You are on page 1of 8

Borang Portofolio Kasus

Topik :
Herpes Zoster
Tanggal (kasus) :
23 Maret 2015
Presenter :
dr. Margareth Silaen
Tanggal Presentasi :
Pendamping : dr. Laily Rachmawaty
Tempat Presentasi :
Puskesmas Kec. Kramat Jati
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Laki-laki, 20 th, bintil-bintil berair di dada kanan, terasa nyeri pada dada sebelah
Deskripsi :
kanan, semakin banyak dan menjalar ke daerah punggung sejak 2 hari.
Tujuan :
Mengenali Faktor Resiko, Penegakkan diagnosis dan Penatalaksanaan penyakit.
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Cara
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
E-mail
Pos
Membahas :
Nama : Tn. A, , 20 tahun, BB :
Data Pasien :
No. Registrasi : 05-1073
48 kg, TB : 160 cm
Nama Klinik : Puskesmas Kec. Kramat Jati Telp :
Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Herpes Zoster/ Bintil-bintil berair di dada kanan, terasa nyeri
pada dada sebelah kanan, semakin banyak dan menjalar ke daerah punggung.
Riw. Demam (+), sakit kepala (+) sebelum keluhan timbul. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan vesikula dengan dasar eritematus, bentuk bulat, batas tegas, bergerombol dengan
ukuran bervariasi 1-2mm, isi cairan jernih, terletak unilateral (di satu sisi tubuh) sesuai
dermatom T4-6.
2. Riwayat Pengobatan : Pasien belum ke dokter untuk berobat sebelumnya.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Riwayat cacar air (+) saat pasien masih kecil.
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien,
namun pasien mengaku terdapat tetangga yang menderita keluhan serupa dengan pasien.
5. Riwayat Pekerjaan : Pasien bekerja sebagai mahasiswa.
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tidak ada yang berhubungan.
7. Riwayat Imunisasi : Riwayat vaksin varicella saat pasien masih kecil (-)
8. Lain-lain :
Daftar Pustaka :
1. Odom, R.B., et.al Andrews Diseases Of The Skin.9 thed. Philadelphia : WB Saunders
Company.2000.
2. Arndt,K.Manual of Dermatology Theraupetics.6 thed. Philadelphia ; Lippincott Williams &
Wilkins.2002.
3. Sterling JC,

Kurzt

JB.

Viral

Infection.

In

Champion

R.H

et

al

(eds)

Rook/Wilkinson/Ebling. Texbook of Dermatology.6th.Oxford : Blackwell Scientific


1

Publication, 1998 : 1458-69


Hasil Pembelajaran :
1. Faktor Resiko Herpes Zoster :
- Kontak dengan penderita varicella
- Immunocompromised
2. Penegakan diagnosis Herpes Zoster : anamnesis, pemeriksaan fisik & pemeriksaan
penunjang (Zank Test)
3. Tatalaksana Herpes Zoster : penatalaksanaan umum & khusus.

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif :

Keluhan Utama: Bintil-bintil berair di dada kanan.


Pasien datang dengan keluhan utama Bintil-bintil di dada sejak 2 hari yang lalu.
Awalnya pasien merasakan nyeri pada dada sebelah kanan. Kemudian muncul sedikit
bercak kemerahan di dada kanan lalu menjadi semakin banyak dan menjalar ke daerah
punggung. Pada bercak kemerahan tersebut lalu muncul bintil-bintil yang makin lama
makin bertambah banyak. Melenting berisi cairan jernih, dan gatal. Sebelumnya,
pasien merasa demam dan sakit kepala. Pasien juga mengeluh sengkring-sengkring di
daerah dadanya sejak 2 hari. Riwayat mata merah (-), sakit tenggorokan (-). Riwayat
cacar air (+). Riwayat vaksin varicella saat pasien masih kecil (-). Pasien mengatakan
bahwa salah seorang tetangganya mempunyai gejala serupa dengan pasien.
2. Objektif :
A. Pemeriksaan fisik :

Status Dermatologi :
L : Dada kanan, punggung kanan.
D : Unilateral sesuai dermatom T4-6
R : Vesikula dengan dasar eritematus, bentuk bulat, batas tegas, bergerombol dengan
ukuran bervariasi 1-2 mm, isi cairan jernih.
Gambar Pasien

Status Generalis
Keadaan umum

: baik

Gizi

: cukup

Higiene

: cukup

Berat badan

: 48 kg

Tinggi badan :160 cm


Tanda Vital :
Kesadaran

: compos mentis

Tek.Darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 90 kali/menit

Pernapasan

: 18 kali/menit

Suhu

: 36,9 C

Kepala

: mesosephal

Mata : Conjunctiva anemis ( - ), sclera tidak ikterik,

Telinga: Secret ( - )

Hidung : Secret ( - )

Mulut

: Lidah Kotor tidak ada, gigi karies tidak ada.

