You are on page 1of 12

NAMA : M.

ROBI AMSYAH
NPM : 230110070024
Kelas : Perikanan A 2007

1. Penjelasan Kata yang bercetak tebal

A. Histamin

Histamin adalah senyawa jenis amin yang terlibat dalam tanggapan imun lokal, selain itu
senyawa ini juga berperan dalam pengaturan fungsi fisiologis di lambung dan sebagai
neurotransmitter.
Sebagai tanggapan tubuh terhadap patogen, maka tubuh memproduksi histamin di dalam basofil
dan sel mast, dengan adanya histamin maka terjadi peningkatan permeabilitas kapiler-kapiler
terhadap sel darah putih dan protein lainnya. Hal ini akan mempermudah sel darah putih dalam
memerangi infeksi di jaringan tersebut.
Histamin merupakan senyawa turunan dari asam amino histidin yang banyak terdapat
pada ikan. Asam amino ini merupakan salah satu dari sepuluh asam amino esensial yang
dibutuhkan oleh anak-anak dan bayi tetapi bukan asam amino esensial bagi orang dewasa. Di
dalam tubuh kita, histamin memiliki efek psikoaktif dan vasoaktif. Efek psikoaktifmenyerang
system saraf transmiter manusia, sedangkan efek vasoaktif-nya menyerang sistem vaskular. Pada
orang orang yang peka, histamin dapat menyebabkan migren dan meningkatkan tekanan darah.
Histamin tidak membahayakan jika dikonsumsi dalam jumlah yang rendah, yaitu 8 mg/
100 gr ikan. Keracunan ini biasanya akan timbul karena tingginya kadar histamin yang terdapat
pada ikan yang kita konsumsi. Menurut FDA (Food and Drug Administration) di Amerika
Serikat, keracunan histamin akan berbahaya jika seseorang mengkonsumsi ikan dengan
kandungan histamin 50 mg/100 gr ikan. Sedangkan kandungan histamin sebesar 20 mg/ 100 gr
ikan, terjadi karena penanganan ikan yang tidak hiegenis.
Gejala keracunan akan muncul apabila kita mengkonsumsi ikan dengan kandungan
histamin yang berlebih, yaitu dalam jumlah diatas 70-1000 mg. Akibatnya, timbul muntah-
muntah, rasa terbakar pada tenggorokan, bibir bengkak, sakit kepala, kejang, mual, muka dan
leher kemerah-merahan, gatal-gatal dan badan lemas. Sekilas gejala keracunan histamin mirip
dengan gejala alergi yang dialami oleh orang yang sensitif terhadap ikan atau bahan makanan
asal laut. Oleh karena itu biasanya orang sering keliru membedakan gejala keracunan histamin
dengan alergi. Sampai saat ini belum pernah dilaporkan adanya kematian akibat keracunan
histamin. Meskipun begitu kita harus tetap waspada, karena efek yang ditimbulkannya juga tidak
bisa dianggap sepele.
Langkah yang paling tepat untuk mencegah keracunan histamin adalah dengan cara
memilih dan mengkonsumsi ikan yang masih segar dan bermutu baik. Selain itu perhatikan pula
cara penanganan ikan secara tepat dan benar sehingga kemungkinan besar bahayanya dapat
dihindari. 
Histamin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor histamin di sel. Ada 4 jenis
reseptor histamin yang telah diidentifikasi, yakni:
Reseptor Histamin H1
Reseptor ini ditemukan di jaringan otot, endotelium, dan sistem syaraf pusat. Bila histamin
berikatan dengan reseptor ini, maka akan mengakibatkan vasodilasi, bronkokonstriksi, nyeri,
gatal pada kulit. Reseptor ini adalah reseptor histamin yang paling bertanggungjawab terhadap
gejala alergi.
Reseptor Histamin H2
Ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung.
Reseptor Histamin H3
Bila aktif, maka akan menyebabkan penurunan penglepasan neurotransmitter, seperti histamin,
asetilkolin, norepinefrin, dan serotonin.
Reseptor Histamin H4
Paling banyak terdapat di sel basofil dan sumsum tulang. Juga ditemukan di kelenjar timus, usus
halus, limfa, dan usus besar. Perannya sampai saat ini belum banyak diketahui.
Beberapa fungsi pengaturan di dalam tubuh juga telah ditemukan berkaitan erat dengan
kehadiran histamin. Histamin dilepaskan sebagai neurotransmitter. Aksi penghambatan reseptor
histamin H1  (antihistamin H1) menyebabkan mengantuk. Selain itu ditemukan pula bahwa
histamin juga dilepaskan oleh sel-sel mast di organ genital pada saat terjadi orgasme.
Pasien penderita schizophrenia ternyata memiliki kadar histamin yang rendah dalam darahnya.
Hal ini mungkin disebabkan karena efek samping dari obat antipsikotik yang berefek samping
merugikan bagi histamin, contohnya quetiapine. Ditemukan pula bahwa ketika kadar histamin
kembali normal, maka kesehatan pasien penderita schizophrenia tersebut juga ikut membaik.
http://www.apoteker.info/Topik%20Khusus/histamin.htm
http://www.hanyawanita.com/clickwok/health/health20.htm
B. Putresin

