You are on page 1of 10

PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA TURBIN ANGIN

SAVONIUS TYPE L
Bayu Mahendra, Rudy Soenoko, Djoko Sutikno
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail : mahebayu@gmail.com
ABSTRACT
The depletion of energy sources that can not be renewable (non-renewable), need an alternative
way to replace these energy sources with renewable energy sources (renewable). Non-renewable
energy sources that are widely used today is fuel derived from fossil fuels (petroleum, natural
gas, and coal). One effort to overcome these problems is to use wind energy. Wind turbines are
one of the energy conversion machine that converts the kinetic energy of wind into mechanical
energy on its axis. Savonius wind turbine self-starting ability is good so it only requires a low
wind speed to be able to rotate the rotor of the wind turbine. Savonius wind turbine suitable for
the conditions in Indonesia. In general, wind turbines utilize savonius only thrust of the wind, so
that the greater the thrust, the turbine efficiency is also greater. The method used is an
experimental study by varying the number of blades (2,3 and 4) with independent variable speed
wind tunnel at wind speed of 3 m / s, 5m / s, 7 m / s. While the dependent variable is the torque,
shaft power and efficiency. The test results and analysis indicate that the calculation of the
number of wind turbine blade 3 has a higher performance compared to the amount of the other
blade. The position of each blade are not symmetrical make negative drag is relatively small and
the distance between the blade with one another to have a turbine blade shaft makes
estrangement can stream flow and hit the other blade, and this will increase the force on the
blade so that the moment of flow turbulence contained in the the turbine is relatively small.
Keywords: Wind Turbine, Savonius, number of blades, Performance

ABSTRAK
Semakin menipisnya sumber energi yang tidak dapat terbarukan (non-renewable), memerlukan
suatu jalan alternatif guna mengganti sumber energi tersebut dengan sumber energi yang
terbarukan (renewable). Sumber energi tak terbarukan yang banyak digunakan saat ini adalah
bahan bakar yang berasal dari fosil (minyak bumi, gas alam, dan batu bara). Salah satu upaya
mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan energi angin. Turbin angin adalah
salah satu mesin konversi energi yang merubah energi kinetik angin menjadi energi mekanik
pada porosnya. Turbin angin savonius memiliki kemampuan self-starting yang bagus sehingga
hanya membutuhkan angin dengan kecepatan rendah untuk dapat memutar rotor dari turbin
angin ini. Turbin angin savonius cocok untuk kondisi di Indonesia. Secara umum turbin angin
savonius hanya memanfaatkan gaya dorong dari angin, sehingga semakin besar gaya dorong,
maka efisiensi turbin juga semakin besar. Metode yang digunakan adalah penelitian
eksperimental dengan memvariasikan jumlah sudu (2,3 dan 4 buah) dengan variabel bebas
kecepatan angin pada wind tunnel dari kecepatan 3 m/s, 5m/s, 7 m/s. Sedangkan variabel
terikatnya adalah torsi, daya poros dan efisiensi. Hasil pengujian dan analisis perhitungan
menunjukkan bahwa turbin angin dengan jumlah sudu 3 mempunyai unjuk kerja yang tinggi
1

dibandingkan dengan jumlah sudu yang lainnya. Posisi masing masing sudu yang tidak simetris
menjadikan gaya hambat negatif relatif kecil dan jarak antara sudu yang satu dengan lainnya
terhadap poros sudu turbin mempunyai kerenggangan yang menjadikan aliran dapat mengalir
dan menerpa sudu lainnya dan ini akan meningkatkan gaya momen pada sudu sehingga aliran
turbulensi yang terdapat pada turbin tersebut relatif kecil.
Kata Kunci : Turbin Angin, Savonius, Jumlah Sudu, Unjuk Kerja
PENDAHULUAN
Semakin menipisnya sumber energi
yang tidak dapat terbarukan (nonrenewable), serta penggunaan bahan bakar
yang ramah lingkungan, memerlukan suatu
jalan alternatif guna mengganti sumber
energi tersebut dengan sumber energi yang
terbarukan (renewable). Sumber energi tak
terbarukan yang banyak digunakan saat ini
adalah bahan bakar yang berasal dari fosil
(minyak bumi, gas alam, dan batu bara).
Salah satu upaya mengatasi masalah tersebut
adalah dengan menggunakan energi angin.
Angin termasuk salah satu dari sumber daya
energi yang terbarukan, dan

