You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang saat ini sedang
mengalami masa peralihan, dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.
Indonesia juga menghadapi dampak perubahan tersebut dalam bidang kesehatan,
yaitu beban ganda pembangunan di bidang kesehatan. Salah satu tantangan yang
harus dihadapi dalam pembangunan kesehatan tersebut adalah transisi
epidemiologi, dimana masih tingginya jumlah kejadian penyakit menular yang
diikuti dengan mulai meningkatnya penyakit-penyakit tidak menular yang
sebagian besar bersifat multikausal (disebabkan oleh banyak faktor) (Depkes,
2007).
Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular yang belakangan ini
menjadi kekhawatiran banyak orang. Stroke tergolong dalam cerebrovascular
disease (CVD) yang merupakan penyakit gawat darurat dan membutuhkan
pertolongan secepat mungkin. Stroke adalah suatu serangan pada otak akibat
gangguan pembuluh darah dalam mensuplai darah yang membawa oksigen dan
glukosa untuk metabolisme sel-sel otak agar dapat tetap melaksanakan fungsinya.
Serangan ini bersifat mendadak dan menimbulkan gejala sesuai dengan bagian
otak yang tidak mendapat suplai darah tersebut (Soeharto, 2004).
Data epidemiologis menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab
kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung (WHO, 2008). Stroke
merupakan penyakit keenam yang menjadi penyebab kematian di Negara
berpenghasilan rendah dan penyakit kedua penyebab kematian di Negara
berpenghasilan sedang dan tinggi. Di tahun 2008, stroke dan penyakit
cerebrovascular lainnya menyebabkan 6,2 juta orang di dunia meninggal (WHO,
2008). Dari data WHO di atas dapat dilihat bahwa stroke merupakan masalah
utama kesehatan di Negara maju dan berkembang serta penyebab utama
kecacatan pada orang dewasa. Stroke juga menimbulkan dampak yang besar dari

Makalah Kelompok 4 Kelas D Penyakit Stroke| 1

segi sosial ekonomi, karena biaya pengobatan yang relatif mahal dan akibat
kecacatan yang ditimbulkan pada pasien pasca stroke sehingga berkurangnya
kemampuan untuk bekerja seperti semula dan menjadi beban sosial di
masyarakat.
Sampai saat ini belum ada pengobatan efektif dan efisien untuk stroke
karena sifatnya multikausal. Upaya pencegahan merupakan salah satu cara yang
paling efektif dan efisien untuk mengurangi angka kejadian stroke. Upaya
pencegahan baru dapat dilakukan jika diketahui faktor risiko apa saja yang dapat
menyebabkan serangan stroke. Oleh karena itu, pengetahuan terhadap faktor
risiko penyebab stroke sangat diperlukan untuk merumuskan cara pencegahan
yang efektif.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini antara lain:
1. Apa definisi dan klasifikasi dari penyakit stroke?
2. Apa gejala dari penyakit stroke?
3. Apa saja faktor risiko penyebab penyakit stroke?
4. Bagaimana epidemiologi penyakit stroke?
5. Bagaimana cara diagnosis penyakit stroke?
6. Bagaimana cara melakukan pencegahan terhadap penyakit stroke?
7. Bagaimana penatalaksanaan penyakit stroke?
8. Apa contoh kasus langka penyakit stroke?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain untuk:
1. Mengetahui definisi dan klasifikasi dari penyakit stroke.
2. Mengetahui gejala dari penyakit stroke.
3. Mengetahui faktor risiko penyebab penyakit stroke.
4. Mengetahui epidemiologi penyakit stroke.
5. Mengetahui cara diagnosis penyakit stroke.
6. Mengetahui cara pencegahan terhadap penyakit stroke.
7. Mengetahui cara penatalaksaan penyakit stroke.
8. Mengetahui contoh kasus langka penyakit stroke.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan mengenai penyakit

stroke dan melatih

kemampuan menulis karya ilmiah agar menjadi lebih baik lagi.


