Professional Documents
Culture Documents
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
TESIS
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
TESIS
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Anggota
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan wara nugraha kepada semua
pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, Astungkara.
Penulis
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM .........................................................................................
PRASYARAT GELAR .
ii
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................
iii
iv
vi
viii
ix
xiii
xiv
xv
10
11
12
14
18
23
23
25
26
26
27
27
27
29
30
33
34
35
35
36
37
38
38
38
39
40
40
40
41
42
42
44
44
45
46
47
48
48
49
50
51
5.3 Risiko Lesi Serviks pada Pemakaian AKDR tipe Cu T 380 A ...
52
53
53
54
56
59
61
LAMPIRAN .....................................................................................................
64
65
66
67
68
69
70
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Perjalanan Defisiensi Besi ............................................................
10
23
24
24
25
27
33
36
39
46
DAFTAR TABEL
Halaman
10
14
18
49
50
Tabel 5.3 Risiko Anemia pada Pemakaian AKDR tipe Cu T 380 A ...............
51
Tabel 5.4 Risiko Lesi Serviks pada Pemakaian AKDR tipe Cu T 380 A ........
52
DAFTAR SINGKATAN
AKDR
ELISA
IL
Interleukin
IL-6
Interleukin-6
IUD
IRD
IMB
KB
Keluarga Berencana
PID
PRC
SI
Serum Iron
SDKI
TIBC
TRP
Transferrin Receptor
WHO
Nama
NIM
: 1014038104
Program Studi
Judul
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No 17 tahun 2010 dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar,..
Yang membuat pernyataan,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laju pertambahan penduduk merupakan salah satu masalah dalam perkembangan
dunia saat ini, terutama berkaitan dengan target millennium development goal,
dimana salah satu targetnya yang pertama, yaitu eradikasi kemiskinan dan
kelaparan, dalam pencapaian tujuan tersebut maka pengendalian laju penduduk
adalah merupakan hal yang menjadi perhatian utama.
Laju pertambahan penduduk Indonesia adalah sebesar 1,79% berdasarkan
sensus penduduk 1990 pada kurun waktu tahun 1980 - 1990, sedangkan pada
periode 1990-2000 laju penduduk Indonesia adalah 1,49% (Biro Pusat Statistik,
2010). Keluarga Berencana adalah salah satu program yang dijalankan sejak tahun
1970, dalam pelita I indonesia telah mampu menurunkan angka mempunyai anak
rata-rata dari 6,4 menjadi 3,2 orang dalam satu keluarga, salah satu tujuan
pembangunan gerakan KB adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera
melalui penurunan tingkat kelahiran secara bermakna. Keberhasilan penurunan
tingkat kelahiran tersebut ditentukan oleh meningkatnya pemakaian kontrasepsi
secara lestari dan meningkatnya peran serta tanggung jawab masyarakat dan
keluarga dalam kegiatan KB (Suwiyoga, 2001).
Sehingga pada saat itu ,tahun 2000-2005 diharapkan rata-rata setiap
keluarga mempunyai dua anak atau Total Fertility Rate sekitar 2 dan diharapkan
mampu menurunkan laju pertambahan penduduk di Indonesia, sedangkan pada
kenyataannya Total Fertility Rate pada tahun 2003 adalah 2,4 dan pada tahun
2007 menjadi 2,3 (SDKI, 2007).
1.3.2
Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sehingga
(Adamson, 2005).
berakibat
berkurangnya
pembentukan
hemoglobin
pensil,
dan
eritroid
sumsum
tulang
semakin
tidak
efektif.
Konsekuensinya, dengan anemia defisiensi besi yang berat dan dalam jangka
waktu panjang, hipoproliferasi eritroid berubah menjadi hyperplasia eritroid
(Adamson, 2005).
