Professional Documents
Culture Documents
SPESIFIKASI TEKNIS
PAKET PEKERJAAN :
Tahun Anggaran
Kantor : Jl. Bangka Raya No.2 (Gd. AKA Lt. IX) Pela Mampang, Jakarta Selatan Telp./Fax : 021-79195511
Studio : Jl. Pengadegan Timur III No. 7 Jakarta Selatan
Email : tabar-pc@yahoo.com
SPESIFIKASI TEKNIS
BAB I
SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN STRUKTUR
_________________
Pasal 1
PEKERJAAN PEMANCANGAN
1-1
Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan setting-out (penentuan titik-titik posisi tiang
dilapangan sesuai dengan gambar rencana), mobilisasi dan demobilisasi alat,
pengadaan dan pemancangan dengan menggunakan injection pile (tiang tekan)
untuk tiang pancang beton pracetak Prategang tipe square pile, termasuk percobaan
beban vertikal dengan sistim PDA Test.
Daya dukung rencana adalah :
Ukuran 40/40 cm - daya dukung vertikal terpancang = 90 tonf/tiang
Kontraktor harus menyediakan semua peralatan bahan, tenaga kerja yang
berpengalaman dan Tenaga Ahli untuk pemancangan dan percobaan beban sesuai
dengan uraian dan syarat-syarat di dalam persyaratan teknis dan gambar
perencanaan.
1-2
Bahan.
(1)
(2)
(3)
Beton
Beton Mutu beton yang disyaratkan adalah fc' = 55 Mpa
I-1
SPESIFIKASI TEKNIS
(4)
Toleransi
Toleransi maksimum dari ukuran yang dapat diterima untuk tiang pancang
adalah sebagai berikut:
a) Penyimpangan dari keluaisan 1/500 atau maksimum 0.1 d (d=dimensi sisi
tiang pancang).
b) Penyimpangan dari penampang maksimum 10 mm.
Tiang pancang yang tidak sesuai dengan peraturan/petunjuk akan ditolak.
1-3
Persiapan Pemancangan.
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan setting-out (penentuan titik-titik posisi tiang
dilapangan sesuai dengan gambar rencana), mobilisasi dan demobilisasi alat,
pengadaan dan pemancangan dengan menggunakan injection pile (tiang tekan)
untuk tiang pancang beton pracetak Prategang tipe square pile, termasuk percobaan
beban vertikal dengan sistim PDA Test.
Sebefum pekerjaan pemancangan dimulai, Kontraktor harus mengajukan data
lengkap dari peralatan yang akan dipergunakan, cara pemancangan dan prosedur
kerjanya termasuk jenis mesin pancang dan peratatan yang akan digunakan di
lapangan, dan rencana urutan pemancangan.
Type Alat Pancang, type Hammer, Berat Hammer dan Kalenderingnya harus
mendapat persetujuan Pengawas Pekerjaan.
1-4
Pelaksanaan Pemancangan.
(1)
Ketentuan Umum.
Kontraktor harus menjamin kualitas dari tiang yang akan dipancang. Data-data
hasil penyelidikan tanah (sondir, boring dan lab test) yang dilampirkan dalam
dokumen ini adalah untuk informasi Kontraktor tentang keadaan strata tanah
dan kondisi tanah. Bilamana dianggap perlu oleh Kontraktor, Kontraktor
diijinkan untuk melakukan penyelidikan tanah tambahan atas biaya sendiri.
Tidak dibenarkan untuk meng-claim sehubungan dengan pekerjaan tambah
yang ditakukan oleh Kontraktor disebabkan karena ketidak-telitian dalam
menerima informasi.
Kontraktor harus memancang tiang sampai pada kedalaman lapisan tanah
yang memberikan daya dukung sesuai yang disyaratkan diatas dengan faktor
keamanan yang tidak lebih kecil dari 2.00 (S.F. > 2.00).
(2)
Persiapan.
Kontraktor harus menempatkan tiap tiang pancang tepat pada daerah yang
telah ditentukan. Tiang pancang ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai
dengan urutan kerja yang telah direncanakan. Tiap tiang pancang harus
diberikan tanda dengan cat putih pada setiap interval 0,5m.
I-2
SPESIFIKASI TEKNIS
Kontraktor agar mencatat semua data pemancangan dari setiap tiang dan
seteliti mungkin.
Kontraktor agar melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari
kerusakan pada kepala tiang pancang selama pemancangan. Untuk maksud
tersebut, helmet dan packing yang cocok dan disetujui oleh Pengawas harus
dipasang pada kepala tiang pancang.
(3)
Instalasi.
Kontraktor harus memberi laporan kepada Direksi Pengawas rencana
pelaksanaan pemancangan sehingga Direksi Pengawas dapat melakukan
inspeksi.
Untuk mendapatkan panjang tiang pancang yang optimal, Kontraktor dapat
memancang "indicator pile(s)".
Kedalaman tiang pancang (yang terbenam) ditentukan berdasarkan hasil
penyelidikan tanah, test penetrasi dan final set dari tiang.
Kedalamam minimal dari tiang pancang akan ditentukan oleh Direksi
Pengawas berdasarkan data/catatan hasil pemancangan sebelumnya. Jika
diketemukan lensa maka harus dilakukan pre-boring dengan menggunakan
continuous flying auger atau peralatan lain yang disetujui. Bila ada keraguanraguan, Direksi Pengawas boleh memerintahkan untuk memancang sampai
kedalaman tertentu walaupun final set yang disyaratkan telah terpenuhi.
Jika ada kerusakan pada kepala tiang pancang selama pemancangan, maka
pada bagian yang rusak tersebut diperbaiki dengan pengarahan dari Direksi
Pengawas. Jika menurut Direksi Pengawas Kontraktor tidak dapat
memperbaiki kepala tiang pancang yang rusak secara baik atau jika Direksi
Pengawas meragukan perbaikan kepala tiang pancang tersebut, maka ia
dapat memerintahkan untuk mengganti dengan yang baru (cadangan).
Kontraktor harus menanggung seluruh biaya perbaikan, pengadaan tiang
pancang dan pemancangan tiang pengganti, dan persiapan perhitunganperhitungan serta gambar pondasi, kecuali jika ada persetujuan dengan
Direksi Pengawas.
Kontraktor diwajibkan untuk melaksanakan monitoring/pengecekan secara
kontinue posisi tiang-tiang yang sudah terpancang baik untuk posisi lateral
maupun posisi vertikal. Hasil monitoring tersebut harus dilaporkan kepada
Direksi Pengawas minimal seminggu sekali.
Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan alat pancang untuk kepertuan
lain/sementara. Semua pekerjaan lain atau keperluan sementara, yang
menggunakan alat pancang harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari
Direksi Pengawas.
(4)
Toleransi Pelaksanaan.
Deviasi maksimum pada elevasi "cut-off level" untuk penjajaran pusat tiap
tiang adalah 50 mm dalam arah horizontal dari posisi pusat tiang yang
ditunjukkan dalam gambar.
I-3
SPESIFIKASI TEKNIS
Ketidak lurusan tiang tidak boleh lebih dari 1 persen dalam arah vertikal. Tiang
tambahan harus dipancang jika penyimpangan pusat tiang melampaui batas
toleransi yang diijinkan, dan redesign menunjukkan beban diatas setiap tiang
ada yang meiebihi 10 persen beban rencana tiang.
(5)
Laporan Pemancangan
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan laporan kepada Direksi
Pengawas tentang hasil-hasil pemancangan untuk melengkapi laporan
standard. Laporan ini dikirim kepada Direksi Pengawas tidak melebihi satu hari
(1x24 jam) dari waktu pemancangan dengan data-data sebagai berikut:
-
Kepala Tiang.
Setelah pemancangan selesai dilaksanakan Kontraktor wajib untuk memotong
kelebihan panjang tiang pancang sedemikian rupa sehingga panjang stek tulangan
setelah pemotongan kepala tiang minimum 40 diameter tulangan tiang pancang
terbesar atau 500 mm. Stek tulangan tiang setelah pemotongan kepala tiang harus
dalam keadaan bersih, lurus dan baik.
Kepala tiang setelah dipotong harus dibersihkan dengan sikat kawat.
Batas pemotongan kepala tiang harus tepat sesuai dengan petunjuk/gambar.
Kontraktor harus membuang reruntuhan beton, sisa-sisa potongan besi beton dan
tanah galian keluar lapangan/proyek atau ke suatu tempat yang ditentukan
oleh Pengawas, dan biaya untuk pembuangan tersebut ditanggung oleh pihak
Kontraktor.
1-6
PDA Test.
Antara pemancangan tiang yang akan ditest dan PDA Test pada tiang tersebut harus
ada jangka waktu paling sedikit 2 (dua) minggu untuk mengembalikan kondisi tanah
akibat pemancangan tiang kepada keadaan semula. Pemancangan tiang yang
berdekatan dengan tiang percobaan harus ditunda selama adanya percobaan
pembebanan tiang.
I-4
SPESIFIKASI TEKNIS
Kontrator harus menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman, bahan dan semua
perlengkapan yang diperlukan untuk pelaksanaan, pencatatan dan pengukuran dari
percobaan beban termasuk penyediaan alat-alat yang digunakan dan pembongkaran
kembali.
Percobaan beban dilakukan pada tiang pancang yang ditentukan oleh Direksi
Pengawas.
Hasil percobaan yang diterima digunakan untuk mengevatuasi
pelaksanan pekerjaan pemancangan. Set-up dan metode pelaksanaan percobaan
dan peralatannya, jenis beban, alat pengaman dan sertifikat kalibrasi peralatan yang
masih berlaku harus diajukan kepada Pengawas untuk mendapat persetujuan
sebelum pelaksanaan percobaan beban.
Selama pelaksanan percobaan beban, Kontraktor harus menempatkan tenaga kerja
yang berpengalaman untuk pelaksanaan pengamatan dan pencatatan hasil
percobaan.
Jumlah tiang pancang yang di test, minimal 2 tiang untuk setiap gedung.
Pasal 2
PEKERJAAN STRUKTUR BETON
2-1
Umum.
a. Lingkup Pekerjaan
Kontraktor harus menyiapkan semua bahan dan tenaga kerja yang diperlukan.
Kontraktor harus menyiapkan, membuat dan membongkar semua cetakan dan
perancah beton cor yang diperlukan.
b. Gambar Kerja.
Kontraktor harus membuat dan mengajukan perhitungan dan gambar kerja
kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan
dilaksanakan.
c. Standard.