Makalah Kelompok 4 Kelas D Penyakit Stroke| 2

2. Bagi Pembaca Secara Umum


Dapat menjadi sumber referensi tambahan mengenai penyakit stroke dalam
rangka menambah pengetahuan mengenai penyakit tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Klasifikasi Penyakit Stroke
Menurut WHO, stroke adalah gangguan fungsional otak sebagian atau
menyeluruh yang timbul secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari
24 jam, yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (WHO, 1998).
Stroke (berasal dari kata strike) berarti pukulan pada sel otak. Biasanya terjadi
karena adanya gangguan distribusi oksigen ke sel otak. Hal ini disebabkan
gangguan aliran darah pada pembuluh darah otak, mungkin karena aliran yang
terlalu perlahan, atau karena aliran yang terlalu kencang sehingga pecah
(perdarahan), akhirnya sel-sel otak yang diurus oleh pembuluh darah tersebut mati
(Yatim F, 2005). Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagian sel-sel otak

Makalah Kelompok 4 Kelas D Penyakit Stroke| 3

mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau


pecahnya pembuluh darah di otak. Aliran darah yang terhenti membuat suplai
oksigen dan zat makanan ke otak juga terhenti, sehingga sebagian otak tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya (Utami P, 2009).
Dari beberapa definisi stroke di atas, dapat disimpulkan bahwa stroke adalah
suatu serangan mendadak yang terjadi di otak dan dapat mengakibatkan
kerusakan pada sebagian atau secara keseluruhan dari otak yang disebabkan oleh
gangguan peredaran pada pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak,
biasanya berlangsung lebih dari 24 jam. Stroke dibagi menjadi dua jenis, yaitu
stroke iskemik dan stroke hemoragik.
1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi bila pembuluh darah yang memasok darah ke otak
tersumbat. Jenis stroke ini yang paling umum, karena hampir 90% stroke
adalah iskemik. Kondisi yang mendasari stroke iskemik adalah penumpukan
lemak yang melapisi dinding pembuluh darah (disebut aterosklerosis).
Kolesterol, homosistein dan zat lainnya dapat melekat pada dinding arteri,
membentuk zat lengket yang disebut plak. Seiring waktu, plak menumpuk.
Hal ini sering membuat darah sulit mengalir dengan baik dan menyebabkan
bekuan darah (trombus).
2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh pembuluh darah yang bocor atau
pecah di dalam atau di sekitar otak sehingga menghentikan suplai darah ke
jaringan otak yang dituju. Selain itu, darah membanjiri dan menempatkan
jaringan otak sekitarnya sehingga mengganggu atau mematikan fungsinya.
B. Gejala Penyakit Stroke
Gejala stroke dapat diamati dari beberapa hal, yaitu :
1. Serangan kecil atau serangan awal stroke biasanya diawali dengan daya ingat
menurun dan sering kebingungan secara tiba-tiba dan kemudian menghilang
dalam waktu 24 jam.
Makalah Kelompok 4 Kelas D Penyakit Stroke| 4