Tabel 2.1
Penyebab Defisiensi Besi
Kategori
Contoh
Peningkatan kebutuhan
besi/hematopoesis
remaja
2. Kehamilan
3. Terapi eritropoetin
1. Perdarahan kronis
2. Menstruasi
3. Perdarahan akut
4. Donor darah
5. Plebotomy pada terapi polisitemia vera
oleh
karena
penyakit
1. Gangguan kognitif
Defisiensi besi dapat menyebabkan gangguan kognitif pada setiap
golongan usia, pada eksperimen yang dilakukan pada hewan coba,
defisiensi besi menunjukkan gangguan pada otak, terutama pada
neurotransmitter dan gangguan tingkah laku, dimana gangguan itu tidak
berespon pada penggantian besi yang kemudian dilakukan.
Ada korelasi yang kuat diantara percobaan pada hewan dengan manusia,
anemia defisiensi besi menyebabkan hambatan perkembangan psikomotor
dan kognitif pada anak di mesir, india, Indonesia, Thailand dan amerika.
Anak-anak
katekolamin
dan
neurotransmitter
lainnya.
Sehingga
Tingkat Reproduksi
Hemoglobin
Hematokrit
(<g/dL)
(<%)
12-14 tahun
11,8
35,7
15-17 tahun
12,0
35,9
18 tahun
12,0
35,7
Trimester pertama
11,0
33,0
Trimester kedua
10,5
32,0
Trimester ketiga
11,0
33,0
Wanita hamil
b. Serum Ferritin
Besi bebas bersifat toksik terhadap sel tubuh, sehingga tubuh memiliki
mekanisme perlindungan untuk mengikat besi dalam kompartemen di
Tabel 2.3
Diagnosis Anemia Mikrositer
Test
Defisiensi besi
Inflamasi
Thalassemia
Anemia
Sideroblastik
Smear
Micro/hypo
Normal
Micro/hypo
Micro/hypo
Variabel
dengan sel
target
SI
<30
<50
Normal
Normal sampai
sampai tinggi
tinggi
TIBC
>360
<300
Normal
Normal
% saturasi
<10
10-20
30-80
30-80
Ferritin
<15
30-200
50-300
50-300
Pattern
Normal
Normal
Abnormal
Normal
Hemoglobin
kardiovaskular,
dan
perdarahan
eksesif
dan
terus-menerus
berkurang.
Kapasitas
retensi
diperlukan
untuk
melarutkan
salut/pembungkus tablet besi. Dosis 200 sampai 300 mg besi elemental per hari
menghasilkan absorpsi besi sampai 50 mg per hari. Jumlah ini dapat mendukung
produksi sel darah merah dua atau tiga kali normal pada individu dengan sumsum
tulang yang berfungsi baik dan stimulus eritropoietin yang sesuai. Bersamaan
dengan naiknya level hemoglobin, stimulasi eritropoietin akan berkurang dan
jumlah besi yang diserap juga akan berkurang. Tujuan terapi pada individu
dengan anemia defisiensi besi tidak hanya untuk menyembuhkan anemia, tapi
juga menyediakan simpanan besi sedikitnya 0.5 sampai 0.1 g besi. Terapi jangka
panjang dalam periode 6 sampai 12 bulan dapat mencapai nilai tersebut.
Gangguan gastrointestinal adalah komplikasi terapi tablet besi yang paling
sering tampak dan ditemukan pada 15 sampai 20% penderita. Pada penderitapenderita tersebut nyeri abdomen, mual, muntah, atau konstipasi sering kali
mengakibatkan ketidakpatuhan (noncompliance). Walaupun sediaan besi dosis
kecil atau sediaan dengan pelepasan besi yang lebih lambat dapat mengurangi
d.
AKDR merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan plastik yang halus
berbentuk spiral atau berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim dengan
memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/ paramedik lain yang sudah dilatih
(Irianto, 2007).
kehilangan
darah
sampai
50%
(Task
Force
for
6. Infeksi/PID
Pada studi multinasional oleh WHO dari 23.000 insersi AKDR yang
dilakukan follow up, ditemukan angka kejadian PID sebesar 1,6 kasus dari
1000 wanita per tahun
Risiko PID pada pemakai Alat kontrasepsi dalam rahim meningkat hanya
pada 3 - 4 minggu pertama setelah pemasangan, dimana diemukan 7 kasus
per 1000 wanita per tahun yang memakai AKDR, setelah 3 - 4 minggu
pemasangan, risiko PID kembali ke turun sehingga sama dengan wanita
bukan pemakai AKDR.