Semua bahan dan konstruksi, jika tidak diberi catatan khusus harus
memenuhi standard yang umum dipakai di Indonesia SNI 03 - 2847 - 2002
(Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung), AC!-347
(Recommended Practice for Concrete Formwork), PUBI-1982 (Persyaratan
Umum Bahan Bangunan). Jika persyaratan yang tersebut diatas tidak cukup
memadahi, maka konstruksi harus disesuaikan dengan standard Internasional
yang diakui dan dapat dtterima oleh Perencana
(2)
Bahan
Mutu beton yang disyaratkan adalah fc' = 37,35 Mpa
Semua balok-balok kayu dan multipleks untuk cetakan harus bahan baru.
Permukaan dan bahan cetakan harus licin, bebas dari celah dan kotoran. Hal
tersebut diatas berlaku untuk sistim konvensional maupun bekisting siap
pakai.
I-5
SPESIFIKASI TEKNIS
Pelaksanaan
Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh, stabil dan
dapat memikul beban-beban vertikal dan horizontal, dan beban-beban
pelaksanaan lainnya yang mungkin terjadi.
Kontraktor harus memperhitungkan penurunan atau lendutan dari perancah
dimana tidak boleh lebih dari 1/400 bentang dan mempertimbangkan
langkah-langkah seperlunya sehubungan dengan kedudukan garis permukaan
(level) yang disyaratkan; pada akhir pekerjaan beton bekisting harus
menghasilkan konstruksi yang sesuai dengan bentuk dan level yang sesuai
dengan gambar-gambar rencana.
Bila tidak ditentukan lain dalam gambar, cetakan dibuat dengan "camber"
pada tengah bentang sebagai berikut:
Balok dan pelat
= 0.2% dari bentang yang bersangkutan
Cantilever (balok dan pelat)
= 0.4% dari bentang yang bersangkutan
Cetakan harus diberi ikatan-ikatan secukupnya sehingga dapat terjamin
kedudukan dan bentuknya. Khusus untuk cetakan kolom, dinding dan balok
tinggi harus diadakan perlengkapan-perlengkapan untuk menyingkirkan
kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan-potongan kayu, kawat pengikat dan
lainnya. Pekerjaan pengecoran beton boleh dilaksanakan hanya setelah
diinspeksi dan disetujui oleh Pengawas. Namun demikian biia ada cetakan dan
perancah/bekisting yang menurut Pengawas membahayakan atau tidak
memadai selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung, maka Pengawas
dapat menginstruksikan kepada Kontraktor untuk memperkuat/memperbaiki
atau membongkar dan mengulangi pekerjaan beton-yang sudah dilaksanakan tersebut. Semua biaya yang timbul merupakan tanggung javyab Kontraktor.
Perancah harus diinspeksi secara rutin selama pengecoran beton berlangsung
untuk mengetahui lebih dini jika terjadi perlemahan pada sistim cetakan dan
perancah yang menyebabkan terjadinya perubahan kedudukan, ketidakstabilan dan perubahan bentuk. Jika hal ini terjadi, pekerjaan pengecoran
harus segera dihentikan dan Kontraktor diwajibkan untuk memperkuat,
memperbaiki atau membongkar dan mengulangi pekerjaan beton yang sudah
dilaksanakan tersebut jika kerusakan tidak dapat diperbaiki. Semua biaya
yang timbul menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Cetakan harus kokoh dan cukup kedap air, sehingga dijamin tidak timbul sirip
atau adukan keluar pada sambungan atau cairan keluar dari beton. Cetakan
harus terbuat dari bahan-bahan yang tidak mudah menyerap air dan harus
direncanqkan sedemikian rupa sehingga mudah dapat dilepaskan dari beton
tanpa menyebabkan kerusakan pada beton -pada saat pembongkaran dan
tanpa hapus memrndahkan penunjang utama yang7 masih dipertukan selama
waktu perawatan,
I-6
SPESIFIKASI TEKNIS
Perancah dan cetakan harus sesuai dengan ukuran, bentuk dan kedudukan
vertikal maupun kedudukan horizontal, dan harus dilengkapi dengan block-out
untuk lubang-lubang atau opening, chamfers dan detail-detail lainnya yang
ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana arsitektur, struktur dan M&E.
Tolerasi dari permukaan cetakan untuk struktur beton bertulang adalah
sebagai berikut:
Terhadap Kelurusan vertikal (plumbness) untuk kolom dan dinding :
Untuk setiap 3 meter .............................. 5 mm
Untuk panjang keseluruhan (maksimal)........25 mm
Terhadap ketinggian/level untuk sisi bawah pelat, balok.kolom dan dinding :
Untuk setiap 3 meter .................................... 5 mm
Untuk setiap bentang atau 6 meter............. 10 mm
Untuk panjang keseluruhan (maksimal)...... 20 mm
Terhadap ukuran penampang kolom, balok, ketebalan dinding dan pelat :
Plus
.......................... 12 mm
Minus
.................. 10 mm
Terhadap ukuran dan posisi bukaan atau sleeve di balok, pelat dan dinding :
Plus / minus
.......................... 5 mm
Bila digunakan bahan untuk pelepas cetakan (release agent), pelaksanaannya
harus sebelum pemasangan besi tulangan dan tidak boleh berlebihan.
Bilamana besi tulangan dan/atau permukaan beton lama pada sambungan cor
terkontaminasi oleh release agent ini, maka harus dibersihkan dengan baik
untuk menghindari hilangnya rekatan beton dengan besi tulangan atau beton
lama akibat bahan tersebut.
(4)
(5)
I-7
SPESIFIKASI TEKNIS
Pembongkaran
Pembongkaran cetakan harus sesuai dengan ketentuan dalam Bab 8.2 dari
SNI 03-2847-2002. Seluruh bagian dari cetakan yang sudah dapt dibongkar
harus dilepas dengan tenaga statis,tanpa goncangan, getaran atau kerusakan
pada beton. Pemasangan kembali penunjang atau reshoring harus dilakukan
segera setelah pembongkaran cetakan dan harus tetap di tempat sampai
beton mencapai kriteria kekuatan umur 28 hari dan sampai seluruh pekerjaan
pengecoran beton diatasnya selesai dilaksanakan.
Pembongkaran bekisting/cetakan dan perancah yang memikul berat beton
tergantung dari kekuatan yang telah dicapai oleh beton berdasarkan hasil
pemeriksaan benda uji. Pengawas akan memberikan persetujuan
pembongkaran cetakan dan perancah berdasarkan hasil pemeriksaan benda
uji dan perhitungan-perhitungan kekuatan tersebut.
Bekisting/cetakan dan perancah yang memikul berat beton balok, pelat dan
elemen struktur lainnya hanya boleh dibongkar setelah beton mencapai
minimal 75% kekuatan yang disyaratkan, tetapi tidak boleh kurang dari
pedoman berikut ini :
Durasi pengerasan secara normal :
Kolom, dinding dan sisi balok
..............................
Dasar cetakan pelat (penumpu masih terpasang)..........
Dasar cetakan balok (penumpu masih terpasang) ........
Penumpu balok
24 jam
7 hari
14 hari
14 hari
28 hari
Apabila cetakan dan perancah untuk pelat dan balok dibongkar setelah hari ke
14, panel pelat dan balok tersebut harus tetap ditunjang (re-shored) setempatsetempat yang posisinya harus direncanakan dan harus mendapatkan
persetujuan dari Pengawas.
(7)
Pemakaian Ulang.
Pemakaian ulang cetakan hanya diijinkan bilamana keadaan cetakan .masih
betul-betul dalam keadaan baik, dimana masih dapat dikencangkan dengan
baik, masih kedap air, tidak menyebabkan cacat pada permukaan beto.n yang
dicetak, dan dianggap layak oleh Pengawas.
(8)
I-8
SPESIFIKASI TEKNIS
Untuk beton kuat awal (contoh : slab di daerah balok prategang) harus dirawat
pada suhu 10oC dan dalam kondisi lembab sekurang-kurangnya 3 hari setelah
pengecoran.
2-2
Pembesian.
(1)
Umum
a. Lingkup Pekerjaan
Kontraktor harus menyiapkan, membengkokkan dan memasang pembesian
sesuai dengan apa yang tercantum didalam gambar dan apa yang dijelaskan
didalam spesifikasi. Dalam pekerjaan pembesian termasuk semua
pemasangan kawat beton, kaki ayam untuk penyanggah tulangan agar didapat
ketebatan penutup atau selimut beton yang akurat, penyediaan dan
pemasangan batang-batang "dowel" atau angkur-angkur yang ditanam dalam
beton seperti yang disyaratkan didalam gambar dan segala hal lainnya yang
periu untuk menghasilkan pekerjaan beton yang baik.
b. Gambar Kerja
Kontraktor harus membuat gambar kerja yang menunjukkan semua detail,
posisi dan ukuran pembesian, daftar pembesian dan gambar pembengkokan
dan menyerahkannya pada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan dari
Pengawas.
c. Standard
Detail dan pemasangan pembesian harus sesuai dengan gambar standar
detail, catatan-catatan pada gambar dan peraturan atau standard yang
bertaku seperti pada SNI 03-2847-2002 (Tatacara Perhitungan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung), Sfl-0136 (Standard Industri Indonesia -Baja
Tulangan Beton), ACI-301 (Specification for Structural concrete of Building),
ACI-315 (Manual of Standard Practice for Reinforced Concrete), ACI-318
(Building Code Requirements for Reinforced Concrete).
(2)
Bahan
Besi beton yang dipakai adalan besi beton ulir (deformed bar) dengan
tegangan leleh 4000 kg/cm2 (BJTD-40) dan besi beton polos (plain bar)
dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2 (BJTP-24) seperti yang tertera didalam
gambar dengan ukuran diameter dalam metrik, sesuai dengan Sll 0136-84.
Semua besi beton harus berasal dari pabrik yang telah disetujui oleh
Pengawas dan setiap pengiriman baja tulangan harus disertai sertifikat hasil
uji tarik, lengkung dan analisa kimia dari pabrik.
Untuk setiap pengiriman atau 30 ton harus diambil secara acak 3 benda uji
untuk setiap jenis ukuran dimana 2 benda uji untuk pengujian tarik dan satu
benda uji untuk pengujian lengkung di laboratorium independen yang ditunjuk
oleh Pengawas. Bilamana dianggap perlu, Pengawas dapat meminta untuk
menambah jumlah benda uji tersebut.