2. Adanya serangan neurologis fokal berupa kelemahan atau kelumpuhan


lengan, tungkai atau salah satu sisi tubuh.
3. Melemahnya otot (hemiplegia), kaku dan menurunnya fungsi sensorik.
4. Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai atau
salah satu sisi tubuh seperti baal, mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan.
5. Rasa perih bahkan seperti rasa terbakar dibagian bawah kulit.
6. Gangguan penglihatan seperti hanya dapat melihat secara parsial ataupun
tidak dapat melihat keseluruhan karena penglihatan gelap dan pandangan
ganda sesaat.
7. Menurunnya kemampuan mencium bau dan mengecap.
8. Berjalan menjadi sulit dan langkahnya tertatih-tatih bahkan terkadang
mengalami kelumpuhan total.
9. Hilangnya kendali terhadap kandung kemih sehingga sering kencing tanpa
disadari.
10. Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkoordinasi dengan baik.
11. Tidak memahami pembicaraan orang lain, tidak mampu membaca, menulis
dan berhitung dengan baik .
12. Adanya gangguan dan kesulitan dalam menelan makanan ataupun minuman
(cenderung keselek).
13. Adanya gangguan bicara dan sulit berbahasa yang ditunjukkan dengan bicara
tidak jelas (rero), sengau, pelo, gagap dan berbicara haya sepatah kata bahkan
sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
14. Menjadi Pelupa (Dimensia) dan tidak mampu mengenali bagian tubuh .
Vertigo (pusing, puyeng) atau perasaan berputar yang menetap saat tidak
beraktivitas.
15. Kelopak mata sulit dibuka.
16. Menjadi lebih sensitif, mudah menangis ataupun tertawa.
17. Banyak tidur dan selalu ingin tidur.
18. Gangguan kesadaran, pingsan sampai tak sadarkan diri.
C. Faktor Risiko Penyakit Stroke
Beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit stroke antara lain:
1. Usia
Risiko terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setiap penambahan
usia tiga tahun akan meningkatkan risiko stroke sebesar 11-20%. Dari semua
stroke, orang yang berusia lebih dari 65 tahun memiliki risiko paling tinggi
Makalah Kelompok 4 Kelas D Penyakit Stroke| 5

yaitu 71%, sedangkan 25% terjadi pada orang yang berusia 65-45 tahun, dan
4% terjadi pada orang berusia <45 tahun.
2. Jenis Kelamin
Menurut data dari 28 RS di Indonesia, ternyata laki-laki banyak
menderita stroke dibandingkan perempuan. Insiden stroke 1,25 kali lebih
besar pada laki-laki dibanding perempuan.
3. Ras/Bangsa
Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada orang kulit
putih. Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup. Pada
tahun 2004 di Amerika terdapat penderita stroke pada laki-laki yang berkulit
putih sebesar 37,1% dan yang berkulit hitam sebesar 62,9% sedangkan pada
wanita yang berkulit putih sebesar 41,3% dan yang berkulit hitam sebesar
58,7%.
4. Hereditas
Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya
hipertensi, jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah. Riwayat stroke
dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah
mengalami stroke pada usia kurang dari 65 tahun, meningkatkan risiko
terkena stroke. Menurut penelitian Tsong Hai Lee, riwayat stroke pada
keluarga meningkatkan risiko terkena stroke sebesar 29,3%.
5. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke. Hipertensi
meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak 4 sampai 6 kali. Makin tinggi
tekanan darah kemungkinan stroke makin besar karena terjadinya kerusakan
pada dinding pembuluh darah sehingga memudahkan terjadinya penyumbatan
atau perdarahan otak.
6. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan faktor risiko untuk stroke, namun tidak
sekuat

hipertensi.

Diabetes

melitus

dapat

mempercepat

terjadinya

aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah) yang lebih berat sehingga


berpengaruh terhadap terjadinya stroke.
Makalah Kelompok 4 Kelas D Penyakit Stroke| 6

7. Penyakit Jantung
Penyakit jantung yang paling sering menyebabkan stroke adalah fibrilasi
atrium/atrial fibrillation (AF), karena memudahkan terjadinya penggumpalan
darah di jantung dan dapat lepas hingga menyumbat pembuluh darah di otak.
Di samping itu juga penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi
otot jantung, pasca operasi jantung juga memperbesar risiko stroke.
8. Obesitas
Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan diabetes
melitus. Obesitas meningkatkan risiko stroke sebesar 15%. Obesitas dapat
meningkatkan hipertensi, jantung, diabetes dan aterosklerosis yang semuanya
akan meningkatkan kemungkinan terkena serangan stroke.
9. Hiperkolesterolemia
Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung meningkatkan faktor
risiko, tingginya kolesterol dapat merusak dinding pembuluh darah dan juga
menyebabkan penyakit jantung koroner.
10. Merokok
Berdasarkan penelitian Siregar F (2002) di RSUP Haji Adam Malik
Medan dengan desain case control, kebiasaan merokok meningkatkan risiko
terkena stroke sebesar 4 kali. Merokok menyebabkan penyempitan dan
pengerasan arteri diseluruh tubuh (termasuk yang ada di otak dan jantung),
sehingga merokok mendorong terjadinya aterosklerosis, mengurangi aliran
darah, dan menyebabkan darah mudah menggumpal.
11. Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme
tubuh, sehingga terjadi dislipidemia, diabetes melitus, mempengaruhi berat
badan dan tekanan darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf otak dan lainlain. Semua ini mempermudah terjadinya stroke.
12. Stres
Stres psiokososial dapat menyebabkan