PID yang terjadi pada wanita akseptor AKDR disebabkan oleh kuman
(dikenali atau tidak dikenali) sexual transmitted infections (STI) , antara
lain Clamydia trachomatis dan N.gonnorrhea, bukan oleh AKDR itu
sendiri (Grimes, 2000).
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
3.1. Kerangka Berpikir
Alat kontrasepsi dalam rahim tipe Cu T 380 A, merupakan benda asing yang
bersifat sebagai antigen yang dapat menimbulkan reaksi inflamasi pada
endometrium, endometritis, dan servisitis minimal pemakaian satu tahun.
Alat kontrasepsi dalam rahim tipe Cu T 380 A terdiri atas dua bagian yaitu
badan dan tali AKDR. Badan AKDR Tipe Cu T 380 A dapat mengakibatkan
reaksi inflamasi. Inflamasi pada endometrium ini dapat mengakibatkan
hipofiremia, penumpukan zat besi dalam makrofag, pemendekan usia eritrosit,
penurunan eritropoesis, gangguan utilisasi zat besi, perdarahan dalam bentuk
menorhagia, metrorhagia, dan menometrorhagia. Hal ini mengakibatkan anemia
defisiensi besi etika hal tersebut terjadi minimal satu tahun pemakaian AKDR tipe
Cu T 380 A.
Ekor AKDR tipe Cu T 380 A terdiri atas 2 utas tali poli etilin yang dapat
berperan sebagai micro ulcerator dan micro brigde. Sebagai micro ulcerator, tali
AKDR berada dalam kanalis servikalis. Mukosa kanalis servikalis yang terdiri
atas satu lapis epithelial silindris dan zona transisional merupakan lapisan tipis
dan rentan. Satu lapis epithelial ini mudah teriritasi dan tergerus oleh gerakan
pasif tali AKDR tipe Cu T 380 A yang relatif kaku. Jadi tali AKDR tipe Cu T 380
A ini dapat mengakibatkan lesi serviks. Sebagai micro bridge, tali AKDR tipe Cu
T 380 A berperan sebagai jembatan mikro organisme dari vagina ke serviks.
Sementara, terjadi erosi epithelial mukosa serviks yang merupakan pintu masuk
mikro organisme sehingga terjadi servisitis.
3.2 Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada bagan 3.1 dibawah ini
Menometrorhagia,
Menorhagia, Metrorhagia
Asupan Gizi,
Kehamilan
Pertumbuhan
Erosi Serviks
Anemia
Defisiensi Besi Gambar 3.1
Lesi Serviks
BAB IV
METODE PENELITIAN
pemakai AKDR
Cu T 380 A
1.1.1.1 A
Bukan
pemakai AKDR
Cu T 380 A
1.1.1.2 A
pemakai AKDR
Cu T 380 A
1.1.1.3 Le
si
Bukan pemakai
AKDR Cu T 380
A
1.1.1.4 Le
si
Z 2 + Z PQ
n=
(1)
............................................ ...................
(P-1/2)
Keterangan :
Z = 1,96 ( = 0,05)
Z = 0,10
P
= 3/4
Q = 1-P =1/4
N
= 38
OR = 3
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas,
diperoleh besar sampel penelitian adalah 38 sampel. Dengan faktor koreksi
maka diperlukan sampel sebesar 42, dan diambil secara random sampling.