(3)
I-9
SPESIFIKASI TEKNIS
Pemasangan Pembesian.
a. Pembersihan
Sebelum dipasang, besi beton harus bebas dari kotoran, minyak, dan karat
lepas, serta bahan-bahan lain yang dapat merusak atau mengurangi daya ikat.
Bila pengecoran beton ditunda, besi beton harus diperiksa kembali dan
dibersihkan.
b. Pemasangan
Pembesian harus disetel dengan cermat sesuai dengan gambar dan diikat
dengan kawat atau jepitan yang sesuai pada persilangan, dan harus ditunjang
oleh penumpu togam dan/atau penggantung togam, sehingga sebelum dan
selama pengecoran tidak berubah tempatnya.
Jepitan atau penumpu logam tidak boleh diletakkan menempel pada bekisting.
Kawat beton harus dibengkokkan kearah dalam bekisting, sehingga diperoleh
selimut beton yang telah ditentukan.
Bilamana tidak ditentukan lain, disamping perlengkapan yang biasa
dipakai untuk memegang pembesian secara kokoh pada tempatnya, harus
dipakai ketentuan berikut:
a. Dalam pelat, berdiameter 12 mm berbentuk U atau Z dengan jarak 80 - 100
cm, untuk menunjang penulangan bagian atas.
b. Dalam dinding dengan 2 lapisan penulangan, penjaga jarak (spacer)
berbentuk U atau Z dengan diameter 8 mm, berjarak 180 - 200 cm.
I-10
SPESIFIKASI TEKNIS
2.0 cm
4.0 cm
c. Toleransi
Toleransi pada pemotongan dan pembengkokan tulangan :
- Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurut ukuran dan
terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkokkan
...
2.5 cm
- Terhadap panjang total batang yang diserahkan menurut sesuatu ukuran..
.... +5.0 cm
-2.5 cm
- Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok untuk bagian
konstruksi berukuran 60cm atau kurang 0.6 cm
- Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok untuk bagian
konstruksi berukuran 60cm atau lebih.. 1.2 cm
- Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan 0.6 cm
Toleransi pada pemasangan penulangan adalah :
- Terhadap selimut beton
... 0.6 cm
Toleransi pada ketidak lurusan adalah :
- Untuk rangkaian tulangan kolom
(5)
1%
Sambungan.
Bilamana tidak ditentukan lain, sambungan pembesian harus dibuat dengan
"overlap" minimum 40 kali diameter besi beton. Panjang overlap
penyambungan untuk diameter yang berbeda, harus didasarkan pada
diameter yang besar.
Penyambungan tulangan harus dilakukan pada titik dimana terjadi tegangan
yang terkecil. Sambungan tulangan atas balok dan pelat harus diadakan di
tengah bentang, dan tulangan bawah balok dan pelat pada tumpuan.
Penyambungan tulangan sebaiknya tidak dilakukan sekaligus pada satu
penampang tetapi dilaksanakan dengan sistim "staggered".
Sambungan mekanik dapat menggunakan Fuji Bolt Type R atau setara untuk
tulangan diameter 25 mm atau lebih besar. Sambungan mekanik yang akan
digunakan harus yang memenuhi syarat dan harus disetujui oleh Pengawas..
(6)
I-11
SPESIFIKASI TEKNIS
Umum
a. Lingkup Pekerjaan
Kontraktor harus menyiapkan semua gambar kerja, bahan dan tenaga kerja
yang diperlukan.
Kontraktor harus merencanakan, membuat dan melakukan test untuk
mendapatkan design campuran beton yang baik dan sesuai dengan yang
disyaratkan.
Kontraktor harus melaksanakan pengecoran beton termasuk pemasangan
semua alat-alat, pipa-pipa, selubung-selubung dan lainnya yang tertanam
dalam beton.
Kontraktor harus Tnemelihara, memperbaikir menyelesaikan : dan;
mengerjakan semua pekerjaan dan pekerjaan tambahan, sehingga
menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan gambar rencana.
b. Gambar Kerja
Kontraktor harus membuat dan mengajukan gambar kerja kepada Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilaksanakan.
Kontraktor harus memperbaiki gambar-gambar kerja sesuai dengan semua
perubahan yang dilakukan di lapangan (As-built) dan menyerahkan kepada
Pengawas pada akhirwaktu pelaksanaan.
c. Standard
Semua bahan dan konstruksi harus memenuhi standard yang umum dipakai di
Indonesia : SNI 03-2847-2002. (Tatacara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung), PUBI-1982 (Persyaratan Umum Bahan Bangunan), NI-8
(Peraturan Semen Portland Indonesia), Sll (Standard Industh Indonesia), ACI
318 (Building code requirement for Reinforced Condrete), ACI 301
(Specification for Structural Concrete for Buildings) dan ASTM (American
Society for Testing and Materials).
(2)
I-12
SPESIFIKASI TEKNIS
d
(3)
Persiapan Pengecoran
a. Peralatan yang ditanam.
Pipa listrik, angkur, penggantung dan bahan lain yang ditanam dalam beton
harus dipasang cukup kuat sebelum pelaksanaan pengecoran beton. Jaga
jarak antara bahan tersebut dengan setiap bagian pembesian sekurangkurangnya hams 5 cm.
b. Persiapan permukaan yang akan dicor beton.
Permukaan bekisting atau lantai kerja harus dibasahi dengan disiram air
sebelum pengecoran; permukaan tersebut harus tetap basah dengan
penyiraman air terns menerus sampai tiba saatnya pengecoran. Tetapi
permukaan tersebut harus bebas dan air yang tergenang dan juga bebas dan
lumpur serta kotoran-kotoran lainnya.
c. Sambungan Beton.
Permukaan beton yang akan dicor lagi, dimana pengecoran beton lama telah
berhenti atau terhalang dan Pengawas berpendapat bahwa beton yang baru
tidak dapat bersatu dengan sempuma dengan beton yang lama, dinyataKan
sebagai sambungan beton.
Permukaan beton lama harus dikasarkan dan dibersihkan dengan semprotan
udara bertekanan (compressed air) untuk memperoieh permukaan yang kasar
dan bebas dari kotoran, bahan yang terlepas atau beton yang cacat dan benda
asing lainnya. Pembersihan dengan compresor diikuti dengan pembersihan
dengan air sebaik-baiknya. Semua genangan air harus dihilangkan dari
permukaan sambungan beton sebelum beton yang baru dicor. Setelah
permukaan beton lama disiapkan, semua sambungan beton harus dilapisi
dengan campuran air dan semen murni dalam perbandingan 1:1 dalam
volume atau bahan perekat beton (concrete bonding agent).
Pengecoran beton harus dilakukan sesegera mungkin sebelum campuran air
dan semen mumi atau bahan perekat beton (concrete bonding agent) yang
dilapiskan pada permukaan beton lama belum mengering.
d. Persiapan Pengecoran.
Beton tidak diperbolehkan dicor, bila seluruh pekerjaan bekisting dan
pekerjaan penuiangan serta pemasangan benda-benda yang tertanam dalam
beton belum selesai dan persiapan serta pembersihan seluruh permukaan
tempat pengecoran belum dtsetujui oleh Pengawas. Seluruh permukaan
bekisting dan bagian instalasi yang akan dttanam didalam beton harus
dibersihkan terhadap seluruh kerak beton sebelum beton disekelilingnya atau
beton yang berdekatan di-cor. Ketepatan tebal penutup beton harus
I-13
SPESIFIKASI TEKNIS
diperhatikan dan untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak
yang memadahi yang terbuat dari beton dengan muiu minimal sama dengan
mutu beton yang akan dicor.
e. Penyingkiran Air.
Beton tidak boleh dicor kedalam setiap struktur, sebelum semua air yang
memasuki tempat pengecoran tersebut dikeringkan dengan sebaik-baiknya
atau telah disalurkan dengan pipa atau alat lain. Beton tidak diperbolehkan
dicor didalam air tanpa iztn yang jelas dan tertulis dari Pengawas. Kontraktor
juga tidak diperbolehkan tanpa ijin Pengawas membiarkan air mengalir diatas
beton sebelum beton cukup umurnya dan mencapai pengerasan awal.
(4)
Campuran Beton.
Beton yang digunakan harus berupa beton ready-mix dari sumber yang telah
disetujui oleh Pengawas dengan perbandingan campuran sesuai dengan
design mix yang telah diuji di laboratorium dan disetujui oleh Pengawas.
Takaran campuran serta cara pengiriman/pengangkutannya harus memenuht
persyaratan didafam SNI 03-2847-2002, ACI-304 dan ASTMC94.
Penambahan bahan aditif dalam proses pembuatan beton ready-mix harus
sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat aditiv tersebut dan dengan
persetujuan dari Pengawas. Bila diperlukan dua atau lebih jenis bahan aditif
maka pelaksanaannya harus dikerjakan secara terpisah.
Penambahan air selama pengangkutan beton tidak diijinkan. Penambahan air
di lapangan/proyek untuk meningkatkan slump beton atau untuk alasan lain
tidak diperkenankan, kecuali atas persetujuan dan dibawan pengawasan
Pengawas dan selama perbandingan air-semen maksimum belum tertampau.
(5)
Pengecoran.
a. Pengangkutan dan Pengecoran.
Dua puluh empat jam sebelum pengecoran, Kontraktor harus memberikan
pemberitahuan tertulis kepada Pengawas.
Dalam cuaca normal adukan beton harus sudah dituang/dicor tidak lebih dari
90 menit sejak ditambahkannya air dalam campuran semen dan agregat,
tetapi dalam cuaca yang sangat panas (diatas 35" C) tidak boleh febih dari 60
menit, kecuali digunakan retarder.
Batas temperatur beton ready-mix sebelum dicor disyaratkan tidak melampaui
38" C. Beton tidak boleh dicor tanpa ijin Pengawas atau bila keadaan cuaca
hujan atau panas yang dapat menggagalkan pengecoran dan pengerasan yang
baik, kecuali jika telah disiapkan fasititas-fasilitas untuk hal tersebut seperti
yang ditentukan oleh Pengawas.
Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau kedalam papan
bekisting yang dalam, yang dapat menyebabkan teriepasnya koral dari adukan
beton (segregasi) karena berulang kali mengenai batang pembesian atau tepi
bekisting ketika adukan beton itu dijatuhkan. Dalam hal tersebuf, haais
disiapkan corong atau saluran vertikal (tremie) untuk pengecoran agar adukan
I-14
SPESIFIKASI TEKNIS
I-15
SPESIFIKASI TEKNIS
keadaan khusus boleh miring sampai 45 derajat tetapi jarum alat penggetar
tidak diijinkan untuk digerakkan dalam arah horizontal karena hal ini dapat
menyebabkan pemisahan bahan-bahan.
Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebai dari panjang jarum penggetar
dan pada umumnya tidak boleh lebih tebai dari 30 - 50 cm. Untuk pengecoran
bagian-bagian yang sangat tebai harus ditakukan lapis demi lapis, sehingga
ttap lapisnya dapat dipadatkan dengan baik.
Ujung vibrator beton tidak boleh sampai mengenai bekisting maupun
pembesian. Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila disekitar jarum
mulai nampak pemisahan air semen dan agregat, yang blasanya terjadi
sekitar 30 detik. Penarikan jarum penggetar tidak boleh terialu cepat agar
tidak rongga bekas jarum penggetar dapat terisi penuh. Penggetaran ulang
pada beton yang sudah muiai "set" (pengikatan awal) tidak diijinkan. Palam
keadaan khusus dimana pemakaian vibrator tidak praktis, Pengawas dapat
menganjurfcan dan menyetujui pengecoran tanpa vibrator. Kontraktor harus
menyediakan alat vibrator cadangan yang cukup dan harus diletakkan sedekat
mungkin dengan tempat pengecoran.
(7)
Sambungan Pelaksanaan.
Sambungan pelaksanaan (construction joint) harus ditempatkan dan dibuat
sedemikian rupa hingga tidak mengurangi kekuatan konstruksi dan mampu
meneruskan gaya geser dan gaya-gaya lainnya. Sambungan pelaksanaan tipe
sambungan kunci dengan kedalaman 40 mm harus digunakan dalam
sambungan pelaksanaan pada pelat lantai, dinding dan balok.
Sambungan pelaksanaan pada petal dan balok pada prinsipnya harus
ditempatkan pada sekitar tengah-tengah bentang dari balok dan pelat
tersebut. Tetapi pada balok yang ditengah-tengah bentangnya ada pertemuan
atau persitangan dengan balok lainnya, maka lokasi siar pelaksanaan
ditempatkan sekitar 3 lebar balok persimpangan balok tersebut. Apabila
tempat sambungan pelaksanaan tidak drtunjukkan dalam gambar-gambar
rencana, maka sambungan pelaksanaan tersebut harus ditempatkan pada
tengah-tengah bentang atau tempat lainnya yang disetujui oleh Pengawas.
Permukaan beton pada sambungan pelaksanaan harus padat dan bersih dari
kotoran-kotoran atau beton yang rapuh dan bilamana dianggap perlu dapat
dipasang kawat ayam. Sebelum melaksanakan pengecoran beton, semua
sambungan pelaksanaan harus dalam kondisi bersih dan basah.
(8)
I-16
SPESIFIKASI TEKNIS
berlebihan, benturan atau hal lain, sampai saat penyerahan pekerjaan oleh
Kontraktor pada Pengawas.
Beton yang keadaannya seperti tertera dibawah ini harus diperbaiki atau
dibongkar dan diganti dengan beton yang dapat disetujui oleh Pengawas dan
semua biaya yang timbul di tanggung oleh Kontraktor. Beton yang dimaksud
tersebut adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
(9)
Ternyata rusak.
Cacat sejak semula.
Cacat sebelum Penyerahan Pertama.
Menyimpang dari eievasi / ketinggian yang telah ditetapkan.
Tidak sesuai dengan spesiftkasi.
I-17
SPESIFIKASI TEKNIS
Ruang Utilitas
Lantai Parkir (driveway)
Lantai Parkir (parking)
Ramp way
Light duty
Medium duty
Light duty
Heavy duty
=
=
=
=
3
5
3
5
kgf/m2
kgf/m2
kgf/m2
kgf/m2
Pada bagian-bagian sudut atau bidang patah di bawah lapisan kedap air
harus dipasang serat-serat fibre sesuai dengan persyaratan pabrik dan
dapat dipertanggung-jawabkan.
Lapisan kedap air yang terbentuk harus dapat ditembusi uap air dari beton
tanpa terjadi gelembung-getembung udara yang dapat merusak lapisan
kedap air itu sendiri.
Kontraktor harus memeriksa seluruh keadaan permukaan yang akan
dikenakan bahan ini dan harus memperbaiki kondisi permukaan yang akan
diberi lapisan kedap air. Permukaan beton harus bersih dan rata.
Kontraktor harus mengajukan contoh dari bahan-bahan yang akan
dipakainya terlebih dulu, untuk mendapatkan persetujuan Pengawas.
c. Pelaksanaan
Semua pemasangan harus didasarkan pada prosedur pemasangan dan
petunjuk dari pabrik pembuat bahan-bahan tersebut.
Sebelum pemasangan lapisan kedap air dilaksanakan permukaan beton yang
akan dikenakan bahan ini harus diperbaiki jika ada kerusakkan-kerusakkan,
harus bersih, harus kering dan harus rata.
Sistem pelapisan kedap air yang dipilih harus dapat memberikan jaminan dari
produsen/pabrik pembuat terhadap mutu bahan selama minimal 10tahun.
Kontraktor harus melaksanakan tes rendam dengan air setinggi 10 cm
minimal selama 1x24 jam dan harus membehkan sertifikat jaminan terhadap
kemungkinan kebocoran karena pelaksanaan pekerjaan atau kerusakan.
I-18
SPESIFIKASI TEKNIS
2-4
Umum
Mutu beton yang disyaratkan adalah fc' = 37,35 Mpa
Pekerjaan beton Prategang yang dimaksud adalah beton Prategang bonded
dan dikerjakan sesuai dengan gambar yang telah disiapkan dan sesuai dengan
yang disyaratkan oleh peraturan, dalam hal ini adalah SNI 03-2874-2002
dan/atau ACI 318R-02.
Meskipun sistem beton Prategang telah diberikan dalam gambar bestek,
kontraktor dapat mengusulkan sistem alternatif jika dikehendaki. Sistem
alternatif yang diajukan harus dilengkapi dengan perhitungan yang dibuat oleh
ahli yang kompeten dan kemudian di-evaluasi oleh tenaga ahli untuk
mendapatkan per setujuan dengan syarat bahwa spesifikasi minimum
terpenuhi.
Masalah yang tidak diatur oleh paragraf ini harus tunduk pada peraturan yang
berlaku
Hal-hal yang harus diajukan sebelum melaksanakan pekerjaan beton
Prategang :
- Proposal alternatif (jika ada)
- Contoh sheathing (1 m)
- Metode kerja dan gambar detail (shop drawing)
- Urut-urutan dan prosedur pemasangan
- Sertifikat test dari pihak pabrik yang mencakup semua unsur baja dalam
sistem Prategang. Sertifikat juga harus memperlihatkan nomor batch dan
hubungan tegangan-regangan sampai putus.
(2)
Kabel prategang
Kabel baja, kabel baja deformed dan kabel strand harus sesuai dengan ASTM
A416 atau JIS G3536 (Kabel baja tanpa lapisan pelindung, Kabel baja stressrelieved dan Kabel strand untuk beton Prategang).
Jika menggunakan baja prategang yang tidak sesuai dengan ASTM A416 or JIS
G3536 (Kabel baja tanpa lapisan pelindung, Kabel baja stress-relieved dan
Kabel strand untuk beton Prategang), baja prategang tersebut hanya boleh
digunakan sesudah diuji dengan test yang diatur oleh standar ASTM atau JIS
dan mutunya dinyatakan sebanding dengan standar yang dikeluarkan oleh
ASTM atau JIS serta disetujui oleh tenaga ahli. Meskipun demikian, jika pihak
yang memproduksi baja prategang menjamin mutu dari barang yang
diproduksinya dan kemudian disetujui oleh tenaga ahli, pengujian terhadap
baja prategang tersebut dapat ditiadakan.
I-19
SPESIFIKASI TEKNIS
(3)
I-20
SPESIFIKASI TEKNIS
Bekisting
a) Konstruksi bekisting adalah sedemikian rupa sehingga tidak akan
menghambat regangan pada beton pada saat tegangan tarik terjadi, dan
kekuatannya harus ditentukan dengan memperhitungkan masalah
perubahan distribusi tegangan pada saat tegangan tarik terjadi.
b) Pembongkaran bekisting dan penempatan kembali penunjang harus
dilakukan sesuai petunjuk team ahli dari pihak pemberi tugas. Penunjang
dibawah balok Prategang tidak dibenarkan untuk dipindahkan sampai
seluruh pekerjaan penarikan kabel prategang selesai dilaksanakan.
(5)
I-21
SPESIFIKASI TEKNIS
(7)
I-22
SPESIFIKASI TEKNIS
I-23
SPESIFIKASI TEKNIS
g) Jika pada saat selesainya penarikan setiap tendon sampai mencapai gaya
yang ditentukan, pemeriksaan pengukuran pemanjangan (elongasi)
berbeda dari nilai yang disyaratkan sebesar lebih dari 7% tenaga ahli dapat
memberikan peng arahan untuk mengambil sebagian atau semua tindakan
berikut :
- pengkalibrasian ulang peralatan
- pengetesan material tarik untuk memeriksa secant modulus
- tendon dilepas dan ditarik kembali (Secant modulus dapat diterapkan
untuk melakukan penarikan kedua)
- metode lain yang diarahkan oleh tenaga ahli
(9)
Prosedur penarikan
a) Gaya Prategang tidak boleh diberikan pada balok beton sampai balok beton
tersebut mencapai kuat tekan seperti yang tercantum dalam gambar bestek
atau atas persetujuan tenaga ahli.
b) Jika gaya pada jack yang bekerja pada tendon akan dibuat lebih besar dari
nilai yang disyaratkan, persetujuan dari tenaga ahli harus diperoleh terlebih
dulu.
c) Pelaksanaan penarikan tendon harus dilakukan oleh personil yang terlatih
dan berpengalaman dalam bidang ini. Perhatian khusus harus diberikan
pada proses penarikan yang dilakukan secara bertahap dan dengan
penambahan gaya yang sedikit demi sedikit.
d) Urut-urutan penarikan tendon harus disetujui terlebih dulu oleh tenaga ahli.
e) Secara umum, penarikan tendon harus dilakukan secara simetris untuk
menghindari distorsi lateral dan terkonsentrasinya tegangan tarik pada satu
sisi saja.
f) Alat jack yang digunakan harus dipasang dengan akurat pada garis tendon
dan tegak lurus pada bearing plate.
g) Gaya tarik awal yang diberikan untuk memanfaatkan mengendornya tendon
haruslah cukup untuk memberi tempat pada alat jack sehingga dapat
duduk dengan kuat ditempatnya tetapi tidak melebihi nilai yang secara
umum diasosiasikan dengan metode prapenegangan tertentu. Jika diminta
oleh tenaga ahli, pembacaan gaya dan pemanjangan (elongasi) tendon
haruslah diambil dan dituliskan sesuai dengan tahapan selama
berlangsungnya penarikan tendon.