depresi.

Jika

depresi

berkombinasi dengan faktor risiko lain (misalnya, aterosklerosis berat,


penyakit jantung atau hipertensi) dapat memicu terjadinya stroke.

Makalah Kelompok 4 Kelas D Penyakit Stroke| 7

13. Penyalahgunaan Obat


Pada orang-orang yang menggunakan narkoba terutama jenis suntikan
akan mempermudah terjadinya stroke, akibat dari infeksi dan kerusakan
dinding pembuluh darah otak. Disamping itu, zat narkoba itu sendiri akan
mempengaruhi metabolisme tubuh, sehingga mudah terserang stroke. Hasil
pengumpulan data dari rumah sakit Jakarta tahun 2001 yang menangani
narkoba, didapatkan bahwa lebih dari 50% pengguna narkoba dengan
suntikan berisiko terkena stroke.
D. Epidemiologi Penyakit Stroke
1. Menurut Orang
Menurut penelitian Tsong Hai Lee di Taiwan pada tahun 1997-2001,
terdapat 264 orang penderita stroke iskemik pada usia 18-45 tahun, yang
disebabkan oleh kelebihan lemak, merokok, hipertensi dan riwayat stroke.
Berdasarkan data penderita stroke yang dirawat oleh Pusat Pengembangan dan
Penanggulangan Stroke Nasional (P3SN) RSUP Bukittinggi pada tahun 2002,
terdapat 501 pasien, yang terdiri dari usia 20-30 tahun sebesar 3,59%, usia 3050 tahun sebesar 20,76%, usia 51-70 tahun sebesar 52,69% dan usia 71-90
tahun sebesar 22,95%.
2. Menurut Tempat
Menurut American Heart Association, diperkirakan terjadi 3 juta
penderita stroke pertahun, dan 500.000 penderita stroke yang baru terjadi per
tahun. Angka kematian penderita stroke di Amerika adalah 50-100/100.000
penderita pertahun. Di China (2005), terdapat 1,5 juta penderita stroke dan 1
juta penderita stroke meninggal dunia 66,66%. Di India angka prevalensi
stroke sebesar 8,6 per 100.000 populasi pertahun. Di Indonesia diperkirakan
setiap tahun terjadi 500.000 orang terkena serangan stroke, 125.000 orang
meninggal dunia dengan dan yang mengalami cacat ringan atau berat dengan
proporsi 75% atau 375.000 orang.
3. Menurut Waktu