4.5 Identifikasi Variabel Penelitian
Identifikasi variable penelitian adalah sebagai berikut :
a. variabel tergantung: anemia dan lesi serviks
b. variabel bebas: pemakaian AKDR tipe Cu T 380 A minimal selama 1 tahun
c. variabel kendali: umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, riwayat medis, status
gizi, pasangan
Dilakukan matching dalam hal : umur
4.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Anemia defisiensi besi: anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi
karena kekosongan cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga
penyediaan besi untuk eritripoesis berkurang, sehingga berakibat
berkurangnya pembentukan hemoglobin (Adamson, 2005), diperoleh dari
pembuluh darah vena dengan diambil 7 cc dengan menggunakan sspuit
pada vena cubiti dan diperiksa pada laboratorium prodia dengan metode
pemeriksaan ELISA, dan menggunakan kriteria CDC tahun 2000, yaitu
pada sampel yang diuji (kelompok usia subur) kadar Hemoglobin dibawah
12 g/dl adalah positif untuk anemia. Dengan profil besi Serum iron
dibawah 30 mg/dl dan TIBC lebih dari 360 IU maka memenuhi criteria
untuk anemia defisiensi besi (Adamson, 2005)
2. Lesi serviks: lesi inflamasi pada mukosa vagina dan serviks yang disertai
dengan discharge yang banyak, berbau maupun tidak berbau, berbusa
maupun tidak berbusa, berwarna hijau atau kuning kehijauan atau putih
dan disertai gejala seperti nyeri perut bawah, sakit pinggang, gatal, dan
dispareunia (Sankaranarayan dan Sellors, 2003). diperiksa melalui
pemeriksan inspekulo. Termasuk diantaranya:
a. Leukoplakia adalah daerah berwarna putih,berbatas tegas dengan tepi
ireguler.
b. Eritroplakia adalah daerah berwarna merah, datar atau dengan
peninggian ringan tanpa menunjukkan tanda-tanda peradangan,
biasanya ditemukan mengelilingi ostium uteri eksternum.
adalah
penyakit
gangguan
darah,
thalasemia,
anemia
Materi sampel berupa darah tepi wanita yang diambil menggunakan spuit
3 cc dan kemudian dilakukan analisa darah lengkap.
4.8 Alat dan Instrument Penelitian
1. Lembar pengumpulan data & informed consent
2. Spuit dan tabung darah
3. Speculum cocor bebek
4.9 Prosedur Penelitian
1. Wanita yang terpilih menjadi sampel akan diberikan penjelasan tentang
penelitian ini, begitu juga dengan keluarganya. Setelah dicapai pengertian
dan bersedia menjadi sampel, maka dilakukan penandatanganan informed
consent.
2. Identitas dan data pemeriksaan klinis dicatat pada formulir pengumpulan
data.
3. Pemeriksaan Inspekulo:
a. Penderita berbaring dimeja ginekologi dalam posisi litotomi
b. Kenakan sarung tangan steril dan lakukan asepsis di labia, jangan
melakukannya sampai bagian dalam vagina
c. Pasang speculum cocor bebek (Grave)
d. Perlihatkan cervik dengan baik
e. Dilakukan penilaian terhadap serviks
4. Pengambilan darah vena:
a. Penderita berbaring di meja periksa
b. Kenakan sarung tangan steril dan lakukan asepsis di vena cubiti
Pemeriksaan Lab
-Anamnesis
Kriteria Inklusi dan
Kriteria Eksklusi
-Pemeriksaan fisik
Sampel
BAB V
HASIL PENELITIAN
Studi kasus kontrol pada 19 kasus anemia dan lesi serviks sebagai
kelompok kasus dan 19 non anemia dan tanpa lesi serviks sebagai kelompok
kontrol yang dilaksanakan di Poliklinik dan IRD Kebidanan dan Penyakit
Kandungan RSUP Sanglah Denpasar, dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai
dengan Juli 2014. Hasil penelitian disajikan sebagai berikut.
5.1
Pada studi kasus kontrol ini dilakukan uji t-independent terhadap variabel
umur, sedangkan pendidikan dan pekerjaan diuji dengan Chi-square. Hasil
analisis disajikan pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2.