Jika tendon terdiri dari sejumlah
komponen, setiap komponen harus diberi tanda sehingga setiap slip yang
terjadi dapat diamati.
h) Sebagai tambahan untuk sejumlah minimum silinder uji yang disyaratkan,
silinder uji harus dibuat sebanyak mungkin sesuai dengan permintaan
tenaga ahli dengan maksud untuk menentukan kekuatan beton pada saat
penarikan tendon selesai dan gaya Prategang berpindah ke beton. Silinder
uji ini harus disimpan dengan kondisi yang sama seperti kondisis beton
yang berada di lapangan.
I-24
SPESIFIKASI TEKNIS
a) Rekaman data penarikan tendon yang lengkap baik dari pembacaan jarum
pressure gauge maupun pengukuran pemanjangan kabel prategang harus
dibuat untuk setiap kabel. Laporan harian harus diberikan pada tenaga ahli
untuk bahan rekaman data penarikan tendon.
b) Data berikut ini, jika memungkinkan dicatat, harus direkam :
- Nomor identifikasi dari setiap dynamometer, gauge, pompa dan jack
- Identifikasi khusus yang ada pada tendon
- Gaya awal (atau tekanan awal) pada saat tendon diberi tanda untuk
mengukur pemanjangan (elongasi)
- Gaya akhir (atau tekanan akhir) dan pemanjangan yang didapat pada
saat penarikan tendon selesai dilaksanakan
- Pemanjangan (elongasi) yang masih terjadi sesudah alat jack dilepas
- Pemanjangan (elongasi) yang didapat antara awal dan akhir proses
penarikan tendon, bersamaan dengan gaya (atau tekanan) yang sesuai
dengan pemanjangan (elongasi) tersebut, jika dikehendaki oleh tenaga
ahli.
(11) Kualitas grout dan metode grouting (pada sistem pasca tarik)
a) Jika menggunakan bahan tambahan (additive) pada bahan grout, pengguna
annya harus seijin tenaga ahli. Bahan tambahan yang akan digunakan
haruslah yang tidak akan menyebabkan karat pada kabel baja prategang
dan yang tidak akan merusak gaya lekat antara pipa ducting dan kabel baja
prategang.
b) Proporsi campuran bahan grout harus ditentukan untuk mendapatkan
konsistensi, pengembangan dan kuat tekan yang disyaratkan. Unit
kandungan air haruslah seminimum mungkin dalam batas yang diijinkan
untuk mengurangi terjadinya bleeding (lepasnya air dari adukan grout) dan
untuk mendapatkan konsistensi yang diperlukan untuk pekerjaan grouting.
Ratio semen-air tidak boleh lebih dari 50%.
c) Alat pencampur (mixer) bahan grout haruslah yang memiliki kemampuan
untuk mencampur bahan grout secara menyeluruh dalam waktu 5 menit
dan yang memiliki kapasitas yang cukup besar untuk memastikan
terlaksananya proses grouting yang kontinu.
I-25
SPESIFIKASI TEKNIS
BAB II
SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN ARSITEKTUR
_________________
PASAL 01
PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN
Lingkup Pekerjaan Meliputi:
a. Pasangan Batu belah 1 Pc ; 6 Psr
b. Pasangan batu belah 1Pc ; 6 Psr
c. Pasangan batu bata 1 Pc ; 3 Psr
d. Plesteran batu bata spesi 1 Pc ; 6 Psr
e. Plesteran batu bata spesi 1 Pc : 3 Psr
f. Plesteran dinding beton spesi 1 Pc: 2 Psr
g. Pembuatan Sponengan dan tali air
Persyaratan Pekerjaan :
1. Yang termasuk lingkup pekerjaan ini adalah :
a. Pasangan dinding bata batu dan batu belah
b. Plesteran dinding bata
c. Plesteran/aferking permukaan beton
d. Pasangan bata pada saluran dan segala sesuatu yang nyata termasuk kedalam
pekerjaan ini.
2. Bahan yang dipakai adalah :
a. Bata merah bermutu baik, pembakaran sempurna, bebas dari cacat dan retak,
minimum belah menjadi 2 bagian produk lokal dan memenuhi persyaratan dan
bahan-bahan PUBBI 1983.
b. Pasir pasang harus bersih, tajam dan bebas lumpur tanah liat, kotoran organik dan
bahan yang dapat merusak pasangan, untuk itu pasir yang akan dipakai terlebih
dahulu diayak lewat ayakan dengan diameter lubang sebesar 10 mm.
c. Pasir pasang diambil dari penambangan terdekat, Pasir Beton diambil dari Muntilan
atau tempat penambangan terdekat yang kualitasnya memenuhi.
d. Semen yang dipakai harus memenuhi persyaratan N.I.8 tipe I menurut ASTM dan
memenuhi S 400 Standart Portland Cement .
3. Adukan/campuran
a. Adukan trasraam 1 Pc : 3 Ps dilaksanakan untuk :
Semua pasangan bata setinggi 30 cm diatas sloof diatas lantai pada semua
dinding yang berhubungan dengan air , misal KM / WC setinggi 180 cm atau sesuai
petunjuk Direksi.
Pasangan bata kedua sisi saluran dan bata sebagai pondasi serta tempat - tempat
lainnya yang diperlukan seperti pasangan dinding yang dimaksud.
Plesteran dinding yang masuk kedalam tanah, seluruhnya pasangan trasraam, plint
plesteran, aferking permukaan beton dan seluruh pasangan bata 1 Pc : 3 Ps
tersebut diatas.
Adukan 1 Pc : 6 Ps dilaksanakan untuk pasangan dinding dan plesteran yang tidak
trasraam seperti tercantum diatas.
Plesteran khusus untuk pemasangan pelapisan dinding keramik, granite tile, batu
alam menggunakan mortar instan sekualitas Mortar Utama atau Lemkra jenis
sesuai penggunaan.
4. Pelaksanaan Pekerjaan Dinding Bata batu
a. Pekerjaan pasangan dinding bata harus terkontrol waterpass baik arah vertikal
maupun horisontal. Setiap 8 baris bata harus di pasang anker besi dari kolom.
I-26
SPESIFIKASI TEKNIS
Pelaksanaan pasangan dinding bata tidak boleh melebihi ketinggian 1 meter setiap
hari.
b. Semua siar di permukaan dinding baru harus dikerok sedalam 1 cm agar
plesteran dapat lebih merekat. Sebelum pelaksanaan pekerjaan plesteran dimulai
harus dalam keadaan basah.
c. Tebal plesteran harus sama di kedua sisi dan hasil akhir dari dinding tembok
setelah diplester adalah 15 cm (Jumlah tebal plesteran dalam + tebal pasangan
bata + tebal plesteran luar).
d. Dinding di atas plafond diplester tanpa aci.
e. Semua jenis aduk plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu
pelaksanaan pemasangan.
f. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu pencampuran
aduk plesteran dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama untuk
plesteran kedap air.
g. Kontraktor harus menyediakan Pekerja/Tukang yang ahli untuk melaksanakan
pekerjaan plesteran ini, khususnya untuk plesteran aci halus.
h. Kecuali untuk beraben, permukaan semua aduk plesteran harus diratakan.
i. Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus/aci halus, harus rata,
tidak bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga dan berlubang, tidak
mengandung kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat cacat.
j. Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi terlebih
dahulu dan siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm.
k. Sedangkan untuk permukaan yang akan diplester, permukaannya harus
dibersihkan dari sisa-sisa bekisting kemudian dikerek/scratched.
l. Semua lubang-lubang pengikat bekisting atau formtie harus tertutup aduk
plesteran.
m. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenakan setelah selesai pemasangan
instalasi pipa yang ada diseluruh bagian dinding bangunan.
n. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapisi dengan cat dipakai plesteran halus
(acian) di atas permukaan plesterannya.
o. Untuk bidang dinding pasangan menggunakan bahan/material akhir lain,
permukaan plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal untuk memberikan
ikatan yang lebih baik terhadap bahan/material yang akan digunakan tersebut.
p. Untuk setiap pertemuan bahan/material yang berbeda jenisnya pada satu bidang
datar, harus diberi nat dengan ukuran lebar 0,7 cm dalam 0,5 cm.
q. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan
bidang tidak boleh melebihi 5 mm, untuk setiap area 2 m2.
r. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom seperti
yang dinyatakan dan dicantumkan dalam Gambar Kerja.
s. Tebal plesteran adalah minimal 1,5 cm dan maksimal 2,5 cm.
t. Jika ketebalan melebihi 2,5 cm, maka diharuskan menggunakan kawat ayam yang
dikaitkan/dipakukan ke permukaan dinding pasangan yang bersangkutan, untuk
memperkuat daya lekat plesteran.Termasuk untuk plesteran penutup talang pada
dinding.
u. Pemeliharaan
Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan
wajar dan tidak secara tiba-tiba.
o Hal ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali
terlihat kering dan melindunginya dari terik panas matahari langsung
dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan air secara cepat.
o Pembasahan tersebut adalah sebagai berikut selama 7 (tujuh) hari setelah
pengacian selesai, Kontraktor harus selalu menyiram dengan air sekurangkurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh.
I-27
SPESIFIKASI TEKNIS
I-28
SPESIFIKASI TEKNIS
3.
4.