utama susunan ini adalah turbin tidak


harus
diarahkan
ke
angin
untuk
menghasilkan energi listrik. Kelebihan ini
sangat berguna di tempat-tempat yang arah
anginnya sangat bervariasi. TASV mampu
mendayagunakan angin dari berbagai arah.
TASV terdiri dari beberapa jenis turbin
angin, salah satunya adalah turbin angin
savonius. Jenis ini memiliki kemampuan
self-starting yang bagus, sehingga hanya
membutuhkan angin dengan kecepatan
rendah untuk dapat memutar rotor dari
turbin angin ini. Selain itu, torsi yang
dihasilkan turbin angin jenis savonius relatif
tinggi (Sargolzei, 2007).

ramahlingkungan sehingga sangat potensial


untuk mengurangi ketergantungan terhadap
penggunaan energi bahan bakar minyak.
Contoh nyata kemajuan pesat di bidang
engineering atau rekayasa ini adalah makin
banyaknya penggunaan turbin angin.
Turbin angin adalah kincir angin yang
saat
ini
banyak
digunakan
untuk
membangkitkan tenaga listrik. Turbin angin
ini
pada
awalnya
dibuat
untuk
mengakomodasi kebutuhan para petani
dalam melakukan penggilingan padi,
keperluan irigasi, dan lain-lain. Prinsip dasar
kerja dari turbin angin untuk pembangkitan
listrik adalah mengubah energi mekanik dari
angin menjadi energi putar pada kincir, lalu
putaran kincir digunakan untuk memutar
generator yang akan menghasilkan listrik.
Salah satu jenis turbin angin adalah
Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV).
TASV memiliki poros atau sumbu rotor
utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan

Tinjauan Pustaka
Penelitian Sebelumnya
Soelaiman (dkk) 2007 melakukan
beberapa penelitian tentang bebrapa macam
blade, yaitu savonius dengan blade tipe U
dan savonius dengan blade tipe L. dari
penelitian mereka menyimpulkan bahwa
blade savonius tipe L menghasilkan unjuk
kerja yang paling baik dibandingkan dengan
tipe yang lain.
Hendra
A.
(2012),
dalam
penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Jumlah Sudu Terhadap Unjuk Kerja Turbin
Angin Savonius. Menggunakan metode
penelitian eksperimental dengan variasi
jumlah sudu : 2, 3, dan 4 buah dengan
variabel bebas kecepatan angin pada wind
tunnel dari kecepatan 3 m/s sampai 7 m/s.
Didapatkan hasil analisis bahwa turbin angin
dengan jumlah sudu 3 buah memiliki unjuk
kerja yang tinggi dibandingkan dengan
2

jumlah sudu yang lain. Hal ini terjadi karena


pada turbin dengan jumlah sudu 3 buah
mempunyai jarak antara sudu yang satu
dengan lainnya terhadap poros sudu turbin
mempunyai
kerenggangan
menjadikan
aliran dapat mengalir dan menerpa sudu
dibelakang poros dan ini akan meningkatkan
gaya momen serta mengurangi gaya hambat
negatif pada sudu sehingga aliran turbulensi
yang terdapat pada turbin tersebut relative
kecil.

bentuk rotor, seperti desain rotor yang


berbentuk huruf L seperti pada gambar 4.1
berikut.

Angin

pada Turbin angin savonius type L


aliran udara pada sisi bilah yang lurus lebih
besar dibandingkan pada sisi bilah lengkung
seperempat lingkaran (Soelaiman, 2006).