Leher

: Kaku Kuduk (-)

Thorax

: Cor

Inspeksi

: ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis teraba di ICS V MCL Sinistra

Perkusi

: LHM : ICS V MCL sinistra


RHM : SL dextra

Auskultasi

: HR : 90 x/menit, Reguler, Murmur (),


Gallop (-)

Pulmo
Inspeksi

: Simetris, Retraksi ( - ), Ketinggalan gerak


nafas ( - )

Palpasi

: SF D=S
Ketinggalan gerak nafas ( - )

Perkusi

: Sonor di semua lapangan paru kanan dan kiri

Auskultasi : Vesikuler di semua lapangan paru, Rh (-), Wh (-)

Abdomen

: I : flat
P : hepar dan lien tidak teraba.
A : BU (+) N

Extremitas

: Akral hangat, edema -/-, cyanosis (-)

Status neurologis :

GCS 456

MS : B I/II (-), KK (-), K (-)

N. cranialis :

PBI 3 mm/ 3 mm, RC (+)


N. V : dalam batas normal
N. VII : dalam batas normal
parese (-)

Motorik : 5

Sensorik : N

RF : +2

+2

+2

+2
4

RP : -

ANS : dalam batas normal


3. Assesment (penalaran klinis) :

Pasien Laki-laki/ Tn.A / 20 th, datang dengan keluhan utama bintil-bintil


berair di dada sebelah kanan sejak 2 hari. Awalnya pasien merasakan nyeri pada dada
sebelah kanan. KePada bercak kemerahan tersebut lalu muncul bintil-bintil yang
makin lama makin bertambah banyak menjalar ke punggung. Bintil tersebut berisi
cairan jernih, dan gatal. Sebelumnya, pasien merasa demam dan sakit kepala. Pasien
juga mengeluh sengkring (nyeri menjalar) di daerah dadanya. Riwayat mata merah (-),
sakit tenggorokan (-). Riwayat cacar air (+). Riwayat vaksin varicella saat pasien
masih kecil (-).
Dari anamnesa yang ada, gejala-gejala yang terjadi pada pasien menunjukan
ke arah diagnosa penyakit Herpes zoster. Hal ini dikarenakan kondisi pasien sesuai
dengan faktor resiko timbulnya penyakit HZ. Penyakit ini biasanya mempengaruhi
orang-orang dewasa yang memiliki kekebalan tubuh sedang menurun. Seseorang
dengan lanjut usia secara fisiologis mekanisme pertahanan tubuhnya semakin rendah.
Virus herpes merupakan virus yang terdapat dimana-mana, tetapi bila seseorang
memiliki kekebalan tubuh yang baik, maka jarang terkena kondisi ini. Virus Herpes
merupakan virus laten yang hidup di jaringan tubuh manusia. Ketika seseorang
mempunyai riwayat menderita penyakit varicella, virus varicella-zoster (VZV)
berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung syaraf sensoris dan
didistribusikan secara centripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris.
Pada ganglion tersebut terjadi infeksi laten (dorman), dimana virus tersebut tidak lagi
menular dan tidak bermultiplikasi, namun tetap mempunyai kemampuan untuk
berubah menjadi infeksius apabila terjadi reaktivasi virus. Reaktivasi kemudian
disebut sebagai Herpes zoster, dimana varicella dan Herpes Zoster disebabkan oleh
virus yang sama. Reaktivasi ini akan terjadi bila kondisi seeorang berada dalam
keadaan yang immunocompromized, seperti kelelahan, keganasan, penggunaan
radioterapi, imunosupresif dan penggunaan kortikosteroid lama dapat merupakan
pencetus untuk timbulnya Herpes Zoster.
Riwayat ini sesuai dengan kondisi pasien Tn.A. Pasien pernah menderita
varicella saat masih kecil. Menurutnya, dahulu pasien belum pernah melakukan
vaksin varicella. Diduga, karena belakangan ini pasien kelelahan kuliah, akibatnya,
5