Faktor risiko
Kelompok Kasus
(n=19)
Kelompok Kontrol
(n=19)
SD
21,1
10,5
SLTP
36,8
18,8
SLTA
26,3
11
57,9
PT
15,8
15,8
IRT
47,4
42,1
Buruh
5,3
5,3
Pegawai Swasta
42,1
31,6
Petani
5,3
0,0
PNS
0,0
15,8
Pelajar
0,0
5,3
Pendidikan
0,211
Pekerjaan
0,375
Seperti terlihat pada Table 5.1 di atas, pada variabel pendidikan dan
pekerjaan didapatkan nilai p untuk masing-masing faktor risiko adalah > 0,05,
yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan antara kedua kelompok.
Berdasarkan umur pada kelompok kasus rerata umurnya adalah 30,899,87 tahun
dan pada kelompok kontrol rerata umurnya adalah 32,688,77 tahun. Hasil
analisis munujukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata umur antara kelompok
kasus dengan kelompok kontrol (p>0,05).
Faktor risiko
Kelompok Kasus
(n=19)
Kelompok Kontrol
(n=19)
SD
10,5
5,3
SLTP
10,5
21,1
SLTA
47,4
10
52,6
PT
31,6
21,1
IRT
31,6
42,1
Buruh
5,3
5,3
Pegawai Swasta
47,4
42,1
PNS
15,8
10,5
Pendidikan
0,693
Pekerjaan
0,909
Seperti terlihat pada Table 5.2 di atas, pada variabel pendidikan dan
pekerjaan didapatkan nilai p untuk masing-masing faktor risiko adalah > 0,05,
yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan antara kedua kelompok.
Berdasarkan umur pada kelompok kasus rerata umurnya adalah 38,116,77 tahun
dan pada kelompok kontrol rerata umurnya adalah 34,747,07 tahun. Hasil
analisis munujukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata umur antara kelompok
kasus dengan kelompok kontrol (p>0,05)
5.2
Tabel 5.3
Risiko Anemia pada Pemakaian AKDR tipe Cu T 380 A
Kelompok
pemakaian
AKDR tipe
Cu T 380 A
Ya
Tidak
Kasus
Kontrol
10
RO
IK 95%
4,80
1,04-22,10
0,036
16
5.3
Kelompok
pemakaian
AKDR tipe
Cu T 380 A
Ya
Tidak
Kasus
Kontrol
10
RO
IK 95%
7,65
1,37-42,71
0,012
17
BAB VI
PEMBAHASAN
terjadi ini dapat merupakan buyes dan merupakan kelemahan pada penelitian
kami, dikarenakan tidak ada kriteria kontrol atau kriteria eksklusi terhadap jenis
kontrasepsi pada kontrol (1 kasus adalah akseptor pil, 1 kasus adalah bukan
akseptor kontrasepsi, dan 1 lainnya adalah akseptor pantang berkala) sedangkan
16 sampel kontrol lainnya adalah non akseptor kontrasepsi. Telah diketahui bahwa
akseptor pil yang mengandung hormon dapat mempengaruhi siklus menstruasi,
terutama terjadinya metrorhagia, namun risiko terjadinya anemia defisiensi besi
tidak pernah dilaporkan (Univercity Health Services, 2009).
Hasil analisis pada penelitian kami menunjukkan sesuai dengan hasil
analisis penelitian terdahulu dimana menunjukkan bahwa pemakaian AKDR tipe
Cu T 380 A merupakan faktor risiko terjadinya anemia sebesar 4 kali (RO = 4,80;
IK 95% = 1,04-22,10; p =0,036) dibandingkan tidak memakai AKDR tipe Cu T
380 A.
dan rentan. Satu lapis epithelial ini mudah teriritasi dan tergerus oleh gerakan
pasif tali AKDR tipe Cu T 380 A yang relatif kaku. Jadi tali AKDR tipe Cu T 380
A ini dapat mengakibatkan lesi serviks. Penelitian sebelumnya telah menyatakan
terdapat peningkatan risiko lesi serviks pada pemakaian AKDR Cu T 380 A
(Speroff,2001), disebabkan perlukaan yang disebabkan oleh Tali AKDR Cu T 380
A pada portio uteri (Manuaba, 2001).