Gambar 4.1 sudu savonius type L


Sumber : soelaiman, 2006

Angin adalah udara yang bergerak


akibat adanya perbedaan tekanan dengan
arah aliran angin dari tempat yang memiliki
tekanan tinggi ke tempat yang bertekanan
rendah atau dari daerah yang memiliki suhu
randah ke tempat yang bersuhu tinggi.
(wikipedia.org/Angin).

Prinsip Kerja Turbin Angin Savonius


Turbin
angin
memiliki
prinsip kerja sama seperti turbin pada
umumnya. Dimulai dari pemanfaatan energi
kinetik yang dimiliki oleh angin, yang
kemudian dikonversikan oleh sudu menjadi
energi mekanik poros atau rotor. Hal
tersebut seperti pada gambar 4.2 berikut.

Turbin Angin
Turbin angin adalah sebuah sistem yang
berfungsi untuk mengubah energi kinetik
angin menjadi energi mekanik pada poros
turbin tersebut (Sargolzaei, 2007:51). Energi
angin dikonversi sebagian menjadi energi
putar oleh rotor. Dengan atau tanpa roda
gigi, putaran rotor tersebut biasanya
digunakan untuk memutar generator yang
akan menghasilkan energi listrik.
Turbin Angin Savonius
Turbin angin tipe savonius merupakan
turbin dengan konstruksi sederhana pertama
kali ditemukan oleh sarjana Finlandia
bernama Sigurd J. Savonius. Turbin yang
termasuk dalam kategori VAWT ini memiliki
rotor dengan bentuk dasar setengah silinder.
Konsep turbin angin savonius cukup
sederhana, prinsip kerjanya berdasarkan
differential drag windmill.

Gambar 4.2 Prinsip kerja turbin angin


savonius type L
Sumber : soelaiman, 2006
Turbin angin savonius adalah jenis turbin
angin tipe drag, dimana turbin ini
menghasilkan daya dengan memanfaatkan
gaya drag yang di hasilkan dari tiap-tiap
sudunya. Drag merupakan gaya yang
bekerja berlawanan dengan arah angin yang
menumbuk sudu (White, 1986: 412).

Turbin Angin Savonius type L


Pada
perkembangannya
turbin
Savonius ini banyak mengalami perubahan
3

T
BHP

Energi Kinetik
Energi
kinetik
adalah
usaha yang
dibutuhkan untuk menggerakkan sebuah
benda dengan massa tertentu dari keadaan
diam hingga mencapai kecepatan tertentu.
E = m.v2

= Torsi
= Brake Horse Power
= Putaran generator

3. Efisiensi ()
(Bueche; 1991: 46) (2-1)
(2-5)

Keterangan :
E = energi dari udara yang bergerak (joule)
m = massa (kg)
v = kecepatan angin (m/detik)

keterangan :
= Efisiensi
= Brake Horse Power
= Daya masukan

Unjuk Kerja Turbin Angin Savonius


1. Brake horse power (BHP)

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian eksperimental (experimental
research), yaitu melakukan pengamatan
untuk mencari data sebab akibat dalam suatu
proses melalui eksperimen sehingga dapat
mengetahui pengaruh jumlah sudu terhadap
unjuk kerja pada turbin angin savonius type
L.

keterangan:
Pgenerator = Daya generator listrik
V = Tegangan generator litrik
I = Arus listrik

(Watt)
(Volt)
(Ampere)

Setelah didapatkan harga Pgenerator maka


dapat dihitung BHP :
(2-3)

Pgenerator
generator

(%)
(Watt)
(Watt)

METODOLOGI PENELITIAN
(2-2)

keterangan:
BHP

(Nm)
(watt)
(rpm)

Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang
tidak dipengaruhi oleh variabel yang lain.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :
Jumlah sudu : 2; 3; dan 4 buah
Kecepatan angin: 3; 5; dan 7 m/s
Hal ini dapat kita lihat pada gambar 4.3
seperti berikut :