Bahan / material
a. Sebelum dilaksanakan pemasangan bahan, pemborong harus mengajukan contoh
terlebih dahulu untuk mendapat persetujuan pemimpin proyek/ pengawas
lapangan. Bahan tersebut harus disimpan di tempat yang terlindung dan tertutup,
kering dan bersih.
b. Semua keramik tersebut dapat digunakan produk lokal yang telah memiliki SII dan
memenuhi syarat PUBI 1972
Adukan
a. Adukan dengan perbandingan 1 pc : 5 ps dipakai untuk pemasangan lantai diatas
landasan yang sudah stabil dalam ketebalan adukan maksimal 5 cm
b. Lantai rabat beton memakai adukan beton 1 pc: 3 ps : 5 kr tebal 8 cm
Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pemasangan lantai keramik dan lainnya di atas pasir urug padat setebal 15 cm
terlebih dahulu diteliti kebenaran pemadatan tanah urug dan pasir urug
dibawahnya serta ketepatan pada peil yang ditentukan / diatas pasangan batu
bata setebal 10 cm atau sesuai standar fabrikasi ubin yang bersangkutan.
b. Semua keramik yang akan dipasang terlebih dahulu direndam (atau sesuai standar
fabrikasi bahan) dalam air. Pengisian siar-siar harus cukup merata/ padat. Setelah
dibersihkan dari kotoran. Perkolotan lantai dapat dilakukan dengan semen atau
sesuai petunjuk.
c. Pekerjaan lantai yang tidak lurus/ waterpass, siarnya tidak lurus berombak, turun
naik dan retak harus dibongkar dan diperbaiki atas biaya pemborong. Lantai yang
sudah terpasang harus dipel dan dibersihkan.
d. Lantai rabat dipasang diatas pasir urug (10 cm) satu elemen dengan elemen
lainnya harus dipisah. Ketebalan rabat beton minimal 8 cm atau sesuai gambar
dan difinish dengan pukulan sapu lidi atau tekstur.
e. Pemasangan keramik dengan adukan 1 : 4 dan acian dipermukaan keramik yang
akan ditempel diatas adukan.
f. Pemasangan lantai khusus mengacu standar fabrikasi material yang bersangkutan.
I-29
SPESIFIKASI TEKNIS
PASAL 03
PEKERJAAN FINISHING DINDING DAN PELAPIS DINDING
1. Bahan
a. Semen/ portand (Portland cement) yang digunakan sekualitas Holcim
b. Mortar instan yang digunakan setara dengan produk LEMKRA atau Mortar Utama (
khusus semen untuk perekat keramik/granite tile/batu alam pada dinding )
c. Pasir
Pasir yang digunakan dalam pekerjaan ini harus halus dengan warna asli
d. Bahan khusus
Finishing cat ( interior dan eksterior ) , nat/ plint dan pelapis keramik /granite tile
dan atau batu alam sesuai desain
2. Pekerjaan Pelapis Dinding
a. Pelapis dinding untuk dinding gedung atau lainnya sesuai desain : dinding keramik
sesuai desain.
b. Pelapisan aluminium composite panel sekualitas Alumetalec rangka aluminium
untuk aksen dinding gedung eksterior atau yang ditunjukkan untuk itu.
c. Pelapisan batu alam sesuai desain ( misal : batu blondos pada kolom), dengan
coating anti lumut dan anti jamur sekualitas Propan
3. Jenis plesteran
Jenis-jenis plesteran yang digunakan sebagai berikut : Plesteran tahan air 1 pc : 3 psr
digunakan untuk menutup dinding yang selalu berhubungan dengan air, plesteran sudut
dan plesteran beton (1 pc : 2 ps ) sedangkan Plesteran 1 pc : 6 ps digunakan untuk
seluruh dinding selain dinding tahan air.
PASAL 04
PEKERJAAN KUSEN ALUMINIUM
1.
Ketentuan Umum
a. Kusen, daun pintu / jendela dibuat dibengkel / pabrik oleh tukang yang ahli hingga
mendapatkan hasil baik, kokoh dan rapi.
b. Setelah kusen-kusen terpasang dibidang permukaan kusen harus diwaterpass dan
kemudian dibersihkan.
c. Kusen-kusen dibuat sesuai dengan ukuran dan cara pelaksanaan sesuai dengan
rencana gambar.
d. Pada pekerjaan pintu dan jendela setelah terpasang harus mudah dibuka dan
tidak ada yang cacat.
2. Bahan
a. Untuk kusen pintu ( khusus kusen untuk daun pintu double triplek menggunakan
perkuatan besi hollow ), jendela dan lain-lain menggunakan bahan aluminium
Natural Anodised sekualitas Alexindo dengan ketebalan 1,2 mm.
b. Lem kualitas baik produksi Racol, Aica Aibon, Herferin atau Pastola yang setara.
c. Kaca rayban 40% / bening tebal 5 mm atau lainnya kualitas baik produksi
Asahimas atau setaraf sesuai desain.
d. Accessories sekrup kepala tertanam, weather strip dari vinyl, pengikat alat
penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus ditutup caulking dan
sealant angkur-angkur untuk rangka/kosen aluminium terbuat dari steel plat tebal
2-3 mm dengan lapisan zink tidak kurang dari 13 micron sehingga dapat bergeser.
e. Bahan finishing treatment untuk permukaan kusen jendela dan pintu yang
bersentuhan dengan bahan alkaline seperti beton aduk atau plester dan bahan
lainnya harus diberi lapisan finishing dari laquer yang jernih atau anti corrosive
treatment dengan insulating varnish seperti asohaltic varnish atau bahan
insulation lainnya.
3. Pelaksanaan Kusen Pintu Jendela
I-30
SPESIFIKASI TEKNIS
a.
I-31
SPESIFIKASI TEKNIS
c. Permukaan kayu yang tampak harus diserut rata dan licin. Setiap sambungan agar
diperhatikan adanya pen/ joint yang berfungsi pengunci atau sistem sambungan
yang benar.
4. Pekerjaan daun pintu
a. Kayu yang dipakai untuk seluruh pekerjaan rangka daun pintu adalah kayu kanfer
kering dengan ukuran yang tercantum dalam gambar adalah ukuran jadi.
b. Penyambungan pada sudut daun pintu/ jendela, list kaca harus betul betul rapih,
tegak lurus dan tidak terdapat celah-celah
c. Daun pintu menggunakan double tripleks 4 mm, sesuai gambar kerja difinish cat
duko
d. Rangka harus betul-betul kaku, lurus, dan rata agar dengan mudah ditutup/ dibuka
e. Penyambungan antara rangka kayu dengan kaca dipakai list dan harus rapi
f. Pekerjaan kayu yang tidak rapih, kasar, bengkok, retak dan tidak menggunakan
bahan yang telah ditentukan, harus dibongkar dan diganti dengan biaya pemborong.
5. Pekerjaan Counter dan Backdrop
a. Kayu yang dipakai untuk seluruh pekerjaan counter dan backdrop adalah multipleks
tebal variasi sesuai desain, dilapis veneer megateak dan difinish melamin doff
dengan ukuran sesuai yang tercantum dalam gambar adalah ukuran jadi.
b. Penyambungan pada sudut counter/backdrop, list kaca harus betul betul rapih,
tegak lurus dan tidak terdapat celah-celah
c. Rangka harus betul-betul kaku, lurus, dan rata agar dengan mudah ditutup/ dibuka
sesuai desain
d. Penyambungan antara rangka kayu dengan kaca dipakai list dan harus rapi
e. Pekerjaan kayu yang tidak rapih, kasar, bengkok, retak dan tidak menggunakan
bahan yang telah ditentukan, harus dibongkar dan diganti dengan biaya pemborong.
PASAL 06
PEKERJAAN PLAFOND
A. PEKERJAAN ACOUSTIC BOARD/ACOUSTIC TILE
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan
peralatan dan alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan ini
secara lengkap meliputi :
a. Pemasangan ceilling Acoustic Tile
b. Pekerjaan lainnya seperti yang tercantum dalam gambar kerja
c. Pemasangan dengan rangka crosstee
2. Persyaratan Bahan
Data performance material acoustic tile / gypsum board
a. Akustik Tile : sekualitas Jayaboard
Tebal : 9 mm ukuran 60x120 cm
Dipasang pada ruang koridor atau yang ditunjukkan untuk itu.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Pada pekerjaan plafond perlu diperhatikan adanya pekerjaan lain yang dalam
pelaksanaannya sangat berkaitan erat.
b. Sebelum dilaksanakan pemasangan plafond, pekerjaan lain yang terletak di
atas plafond harus sudah terpasang dengan sempurna a.l : elektrikal dan
perlengkapan instalasi lain yang diperlukan.
c. Apabila pekerjaan tersebut di atas tidak tercantum dalam Gambar Rencana
Plafond, maka harus diteliti terlebih dahulu pada gambar instalasi yang lain.
d. Rangka penggantung plafond harus sesuai dengan pola Gambar kerja dan
wajib diperhatikan terhadap peil rencana. Rangka yang datar harus rata air.
I-32
SPESIFIKASI TEKNIS
I-33
SPESIFIKASI TEKNIS
PASAL 08
PEKERJAAN KACA
1.
Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyediaan bahan kaca dan cermin serta pemasangannya pada tempattempat yang sesuai dengan gambar rencana.
2. Bahan
a. Kaca Rayban ( 40 % ) tebal 5 mm untuk bagian bangunan yang berhubungan
dengan sisi luar, sedang untuk pintu utama menggunakan Kaca tempered tebal 12
mm ( frameless )
b. Untuk jendela dan pintu lainnya (interior) kaca bening 5 mm ( interior ) keluaran
pabrik Asahimas atau yang setara.
c. Dan kaca serit atau kaca es tebal 5 mm sesuai desain dalam gambar kerja.
d. Kaca jenis tempered yaitu type Clear Temperlite Laminated Glass sekualitas
Asahimas tebal 12 mm untuk atap kaca Canopy.
e. Cermin dipasang diatas wastafel atau yang ditunjukkan untuk itu
3. Pemasangan
a. Syarat dan Mutu
Dimensi
Toleransi tebal :
Ketebalan kaca dan cermin lembaran tidak boleh melebihi toleransi tebal
sebagai berikut :
Jenis
: polos
Tebal
: 5 mm
Toleransi
: 0,3 mm
Toleransi lebar dan panjang
I-34
SPESIFIKASI TEKNIS
Ukuran lebar dan panjang dari kaca dan cermin lembaran tidak boleh melampaui
toleransi sebagai berikut :
Jenis
: polos
Tebal
: 5 mm
Toleransi
: 2,0 mm
b. Pekerjaan pemasangan kaca
Sebelum pemasangan kaca, semua rangka pemegang sudah terpasang sesuai
dengan Gambar Kerja dan persyaratan pekerjaan untuk bahan rangka
pemegang tersebut.
Pemasangan kaca pada rangka pemegang harus sedemikian rupa sehingga
tidak bocor (watertight) dan harus sesuai dengan persyaratan pemasangan
yang dikeluarkan oleh pabrik.
Tepi kaca pada sambungan atau antara kaca dengan rangka pemegangnya
harus diberi sealant atau dempul khusus untuk menutupi celah dengan rangka
seperti yang disyaratkan dalam Gambar Kerja.