Mikrolesi, mikrobruishes, yang disebabkan oleh tali AKDR dapat
menyebabkan terjadinya lesi serviks yang dapat diamati secara makroskopis
dengan pemeriksaan inspekulo berupa leukoplakia, eritrema, ulkus, maupun
papiloma dan menimbulkan keluhan berupa discharhe mukopurulen.
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Risiko terjadinya anemia defisiensi besi pada akseptor AKDR tipe Cu T
380 A, 4 kali lebih besar dibandingkan bukan akseptor AKDR Cu T380 A.
2. Risiko terjadinya lesi serviks pada akseptor AKDR tipe Cu T 380 A, 7 kali
lebih besar dibandingkan bukan akseptor AKDR Cu T 380 A.
7.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas maka dapat disarankan sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu sebagai skrining pada
calon akseptor AKDR, apabila terdapat kecurigaan adanya anemia, maka
disarankan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap.
dapat
ultrasonografi
dikerjakan
dapat
dengan
dikerjakan
pemeriksaan
secara
trans
tambahan
abdominal
yaitu
maupun
transvaginal.
5. Adanya proses seleksi pada proses konseling, deteksi dini pada calon
akseptor yang memiliki risiko untuk terjadi infeksi dan risiko perdarahan,
terutama pada faktor sosial dan perilaku seksual calon akseptor maupun
pasangan.
6. Untuk pengembangan ilmu, diperlukan penelitian lanjutan mengenai
pemakaian yang berjangka, oleh karena itu diperlukan penelitian dengan
desain prospektif.
DAFTAR PUSTAKA
Furlong LA. 2002. Ectopic pregnancy risk when contraception fails: a review.
Essential Knowledge about Cu T 380A IUD. (serial online), [cited 2011 Mar
10]. Avaiable from : http/www.iudtoolkit.org
Gibson. 2000. Nutritional status. Public health education. (serial online), {cited
2011 June 29]. Avaiable from : http/www.nutritionalstatus.org
Grimes,D.A. 2004. Intrauterine devices (IUDs). Essential Knowledge about Cu T
380A IUD. (serial online), [cited 2011 Mar 10]. Avaiable from :
http/www.iudtoolkit.org
Harrison-Woolrych,M.,Ashton.J, Coulter D. 2003. Uterine perforation on
intrauterine device insertion: is the incidence higher than previously reported?
.Contraception. (serial online), [cited 2011 Mar 10]. Avaiable from :
http/www.iudtoolkit.org
Hatcher, R.A, Trussel, J., Stewart, F. Contraceptive Technology. In : Davis,
Kalen, Loeb, Marsha, editors. Williams Gynecology. 1st . Ed. Dallas:
McGraw-Hill. P.119-120.
Hubacher,D. 2007. Cu intrauterine device use by nulliparous women: Review of
side effects. Contraception Essential Knowledge about Cu T 380A IUD.
(serial online), [cited 2011 Mar 10]. Avaiable from : http/www.iudtoolkit.org
Irianto, 2007. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Kontrasepsi
IUD. (serial online), [cited 2011 Apr 7]. Avaiable from: http/
mulandari.wordpress.com/2010/12/08/kontrasepsi-iud
Joyson, 2002. Defect of cell mediated immunity in patients with iron deficiency
anaemia. Lancet. (serial online), [cited 2011 Mar 10]. Avaiable from :
URL:http/www.who.int/nutrition/en/ida_assessment_prevention_control.pdf
Kariyeva, 2000. Anemia among women by Nutritional Status, Reproductive
history,and IUD use. Anemia. (serial online), [cited 2011 Mar 10]. Avaiable
from : http/rochr.qrc.com/bitstream/Chapter12.pdf
Kowal,D., (eds). In: Contraceptive Technology. 19th rev. ed. New York: Ardent
Media, 2007.