= Brake Horse Power


(watt)
= Daya generator listrik(watt)
= Efisiensi generator listrik
(%)

2. Torsi (T)

(2.4)

Gambar 4.3sudu turbin savonius type L

keterangan :
4

2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas yang telah
ditentukan dalam penelitian ini. Variabel
terikatnya adalah :
Daya poros dari turbin angin savonius.
Torsi yang dihasilkan oleh turbin angin
savonius.
Efisiensi yang dihasilkan turbin angin
savonius.

5. Digital Multitester
6. Digital Tachometer
7. Anemometer

Instalasi Penelitian
Instalasi penelitian dapat dilihat
seperti pada gambar 4.4 dan 4.5 dan
gambar turbin angin yang digunakan
dalam penelitian bisa diliat pada gambar
4.6.
Gambar 4.6 : turbin angin savonius tipe L
PEMBAHASAN
Grafik Hubungan Kecepatan
Terhadap Daya Poros (BHP)

Angin

Gambar 4.4. Skema Instalasi Uji

Gambar 4.5 wind tunnel


Keterangan gambar :
1. Blower
2. Wind tunnel
Gambar 4.7 Grafik Hubungan Kecepatan
angin Terhadap BHP

3. Turbin angin Savonius type L


4. Generator listrik
5

Dari gambar 4.7 dapat diketahui


bahwa kecepatan angin berpengaruh
terhadap daya poros yang dihasilkan. Pada
awal sampai akhir grafik hubungan antara
kecepatan angin terhadap daya poros pada
jumlah sudu yang sama mengalami
kecenderungan yang meningkat. Semakin
meningkatnya kecepatan angin akan
menyebabkan semakin besar momentum
angin yang menumbuk turbin setiap
detiknya, maka perbedaan tekanan antara
bagian depan sudu dan bagian belakang
sudu meningkat, sehingga gaya dorong yang
dihasilkan semakin meningkat pula. Akibat
dari peningkatan gaya dorong ini akan
menyebabkan peningkatan dari daya poros
turbin itu sendiri.
Hal tersebut dapat dilihat pada turbin
angin dengan jumlah sudu 2 buah, pada
kecepatan angin 3 m/s diperoleh daya poros
sebesar 0.021 watt, kecepatan angin 5 m/s
diperoleh daya poros sebesar 0.102 watt dan
pada kecepatan angin 7 m/s diperoleh daya
poros sebesar 0.233 watt. Daya poros
maksimal didapat pada jumlah sudu 3, yakni
pada kecepatan angin 3 m/s diperoleh daya
poros sebesar 0.029 watt, kecepatan angin 5
m/s diperoleh daya poros sebesar 0.143 watt
dan kecepatan angin 7 m/s diperoleh daya
poros sebesar 0.267 watt. Hal ini terjadi
karena pada turbin dengan jumlah sudu 3
buah mempunyai jarak antara sudu yang
satu dengan lainnya terhadap poros sudu
turbin mempunyai kerenggangan yang
menjadikan aliran dapat mengalir dan
menerpa sudu dibelakang poros dan ini akan
meningkatkan
gaya
dorong
serta
mengurangi gaya hambat negatif pada sudu
sehingga aliran turbulensi yang terdapat
pada turbin tersebut relatif kecil. Pada turbin
dengan jumlah sudu 4 buah dapat dilihat
bahwa mempunyai nilai daya poros yang
terendah dari yang lainya yaitu pada
kecepatan angin 3 m/s daya poros yang
dihasilkan adalah 0,017 watt, kecepatan