Tidak diperkenankan sealant mengenai kaca terpasang lebih dari 0,5 cm dari
batas garis sambungan dengan kaca.
PASAL 09
PEKERJAAN PENGECATAN
1.
I-35
SPESIFIKASI TEKNIS
a. Primer
d.
:
:
Pengendalian seluruh pekerjaan ini, harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik yang
bersangkutan dan memenuhi persyaratan pada PUBI 1982 pada pasal 54 dan NI-4.
5. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Semua bidang pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat (retak,
lubang dan pecah-pecah).
b. Pengecatan tidak dapat dilakukan selama masih adanya perbaikan pekerjaan pada
bidang pengecatan.
c. Bidang pengecatan harus bebas dari debu, lemak, minyak dan kotoran-kotoran lain
yang dapat merusak atau mengurangi mutu pengecatan.
d. Seluruh bidang pengecatan diplamir dahulu sebelum dilapis dengan cat dasar,
bahan plamir dari produk yang sama dengan cat yang digunakan.
e. Pengecatan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas serta
instalasi didalamnya telah selesai dengan sempurna.
f. Sebelum
bahan
dikirim
kelokasi
pekerjaan,
kontraktor
harus
menyerahkan/mengirimkan contoh bahan dari beberapa macam hasil produk
kepada Direksi/Pengawas, selanjutnya akan diputuskan jenis bahan dan warna
yang akan digunakan, dan akan menginstruksikan kepada Kontraktor selama tidak
lebih 7 (tujuh) hari kalender setelah contoh bahan diserahkan.
g. Contoh bahan yang digunakan harus lengkap dengan label pabrik pembuatnya.
h. Percobaan-percobaan bahan dan warna harus dilakukan oleh Kontraktor untuk
mendapatkan
persetujuan
Direksi/MK/Pengawas
sebelum
pekerjaan
dimulai/dilakukan, serta pengerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
diisyaratkan oleh pabrik yang bersangkutan.
i. Hasil pengerjaan harus baik, warna dan pola tekstur merata, tidak terdapat nodanoda pada permukaan pengecatan. Harus dihindarkan terjadinya kerusakan akibat
dari pekerjaan-pekerjaan lain.
I-36
SPESIFIKASI TEKNIS
j.
I-37
SPESIFIKASI TEKNIS
BAB III
SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL
_________________
I.
MEKANIKAL
I-38
SPESIFIKASI TEKNIS
Ujung pipa harus licin, tahan karet dan dapat mengalirkan air ekivalen
dengan satu kepala sprinkler jika dilakukan pengujian aliran, maka tanda
bahaya akan berbunyi. Kran pengetesan (katup inspeksi) ditempatkan pada
lokasi yang mudah dilihat, dijangkau dan dicapai dengan jarak tidak lebih
dari 2,1 m dari lantai. Keamanan juga perlu diperhatikan sehingga tidak
diganggu orang yang tidak berkepentingan.
c. Jenis Kepala Sprinkler (Head Sprinkler)
Jenis Kepala Sprinkler yang dipakai di gedung ini adalah
Kantor = type pendant
Kepala Sprinkler (Head Sprinkler) berdiameter = 1/2 (15 mm)
Temperatur operasi = 57C atau 135F.
d. Ukuran pipa yang dipakai
Pipa Baja Hitam (Black Steel Pipe)
Ukuran pipa (inci)
Jml Maksimum kepala Sprinkler
1
2
11/4
3
11/2
5
2
10
21/2
30
3
60
4
100
2.5. Sumber Air Pemadam Kebakaran
Sumber air yang digunakan berasal dari PAM (sumber utama) dan sebagai
sumber cadangan dari sumur dalam (Deep Well) dan harus mempunyai aspek
kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Air dari PAM dan sumur dalam di masukkan
kedalam Tangki Air Bawah. Kapasitas Tangki Air Bawah khusus untuk system
penanggulan kebakaran sebesar 85 m3 untuk keperluan selama 30 menit
menunggu barisan Dinas Kebakaran dating. Tangki Air Bawah untuk pemadam
kebakaran menjadi satu dengan tangki air bersih. (Total kapasitas tangki bawah
193 m3).
2.6. Pompa Sistem Kebakaran
- Pompa pemacu (Jockey Pump) berfungsi untuk mempertahankan tekanan air
didalam jaringan pemipaan tetap konstan.
- Pompa Utama Elektrik (Main Electric pump) berfungsi untuk mempertahankan
tekanan apabila pompa pemacu sudah tidak bisa mempertahankan
tekanannya (Tekanan menurun).
- Pompa Utama Diesel (Main Diesel Pump) berfungsi untuk menggantikan
pompa utama elektrik apabila pompa utama elektrik mati (tidak bisa bekerja
karena PLN mati).
Cara Kerja Pomp :
Pompa pemacu (Jockey Pump) berfungsi untuk mempertahankan tekanan air di
dalam jaringan pemipaan tetap konstan. Pompa akan hidup/start apabila
tekanan turun sampai pada batas yang ditentukan dan akan mati/stop pada
saat tekanan air kembali naik ke batas tekanan yang telah ditentukan. Pompa
utama pemadam kebakaran akan hidup/start apabila pompa pemacu sudah
tidak sanggup menangani penurunan tekanan pada jaringan pemipaan akibat
pecahnya kepala Sprinkler atau di bukanya katup hidran sehingga tekanan air
turun sampai batas yang telah ditentukan, dan pompa akan mati/stop secara
manual. Apabila pompa utama tidak bisa hidup/start dikarenakan sesuatu hal
pada saat tekanan air sudah turun pada batas yang telah ditentukan air terus
menurun, maka pompa cadangan (diesel pump) akan hidup pada saat tekanan
air sudah berada pada batas yang telah ditentukan, dan pompa juga akan
mati/stop secara manual.
I-39
SPESIFIKASI TEKNIS
I-40
SPESIFIKASI TEKNIS
B. SISTEM PLAMBING
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1. SISTEM AIR BERSIH
Sistem Air Bersih Meliputi :
a. Sumber air bersih
b. Pengolahan air bersih
c. Persediaan air bersih
d. Perpipaan air bersih
1.2.
1.3.
1.4.
2. DASAR PERENCANAAN
2.1.
STANDAR
SNI 03-6481-2000 SISTEM PLAMBING 2000
2.2.
BUKU PANDUAN
Perencanaan dan pemeliharaan sistem Plambing (Soufyan M Noerbambang
dan Takeo Morimara), Tahun 1987
3. KRITERIA PERENCANAAN
3.1.
I-41
SPESIFIKASI TEKNIS
3.2.
Lavatory (Wastafel)
Bah Cue dapur
:2
:4
3.3.
3.4.
I-42
SPESIFIKASI TEKNIS
Kebutuhan Air Bersih pada bangunan ini direncanakan dari PAM, dimana disediakan
pompa transfer, tangki air bawah (ground Water Tank), Tangki Atap dan Pompa
Booster. Jumlah kebutuhan air maksimum setiap hari untuk bangunan ini dihitung
berdasarkan jumlah total fixture unit sebagai berikut :
- WC Flash Valve
20 unit = 20 x 10 = 200 UBAP
-
WC Flash Tank
Urinal
9 unit = 9 x 5 = 45 UBAP
8 unit = 8 x 3 = 24 UBAP
Lavatory (Wastafel)
8 unit = 8 x 2 = 16 UBAP
20 unit = 20 x 1 = 20 UBAP
TOTAL =
305 UBAP
Untuk menghindari terkena gempa yang sering melanda di daerah ini, maka
tangki air bawah tidak di buat dari beton ( untuk menghindari retak retak akibat
dari gempa ) dan di buat dari fibre glass yang diletakkan diatas tanah tidak
ditanam dalam tanah.
5. MATERIAL YANG DIGUNAKAN
Material yang digunakan untuk instalasi plambing pada bangunan ini adalah :
- Pipa Air Bersih
: GIP ( Galvaniz Iron Pipe ) kelas medium Merk : PPI,
SPINDO
- Pipa Air Kotor, Air
: PVC Kelas 10 kg / cm (AW) Kotoran, Vent, Air
Hujan, Merk : WAVIN
- Gate Valve, Check Valve
TOYO atau setaraf
- Flexible Joint
- Pompa Transfer
- Pompa Booster
EBARA
I-43
SPESIFIKASI TEKNIS
II. ELEKTRIKAL
1. PENDAHULUAN
1.1.
Data umum
Informasi dan data data yang digunakan dalam penyusunan dan dasar
dasar Sistem Instalasi listrik Arus Lemah pada bangunan Kantor
yang
Terletak di jln .1, Jakarta pusat .
1.2.
1.3.
Data Bangunan
Secara umum bangunan ini terdiri dari 1 (satu) blok/massa bangunan
yang
Berfungsi sebagai kantor dengan data-data pendukung sebagai berikut :
N0
1.
2.
3.
4.
5.
Bangunan
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
Luas (m2)
Jumlah
2.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
3. DASAR PERENCANAAN
I-44
SPESIFIKASI TEKNIS
3.1.
Umum
Menyipkan suatu perancangan Sistem Instalasi Listrik yang memenuhi
Standar/kode dan criteria perencanaan, antara lain :
a. Suplay daya listrik dan penyediaan sarana instalasi Listrik untuk
melayani
Beban-beban listrik keseluruhan sehingga memenuhi kebutuhan dan
Juga untuk oprasionalnya.
b. Penyediaan sarana sumber daya listrik utama PLN dan sumber daya
Listrik cadangan/darurat dengan pengadaan Diesel Generator
3.2.
3.3.
Penerangan
Kotak Kontak (Stop Kontak) : 0.8
Pendingin Udara
Pompa pompa
: 0.8
: 0.9 1.0
: 0.9 1.0
3.4.
3.5.
3.6.