Putresin merupakan prekursor untuk spermidin dan spermin. Spermidin dan spermin


disintesis dari putresin lewat penambahan gugus propil-amin yang diperoleh dari s-adenosil
methionin (SAM). Senyawa ini ternyata juga merupakan prekursor dalam sintesis etilen. Jadi
proses pembentukan poliamin dan etilen berkompetisi pada substrat yang sama yaitu SAM
(Evans dan Malmberg, 1989; Galston dan Kaur-Sawhney, 1995).

Putresin merupakan dua senyawa diamin yang digunakan sebagai indikator kebusukan


daging. Putresin, empat diamina rantai karbon, adalah platform kimia penting dengan berbagai
macam aplikasi untuk farmasi, industri kimia dan agrokimia. Saat ini digunakan untuk
mensintesis nilon-4, 6, engineering plastik banyak digunakan. Saat ini putresin dengan harga
lebih dari € 1.600 per ton dengan perkiraan kebutuhan 10.000 ton per tahun, yang diharapkan
tumbuh. 
Saat produksi putresin pada skala industri bergantung pada sintesis kimia, yang
membutuhkan petrokimia non-terbarukan dan sistem katalis mahal. Proses ini sangat beracun
dan mudah terbakar dengan dampak potensial parah bagi lingkungan dan kesehatan
manusia. Sekarang tim berbasis Korea, dipimpin oleh Sang Profesor Yup Lee di KAIST, telah
merintis produksi bioteknologi bahan kimia menggunakan bahan terbarukan. 

http://biotech.sujanani.com/news/?p=22001963&lang=id

http://74.125.153.132/search?
q=cache:uoApt2DHMEIJ:www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/bai-
journal/Bambang_Sapta_P_studi_tentang_poliamin.pdf+Putresin+adalah&cd=1&hl=id&ct=clnk
&gl=id

C. Kadaverina

Kadaverina merupakan cairan berasap yang tak berwarna dan kental serta larut dalam air
dan alcohol. Jika Zat ini terkena kulit maka akan terjadi iritasi. Kadaverina merupakan senyawa
yang berbau busuk yang dihasilkan oleh hidrolisis protein selama pembusukan jaringan hewan.
Kadeverina merupakan diamina racun dengan rumus NH2 (CH2) 5NH2 yang mirip dengan
putresin. Kadaverina juga dikenal dengan nama 1,5 pentanediamine dan pentamethylenediamine.

D. Trimetil Amin

Trimetil amin merupakan komponen utama yang menyebabkan bau yang kurang nyaman di
rumah sakit atau pasar ikan. Aktivitas ekstrak teh hijau dalam trimetil amin telah diuji dengan
metode yang sama seperti halnya yang dilakukan terhadap MeSH. Sebuah penelitian di Jepang
melaporkan, ikan yang dimasak dalam larutan ekstrak teh lebih rendah kandungan trimetil
aminnya dibandingkan ikan yang dimasak dalam air biasa.
Trimetil Amin merupakan Pemecahan TMAO yang merupakan reaksi penting dari
kerusakan ikan secara enzimatis.  Kandungan TMAO biasanya digunakan sebagai  indikator dari
kesegaran ikan.  Selain  itu, penentuan kandungan amoniak (hasil pemecahan urea) pada
beberapa ikan,  seperti hiu, juga penting untuk menentukan kesegaran ikan. 