angin 5 m/s diperoleh daya poros sebesar


0.081 watt dan kecepatan angin 7 m/s
diperoleh daya poros sebesar 0.191 watt. Hal
ini dikarenakan gaya drag pada masingmasing sudu lebih tinggi daripada jumlah
sudu yang lain, serta terdapat turbulensi di
area
poros
turbin
sehingga dapat
menurunkan performa turbin itu sendiri.
Bertambahnya jumlah sudu yang akan
mengakibatkan bertambahnya pula berat
dari turbin sehingga membutuhkan gaya
dorong yang besar untuk memutar sudu
turbin.
Hal itu dapat disebabkan karena
semakin tinggi gaya dorong yang dihasilkan,
juga akan meningkatkan putaran dari turbin.
Semakin tinggi putaran maka daya motor
yang dihasilkan akan semakin meningkat
pula. Hal ini sesuai dengan persamaan
berikut yaitu:

Grafik Hubungan Antara Kecepatan


Angin Terhadap Torsi

Gambar
6

4.8 Grafik hubungan antara


kecepatan angin terhadap torsi

Pada gambar 4.8 grafik hubungan


antara kecepatan angin terhadap torsi pada
jumlah sudu yang sama mengalami
kecenderungan yang meningkat. Semakin
meningkatnya kecepatan angin akan
menyebabkan semakin besar momentum
angin yang menumbuk sudu turbin. Hal ini
yang
menyebabkan
semakin
tinggi
kecepatan angin akan semakin tinggi pula
gaya dorong yang dihasilkan yang akan
meningkatkan putaran dari turbin. Semakin
tinggi putaran maka daya poros yang
dihasilkan akan semakin meningkat pula.
Dengan demikian torsi yang dihasilkan
besar. Hal ini sesuai dengan persamaan
berikut yaitu:

Hal ini dikarenakan dapat kita lihat bahwa


pada turbin angin dengan jumlah sudu 4
buah memiliki nilai BHP terendah sehingga
torsi yang dihasilkan juga terendah.
Grafik Hubungan Antara Kecepatan
Angin Terhadap Efisiensi

T=

Pada grafik hubungan antara


kecepatan angin terhadap torsi dapat kita
lihat bahwa turbin dengan jumlah susu 3
buah mempunai nilai torsi yang paling tinggi
dengan 0.00084 Nm pada kecepatan angin 3
m/s, 0.00282 Nm pada kecepatan angin 5
m/s dan 0.00398 Nm pada kecepatan angin 7
m/s. Turbin dengan jumlah sudu 4 buah
dengan nilai torsi yang terendah dengan
dengan 0.00071 Nm pada kecepatan angin 3
m/s, 0.00209 Nm pada kecepatan angin 5
m/s dan 0.00320 Nm pada kecepatan angin 7
m/s. hal ini dikarenakan pada turbin dengan
sudu 3 buah mempunyai daya poros yang
paling tinggi dibandingkan yang lainnya
sehingga torsi yang dihasilkan juga paling
tinggi dibanding dengan yang lain. Pada
turbin dengan jumlah sudu 4 buah dapat
dilihat bahwa mempunyai nilai torsi yang
terendah dari yang lainya yaitu pada
kecepatan angin 3 m/s daya poros yang
dihasilkan adalah 0.00071 Nm, kecepatan
angin 5 m/s diperoleh daya poros sebesar
0.00209 Nm dan kecepatan angin 7 m/s
diperoleh daya poros sebesar 0.00320 Nm.

Gambar 4.9 : Grafik Hubungan Antara


Kecepatan Angin Terhadap
efisiensi
Dari gambar 4.9 dapat kita lihat
hubungan antara kecepatan angin terhadap
efisiensi, dapat dilihat bahwa semakin
meningkatnya kecepatan angin maka
kenaikan daya poros semakin besar. Hal ini
dikarenakan
efisiensi
merupakan
perbandingan antara daya poros dengan
daya angin, seperti yang telah dijelaskan
pada pembahasan grafik (4.1) sehingga nilai
efisiensi
yang
dihasilkan
semakin
meningkat. Hal ini sesuai dengan persamaan
berikut yaitu:
=
7

