Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
STANDAR KETENAGAAN
STANDAR FASILITAS
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian ................................................................................... 61
B. Tujuan ......................................................................................... 62
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien ..............................................
BAB VII
PENUTUP ......................................................................... 68
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan lembaga, di mana kemajuan ilmiah dipakai untuk
memberikan layanan diagnostik dan terapeutik yang terbaik bagi pasien, namun di
sisi lain, disadari bahwa rumah sakit juga dapat menjadi tempat yang berbahaya
tidak saja bagi pasien, bagi karyawan atau pengunjung rumah sakit yang lainnya.
Lingkungan rumah sakit merupakan tempat yang memudahkan penularan berbagai
penyakit infeksi. Penerapan teknologi teknologi diagnostik ataupun terapeutik
bukanlah tanpa bahaya. Justru sebaliknya, infeksi yang terjadi melalui perawatan di
rumah sakit, sebenarnya telah memiliki sejarah yang panjang.
Resiko infeksi nosokomial selain terjadi pada pasien yang dirawat di Rumah
Sakit, dapat juga terjadi pada para petugas Rumah Sakit tersebut. Berbagai prosedur
penanganan pasien memungkinkan petugas terpajan dengan kuman yang berasal
dari pasien. Infeksi petugas juga berpengaruh pada mutu pelayanan karena petugas
menjadi sakit sehingga tidak dapat melayani pasien.
Pengetahuan tentang pencegahan infeksi sangat penting untuk petugas
Rumah Sakit merupakan sarana umum yang sangat berbahaya, dalam arti rawan
untuk terjadi infeksi. Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di Rumah
Sakit, dan upaya pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam pemberian
pelayanan yang bermutu. Untuk seorang petugas pertama dalam pemberian
pelayanan yang bermutu. Untuk seorang petugas kesehatan, kemampuan mencegah
infeksi memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan, karena mencakup setiap
aspek penanganan pasien.
Upaya pencegahan penularan infeksi di Rumah Sakit melibatkan berbagai
unsur, mulai dari peran pimpinan sampai petugas kesehatan sendiri. Peran pimpinan
adalah penyediaan sistem, sarana, dan pendukung lainnya. Peran petugas adalah
4
infeksi nosokomial akan berdampak pada biaya operasional yang makin besar, dan
dari sisi medikolegal yang merebak akhir-akhir ini, infeksi ini dapat dianggap
sebagai kelalaian rumah sakit karena tidak mengindahkan standar pelayanan medis
maupun keperawatan, yang pada akhirnya akan mengakibatkan buruknya kualitas
kinerja rumah sakit.
Pemerintah telah menetapkan pengendalian infeksi nosokomial ini sebagai
salah satu standar/tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit. Hal ini pula yang
mendasari RSUD Jombang untuk semakin dikembangkannya upaya pengendalian
infeksi di Rumah Sakit. Diharapkan, dengan semakin ditekannya kejadian infeksi
nosokomial, maka kualitas pelayanan di RSUD Jombang secara menyeluruh dapat
semakin ditingkatkan.
B. Ruang Lingkup
Pedoman ini memberi panduan bagi petugas kesehatan di RSUD Jombang
dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada pelayanan
terhadap pasien, keluarga, pengunjung dan petugas. Dengan pengalaman yang
sudah ada dengan pelayanan pasien yang mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB),
pedoman ini dapat juga diterapkan untuk menghadapi penyaki-penyakit infeksi
lainya (Emerging Infectious Diseases) yang mungkin akan muncul di masa
mendatang, baik yang menular melalui droplet, udara dan kontak.
C. Batasan Operasional
Kewaspadaan Standar diterapkan pada semua klien dan pasien / orang yang
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. (Infection Control Guidelines CDC,
Australia).
Kewaspadaan berdasarkan transmisi / penularan, hanya diterapkan pada
pasien yang dirawat inap di rumah sakit, sampai diagnosa tersebut dapat
dikesampingkan. (Gardner and HICPAC 1996).
Surveilans adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan
sistematik dalam bentuk pengumpulan data, analisis data, interpretasi data dan
diseminasi informasi hasil interpretasi data bagi mereka yang membutuhkan.
D. Landasan Hukum
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Dalam melaksanakan pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RSUD
Jombang
PPIRS disesuaikan dengan kualifikasi dan beban kerja yang ada. Untuk distribusi
ketenagaan Komite dan Tim PPIRS disebutkan dalam tabel 2.1 sesuai dengan
tugas masing-masing panitia.