kondisi fisik pasien menurun, sehingga terjadi reaktivasi virus laten yang terdapat
pada ganglion dorsalis atau nervus kranialis.
Faktor lain melaporkan meningkatnya resiko herpes zoster termasuk jenis
kelamin perempuan. tetapi penelitian lebih lanjut masih diperlukan.
Pada pengobatan Herpez zoster terdapat dua macam penatalaksanaan, yitu
penatalaksanaan umum & khusus.
A. Umum
1. Analgetika : As.Mefenamat tab. 500 mg 3x1
2. Bila ada infeksi sekunder : Antibiotik Eryhtromycin tab.250 mg 3x1
3. Lokal :
-bila basah : kompres larutan garam faali
-bila erosi salep sodium fusidat / salep acyclovir
-bila kering : bedak salicyl 2%
B. Khusus
Acyclovir tab. 800 mg No. XXX
Dosis : 5x800 mg selama 7 hari.
Tujuan utama terapi Herpez zoster pada orang dewasa adalah selain
mempercepat proses penyembuhan juga untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
akut dan mencegah terjadinya neuralgia pasca herpes.
Pemberian obat antivirus merupakan salah satu dari beberapa intervensi untuk
mempercepat proses penyembuhan dan mempersingkat lamanya nyeri.
Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya
valasiklovir. Dosis asiklovir yang dianjurkan ialah 5 x 800 mg sehari dan biasanya
diberikan 7 hari, paling lambat dimulai 72 jam setelah lesi muncul berupa rejimen
yang dianjurkan. Indikasi pemberian asiklovir pada herpes zoster :
1. Pasien berumur 60 tahun dengan lesi muncul dalam 72 jam.
2. Pasien berumur 60 tahun dengan lesi luas, akut dan dalam 72 jam.
Pasien dengan lesi oftalmikus, segala umur, lesi aktif menyerang leher, alat
gerak, dan perineum (lumbal sakral). Rejimen terapi untuk Varisela-zoster :

Zoster

ACYCLOVIR
5 x 800 mg setiap
hari selama 7 10
hari

FAMCICLOVIR VALACYCLOVIR
500 mg TID
1 g TID selama 7
selama 7 hari
hari

Disseminated
zoster (dosis
anak)
Disseminated
zoster(dosis
dewasa)

20 mg/kg IV
setiap 8 jam
selama 7 hari
10 mg/kg IV
setiap 8 jam
selama 7 hari

Pengobatan lain yang juga dipakai antara lain kortikosteroid jangka pendek
dan diberikan pada masa akut, pemberian steroid ini harus dengan pertimbangan ketat.
Indikasi pemberian kortikosteroid ialah sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus
sedini mungkin untuk mencegah terjadinya paralisis. Diberikan prednison dengan
dosis 3 x 20 mg sehari, setelah seminggu dosis diturunkan bertahap. Dengan dosis
prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung dengan
obat anti viral. Dikatakan kegunaanya mencegah fibrosis ganglion.
Jika masih stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk
mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan
kompres terbuka. Kalo terjadi ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.
Untuk neuralgia pasca herpes, pemberian awal terapi anti virus telah
diberikan untuk mengurangi insidens. Menurut FDA, obat pertama yang dapat
diterima untuk neuralgia paska herpetic ialah pregabalin. Obat tersebut lebih baik
daripada obat gaba yang analog yaitu gabapentin, karena efek sampingnya lebih
sedikit, lebih poten (2 4 kali), kerjanya lebih cepat, serta pengaturan dosisnya lebih
sederhana.16 Dosis awal 2 x 75 mg sehari, setelah 3 7 hari bila responnya kurang
dapat dinaikkan menjadi 2 x 150 mg sehari. Dosis maksimum 600 g sehari.16 Efek
sampingnya berupa dizziness, dan somnolen yang akan menghilang sendiri, jadi obat
tidak perlu dihentikan. Terapi topikal seperti krim EMLA, lidokain patches, dan krim
capsaicin dapat digunakan untuk neuralgia paska herpes. Solutio Burrow dapat
digunakan untuk kompres basah. Kompres diletakkan selama 20 menit beberapa kali
sehari, untuk maserasi dari vesikel, membersihkan serum dan krusta, dan menekan
pertumbuhan bakteri. Solutio Povidone-iodine sangat membantu membersihkan krusta
dan serum yang muncul pada erupsi berat dari orang tua. Acyclovir topikal ointment
diberikan 4 kali sehari selama 10 hari untuk pasien imunokompromised yang
memerlukan waktu penyembuhan jangka pendek.
4. Plan :

Diagnosis: Tzank Test sarana di Puskesmas Kec. Kramat Jati tidak ada

WDx: Herpes Zoster Thoracalis Dextra


Terapi:
-

R/ As. Mefenamat tab. 500 mg No. XV


S 3 dd tab 1 p.c prn.

R/ Acyclovir tab. 800 mg No. XXX


S/ 5 dd tab 1

Acyclovir cr No. I
S ue

Kompres dengan NaCl pada bagian yang basah

Pendidikan : memberian edukasi kepada pasien mengenai penyebab timbulnya penyakit,


menjelaskan cara-cara menghindari berbagai faktor resiko yang berperan, sebagai contoh :
-

Menjaga kondisi tubuh dengan baik, makan makanan yang bergizi.


Memberi saran agar anggota keluarga yang masih kecil dilakukan vaksin sebagai
salah satu upaya pencegahan berkembangnya Varicella-zoster di masa mendatang.

Konsultasi : menyarankan pasien untuk segera konsul pada tenaga medis atau dokter apabila
dalam pengobatan yang sudah dilakukan tidak terdapat perbaikan atau berkembangnya
gejala-gejala yang baru.

You might also like