http://rohdiana.blogspot.com/2008/01/ini-teh-penghilang-bau-mulut.html

E. Amonia

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini didapati


berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia memiliki
sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan
dapat merusak kesehatan. 
Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat. Istilah ini
menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena amonia mendidih di suhu -33 °C,
cairan amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atau temperaturamat rendah. Walaupun
begitu, kalor penguapannya amat tinggi sehingga dapat ditangani dengan tabung reaksi biasa di
dalam sungkup asap. "Amonia rumah" atauamonium hidroksida adalah larutan NH3 dalam air.
Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam satuan baumé. Produk larutan komersial amonia
berkonsentrasi tinggi biasanya memiliki konsentrasi 26 derajat baumé (sekitar 30 persen berat
amonia pada 15.5 °C).[7] Amonia yang berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga
10 persen berat amonia

http://wapedia.mobi/id/Amonia

F. H2S

Hidrogen sulfida, H2S, adalah gas yang tidak berwarna, beracun, mudah terbakar dan berbau
seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan
organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobik), seperti di rawa, dan saluran
pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas gunung
berapi dangas alam.

Hidrogen sulfida juga dikenal dengan nama sulfana, sulfur hidrida, gas asam (sour


gas), sulfurated hydrogen, asam hidrosulfurik, dan gas limbah (sewer gas). IUPAC menerima
penamaan "hidrogen sulfida" dan "sulfana"; kata terakhir digunakan lebih eksklusif ketika
menamakan campuran yang lebih kompleks.
Hidrogen sulfida merupakan hidrida kovalen yang secara kimiawi terkait dengan air (H2O)
karena oksigen dan sulfur berada dalam golongan yang sama di tabel periodik.

Hidrogen sulfida merupakan asam lemah, terpisah dalam larutan aqueous (mengandung air)


menjadi kation hidrogen H+ dan anion hidrosulfid HS−:

H2S → HS− + H+

Ka = 1.3×10−7 mol/L; pKa = 6.89.

Ion sulfid, S2−, dikenal dalam bentuk padatan tetapi tidak di dalam


larutan aqueous (oksida). Konstanta disosiasi kedua dari hidrogen sulfida sering dinyatakan
sekitar 10−13, tetapi sekarang disadari bahwa angka ini merupakan error yang disebabkan
oleh oksidasi sulfur dalam larutan alkalin
Hidrogen sulfida atau H2S adalah gas beracun. Gas ini dapat dijumpai terlarut di dalam air
laut, danau atau sungai. Di laut atau di danau atau sungai, gas ini berasal dari aktifitas bakteri
pereduksi sulfat di lingkungan anaerob atau lingkungan beroksigen rendah. Kondisi yang
anaerob di ketiga lingkungan tersebut terdapat di dasarnya, yaitu beberapa senti meter di bawah
permukaan sedimen dasar; atau di lingkungan yang memiliki sirkulasi air yang buruk sehingga
lingkungan tersebut kekurangan oksigen.

http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrogen_sulfida

http://wahyuancol.wordpress.com/2009/07/31/hidrogen-sulfida/

G. Alkohol

Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan


kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol
yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol
lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang
dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang
lebih luas lagi.

Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apa pun


yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada
atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.

Alkohol adalah zat yang paling sering disalahgunakan manusia, alkohol diperoleh atas
peragian/fermentasi madu, gula, sari buah atau umbi-umbian. Dari peragian tersebut dapat
diperoleh alkohol sampai 15% tetapi dengan proses penyulingan (destilasi) dapat dihasilkan
kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Kadar alkohol dalam darah maksimum
dicapai 30-90 menit. Setelah diserap, alkohol/etanol disebarluaskan ke suluruh jaringan dan
cairan tubuh. Dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah orang akan menjadi euforia,
namun dengan penurunannya orang tersebut menjadi depresi.
http://id.wikipedia.org/wiki/Alkohol

H. Senyawa Keton

Keton bisa berarti gugus fungsi yang dikarakterisasikan oleh sebuah


gugus karbonil (O=C) yang terhubung dengan dua atom karbon ataupun senyawa kimia yang
mengandung gugus karbonil. Keton memiliki rumus umum:

R1(CO)R2.
Senyawa karbonil yang berikatan dengan dua karbon membedakan keton dari asam
karboksilat, aldehida, ester,amida, dan senyawa-senyawa beroksigen lainnya. Ikatan ganda gugus
karbonil membedakan keton dari alkoholdan eter. Keton yang paling sederhana
adalah aseton (secara sistematis dinamakan 2-propanon).