Tabel 2.1 KOMITE DAN TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN JOMBANG
TAHUN ANGGARAN 2014
NO.
KEDUDUKAN
NAMA
DALAM TIM
JABATAN
Ketua
Ka Instalasi Laboratorium
Wakil Ketua
Sekretaris
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Anggota Komite
Anggota Tim
IPCD
IPCN
IPCLN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Staf IBS
WakaPaviliun Kemuning
Staf Ponek
Staf Paviliun Dahlia
Satf Paviliun Seruni
Staf Paviliun Flamboyan
Staf UPW
Staf ICU Central
Staf Paviliun Melati
Staf Paviliun Mawar
Staf Paviliun Anggrek
Staf IGD
Staf VVIP
Staf IGD
Staf Kep VVIP
Staf Kep Poli GIGI
Staf Radiololgi
Karu HD
B. Distribusi Ketenagaan
Komite PPIRS berjumlah 32 orang dan sesuai dengan struktur organisasi
Komite PPIRS terbagi menjadi Ketua Panitia PPIRS, Wakil ketua PPIRS,
Sekretaris PPIRS, Anggota Komite PPIRS, Tim PPIRS yang terdiri dari Infection
Prevention and Control Doctor (IPCD), Infection Prevention and Control Nurse
(IPCN), dan anggota Infection Prevention and Control Link Nurse (IPCLN),.
.
9
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN
A.
Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan Standar diterapkan pada semua klien dan pasien / orang yang
pelindung
(barrier)
fisik,
mekanik
atau
kimia
antara
mikroorganisme dengan individu baik untuk pasien rawat jalan, rawat inap atau
petugas kesehatan adalah cara yang sangat efektif untuk mencegah penyebaran infeksi.
Sarung Tangan:
Bila akan kontak dengan darah, cairan tubuh, sekreta, eksreta dan
barang-barang yang tercemar.
Bila akan kontak dengan membran mukosa / selaput lendir dan kulit yang
tidak utuh.
Sebelum melakukan tindakan invasif.
3.
4.
Gaun / Apron:
5.
Linen:
Tangani linen kotor dengan menjaga jangan terkena kulit atau membran
mukosa.
Segera ganti linen yang tercemar / terkena darah atau cairan tubuh.
11
6.
7.
Pengendalian Lingkungan:
Bersihkan, rawat dan disinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang
perawatan pasien secara rutin setiap hari dan bilamana perlu.
Pisahkan sampah medis/infeksius non tajam ke tong sampah medis,
sedangkan untuk sampah medis benda tajam masukkan ke safety box.
Untuk limbah cair medis masukkan ke spoel hoek.
Isolasi pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan diri serta lingkungan
dan dapat mencemari lingkungan, dalam ruangan terpisah / khusus
(isolasi).
8.
Selalu menutup mulut / hidung pada saat batuk atau bersin, memakai
masker, mencuci tangan setelah kontak dengan sekresi saluran nafas
Pertimbangan Praktis:
Gunakan sarung tangan pada kedua tangan sebelum menyentuh: kulit yang
luka, membran mukosa, darah, cairan tubuh sekreta ataupun eksreta atau
peralatan kotor dan bahan sampah yang tercemar, atau sebelum melakukan
tindakan invasif.
Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) (sarung tangan, masker, pelindung muka,
kacamata, apron pelindung, sepatu, topi, dsb) jika ada kemungkinan
tertumpah, terpercik darah atau cairan tubuh, seperti saat membersihkan
peralatan dan barang-barang tercemar
Terapkan cara kerja yang aman, tidak memasang kembali penutup jarum atau
membengkokkan jarum dan menjahit dengan jarum tumpul.
Proses peralatan, sarung tangan dan barang-barang lain dengan terlebih dahulu
melakukan dekontaminasi, pencucian, kemudian melakukan sterilisasi atau
desinfeksi tingkat tinggi, sesuai prosedur yang direkomendasikan.
b.
yang dirawat inap di rumah sakit, sampai diagnosa tersebut dapat dikesampingkan.
(Gardner and HICPAC 1996). Kewaspadaan berdasarkan transmisi diperuntukkan bagi
pasien yang menunjukkan gejala atau dicurigai terinfeksi atau mengalami kolonisasi
kuman yang sangat mudah menular atau sangat patogen, di mana perlu upaya
pencegahan tambahan selain Kewaspadaan Standar, untuk memutuskan rantai
penyebaran infeksi. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi perlu dilakukan sebagai
tambahan Kewaspadaan Standar.
