Pada suatu ketika di negeri yang jauh negeri yang dinginada Manusia Salju bernama si Putih. Dia sangat istimewa, sebab ia dapat berjalan, berbicara, dan bernyanyi! Dan kadang-kadang dia bahkan dapat melompat! Si Putih senang bernyanyi di bawah sinar bulan. Ketika bulan purnama di langit malam yang gelap, dia menengadahkan kepala dan mendendangkan lagu orang salju yang gembira. Ketika musim liburan yang istimewa, si Putih bertemu temangadis salju bernama Lala. Dia sangat cantik, dan istimewa seperti si Putih. Matanya besar gemerlapan. Dia juga senang bernyanyi. Si Putih memutuskan dia ingin memberikan hadiah Natal yang istimewa untuk Lala. Tetapi, apa yang dapat kuberikan kepada Lala untuk hari Natal? pikirnya, sambil berjalan di salju. Haruslah sesuatu yang istimewa sesuatu yang berbeda sesuatu yang besar! Sesuatu yang belum pernah diterimanya sebelum ini.
Aduh! Si Putih berteriak, ketika tubuh
saljunya yang besar itu jatuh. Wah, aku lupa air danau sedang membeku. Gerutunya sambil bangkit berdiri. Hei, tunggu dulu dia berhenti karena sebuah gagasan muncul di benaknya. Putih, kamu pintar sekali! Ya, itulah yang akan kamu lakukan untuk Lala. Kamu akan belajar berseluncur di atas es diiringi lagu Natal kesukaannya, dan kamu akan menjadi pemain seluncur es yang paling hebat. Lala akan sangat gembira. Itu akan menjadi hadiah Natal yang terbaik baginya! Si Putih tergelak dengan tawa gembira manusia salju. Dia mengambil langkah lebar di atas es. Namun tubuh saljunya yang besar itu tergelincir, dan dia terjatuh dengan kerasnya di atas es. Waduh, perlu berlatih lebih serius kelihatannya, ia menyadari.
Sepanjang hari, Si Putih berusaha keras
menjaga keseimbangan di atas es. Akhirnya, dia dapat berdiri cukup lama sehingga dapat berseluncur di atas es. Aku meluncur! serunya sambil berseluncur dengan cepat menyeberangi danau. Aku melun Oo..Oo!! GEDEBUK! Si Putih jatuh dengan kepala terlebih dahulu di seberang danau. Aduh, belajar berseluncur aku lupa bahwa aku juga harus belajar berhenti, keluhnya, sambil bangkit berdiri. Rasanya berseluncur di atas es bukan untukku. Lagipula, Lala mungkin tidak akan menyukai hadiah yang seperti itu. Dia membetulkan kancing di dada saljunya ketika sesuatu yang setengah terbenam di salju menarik perhatiannyasesuatu yang cerah dan merah berbentuk seperti huruf J. Permen berbentuk tongkat!
Si Putih senang sekali.
Menggenggam permen di tangannya, pikirnya tentunya hadiah berupa sekantong permen berbentuk tongkat adalah sesuatu yang luar biasa bagi seseorang yang istimea seperti Lala. Aku akan membawa permen tongkat sekantong besardan pasti Lala akan menyukainya. Si Putih mencari-cari. Namun lama mencari, tidak ada lagi permen yang dapat ditemukannya. Akhirnya, kelelahan, dia menjatuhkan dirinya bersandar pada sebatang pohon. Matahari sudah mulai terbenam, dan bulan yang cantik mulai bersinar semakin terang. Mungkin memberi permen berbentuk tongkat bukan ide yang baik, Si Putih menyimpulkan. Lagipula, sudah hampir waktunya bernyanyi di bawah sinar bulan.