Atom karbon yang berada di samping gugus karbonil dinamakan karbon-α. Hidrogen
yang melekat pada karbon ini dinamakan hidrogen-α. Dengan keberadaan asam katalis, keton
mengalami tautomerisme keto-enol. Reaksi dengan basa kuat menghasilkan enolat.

Secara umum, keton dinamakan dengan tatanama IUPAC dengan menggantikan sufiks -


a pada alkana induk dengan -on. Untuk keton yang umumnya dijumpai, nama-nama tradisional
digunakan, seperti pada aseton danbenzofenon, nama-nama ini dianggap sebagai nama IUPAC
yang dipertahankan [1] walaupun beberapa buku kimia menggunakan nama propanon.

Okso adalah tatanama IUPAC resmi untuk gugus fungsi keton. Namun prefiks lainnya


juga digunakan dalam berbeagai buku dan jurnal. Untuk senyawa-senyawa yang umum
(terutama pada biokimia), keto atau okso adalah istilah yang digunakan untuk
menjelaskan gugus fungsi keton (juga dikenal dengan nama alkanon). Okso juga merujuk pada
atom okesigen tunggal yang berkoordinasi dengan logam transisi (okso logam).

http://id.wikipedia.org/wiki/Keton
I. Fase Eksponensial

Fase eksponensial adalah fase dimana bakteri melakukan pembelahan secara biner
dengan jumlah kelipatan (eksponensial). Pada fase ini, terjadi lonjakan peningkatan jumlah
biomassa sel, sehingga bisa diketahui seberapa besar terjadi pertumbuhan secara optimal dan
tingkatan produktifitas biomassa sel.

Fase eksponensial ditandai dengan terjadinya periode pertumbuhan yang cepat. Setiap sel
dalam populasi membelah menjadi dua sel. Variasi derajat pertumbuhan bakteri pada fase
eksponensial ini sangat dipengaruhi oleh sifat genetik yang diturunkannya. Selain itu, derajat
pertumbuhan juga dipengaruhi oleh kadar nutrien dalam media, suhu inkubasi, kondisi pH dan
aerasi. Ketika derajat pertumbuhan bakteri telah menghasilkan populasi yang maksimum, maka
akan terjadi keseimbangan antara jumlah sel yang mati dan jumlah sel yang hidup.

http://dhave29.multiply.com/reviews/item/4

http://chemicalzone.blogspot.com/2008/06/fase-pertumbuhan-bakteri_18.html

2. Penentuan tingkat kesegaran ikan dapat dilihat dari ciri-ciri yang bercetak tebal pada artikel
tersebut. Diantaranya adalah Kekerasan dan elastic daging. Hal ini merupakan tanda yang mudah
dikenali untuk menentukan apakah ikan tersebut masih segar atau sudah busuk. Ciri yang kedua
adalah Susut Bobot dan kadar air. Bila susut bobot tubuh ikan serta kadar airnya berkurang,
maka hal tersebut menunjukkan tingkat kesegaran ikan sudah rendah.

Dilihat dari karakter biologis, adanya populasi mikroba pembusuk juga merupakan
parameter tingkat kesegaran ikan. Semakin banyaknya jumlah mikroba pembusuk, semakin
rendah tingkat kesegaran ikan tersebut. Kenampakan, aroma, tekstur dan cita rasa merupakan hal
yang paling mudah untuk mengetahui tingkat kesegaran ikan. Bila kenampakan, aroma, dan cita
rasanya sudah berubah dari aslinya berarti tingkat kesegaran ikan sudah mulai menurun. Tetapi
sebaliknya bila kenampakan, aroma, dan cita rasa masih sama seperti keadaan aslinya berarti
tingkat kesegaran ikan masih terjaga.