14
2.
3.
masker
kaca mata
Penutup kepala
Tujuan :
Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas
terhadap alat-alat daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi
kepala/rambut petugas dari percikan bahan-bahan dari pasien.
Tujuan :
Melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan
tubuh lainnya yang dapat mencemari baju
Jenis :
Gaun steril
Sepatu Pelindung
Tujuan :
Melindung kaki petugas dari tumpahan/ percikan darah atau cairan tubuh lainnya
dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat
kesehatan
Jenis :
Sepatu karet atau plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki
Bagi pasien dengan penyakit menular melalui udara dan percikan, upayakan
penggunaan satu barang untuk satu pasien bila memungkinkan.
Peralatan makan dapat digunakan kembali untuk pasien suspek dan probable
penyakit menular, dengan menerapkan pencegahan Kewaspadaan Standar.
Piring dan peralatan makan yang akan digunakan kembali, dicuci dengan air
panas dan sabun deterjen, bila mungkin di dalam mesin pencuci piring.
Petugas perlu menggunakan sarung tangan ketika menangani nampan, piring dan
peralatan makan pasien.
3.
Pencegahan infeksi untuk pasien yang suspek atau probable menderita penyakit
menular melalui airborne / udara
Tindakan yang menimbulkan batuk akan meningkatkan pengeluaran
droplet nuclei ke udara. Tindakan yang menghasilkan aerosol antara lain tindakan
pengobatan yang
diaerosolisasi, (misalnya
B.
Lengkapi tempat cuci tangan dan kebutuhan untuk cuci tangan yang cukup
Letakkan wadah khusus anti bocor untuk benda tajam di dalam ruangan
19
Di luar pintu masuk isolasi (di ruang ganti) sediakan tempat (rak, troli,
lemari) untuk menyimpan APD. Sediakan daftar tilik untuk meyakinkan
semua peralatan yang dibutuhkan tersedia.
Di luar pintu keluar ruang isolasi, letakkan wadah tertutup sesuai untuk
setiap peralatan bekas pakai yang akan diproses ulang. Sesuai kebijakan
masing-masing RS, langsung kirim peralatan bekas pakai tersebut ke unit
pelayanan sterilisasi atau dekontaminasi terlebih dahulu di ruangan khusus
sebelum dikirim
b.
20
Jika
memungkinkan,
tempatkan
pasien
yang
potensial
ruang
perawatan
khusus.
Apabila
keduanya
tidak
c.
21
C.
Pengertian Surveilans
Surveilans adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus
menerus dan sistematik dalam bentuk pengumpulan data, analisis data,
interpretasi data dan diseminasi informasi hasil interpretasi data bagi mereka
yang membutuhkan.
Surveilans infeksi nosokomial adalah suatu proses yang dinamis,
sistematis, terus menerus dalam pengumpulan, identifikasi, analisis dan
interpretasi dari data kesehatan yang penting pada suatu populasi spesifik,
untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan
22
b.
Tujuan Surveilans:
c.
Metode Surveilans:
23
3. Targetted Surveillance
Metode ini terfokus pada area spesifik, seperti critical care, pasien dengan
transplantasi, pasien hemodialisa, atai infeksi khusus, seperti SSI, BSI, VAP.
4. Prevalence Surveillance
Metode ini menghitung jumlah aktif infeksi selama periode tertentu. Aktif
infeksi dihitung semua jenis infeksi baik yang lama maupun yang baru ketika
melakukan survei. Jumlah aktif infeksi dibagi jumlah pasien yang ada pada
waktu dilakukan survei, sehingga rate infeksi biasanya lebih tinggi
dibandingkan rate insiden. Metode ini dapat digunakan untuk populasi khusus
seperti infeksi mikroorganisme khusus: Methicillin Resistent Staphylococcus
Aureus (MRSA) atau Vancomycin Resistent Enterococci (VRE).