Makalah Kelompok 4 Kelas D Penyakit Stroke| 8

Menurut WHO (2005), stroke menjadi penyebab kematian dari 5,7 juta
jiwa di seluruh dunia, dan diperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta penderita
pada tahun 2015 dan 7,8 juta penderita pada tahun 2030. Berdasarkan
penelitian Misbach di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2000-2003,
menunjukkan bahwa jumlah penderita stroke tahun 2000 sebanyak 641 orang,
tahun 2001 sebanyak 722 orang, tahun 2002 sebanyak 706 orang dan tahun
2003 sebanyak 522 orang. Di RSU Banyumas, terjadi peningkatan penderita
stroke yang dirawat inap pada tahun 1997-2000. Pada tahun 1997 terdapat
penderita stroke sebanyak 255 orang, tahun 1998 sebanyak 298 orang, tahun
1999 sebanyak 393 orang dan tahun 2000 sebanyak 459 orang.
E. Diagnosis Penyakit Stroke
Diagnosis dini dapat dilakukan dengan cara bersiul. Saat seseorang
mengalami kesulitan bersiul diduga orang tersebut mengalami kelumpuhan pada
nervus facialis yang merupakan salah satu dari 12 saraf cranial (saraf kranialis
ke-7) dimana saraf ini berperan besar mengatur ekspresi dan indra perasa di kulit
wajah manusia. Saraf fasialis sendiri memiliki 2 komponen utama yang berperan
dalam persarafan otot ekspresi wajah. Komponen inilah yang merupakan saraf
fasialis sesungguhnya, Itulah sebabnya kenapa saat terjadi stroke, gangguan pada
saraf facialis ini akan menyebabkan seseorang menjadi kesulitan untuk bersiul
karena pusat pengaturan otot-otot disekitar wajah dan mulutnya terganggu.
Cara deteksi adanya kelumpuhan otot wajah akibat gangguan saraf facialis
yang lainnya adalah dengan mengamati ada tidaknya kelumpuhan otot-otot wajah
seperti kesulitan dalam menutup kelopak mata, gangguan rasa pengecap,
gangguan pendengaran (hiperakusis). Selain itu kelumpuhan fungsi motorik
nervus fasialis mengakibatkan otot-otot wajah satu sisi tidak berfungsi, ditandai
dengan hilangnya lipatan hidung, bibir, turunnya sudut mulut sehingga bibir
tertarik kesisi yang sehat (bibir perot). Selain itu penderita akan mengalami
kesulitan mengunyah dan menelan sehingga air ludah akan keluar dari sudut

Makalah Kelompok 4 Kelas D Penyakit Stroke| 9

mulut yang turun. Gejala lain yang mudah dideteksi biasanya penderita
mengalami sulit berbicara (pelo).
Pada serangan stroke terdapat tanda dan gejala kelumpuhan nervus facialis
hanya merupakan sebagian pemeriksaan pendukung untuk menegakkan diagnose
stroke. Dari pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat diketahui jenis serangan
stroke sekaligus upaya menilai berat ringannya stroke yang dialami seseorang
sehingga akan mempermudah dalam penanganan selanjutnya. Lebih jauh
pemeriksaan fisik lainnya juga diperlukan mulai dari pemeriksaan syaraf lengkap,
pemeriksaan laboratorium darah, pemeriksaan radiologi berupa CT scan untuk
menentukan lokasi kerusakan bagian otak yang mengalami defisit neurologis
akibat pecahnya pembuluh darah atau berkurangnya aliran darah ke bagian otak
tersebut.
F. Pencegahan Penyakit Stroke
Menurut Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke (1999) di Indonesia,
upaya yang dilakukan untuk pencegahan penyakit stroke yaitu :
1. Pencegahan Primordial
Tujuan pencegahan primordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko
stroke bagi individu yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan
primordial dapat dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan, seperti
berkampanye tentang bahaya rokok terhadap stroke dengan membuat
selebaran atau poster yang dapat menarik perhatian masyarakat. Selain itu,
promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program pendidikan
kesehatan masyarakat, dengan memberikan informasi tentang penyakit stroke
melalui ceramah, media cetak, media elektronik dan billboard.

