Professional Documents
Culture Documents
Gardnerella vaginalis
Patogenis
Gardnerel
la
vaginosis
Asam
amino
pH
Amin
Kumankuman
anaerob
+ bakteri
vagina
fakultatif
Degeren
asi sel
Pelepasan
Bau
Sel
epitel
vagina
Duh
tubuh
vagina
Gambaran Klinis
adanya bau vagina yang khas yaitu bau amis/bau ikan (fishy
odor).1
Pemeriksaan Penunjang
Clue cell
Whiff test
Whiff test dinyatakan positif bila bau amis atau bau amin terdeteksi dengan
penambahan satu tetes KOH 10-20% pada sekret vagina. Bau muncul
sebagai akibat pelepasan amin dan asam organik hasil alkalisasi bakteri
anaerob. Whiff test positif menunjukkan bakterial vaginosis. 1,2,7
Kultur vagina
Diagnosis
Diagnosis Banding
Ada beberapa penyakit yang menggambarkan keadaan klinik yang mirip dengan
bakterial vaginosis, antara lain :1,2
Trikomoniasis
Pemeriksaan apusan vagina Trikomoniasis, mobilincus dan clue cell tidak pernah
ditemukan pada Trikomoniasis. Pemeriksaan mikroskopoik tampak peningkatan sel
polimorfonuklear dan dengan pemeriksaan preparat basah ditemukan protozoa untuk
diagnosis. Whiff test dapat positif pada trikomoniasis dan pH vagina 5 pada
trikomoniasis.1,2,4
Kandidiasis
Kandidiasis merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans atau
kadang Candida yang lain. Gejala yang awalnya muncul pada kandidiasis adalah
pruritus akut. Keputihan seringkali tidak ada dan hanya sedikit. Kadang dijumpai
gambaran khas berupa vaginal thrush yaitu bercak putih yang terdiri dari gumpalan
jamur, jaringan nekrosis epitel yang menempel pada vagina. Dapat juga disertai rasa
sakit pada vagina iritasi, rasa panas dan sakit saat berkemih. 1,2,4
Pada pemeriksaan mikroskopik, sekret vagina ditambah KOH 10% berguna untuk
mendeteksi hifa dan spora Candida. Keluhan yang paling sering pada kandidiasis
adalah gatal dan iritasi vagina. Sekret vagina biasanya putih dan tebal, tanpa bau dan
pH normal.
Kandidiasis
Trikomoniasis
V.Bakterialis
Gejala
Gatal, iritasi
Nyeri,iritasi
Berbau
Warna duh
Putih kental
Kuning/hijau
Abu-abu
Konsistensi
Tebal
Berbusa
Cair
Bau
Jamur
Amis/bau busuk
Amis
menyengat
pH
< 4,5
>5,0
>4,5
Mikroskopis
Leukositosis
80%
Leukosit
trikomonas
Leukosit,Clue
cell
Kultur
Perlu
Bermanfaat
Tidak perlu
Penatalaksanaan
Terapi sistemik
Terapi Topikal
Triple sulfonamide cream.3,6 (Sulfactamid 2,86%, Sulfabenzamid 3,7% dan Sulfatiazol 3,42%), 2 x
sehari selama 10 hari, tapi akhir-akhir ini dilaporkan angka penyembuhannya hanya 15 45 %.
Pengobatan bakterial vaginosis pada masa kehamilan. Terapi secara rutin pada masa kehamilan tidak
dianjurkan karena dapat muncul masalah. 6,9 Metronidazol tidak digunakan pada trimester pertama
kehamilan karena mempunyai efek samping terhadap fetus.6,12 Salah satu efek samping penggunaan
Metronidazole ialah teratogenik pada trimester pertama.30 Dosis yang lebih rendah dianjurkan selama
kehamilan untuk mengurangi efek samping (Metronidazol 200-250 mg, 3 x sehari selama 7 hari untuk
wanita hamil). Penisilin aman digunakan selama kehamilan, tetapi ampisilin dan amoksisilin jelas tidak
sama efektifnya dengan metronidazol pada wanita tidak hamil dimana kedua antibiotik tersebut
memberi angka kesembuhan yang rendah. Metronidazole dapat melewati sawar placenta dan
memasuki sirkulasi ketuban dengan pesat. Studi reproduksi telah dilakukan pada tikus di dosis sampai
lima kali dosis manusia dan dinyatakan tidak ada bukti perburukan kesuburan atau efek bahaya ke janin
karena Metronidazole. Tidak ada efek fetotoxicity selama penelitian pemberian Metronidazole secara
oral untuk tikus yang hamil pada 20 mg / kg / hari, dosis manusia (750 mg / hari) berdasarkan mg / kg
berat badan.