Persis ketika Si Putih baru saja
akan mendendangkan lagunya, seekor kunang-kunang bertengger di hidungnya yang terbuat dari wortel, membuat hidungnya menjadi berwarna terang oranye. Bukannya bernyanyi, Si Putih meniup kunang-kunang itu mencoba mengusirnya. Ayo pergi kunang-kunang kecil, katanya, sedikit kurang sabar. Kemudia ide lainnya muncul. Ya, ya, ini bisa berhasil! Ini pasti berhasil! Dengan cepat ia menanggalkan topi hitamnya dan menangkap kunang-kunang tadi ke dalam topinya, menutupi atasnya dengan tangan saljunya yang dingin. Aku akan menangkap kunangkunang sebanyak mungkin dan memenuhi topi ini lalu menempatkan mereka di pohon cemara yang paling tinggi dan yang paling cantik. Aku akan membuat pohon Natal yang paling cantik, yang pernah ada! Dan itu akan menjadi hadiah yang sempurna untuk Lala.
Si Putih menangkap sekelebat cahaya
dan berlari menangkap kunang-kunang yang lain itu, dengan menggunakan topinya. Si Putih berlari untuk waktu yang lama, mengejar kunang-kunang. Tetapi yang tidak disadarinya adalah bahwa setiap kali dia menangkap seekor kunangkunang yang lainnya, kunang-kunang yang ada di dalam topinya terbang pergi. Ketika Si Putih akhirnya berhenti berlari untuk memeriksa seberapa banyak kunang-kunang di topinya, dia sangat kecewa karena hanya ada seekor kunangkunang saja. Dengan sedih, Si Putih duduk di atas salju sambil meletakkan topinya di sebelahnya. Airmata mengalir di pipinya. Aku hanya ingin memberikan hadiah Natal yang terbaik untuk Lala, keluhnya. Tetapi besok sudah hari Natal dan aku masih tidak punya apa-apa sebagai hadiah. Si Putih menutupi matanya yang besar terbuat dari manik-manik hitam itu dengan tangan saljunya yang besar dan mulai terisak.
Sebuah suara kecil memecah
keheningan. Hadiah yang sempurna tidak harus yang paling besar, atau yang paling baik atau yang paling mengagumkan. Terkejut, Si Putih menengadah dan mendapati kunang-kunang itu perlahan-lahan terbang meninggalkan topi. Tunggu dulu! Apa katamu? tanyanya. Kunang-kunang menjawab, Terkadang hadiah yang paling baik adalah hadiah yang paling kecil, jika itu disertai dengan kasih. Si Putih berpikir sejenak. Kemudian dia melakukan apa yang seharusnya sudah sejak tadi dilakukannya. Si Putih melipat tangan saljunya yang besar, dan menengadah ke langit. Ya Tuhan, dia berdoa, Aku senang sekali dengan si gadis salju, Lala, dan aku benar-benar ingin memberinya hadiah Natal yang istimewa. Tidak harus besar, tetapi aku ingin hadiah itu istimewa. Tolonglah aku, tunjukkanlah padaku apa yang dapat kuberikan untuknya?
Ketika dia membuka matanya, dia melihat
salju mulai mencair di satu tempat di tanah di depannya. Kemudian, setangkai bunga cantik berwarna biru merekah persis di depan matanya. Luar Biasa! Pikir Si Putih. Dia meraih dan memetik bunga cantik itu. Terima kasih, Tuhan, sudah memperlihatkan kepadaku hadiah yang indah ini untuk Lala. Si Putih manusia salju yang gembira di pagi hari Natal ketika dia memberikan hadiah Natal istimewa itu kepada Lala. Putih, ini adalah hadiah yang terbaik yang pernah kuterima! seru Lala. Kemudian dia memeluk Si Putih dengan hangat dan berkata, Dan kamu adalah sahabatku yang paling baik! Kemudian Si Putih dan Lala bergandengan tangan, menengadah ke langit, dan mendendangkan lagu manusia salju sambil berdansa di salju. Ketika mereka bernyanyi, segumpal besar salju jatuh dari langit, menutupi tanah dengan selimut salju. Bagi Si Putih dan Lala, itu adalah hari Natal yang sempurna. Authored by Jasmine St.Clair and Kie Poole. Text adapted from ActivatedSpecial Kids Edition, Vol. 1, Issue 2. Copyright 2005 by Aurora Production AG, Switzerland. All rights reserved. Used by permission. Illustrations by Zeb. Design by Stefan Merour. Published on My Wonder Studio. Copyright 2013 by The Family International