Catatan :
* Perencanaan penempatan titik lampu, tipe / jenis lampu yang akan digunakan
dan pengaturan komposisi cahaya disesuaikan dengan besar dan jenis ruangan
yang direncanakan
4. URAIAN SISTEM
a. Sistem distribusi akan menggunakan tipe radial, dimana tiap pusat beban akan
langsung di suplai dari panel distribusi utama TR ke panel sub distribusi melalui
kabel daya jenis NYFGBY dan NYY
I-45
SPESIFIKASI TEKNIS
b. Khusus untuk beban pemadam kebakaran seperti pompa hydrant dan peralatan
penunjang baik untuk peringatan dini dan evaluasi harus menggunakan kabel
tahan api.
c. System proteksi yang digunakan untuk mengurangi / menghilangkan bahaya lanjut
dari suatu gangguan pada system distribusi adalah :
- Proteksi Arus Hubungan Singkat (Short Circuit)
- Proteksi Beban Lebih (Over Load)
- Proteksi Gangguan Tegangan (Over / Under Voltage)
- Proteksi Gangguan Arus Tanah (Earth Foult)
- Proteksi Daya Balik (Power Reverse)
- Proteksi Sambaran Petir (Lightning Stroke)
d. Sistem pertanahan (Grounding System) listrik akan digunakan system TN-C dan TNS
Grounding khusus harus di siapkan untuk peralatan peralatan yang sensitive
seperti computer, PABX, Sound System, Fire Alarm dan lain lain, dipasang
terpisah dengan grounding system listrik
e. Sistem penangkal petir yang digunakan adalah Electrostatic Lightning System yang
dipasang pada bagian tertinggi dari bangunan dan harus mempunyai Radius
pengaman yang bisa melindungi seluruh areal bangunan, penghantar penurunan
dengan menggunakan Coaxial Cable dan di hubungkan langsung ke elektroda
pertanahan ( Grounding Electroda )
5. PERKIRAAN DAYA TERPASANG
No.
1
a.
b.
c.
d.
e.
2
a.
b.
c.
d.
3
a.
b.
c.
d.
4
URAIAN
Penerangan & Stop kontak
Lantai 01
Lantai 02
Lantai 03
Lantai 04
Penerangan Luar
Pendingin Ruang ( AC )
Lantai 01
Lantai 02
Lantai 03
Lantai 04
Pompa - Pompa
Pompa Hydrant
Pompa Transfer
Pompa Boster
Pompa Sumur Dalam
Peralatan Elektronik (Fire
Alarm, Telepon, Tata Suara
Komputer)
PANEL
DAYA TERPASANG
( VA )
FAKTOR
BEBAN
TOTAL DAYA
( VA )
SDP 1
SDP 2
SDP 3
SDP 4
SDP 8 L
40.942,5
37.992,5
30.132,5
6.250
2.500
0.8
0,8
0,8
0,8
0,8
32.754
30.394
24.106
5.000
2.000
SDPAC 1
SDPAC 2
SDPAC 3
SDPAC 4
68.640
72.580
67.760
30.600
0,9
0,9
0,9
0,9
61.776
65.322
60.984
27.540
PPH
PPT
PPB
PPDW
22.500
8.750
7.500
6.000
1,0
1,0
1,0
1,0
22.500
8.750
7.500
6.000
Total Daya
359.351 VA
I-46
SPESIFIKASI TEKNIS
Spare 10 %
Total
Divercity Factor
: 35.925,1 VA
: 395.176,1 VA
: 434.693,71 VA
: 380 VOH, 50 Az
: 800 A
: 51
: ex Lokal
: ex Merlin Gerin (MG)
: ex AXLE
: ex AXLE
:T&T
:T&T
: NOKIAN
: Deep Sea
: Telemecanique
: 300 volt, 50 Hz
: di sesuaikan dengan masing
: 51
: ex Lokal
: ex Merlin Gerin (MG)
: ex T & T
: ex T & T
: 450 KVA
: 380 / 220 Volt, 50 Hz
: Multi Cylinder 4 & 2 Stroke
: 1500 Rpm
: min 10% selama 1 jam dalam 12 jam per
: Cummin, Perkins
: 600 1000 volt
I-47
SPESIFIKASI TEKNIS
Isolasi
Konduktor
Temperatur Max
Jenis
Merk / buatan
Suprem ( 4 Besar )
: PVC
: Tembaga
: 90 C
: NYFGbY, NYY, NYM, NYA, NYAHY
: Kabel Metal, Kabelindo, Tranka Kabel,
f. Lampu lampu
Lampu TL, SL, PL, Mercary dll : ex Phillips
Box Lampu ( Down Light, Banet dl)
: ex Lokal Standard SNI
g. Saklar dan Stop Kontak
Kapasitas
Merk / buatan
:
: National, Berker atau setaraf
h. Penangkal Petir
Tahanan Pertanahan max
Kabel
Merk / buatan
: 2 ohm
: COAXIAL
: PREVECTRON
I-48
SPESIFIKASI TEKNIS
Komponen
Pondasi
Uraian pekerjaan
Pondasi Utama
Material
Pondasi Tiang Pancang dan
Sumuran serta foot plat
beton
2.
Kerangka
Struktur
Struktur bangunan
Rangka Atap
Plat Lantai
3.
Dinding
Pasangan dinding
bangunan
Partisi
4.
Kusen Pintu,
Jendela dan BV
Kusen Pintu
Daun Pintu
Daun Jendela
5.
Kaca
Daun BV
Teralis
Pekerjaan Pintu,
Jendela, BV dan
Partisi
Spesifikasi
Beton bertulang
dengan
perbandingan 1pc :
2ps : 3split,
pengecoran sesuai
desain
Sloof, Kolom, Balok
Sesuai desain
Sesuai persyaratan
spesifikasi dan
prosedur lainnya
1pc : 3kpr : 10ps
Atau 1pc : 6ps
Kalsiboard
sekualitas Eternit
Gresik
Kaca bening, kaca
es, kaca bening
difinish stiker
sandblast sesuai
desain
Setara Alexindo
ukuran 5/10
Kaca bening, kaca
rayban, kaca es,
kaca bening difinish
stiker sandblast
sesuai desain
Kaca Bening 5 mm
Untuk Kaca sisi
eksterior bangunan
menggunakan Kaca
Rayban 40 %
Kaca bening/rayban
5 mm atau Kaca Es
5 mm
Sesuai desain
Sekualitas
Asahimas; dapat
berupa kaca bening,
kaca es, kaca
I-49
SPESIFIKASI TEKNIS
6.
Lantai
Pelapisan
Dinding
Untuk lantai
Ruang Umum,
seperti Lobby Hall,
Ruang Tamu, R.
Serbaguna,
Selasar, dan
Ruang Tidur
Kombinasi :
- Keramik 40 x 40 cm ,
- Plint keramik 10 x 40 cm,
pekerjaan lantai yang lain
20 x 20 cm atau keramik
30x30 cm
Untuk lantai
Ruang Servis,
seperti pantry dan
Laundry
Keramik
Cladding
aluminium
Granite Tile
Pemasangan
Pelapisan Dinding
Pengecatan
Dinding, Plafond
7.
8.
Dinding
/Plafond
Khusus
Plint Lantai
Detail khusus
sesuai desain
Plint Ubin
bening difinish
stiker sandblast
sesuai desain
Keramik sekualitas
Roman
Eksterior dan
area basah:
keramik
rustic/tekstur
Interior : keramik
polos
Keramik sekualitas
Roman
Keramik sekualitas
Roman
Dinding KM/WC
: lapis keramik
20x25 tinggi
175 cm + border
keramik motif
10x20 cm
Dinding R.
Laundry : lapis
keramik 20x25
cm tinggi 150
cm + border
keramik motif
10x20 cm
Sekualitas
Alumetalec/Seven
Granite Tile
sekualitas Gelaisi
Produk Mortar
sekualitas Mortar
Utama atau Lemkra
Produk cat
sekualitas Mowielex
atau Dulux
I-50
SPESIFIKASI TEKNIS
9.
Plafond/langitlangit
Sesuai
ditunjukkan dalam
gambar
Gypsumboard 9 mm atau
Kalsiboard 4,5 mm rangka
hollow metal , Plafond
akustik dan atau beton
ekspose
10.
Penutup Atap
Penutup Atap
Bangunan (sesuai
ditunjukkan dalam
gambar)
Atap Canopy
11.
Penerangan
Lampu sesuai
desain
12.
Pintu utama
13.
Handel Pintu
14.
Railing Tangga
Handel pintu,
Pengunci
Railing tangga
atau lainnya
sesuai desain
15.
Saniter
Closet &
Washtafel
Aksesori KM/WC
Washbak atau
Sink
KM/WC for
disabled
16.
17.
Perkerasan
Halaman
Instalasi
Pavement
Kabel power
ubin yang
digunakan/sesuai
desain
Gypsumboard
sekualitas
Jayaboard &
Kalsiboard
sekualitas produk
Eternit Gresik
Atap dak beton
dengan water
proofing, untuk area
atas KM/WC yang
digunakan untuk
penempatan tandon
air dan area jemur
Kaca sekualitas
Asahimas
Lampu sekualitas
Philips, Armatur
sekualitas
Centralight
Floor hinge
sekualitas
Dorma/Dekkson
Sekualitas Beleza
produk Kenari Djaja
Kombinasi dinding
bata plester finish
cat, hand rail
stainless steel
ukuran dia 2 inch
Produk saniter
sekualitas Toto
lengkap dengan
aksesorinya
Produk sekualitas
San Ei
I-51
SPESIFIKASI TEKNIS
18.
Penangkal Petir
19.
Pemadam
Kebakaran
20.
Lain-lain
supply
Jenis EF
Deteksi kebakaran
(smoke and heat),
sistem peringatan
dan pemadaman
kebakaran
Meja Pantry
Exhaust/Balingbaling
21.
Pos jaga
Sesuai Desain
25.
Counter
Reception
28.
Bak tanaman
dan aksen pada
kolom
Water Feature
Kombinasi bata
plester lapis granit
tile dan multipleks
18 mm
Bata plester lapis
batu alam
29.
30.
Perlengkapan
dan Prasarana
lain
Sesuai desain
Sesuai desain
Ruang administrasi
dan Room Leader
Coating anti jamur
dan anti lumut
Mengacu RKS
I-52
SPESIFIKASI TEKNIS
BAB IV
DAFTAR KUANTITAS, ANALISA HARGA SATUAN
DAN METODA PELAKSANAAN
1. Daftar Kuantitas terdiri dari :
a. Rekapitulasi Daftar Kuantitas dan Harga
b. Daftar Kuantitas dan Harga
2. Analisa Harga Satuan terdiri dari :
a. Analisa Harga Satuan Pekerjaan
b. Daftar Harga Satuan Dasar Upah
c. Daftar Harga Satuan Dasar Bahan
d. Daftar Harga Satuan Dasar Peralatan
3. Metode Pelaksanaan pekerjaan terdiri dari :
a. Metode Pelaksanaan Pekerjaan
b. Jadwal Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
c. Daftar Personil Inti
d. Daftar Peralatan Utama
I-53