Berbaring (posisi 2) dan angkat salah satu lengan ke atas (pada sisi yang diperiksa)
9. Lakukan pemeriksaan bergantian pada kedua payudara seperti pada posisi 1 dilanjutkan pemeriksaan
aksilla
10. Catat hasil dan tanggal pemeriksaan serta tandai pula pada kalender tanggal pemeriksaan selanjutnya,
bila menemukan adanya kelainan segera memeriksakan ke dokter atau bidan untuk pemeriksaan lebih
lengkap
JUMLAH 30
PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)
Aspirasi Jarum Halus
1.
NO
NILAI
0
I
1
2
3
II
4
5
III
6
7
8
9
10
IV
11
No
SKILLS
STANDAR
S=Persiapan
Salam & sambutan
Persepsi
I= Invitation
K= Knowledge
1.
5
6
7.
E=Emotion
dan
Empathic
S = Strategy and
Summary
8
9
10
Penutup
SCORE
1 2 3
No
1.
2.
3.
Inspkesi Mammae Memberitahu posisi pasien untuk duduk/ berdiri dgn tangan di samping badan &
membungkuk
Lihat ada tidaknya perbedaan kedua payudara, simetrisitas, ada tidaknya benjolan
Perhatikan warna kulit payudara dan areola mammae (hiperpigmentasi, hipopigmentasi, inflamasi,
tanda-tanda lesi, discharge)
Lihat ada tidaknya tarikan/ retraksi pada kulit payudara & areola mammae
Inspeksi kedua aksilla Memberitahu pasien untuk mengangkat tangannya keatas. Perhatikan ada
tidaknya benjolan
Palpasi Mammae Pasien diminta berbaring, meminta ijin untuk memeriksa secara palpasi yang
dilakukan dengan jari-jari secara halus pada semua kuadran kedua payudara
Untuk mengetahui ada tidaknya discharge maka dilakukan palpasi dari tepi payudara ke arah areola
dengan tekanan secukupnya
Palpasi diteruskan ke axilla (pasien diminta mengangkat tangannya) dan dilanjutkan pada regio
supraklavikular. Perhatikan ada tidaknya benjolan
Bila ditemukan massa, deskripsikan lokasi, batas tepi (tegas/ tidak), ukuran, konsistensi (lunak,
kenyal, keras, kistik, solid), permukaan, mobilitas/ fixed, nyeri tekan. Menyampaikan hasil kepada
pasien dan menentukan tindak lanjut (SADARI/mammografi/AJH/rujuk)
JUMLAH 33
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Nilai
0 1 2 3
I
1
2
3
II
4
5
III
6
7
NILAI
1 2
8
9
IV
10
Mengoleskan apusan pada kaca obyek serta fiksasi dengan alkohol 95 %/dryfix
Menulis pengantar permintaan papsmear
Menjelaskan hasil papsmear
Menjelaskan hasil papsmear kepada pasien
JUMLAH 30