5. Outbreak Surveillance
Survei dilakukan hanya pada saat terjadi outbreak atau Kejadian Luar Biasa
(KLB), seperti peningkatan kultur positif, jumlah isolasi meningkat .dan
sebagainya
24
Infeksi di rumah sakit meliputi: IADP, Infeksi Luka Operasi (ILO), Infeksi
saluran
kemih
(ISK),
Ventilator
Associated
Pneumonia
(VAP),
dan
tanda-tanda,
gejala-gejala,
hasil
lab
yang
positif
tidak
Kriteria 3 : pasien umur 1 th dengan paling sedikit satu tanda atau gejala
berikut :
-
hipotermi <37C)
apnea
bila ada demam yang tidak bisa dijelaskan dan ada nyeri tekan pada
temnpat
tusukan,
barulah
kassa
penutup
dibuka
untuk
melihat
kemungkinan komplikasi.
-
bila kanula harus dipertahankan untuk waktu yang lama, maka setiap
27
h. Penggantian Kanula
Jika penggantian tidak mengikuti teknik aseptic yang baik, maka harus
diganti secepatnya
i. Kanula sentral
j. Pemeliharaan peralatan
Pipa harus diganti sesudah manipulasi pemberian darah, produk darah atau
emulsi lemak pada setiap penggantian komponen sistem IV harus
dipertahankan tetap tertutup. Setiap kali hendak memasukkan obat melalui
pipa, harus dilakukan desinfeksi sesaat sebelum memasukkan obat
tersebut.
28
Pengambilan
bahan
pemeriksaan
darah
melalui
pipa
IV
tidak
Sebaiknya dipakai wadah yang berisi cairan dengan dosis tunggal (sekali
pakai). Bila dipakai bahan parenteral dengan dosis ganda (untuk beberapa
kali pakai) dan sisanya untuk wadah harus diberi tanda tanggal dan jam
dikerjakan.
Saluran kemih adalah tempat yang paling sering terjadi infeksi nosokomial.
Sumber infeksi saluran kemih dapat berasal dari luar tubuh pasien atau
kontaminasi silang:
-
cairan kontaminasi
ISK Simptomatik
Nikuria (anyang-anyangen)
Polakisuria
Disuria
Atau biakan urin porsi tengah > 105 kuman per milliliter urin dengan jenis
kuman tidak lebih dari 2 spesies
Nikuria
Polakisuria
1. test carik celup (dipstick) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit
30
2. piuria (terdapat 10 leukosit per ml atau terdapat 3 leukosit per lpb dari
urin yang tidak dipusing (dicentrifuge)
3. ditemukan kuman dengan pewarnaan gram dari urin yang tidak dipusing
4. biakan urin paling sedikit dua kali berturut-turut menunjukkan jenis
kuman yang sama (kuman Gram negatif atau S. saphrophyticus ) dengan
jumlah > 100 koloni kuman per ml urin yang diambil dengan kateter.
5. biakan urin menunjukkan satu jenis uropatogen (kuman Gram negatif atau
S. saphrophyticus ) dengan jumlah > 105 per ml pada penderita yang telah
mendapat pengobatan anti mikroba yang sesuai.
6. didiagnosis ISK oleh dokter yang menangani
7. telah mendapat pengobatan antimikroba yang sesuai oleh dokter yang
menangani.
dari tanda dan gejala berikut ini tanpa ada penyebab lainnya :
apnea
muntah-muntah
letargia, dan hasil biakan urin > 105 kuman per milliliter urin dengan
jenis kuman tidak lebih dari 2 spesies
muntah-muntah
bradikardia < 100 x/mnt
letargi, dan paling sedikit satu dari berikut ini :
1. test carik celup (dipstick) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit
2. piuria (terdapat 10 leukosit per ml atau terdapat 3 leukosit per lpb
dari urin yang tidak dipusing (dicentrifuge)
3. ditemukan kuman dengan pewarnaan gram dari urin yang tidak
dipusing
4. biakan urin paling sedikit dua kali berturut-turut menunjukkan jenis
kuman yang sama (kuman Gram negatif atau S. saphrophyticus )
dengan jumlah > 100 koloni kuman per ml urin yang diambil dengan
kateter.
5. biakan urin menunjukkan satu jenis uropatogen (kuman gram negative
atau S. saphrophyticus ) dengan jumlah > 10 5 per ml pada penderita
yang telah mendapat pengobatan anti mikroba yang sesuai.
6. didiagnosis ISK oleh dokter yang menangani
7. telah mendapat pengobatan antimikroba yang sesuai oleh dokter yang
menangani.