3. Ringkasan Bandeng Presto

Bandeng presto adalah makanan khas Indonesia yang berasal dari daerah Semarang, Jawa
Tengah. Makanan ini dibuat dari ikan bandeng (Chanos chanos) yang dibumbui dengan bawang
putih, kunyit dan garam. Ikan bandeng ini kemudian dimasak pada alas daun pisang dengan cara
presto. Presto adalah cara memasak dengan uap air yang bertekanan tinggi. Makanan yang
dimasak dengan cara ini diletakkan dalam panci yang dapat dikunci dengan rapat. Air yang
berada di dalam panci ini kemudian dipanaskan hingga mendidih. Uap air yang timbul akan
memasak makanan yang berada di dalam panci ini. Karena ikan bandeng terkenal memiliki
banyak duri, bandeng presto adalah makanan yang digemari karena dengan cara masak presto
duri-duri ini menjadi sangat lunak.
Teknologi pembuatan bandeng presto sangat sederhana dan mudah sehingga dapat
diproduksi dalam berbagai skala usaha. Skala usaha industri pengolahan bandeng presto dibagi
atas skala usaha kecil (kapasitas produksi 10-25 Kg per hari), skala usaha sedang (kapasitas
produksi 50-100 Kg per hari), dan skala usaha besar (kapasitas produksi satu ton per hari). 
Dibandingkan dengan pengolahan ikan asin, pembuatan bandeng presto mempunyai
beberapa keuntungan, yaitu: (1) cara pengolahannya sederhana, (2) hasilnya dapat langsung
dimakan, tanpa perlu dimasak terlebih dahulu, (3) rasanya cocok dengan selera masyarakat
Indonesia pada umumnya, (4) dapat dimakan dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga
sumbangan proteinnya cukup besar bagi perbaikan gizi masyarakat.

Alur Proses dari Pembuatan Bandeng Presto Adalah

No Alur Proses Jenis Bahaya Cara Pencegahan


1 Pencucian 1.Bahaya Fisik - Selalu teliti dalam
- Kerusakan pada bahan baku pencucian
- terkelupasnya kulit ikan - menggunakan
bandeng teknik pencucian
yang baik dan benar

2.Bahaya Kimiawi - Selalu


- Terkontaminasi dengan zat-zat menggunakan air
kimia dari air yang bersih dan
higienis
3.Bahaya Biologis
- Kontaminasi dengan mikroba - Selalu
menggunakan air
yang bersih dan
higienis

2 Perendaman dengan air 1. Bahaya Fisik - Selalu teliti dan


Garam - Kerusakan pada lapisan kulit hati-hati dalam
ikan bandeng melakukan
- Tercemar kotoran perendaman
- menggunakan
teknik perendaman
yang baik dan benar

2. Bahaya Kimiawi - Selalu


- Terkontaminasi dengan air menggunakan air
rendaman yang rentan yang bersih dan
mengandung bahan kimia higienis

3. Bahaya Biologis - Selalu


- Terkontaminasi dengan bakteri menggunakan air
mikroba yang bersih dan
higienis
3 Pembungkusan dengan 1. Bahaya Fisik - Selalu teliti dan
Daun Pisang / plastik - Rusaknya fisik pada produk hati-hati dalam
- Tercemar kotoran melakukan
pembungkusan
-menggunakan teknik
pembungkusan yang
baik dan benar

2. Bahaya Kimiawi - Selalu


- Terkontaminasi dengan dzat menggunakan bahan
kimia yang terkandung pada pembungkus yang
daun pisang atau plastik telah di sterilkan

3. Bahaya Biologis - Selalu


Terkontaminasi dengan bakteri menggunakan bahan
mikroba pembungkus yang
telah di sterilkan

4 Pengukusan 1. Bahaya Fisik - Selalu teliti dan


- Rusaknya fisik pada produk hati-hati dalam
- Tercemar kotoran melakukan
pengukusan
-menggunakan teknik
pengukusan yang
baik dan benar

2. Bahaya Kimiawi - Menggunakan alat


- Terkontaminasi dengan dzat yang bersih dan telah
kimia yang terdapat pada alat di sterilkan
pengukus