2. Pencegahan Primer

Makalah Kelompok 4 Kelas D Penyakit Stroke| 10

Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko


stroke bagi individu yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan
gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain :
a. Menghindari : Rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam
berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.
b. Mengurangi : Kolesterol dan lemak dalam makanan.
c. Mengendalikan : Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya fibrilasi
atrium, infark miokard akut, penyakit jantung reumatik).
d. Menganjurkan : Konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak
sayuran, buah-buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan
junk food dan beralih pada makanan tradisional yang rendah lemak dan
gula, serealia dan susu rendah lemak serta dianjurkan berolahraga secara
teratur.
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah menderita
stroke. Pada tahap ini ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke
agar stroke tidak berlanjut menjadi kronis. Tindakan yang dilakukan adalah :
a. Obat-obatan, yang digunakan adalah Asetosal (asam asetil salisilat)
digunakan sebagai obat antiagregasi trombosit pilihan pertama dengan
dosis berkisar antara 80-320mg/hari, antikoagulan oral diberikan pada
penderita dengan faktor resiko penyakit jantung (fibrilasi atrium, infark
miokard akut, kelainan katup) dan kondisi koagulopati yang lain.
b. Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi
obat antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi, mengkonsumsi
obat hipoglikemik pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan
mengkonsumsi obat antidislipidemia pada penderita dislipidemia, berhenti
merokok, berhenti mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan berat badan
dan kurang gerak.
4. Pencegahan Tersier
Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita
stroke agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan mengurangi
Makalah Kelompok 4 Kelas D Penyakit Stroke| 11

ketergantungan pada orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan seharihari. Pencegahan tersier dapat dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik,
mental dan sosial. Rehabilitasi akan diberikan oleh tim yang terdiri dari
dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa, ahli
okupasional, petugas sosial dan peran serta keluarga.
a. Rehabilitasi Fisik
Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi yang dapat membantu
proses pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang diberikan yaitu yang
pertama adalah fisioterapi, diberikan untuk mengatasi masalah gerakan
dan sensoris penderita seperti masalah kekuatan otot, duduk, berdiri,
berjalan, koordinasi dan keseimbangan serta mobilitas ditempat tidur.
Terapi yang kedua adalah terapi okupasional (Occupational Therapist),
diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas
sehari-hari seperti mandi, memakai baju, makan dan buang air. Terapi
yang ketiga adalah terapi wicara dan bahasa, diberikan untuk melatih
kemampuan penderita dalam menelan makanan dan minuman dengan
aman serta dapat berkomunikasi dengan orang lain.
b. Rehabilitasi Mental
Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah emosional yang dapat
mempengaruhi mental mereka, misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung,
tidak bahagia, murung dan depresi. Masalah emosional yang mereka alami
akan mengakibatkan penderita kehilangan motivasi untuk menjalani
proses rehabilitasi. Oleh sebab itu, penderita perlu mendapatkan terapi
mental dengan melakukan konsultasi dengan psikiater atau ahli psikologi
klinis.
c. Rehabilitasi Sosial
Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu penderita
stroke menghadapi masalah sosial seperti, mengatasi perubahan gaya
hidup, hubungan perorangan, pekerjaan, dan aktivitas senggang. Selain
itu, petugas sosial akan memberikan informasi mengenai layanan
Makalah Kelompok 4 Kelas D Penyakit Stroke| 12

komunitas lokal dan badan-badan bantuan sosial, seperti mandi, memakai


baju, makan dan buang air. Terapi yang ketiga adalah terapi wicara dan
bahasa, diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam menelan
makanan dan minuman dengan aman serta dapat berkomunikasi dengan
orang lain.
G. Penatalaksanaan Penyakit Stroke
Dalam perjalanan penyakitnya, stroke memiliki beberapa fase yang perlu
diperhatikan dalam tatalaksana pengobatan. Fase atau tahapan proses sejak stroke
akut sampai fase ke kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut (Junaidi, 2004):
1. Fase akut berlangsung antara 4-7 hari. Tujuan pada fase ini adalah pasien
selamat dari serangan stroke.
2. Fase stabilisasi, berlangsung antara 2-4 minggu. Tujuan pada fase ini adalah
pasien belajar lagi keterampilan motorik yang terganggu dan belajar
penyesuaian baru untuk mengimbangi keterbatasan yang terjadi.
3. Rehabilitasi, yang bertujuan untuk melanjutkan proses pemulihan untuk
mencapai perbaikan kemampuan fisik, mental, sosial, kemampuan bicara dan
ekonomi.
4. Fase ke kehidupan sehari-hari, dimana pasien harus menghindari terulangnya
stroke akut, biasanya dianjurkan untuk:
a. Melakukan kontrol tensi secara rutin
b. Kendalikan kadar gula darah
c. Berhenti merokok
d. Diet rendah lemak
e. Menghindari risiko terjadinya stres
f. Terapi terkait faktor risiko lainnya dan penyempurnaan pemulihan
kesehatan serta mencegah terulangnya serangan stroke
H. Contoh Kasus Penyakit Stroke
1. Silent Stroke
Budi (bukan nama sebenarnya) adalah seorang pria berusia 40 tahun. Dia
tidak pernah mengalami gejala yang biasa dialami seseorang yang terserang
stroke. Dia tidak kesulitan berbicara dan tidak merasa tubuhnya kaku. Budi
hanya merasa kemampuan berpikirnya menurun. Karena khawatir akan