Catatan :
- biakan positif dari ujung kateter urin bukan merupakan test laboratorium
yang bisa diterima untuk ISK
- biakan urin harus diambil dengan teknik yang sesuai, seperti koleksi
clean catch atau kateterisasi
- pada anak kecil biakan urin harus diambil dari kateterisasi buli-buli atau
aspirasi supra pubik; biakan positif dari specimen kantong urin tidak
dapat diandalkan dan harus dipastikan dengan specimen yang diambil
secara aseptis dengan kateterisasi atau aspirasi supra pubik.
ISK Asimptomatik
32
Kriteria 1 :
-
Kriteria 2 :
-
Catatan :
-
biakan urin harus diambil dengan teknik yang sesuai, seperti koleksi
clean catch atau kateterisasi
ISK lain
Definisi ISK yang lain harus memenuhi paling sedikit satu kriteria berikut
ini :
- Ditemukan kuman yang tumbuh dari biakan cairan bukan urin
atau jaringan yang diambil dari lokasi yang dicurigai infeksi.
- Adanya abses atau tanda infeksi lain yang dapat dilihat, baik secara
pemeriksaan langsung, selama pembedahan atau melalui pemeriksaan
33
histopatologis
-
Ada 2 tanda berikut demam, suhu > 38C, nyeri lokal, nyeri tekan
pada daerah yang dicurigai infeksi.
Pencegahan ISK :
a. Tenaga Pelaksana :
1. Pemasangan kateter hanya dikerjakan oleh tenaga yang memahami dan
trampil dalam teknik pemasangan kateter secara aseptik dan
perawatan kateter.
2. Personil yang memberikan asuhan pada pasien dengan kateter harus
mendapat latihan secara khusus teknik pemasangan yang benar dan
pengetahuan tentang komplikasi potensi yang timbul.
b. Teknik Pemasangan kateter
34
1. Pemasangan kateter hanya dilakukan bila perlu saja dan segera dilepas
jika tidak diperlukan. Alasan pemasangan tidak boleh hanya untuk
kemudahan personil dalam memberikan asuhan pada pasien
2. Cara drainase urin yang lain seperti : kateter kondom, kateter
suprapubik, kateterisasi selang seling ( intermitten), dapat digunakan
sebagai pengganti kateter menetap.
3. Sebelum dan sesudah manipulasi kateter harus cuci tangan
4. Gunakan kateter terkecil tetapi aliran tetap lancar tanpa menimbulkan
kebocoran dari samping kateter, untuk meminimalkan trauma
urethra.
5. Pemasangan secara aseptik dengan menggunakan peralatan steril
6. Pemakaian drain harus menggunakan sistem tertutup:
sistem drainase tertutup dan steril harus dipertahankan
kateter
dan selang
tube
drainase
tidak
boleh
dilepas
8. Pengambilan spesimen:
-
Infeksi yang terjadi pada daerah incisi dalam waktu 30 hari pasca bedah
pus keluar dari luka operasi atau drain yang dipasangkan di atas fascia
2.
biakan positif dari cairan yang keluar dari luka atau jaringan yang
diambil secara aseptic
36
3.
4.
Petunjuk pelaporan :
Jangan melaporkan suatu infeksi lokal pada tempat tusukan (stab wound)
sebagai infeksi, tapi laporkan sebagai infeksi kulit atau soft tissue
tergantung kedalamannya
Bila infeksi meluas sampai ke fascia dan otot, laporkan sebagai ILO
Profunda
37
1. pus keluar dari luka incisi dalam tapi bukan berasal dari
komponen organ / rongga dari daerah pembedahan
2. incisi dalam secara spontan mengalami dehisensi atau dengan
sengaja dibuka oleh ahli bedah bila pasien mempunyai paling
sedikit satu dari tanda-tanda atau gejala berikut ini : demam
(>38C), atau nyeri local, terkecuali biakan incisi negatif.
3. Ditemukan abses atau bukti lain adanya infeksi yang mengenai
incisi dalam pada pemeriksaan langsung, waktu pembedahan
ulang atau dengan pemeriksaan histopatologis atau radiologis
4. Dokter yang menangani menyatakan terjadi infeksi
ILO Organ / Rongga
Definisi :
ILO Organ / Rongga mengenai bagian manapun kecuali incisi kulit, fascia,
atau lapisan-lapisan otot, yang dibuka atau dimanipulasi selama pembedahan.