3. Bahaya Biologis - Menggunakan alat


- Terkontaminasi dengan bakteri yang bersih dan telah
mikroba di sterilkan

5 Pendinginan 1. Bahaya Fisik -Selalu teliti dan hati-


- Rusaknya fisik pada produk hati dalam melakukan
- Tercemar kotoran pendinginan
- menggunakan
teknik pendinginan
yang baik dan benar

2. Bahaya Kimiawi - Selalu


- terkontaminasi dengan dzat menggunakan bahan
kimia yang mengalami dan tempat yang
pendinginan bersih dan steril

3. Bahaya Biologis - Selalu


- Terkontaminasi dengan bakteri menggunakan bahan
mikroba dan tempat yang
bersih dan steril

6 Pengemasan dan 1. Bahaya Fisik - Selalu teliti dan


Pelabelan - Kerusakan fisik pada produk hati-hati dalam
- Tercemar kotoran melakukan
pengemasan
- Menggunakan
teknik pengemasan
yang baik dan benar

2. Bahaya Kimiawi - Selalu


- Terkontaminasi dengan dzat menggunakan bahan
kimia yang terkandung pada alat dan tempat yang
yang digunakan untuk bersih dan steril
pengemasan dan pelabelan

3. Bahaya Biologis - Selalu


- Terkontaminasi dengan bakteri menggunakan bahan
mikroba dan tempat yang
bersih dan steril

7 Distribusi 1. Bahaya Fisik - Dalam distribusi


- Kerusakan fisik pada Produk dilakukan dengan
- Tercemar kotoran cepat ke tujuan
- Produk sebaiknya di
beri batasan
penumpukan dalam
pendistribusian.

2. Bahaya Kimiawi - Dalam distribusi


- Tercemar oleh dzat kimia alat dilakukan dengan
pembungkus yang timbul akibat cepat ke tujuan
lamanya pengangkutan - Tempat yang
digunakan untuk
meletakkan produk
harus steril

3. Bahaya Biologis Dalam distribusi


- Terkontaminasi dengan bakteri dilakukan dengan
mikroba cepat ke tujuan
- Tempat yang
digunakan untuk
meletakkan produk
harus steril

Proses Pengolahan Bandeng Presto    :  

Tahap 1: Ikan dicuci dibuang isi perutnya dan insangnya. bersihkan ginjal (tampak merah
menempel pada tulang belakang di bagian dalam rongga perut ). Cuci dengan air bersih dan
kemudian rendam dalam larutan garam (3 Kg garam,100 liter air) selama 15 - 20 menit. Dalam
merendam ikan dengan larutan garam sebaiknya diberi es. untuk mencegah pembusukan karena
peningkatan suhu.

Tahap 2 : Ikan hasil rendaman diberi garam halus secukupnya I dilaburi garam sejumlah 2% atau
2 gram untuk 100 gram ikan, 8 gram untuk ikan berukuran 400 gram atau direndam dalam
larutan garam jenuh selama 2 jam. kemudian di bungkus daun pisang atau lembaran aluminium
setiap ekor dan selanjutnya satu persatu ditata sarangan autoclave atau press-cooker.

Tahap 3: Pengukusan dilakukan selama 60 menit dengan tekanan di bagian dalam 0,0 atmospir
bagi ikan 200 - 300 gram dan 1,0 atmospir bagi ikan yang beratnya lebih dan 300 gram.
Tahap 4 : Hasil pengukusan dibiarkan turun suhunya di ruangan dan setelah produk mencapai
suhu kamar sebaiknya disimpan dalam ruangan bersuhu rendah (sekitar 0°C) dengan
menggunakan lemari es atau kamar dingin. Hal ini penting untuk distribusi, pemasaran atau
pengeceran, karena bandeng presto dapat tahan 7 sampai 10 hari pada suhu sekitar 0°C.

Tabel Kelompok Bahaya Produk Bandeng Presto

Kategori Resiko
Kelompok Bahaya
No. Bahan/Ingredien
0/I/II/III/IV/V/VI
A B C D E F
Ikan Bandeng Segar 0 + 0 + + + IV
Garam 0 0 0 + + + III
Daun Pisang 0 0 0 + + + III
Air 0 0 0 + + + III

You might also like