Makalah Kelompok 4 Kelas D Penyakit Stroke| 13

masalah ini, Budi melakukan pemeriksaan CT Scan. Hasilnya, dokter


mengatakan dia menderita silent stroke. Penyakit jenis ini hanya bisa dideteksi
dengan CT Scan.
Silent stroke tidak memunculkan gejala seperti stroke pada umumnya.
Hanya kecerdasan atau kognitif penderita yang mengalami penurunan. Meski
begitu, penyakit tersebut harus diwaspadai dan segera diobati. Biasanya
penderita tidak minum obat atau melakukan terapi karena merasa dirinya tidak
sedang sakit. Apabila tidak diobati atau diterapi, silent stroke ini bisa
menimbulkan akibat yang fatal.
Silent stroke disebabkan oleh terpotongnya aliran darah ke otak. Namun
penderita tidak merasakan apa pun ketika hal tersebut sudah terjadi.
Terpotongnya aliran darah ke otak bisa terjadi akibat penyumbatan atau oklusi
pada pembuluh darah kecil yang berada di otak. Pada penderita kondisi ini,
pembuluh darah yang tersumbat adalah pembuluh di otak bagian silent area.
Seperti stroke pada umumnya, faktor risiko silent stroke juga terbagi dua.
Pertama, faktor yang tidak bisa dikendalikan, seperti umur, jenis kelamin, dan
genetik. Kedua, faktor yang bisa dikendalikan, misalnya gaya hidup yang
buruk. Pada lansia, terdapat 10% yang menderita stroke tanpa gejala silent
stroke.
2. Stroke Pada Anak-anak
Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun menderita stroke setelah naik dua
roller coaster di sebuah taman hiburan bersama keluarganya, yang pertama
adalah sepanjang 206 meter dan tinggi sekitar 9 meter dengan kecepatan
tertinggi mencapai 40 km/jam. Roller coaster kedua memiliki ketinggian 16
meter dengan kecepatan 64 km/jam. Keesokan harinya, ketika anak tersebut
dan keluarganya dalam penerbangan kembali ke Chicago, anak itu muntah
dan salah satu sisi wajahnya lemah, bahkan tidak mampu berjalan serta
mengalami kelemahan pada satu sisi tubuhnya. Bocah tersebut lalu dilarikan
ke rumah sakit dan hasil scan menunjukkan adanya robekan pada pembuluh
darahnya dan stroke. Enam bulan kemudian, efek stroke yang dialami sudah
Makalah Kelompok 4 Kelas D Penyakit Stroke| 14