Tempat-tempat spesifik dinyatakan pada ILO Organ untuk menentukan lokasi
infeksi lebih lanjut.
Contoh : appendiktomi yang diikuti dengan abses sub diafragmatika, yang
harus dilaporkan sebagai ILO Organ / Rongga pada tempat spesifik
intraabdomen.
Kriteria
38
b.
Faktor Pejamu
c.
Obesitas
Penggunaan kortikosteroid
DM
Malnutrisi berat
Devitalisasi jaringan
Benda asing
d.
Lama perawatan
e.
Lama operasi
39
6.
nosokomial
merupakan
salah
satu
komplikasi
demikian
dalam
pelaksanaan
perawatan,
tetap
tidak
ARDS
Trauma
Tindakan reintubasi
Resiko VAP sebesar 3,3 % per hari pada minggu pertama, 2,3 %
per hari pada minggu kedua dan 1,3 % per hari pada minggu ketiga.
Mortalitas karena VAP masih tinggi antara 24-50 % dan pada keadaan
tertentu
dapat
mencapai
76
misalnya
pada
infeksi
dengan
Etiologi:
Pada saluran nafas bagian atas, terjadi kolonisasi mikroorganisme,
beberapa jam setelah intubasi. Kurang lebih terdapat 10 jenis
mikroorganisme yang paling sering dijumpai pada epidemiologi VAP,
dengan
perbedaan
terletak
pada
prosentase
masing-masing
biasanya
gram
negatif,
dan
lebih
sulit
pengobatannya
Diagnosis:
41
Kriteria diagnosis VAP yang baku merupakan salah satu hal yang
sangat penting dan sulit pada penanganan pasien kritis.
Kriteria klinis yang banyak dipakai adalah berdasarkan American
College of Chest Pysician (sensitivitas 69 % dan spesifisitas 75 %), yang
mendiagnosis VAP jika:
Terdapat gambaran infiltrat baru dan menetap,
Ditambah 1 dari kriteria berikut:
o
panas
hasil kultur dan sensitivity test dari spesimen saluran pernapasan bagian
bawah dengan cara pengambilan menggunakan metode non
invasif
Pencegahan:
Pencegahan VAP dapat dilakukan dengan 2 cara:
nasal. Sinusitis
dapat menajdi
mengurangi
kolonisasi
mikroorganisme,
tekanan
balon
i.
Humidifikasi
Secara teori, humidifikasi dapat menurunkan VAP dengan cara
meminimalisasi pertumbuhan koloni dalam sirkuit ventilator.
44
Pelaksana Surveilans
Surveilans infeksi nosokomial di RSUD Jombang dilaksanakan oleh
IPCN, dan dibantu oleh IPCLN di masing-masing ruang perawatan.
Pelaporan
Laporan surveilans direkap setiap bulan untuk kemudian dilaporkan
kepada Direktur RS bersama laporan kegiatan PPI selama bulan yang
bersangkutan dalam bentuk Laporan Bulanan Panitia Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.
D.
pengelolaan limbah medis maupun non medis yang terjadi oleh karena kegiatan
pelayanan rumah sakit. Kegiatan pengelolaan limbah di rumah sakit merupakan
tanggung jawab petugas kebersihan rumah sakit, di bawah pengawasan sanitarian
rumah sakit, dan berkoordinasi dengan PPI.
b.
obyek
pemulung
yang
akan
memanfaatkan
sampah
terkontaminasi
45
darah atau cairan tubuh lainnya ( urine, muntahan, cairan efusi, ascites
dsb), material yang mengandung darah kering seperti perban, kassa, dan
benda-benda dari kamar bedah atau ruang tindakan.
Benda benda tajam bekas pakai, misalnya jarum suntik, jarum jahit,
pisau bedah, tabung darah, pipet atau jenis gelas lain yang bersifat
infeksius
46
Tempat sampah harus terbuat dari wadah anti tusukan, dan dilapisi
kantong sampah sesuai dengan jenis sampah medis, serta tertutup.
Upayakan tempat sampah yang dibuka dengan injakan, sehingga
meminimalkan kontaminasi kotoran kepada petugas.
Gunakan wadah terpisah antara sampah yang akan dibakar dengan sampah
yang akan didaur ulang / tidak dibakar. Hal ini untuk menghindarkan
petugas dari memisahkan sampah dengan tangan, yang beresiko perlukaan
/ infeksi.
e.