.100 %

Pada gambar 4.3 grafik hubungan


antara kecepatan angin terhadap efisiensi
dapat kita lihat pada turbin dengan 2 buah
sudu ketika kecepatan angin 3 m/s efisiensi
yang dihasilkan sebesar 7.05 % , pada
kecepatan angin 5 m/s
efisiensi yang
dihasilkan sebesar 7.23 % dan pada
kecepatan angin 7 m/s
efisiensi yang
dihasilkan sebesar 6.04 %. Pada turbin
dengan 3 buah sudu ketika kecepatan angin
3 m/s efisiensi yang dihasilkan sebesar 9.59
% , pada kecepatan angin 5 m/s efisiensi
yang dihasilkan sebesar 10.20 % dan pada
kecepatan angin 7 m/s
efisiensi yang
dihasilkan sebesar 6.93 %.Pada turbin
dengan 4 buah sudu ketika kecepatan angin
3 m/s efisiensi yang dihasilkan sebesar 5.57
% , pada kecepatan angin 5 m/s efisiensi
yang dihasilkan sebesar 5.74 % dan pada
kecepatan angin 7 m/s
efisiensi yang
dihasilkan sebesar 4.95 %, efisiensi
optimum diperoleh pada saat kecepatan
angin 5 m/s pada tiap masing-masing jumlah
sudu dan kemudian mengalami penurunan
seiring dengan bertambahnya kecepatan
angin sampai pada kecepatan angin 7 m/s
yang mempunyai nilai efisiensi paling
rendah. Hal ini dikarenakan, pada kecepatan
5 m/s - 7 m/s nilai kenaikan daya poros
tidak sebanding dengan daya angin yang
peningkatannya semakin besar seiring
peningkatan kecepatan angin dan luas
bidang terima dan perbandingan daya angin
yang diserap sudu lebih kecil dengan daya
angin yang menerobos melalui celah pada
turbin. sehingga semakin tinggi kecepatan
angin maka losses yang terjadi juga akan
semakin besar sehingga efisiensi yang
dihasilkan juga semakin menurun seperti
pada gambar 4.10 berikut.

Gambar 4.10 : Posisi turbin angin terhadap


wind tunnel
Keterangan gambar :
A : celah antara turbin dan dinding
wind tunnel
: Angin yang menerobos celah
antara turbin dan dinding wind tunnel
: Angin yang diserap sudu turbin
untuk memutar turbin
Pada gambar 4.3 terlihat bahwa pada
jumlah sudu 3 mempunyai nilai efisiensi
yang tinggi jika dibandingkan dengan
jumlah sudu lainnya. Pada jumlah sudu 3
efisiensi tertinggi dicapai pada kecepatan
angin 5 m/s dengan efisiensi 10.20 %
sedangkan efisiensi terendah terjadi pada
kecepatan angin 7 m/s yaitu 6.93%. Hal ini
dikarenakan perbandingan daya poros dan
daya angin pada tiap variasi kecepatan angin
berbeda-beda, sehingga nilai kenaikan daya
poros dan daya angin mempunyai interval
yang berbeda-beda pula. Sama halnya
dengan turbin angin dengan jumlah sudu 2
dan 4.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil pengujian dan pengolahan data
menunjukkan bahwa jumlah sudu
berpengaruh pada unjuk kerja turbin
angin savonius type L.
8

2. Unjuk kerja paling tinggi didapat pada


turbin dengan jumlah sudu 3. Pada
kecepatan angin 7 m/s diperoleh BHP
0.267 watt, torsi 0.00398 Nm, dan
efisiensi 10.20 %. Pada kecepatan 5 m/s.
Hal ini dikarenakan pada turbin savonius
type L sudu 3 mempunyai jarak antara
sudu yang satu dengan lainnya terhadap
poros
sudu
turbin
mempunyai
kerenggangan yang menjadikan aliran
dapat mengalir dan menerpa sudu
dibelakang poros dan ini akan
meningkatkan gaya momen serta
mengurangi gaya hambat negatif pada
sudu sehingga aliran turbulensi yang
terdapat pada turbin tersebut relatif kecil.