Pada trimester pertama diberikan krim klindamisin vaginal karena klindamisin tidak mempunyai efek
samping terhadap fetus. Pada trimester II dan III dapat digunakan metronidazol oral walaupun mungkin
lebih disukai gel metronidazol vaginal atau klindamisin krim.
Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual. Terapi juga diberikan kepada pasangan
seksual dan dianjurkan tidak berhubungan selama masih dalam pengobatan.
Pengobatan secara oral atau lokal dapat digunakan untuk pengobatan pada wanita hamil dengan gejala
VB yang resiko rendah terhadap komplikasi obstertri. Wanita tanpa gejala dan wanita tanpa faktor resiko
persalinan preterm tidak perlu menjalani skrening rutin untuk pemngobatan bacterial vaginosis. Wanita
dengan resiko tinggi persalinan preterm dapat mengikuti skrining rutin dan pengobatan bacterial
vaginosis. Jika pengobatan untuk pencegahan terhadap komplikasi kehamilan dijalani, maka diharuskan
menggunakan metronidazole oral 2 kali sehari selama 7 hari. Topical (pada vagina) tidak
direkomendasikan untuk indikasi ini. Test skrining harus diulangi 1 bulan setelah pengobatan untuk
memastikan kesembuhan.2
Komplikasi
Pada kebanyakan kasus, bakterial vaginosis tidak menimbulkan komplikasi setelah pengobatan.
Namun pada keadaan tertentu, dapat terjadi komplikasi yang berat. Bakterial vaginosis sering
dikaitkan dengan penyakit radang panggul (Pelvic Inflamatory Disease/PID), dimana angka
kejadian bakterial vaginosis tinggi pada penderita PID. 7
Pada penderita bakterial vaginosis yang sedang hamil, dapat menimbulkan komplikasi antara
lain : kelahiran prematur, ketuban pecah dini, bayi berat lahir rendah, dan endometritis post
partum. Oleh karena itu, beberapa ahli menyarankan agar semua wanita hamil yang
sebelumnya melahirkan bayi prematur agar memeriksakan diri untuk screening vaginosis
bakterial, walaupun tidak menunjukkan gejala sama sekali. 2,7
Mekanisme vaginosis bakterialis menyebabkan BBLR belum diketahui, tetapi terdapat bukti
dengan adanya infeksi traktus genitalia bagian atas dapat membuat kelahiran prematur,
melalui proses inflamasi.1,2
Endometritis adalah radang pada dinding uterus yang umumnya disebabkan oleh partus.
Dengan kata lain endometritis didefinisikan sebagai inflamasi dari endometrium Derajat
efeknya terhadap fertilitas bervariasi dalam hal keparahan radang, waktu yang diperlukan intuk
penyembuhan lesi endometrium, dan tingkat perubahan permanen yang merusak fungsi dari
glandula endometrium dan/atau merubah lingkungan uterus dan/atau oviduk. Organisme
nonspesifik primer yang dikaitkan dengan patologi endometrial adalah Corynebacterium
pyogenes dan gram negatif anaerob. 3
Bakterial vaginosis disertai peningkatan resiko infeksi traktus urinarius. Prinsip bahwa
konsentrasi tinggi bakteri pada suatu tempat meningkatkan frekuensi di tempat yang
berdekatan. Terjadi peningkatan infeksi traktus genitalis atas berhubungan dengan bakterial
vaginosis.2.7
Prognosis
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Sweet RL. Gibbs RS. Infectious diseases of the female genital tract.
Baltimore: Williams and Wilkins. 1990.
Hiller SL. Holmes KK. Bacterial vaginosis. In : Holmes KK. Mardh PA.
Sparling PF et al eds. Sexually transmitted diseases. New York. Mc
Graw hill information services co. 1998 : 547-59.