banyak semakin membaik. Meski begitu, bocah ini masih mengalami


kelemahan otot ringan dan kaku pada bagian kiri tubuhnya.
Dokter yang menangani hal ini mengatakan perubahan mendadak yang
menyebabkan leher berputar, seperti saat kita naik roller coaster, olahraga,
atau kekerasan, bisa merobek pembuluh darah. Robekan tersebut terjadi di
bagian luar dinding arteri dan menyebabkan adanya bekuan darah. Jika
bekuannya cukup besar maka bisa menyumbat aliran darah ke bagian otak.
Begitu satu bekuan darah terlepas dan terbawa aliran darah ke otak, maka
akan menyumbat lalu terjadilah stroke.
Pada anak-anak, sentakan yang sangat kuat lebih berbahaya karena otot
leher mereka belum berkembang sempurna. Hal ini berarti anak-anak relatif
memiliki kepala yang lebih besar dibanding tubuh mereka. Pergerakan kepala
yang mendadak saat seseorang menaiki roller coaster juga dapat
menyebabkan sobekan pada arteri karotid yang berfungsi membawa darah ke
bagian kepala, otak, dan wajah. Menurut Dr.Jose Biller dari Loyola University
Medical Centre, Chicago, tempat anak tersebut dirawat, stroke yang diderita
terjadi karena sentakan keras dan mendadak pada kepala, dikombinasikan
dengan tekanan yang terjadi saat roller coaster naik ke atas. Hal tersebut
membuat anak-anak, meski jarang, bisa mengalami pecahnya pembuluh
darah.

Makalah Kelompok 4 Kelas D Penyakit Stroke| 15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan mengenai stroke, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Stroke adalah suatu serangan mendadak yang terjadi di otak dan dapat
mengakibatkan kerusakan pada sebagian atau secara keseluruhan dari otak
yang disebabkan oleh gangguan peredaran pada pembuluh darah yang
mensuplai darah ke otak, biasanya berlangsung lebih dari 24 jam. Stroke
dibagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
2. Gejala umum stroke adalah terdapat kekakuan pada otot wajah, cara bicara
yang tidak jelas, sulit menelan ataupun minum dan kelumpuhan pada salah
satu sisi tubuh.
Makalah Kelompok 4 Kelas D Penyakit Stroke| 16

3. Beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit stroke adalah usia,
jenis kelamin, ras/bangsa, hereditas, hipertensi, diabetes melitus, penyakit
jantung, obesitas, hiperkolesterolemia, merokok, alcohol, stress dan
penyalahgunaan obat-obatan.
4. Ditinjau dari distribusi penyakit stroke berdasarkan orang, maka dapat
diketahui bahwa penyakit ini menyerang segala usia, namun risikonya
meningkat seiring dengan peningkatan usia. Ditinjau dari distribusi penyakit
berdasarkan waktu, diperkirakan prevalensi stroke akan terus meningkat
seiring dengan bertambahnya waktu. Sedangkan ditinjau dari distribusi
penyakit berdasarkan tempat, stroke terdapat di Negara maju maupun di
Negara berkembang.
5. Diagnosis dini penyakit stroke dapat dilakukan dengan bersiul. Untuk
pemeriksaan lebih lanjut, dapat digunakan CT Scan.
6. Pencegahan terhadap penyakit stroke terbagi atas pencegahan primordial,
pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.
7. Dalam perjalanan penyakitnya, stroke memiliki beberapa fase yang perlu
diperhatikan dalam tatalaksana pengobatan, yaitu fase akut, fase stabilisasi,
fase rehabilitasi, dan fase ke kehidupan sehari-hari.
8. Stroke dapat terjadi tanpa gejala atau yang biasa dikenal dengan silent stroke
yang dapat membawa akibat yang sangat fatal bagi penderitanya. Selain itu,
stroke tidak hanya menyerang orang dewasa, namun anak-anak memiliki
risiko untuk menderita penyakit ini.
B. Saran
Bagi masyarakat, hendaknya mengatur pola hidup dan menghindari
aktivitas-aktivitas yang dapat memicu terjadinya stroke. Bagi pemerintah,
hendaknya melakukan tindakan pencegahan penyakit stroke melalui iklan
komersial di televisi dan tempat-tempat lainnya agar mampu menekan prevalensi
stroke di Indonesia.

Makalah Kelompok 4 Kelas D Penyakit Stroke| 17

You might also like