DAFTAR PUSTAKA
Bueche, F. J. 1988.Fisika. Jakarta:Erlangga.
Dietzel,
Fritz.
1990.TurbinPompadanKompresor, Jakarta:
Erlangga
Fox, Robert W. and McDonald Alan T.
1994.Introduction
to
Fluid
Mechanics.New York :JohnWiley
and Sons Inc.
Giancoli, Douglas C. 1995: Physics Fourth
Edition.New Jersey: Prentice Hall
International Inc.
Hasan. 2011 : Optimasi Desain Turbin
Angin Savonius. UNS : Surakarta
http://en.Hasan.org/w/index.php?title
=Skala beaufort&oldid=565818668,
diakses tanggal 27 Juli 2013.
Hau, E. 2006. Wind Turbines Fundamentals,
Technologies,
Applications,
Economics 2nd Edition. Berlin:
Springer.
Hendra A. 2012, Pengaruh Jumlah Sudu
Terhadap Unjuk Kerja Turbin Angin
Savonius. Universitas Brawijaya
Hermawan. 2010 : Unjuk Kerja Model
Trubin Angin Poros Vertikal Tipe
Savonius Dengan Variasi Jumlah
Sudu Dan Variasi Posisi Sudu;
Jurusan Teknik Mesin Dan Industri
Fakultas Teknik Universitas Gadjah
Mada.

3. Unjuk kerja paling rendah didapat pada


turbin dengan jumlah sudu 4. Pada
kecepatan angin 7 m/s diperoleh BHP
0.191 watt, torsi 0.00320 Nm, dan
efisiensi 4.95 %. Hal ini dikarenakan
pada turbin savonius type L sudu 4
mempunyai nilai daya poros terendah
dibanding jumlah sudu yang lain hal ini
dikerakan dengan bertambahnya jumlah
sudu berat dari turbin juga akan
bertambah sehingga membutuhkan gaya
dorong yang lebih besar.
Saran
Dari penelitian yang
disarankan untuk:

telah

dilakukan

Hunt, V. Daniel; 1981: Wind Power. New


York:Nostard Reinhold.
Kadir, Abdul; 1996.Energi.Jakarta: UPI
Karnowo; 2008: Pengaruh Perubahan
Overlap Sudu Terhadap Torsi Yang
Dihasilkan Turbin Angin Savonius
Tipe U, Majalah Ilmiah STTR, Cepu.

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang


pengaruh kemiringan sudu terhadap
unjuk kerja turbin angin Savonius tipe L .
2. Dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang penggabungan antara turbin angin
savonius type L dan darrieus untuk
mengetahui unjuk kerja dari turbin
tersebut.

PT.PLN. 2001.Teori Dasar Listrik; PT.


PLN, Jawa Barat
Reksoatmodjo, Tedjo Narsoyo. 2004.
Vertical Axis-Differential Dragmill.
9

Semarang: UNJANI.
Sargolzaei, J. 2007. Prediction of The Power
Ratio in Wind Turbine Savonius
Rotors
Using
Artifical
Neural
Networks.Zahedan:Baluchestan
University.
Soelaiman; 2006 : Pengaruh bentuk Sudu
Terhadap Unjuk Kerja Turbin Angin
Savonius. Majalah Ilmiah STTR,
Cepu.
Sunyoto. 2011 : Buku Ajar Mesin Konversi
Energi. Universitas Negeri Semarang.
http://www.crayonpedia.org/mw/Turb
in_Sunyoto , diakses tanggal 27 Juli
2013.
White, Frank M.;1986 : Fluid Mechanics;
McGraw Hill Book Company, New
York.
WWEA; 2011: 10th World Wind Energy
Conference & Renewable Energy
exhibition; World Wind Energy
Association WWEA 2011, Bonn.

10

You might also like