47
g.
mengolah seluruh limbah cair dengan prinsip activated sludge, sampai pada hasil
akhir yang tidak berbahaya / beresiko rendah, sebelum dialirkan ke pembuangan
umum. Secara berkala, hasil akhir pengolahan limbah cair tersebut diperiksa
keamanannya, secara laboratorium.
h.
Bahan yang larut air, campuran ringan bahan farmasi seperti larutan
vitamin, obat batuk, cairan intravena, dll dapat diencerkan dengan
48
E.
49
b.
kotor. Wadah untuk membawa linen kotor non infeksius, linen kotor
infeksius, maupun linen bersih harus terpisah dan menggunakan wadah
yang tertutup.
c.
d.
Lemari penyimpan selalu bersih, kering, tidak lembab, tertutup rapat dan
diberi obat anti ngengat ( kapur barus).
50
e.
Linen bersih digunakan dengan prinsip FIFO (First In First Out), yaitu
linen yang lebih dahulu disimpan, dipakai terlebih dahulu.
bawah dosis optimal, lama pemberian antibiotika tidak tepat, atau misdiagnosis
yang menyebabkan pilihan antibiotika tidak tepat.
51
Setiap antibiotik harus teruji dalam diagnosis klinisnya dan telah terbukti
serta dikenali mampu memberikan efek terapi terhadap mikroorganisme.
sebagai berikut:
52
G.
Pengertian
Antiseptik adalah desinfektan yang digunakan untuk kulit dan tubuh bagian
53
N
O
NAMA
ISI
KEGUNAAN
KETERANGAN
54
1.
Alkohol
Ethanol 95%
Ethanol 70%
2.
Aniosyme
DD1
3 enzim, Detergent,
Antiseptik kulit
Disinfeksi instrument non
kritis
Disinfeksi peralatan non
medis
Pengawet preparat PA
Mencuci dan Disinfeksi
instrumen
5 ml dalam 1 L air
Polyhexamethylene
Biguanide HCl
3.
4.
Betadin
Povidon Iodida
Antiseptik kulit
Bayclin
Kalsium Hipoklorit
Natrium
Hipoklorit
Disinfeksi mesin HD
Tumpahan darah 1%
Oxchlor
Kaporit
Dekontaminasi
tumpahan/percikan
darah/cairan
6.
Aniospray
29
Hibiscrub
Disinfeksi peralatan
non medis 0,05%
Didecyldimethyl
Disinfeksi permukaan
Tanpa pengenceran
ammonium chloride
30 40 ml / m2
Klorheksidine
glukonat
Antiseptik kulit
Klorheksidin
glukonat
Antiseptik kulit
1 ml dalam 100 ml
22 ml dalam 1 lt
1 lt dalam 100 lt air
Desmanol
7.
Savlon
Cetrimide
8.
Lysol
Trikresolum
9.
Sterilinge
SA
Didecyl-N,Ndimethyl
55
ammonium chloride
10
.
11
.
Perhydrol
Hydrogen Peroksida
Oxferox
berwarna)
Antiseptik luka
Untuk 20 kg linen
3% - 6%
Renalin
Formaldehyde
12
.
Steranios
Glutaraldehyde 2%
Tanpa pengenceran
13
Surfanios
Detergent,
Didecyldimethyl
Tanpa dibilas
20 ml dalam 8 lt air
ammonium
chloride
14
Cidex
Orthophthalaldehyde
15
Cidezyme
Enzymatic
detergent
Disinfeksi Endoscope
Mencuci peralatan Endoscope
Dodecylphenolethox
ylate
56
H.
Petugas kesehatan juga harus memeriksa suhu dua kali sehari dan me
waspadai munculnya gejala pernapasan terutama batuk
57
Petugas kesehatan juga harus memiliki catatan pribadi mengenai kontak yang
dialami. Catatan tidak boleh dibawa ke dalam area isolasi
Petugas kesehatan jika timbul demam, segera batasi interaksi dan isolasi diri
dari area umum. Segera lapor kepada Tim
Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindahtugaskan
dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di unit
perawatan intensif (ICU), ruang rawat anak, ruang bayi.
Setiap pajanan dicatat dan dilaporkan dalam 24 jam kepada atasan langsung
dan Tim PPI serta K3. Laporan ini sangat penting untuk menentukan langkah
selanjutnya. Memulai PPP setelah 72 jam tidak dianjurkan karena tidak
efektif.
59
Perlukaan kulit
Darah
Cairan
yang
berpotensial
terinfeksi:
semen,
cairan
vagina,
cairan
Status Infeksi : tentukan status infeksi sumber pajanan (bila belum diketahui)
HbsAg
HCV
HIV
Untuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkan resiko yang tinggi atas 3
infeksi di atas
Anti HIV
60
HBV :
o
HIV :
o
61
Indinavir 800 mg 3 x /hari atau Efavirenz 600 mg hanya sekali sehari (tidak
dianjurkan untuk wanita hamil)
Sebaiknya pemberian ARV diasarkan pada protokol yang ada, dapat juga
disediakan satu kit yang berisis ARV yang direkomendasikan, atau berdasar
konsultasi dengan dokter ahli. Konsultasi dengan dokter ahli ini sangat penting
jika diduga ada resistensi terhadap ARV. Penting sekali untuk menyediakan ARV
dalam jumlah yang cukup untuk pemberian satu bulan penuh sejak awal
pemberian PPP. Pengobatan dianjurkan diberikan dalam jangka waktu minimal 2
minggu dan paling lama sampai 4 minggu.
62
BAB IV
LOGISTIK
Program Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RSUD Jombang sebagai salah
satu bagian penunjang medis dari bidang medis diagnostik untuk menunjang pelayanan medis
baik untuk pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap, menyediakan fasilitas:
1. Handrub untuk cuci tangan
2. Pamflet cara cuci tangan yang benar
3. Cairan steriliside untuk pencucian alat kesehatan yang aman
63
BAB V
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat,
kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi. (KKP-RS)
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar
terciptan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan
di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan. (KKP-RS)
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien
Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah:
1. Membangun
kesadaran
akan
nilai
keselamatan
pasien.
Mencipatakan
cedera
melalui
implementasi
system
keselamatan
pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan
perubahan pada system pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus
diterapkan. Standar tersebut adalah:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan
5. Menetapkan system pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut diatas
65
66
BAB VI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
UU No 23 tahun 1992 menyatakan bahwa tempat kerja wajib menyelenggarakan
upaya kesehatan kerja adalah tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah
terjangkit penyakit atau mempunyai paling sedikit 10 orang. Rumah Sakit adalah tempat
kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya
kesehatan dan keselamatan kerja.
pendidikan pasien dan keluarga bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya
kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit..
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa Setiap
warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam
hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang
memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini tim PPK dan perlindungan terhadap Rumah
Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit.
Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
a.
Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
b.
c.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan
pada tiga kelompok, yaitu :
a.
b.
c.
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat terjadi bila :
-
Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi;
67
Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas
atau terlalu dingin;
a.
Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin)
dengan baik dan menjaga kebersihan tangan setiap saat dan:
o Memeriksa suhu dua kali sehari dan mewaspadai munculnya gejala
pernapasan terutama batuk
o Memiliki catatan pribadi mengenai kontak yang dialami. Catatan tidak
boleh dibawa ke dalam area isolasi
o Bila timbul demam, segera batasi interaksi dan isolasi diri dari area
umum. Segera lapor kepada Tim PPI, Tim Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) dan dokter poliklinik RS, adanya kemungkinan terinfeksi
penyakit menular yang sedang ditangani.
b.
68
Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan
dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di unit
perawatan intensif (ICU), ruang rawat anak, ruang bayi.
Petugas terpajan yang tidak memiliki gejala demam atau gangguan pernapasan
tidak perlu dibebastugaskan namun harus melaporkan pajanan yang dialami
segera kepada Tim PPI.
69
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang akan
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan.
Adapun pengendalian mutu pada TIM PPIRS meliputi:
1.
2.
3.
Kejadian ISK
Keadaan infeksi yang terjadi karena selang kateter dan timbul setelah 2 kali 24 jam
dilakukan pemasangan kateter di rumah sakit.
4.
5.
Pengolahan Limbah
a. Keberhasilan Pengolahan Limbah Cair
Baku mutu adalah standar minimal pada limbah cair yang dianggap aman bagi
keselamatan, yang merupakan ambang batas yang ditolerir dan diukur dengan
indikator:
BOD (Biological Oxygen Demand) : 30 mg/liter
COD (Chemical Oxygen Demand) : 80 mg/liter
TSS (Total Suspend Solid) 30 mg/liter
70
pH : 6 9
71
BAB VIII
PENUTUP
72