Li, R. 2003. Functional consequences of iron deficiency in chinese female
workers(tesis). Wageningen: University of Wageningen.
Luukkainen, T., Toivonen. J., Progestin, IUDits benefit for womens health. In:
Sitruk-Ware R, Bardin CW, eds. Contraception: Newer Pharmacological
Agents, Devices, andDelivery Systems. New York, NY: Marcel Dekker;
1992:91-100.
Manuaba, I.B.G., 2001. Intra Uterine Device. In :Daniele Letare Purba,. Editor.
Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri, Ginekologi, dan KB. Jakarta:
EGC.
Mohllajee, A.P., Curtis, K.M. Peterson, H.B., 2006. Does insertion and use of an
intrauterine device increase the risk of pelvic inflammatory disease among
women with sexually transmitted infection? A systematic review.
Contraception . (serial online), [cited 2011 Mar 10]. Avaiable from :
http/www.iudtoolkit.org
Ortiz, M. 2007. Cu-T Intrauterine Device and Levonogestrel Intrauterine System.
Contraception. (serial online), [cited 2011 Mar 10]. Avaiable from :
http/www.iudtoolkit.org
Sankaranarayan,R., Sellors. 2003. Inflammatory lessions of the uterine cervix. In :
Sankaranarayan, R, Sellors, J,. Editor. Colposcopy and Treatment of Cervical
Intraepithelial Neoplasia : A Beginners Manual. Lyon :IARS press. P.79-83.
SDKI. 2007. Total Fertility Rate. Fertility Estimates of Indonesia for Provinces
Adjusting Under-Recording of women in 2002-3 and 2007IDHS. (serial
online),
[cited
2011
Apr
12].
Avaiable
from
:
http://indonesia.unfpa.org/application/assets/publications/Provincial_fertility_
Adjusted.pdf
Skjeldestad, F.E. 2008. The impact of intrauterine devices on subsequent fertility.
Curr Opin Obstet Gynecol . (serial online), [cited 2011 Mar 10]. Avaiable
from : http/www.iudtoolkit.org
Shobokhsi, Shaarawy. 2002. Cervical mucus granulocyte macrophage colony
stimulating factor and interleukin-2 soluble receptor in women using Cu
intrauterine contraceptive devices. Contraception. (serial online), [cited 2011
June 28]. Avaiable from :http/www.elsevier.org
Speroff, L. 2001. A Clinical Guide for Contraception. In : Bradshaw, K,
Cunningham, G, Hoffman, B, editors. editors. Williams Gynecology. 1st . Ed.
Dallas: McGraw-Hill. P. 119-120.
Suwiyoga, K. 2001. Inti Pendidikan dan Pelatihan Gerakan Keluarga Berencana
Nasional. In : Putra, Harya, editors. Buku Ajar Keluarga Berencana. 1st ed.
Denpasar: Universitas Udayana, p. 4-5.
Suwiyoga, K. 2002. Keluarga Berencana. In : Putra, Harya, Suparwa, N, editors.
Buku Ajar Obstetri dan Ginekologi Sosial. 1st ed. Denpasar:Universitas
Udayana, p. 30.
Trussell J, Nelson AL, Cates W, Stewart FH, and Tucker DM, Sandstead HH.
1982. Body iron stores and cortical arousal. In:Pollitt E, Leibel RL, editors.
Iron deficiency: brain biochemistry and behavior.New York: Raven Press
Ltd. p. 161-181.
World Health Organization(WHO). 1987. Scientific Group on Mechanism of
Action, Safety and Efficacy of Intrauterine Devices. Essential Knowledge
about Cu T 380A IUD. (serial online), [cited 2011 Mar 10]. Avaiable from :
http/www.iudtoolkit.org
World Health Organization (WHO). 2004. Medical Eligibility Criteria for
Contraceptive Use. Essential Knowledge about Cu T 380A IUD. (serial
online), [cited 2011 Mar 10]. Avaiable from : http/www.iudtoolkit.org
Lampiran 2
Hormat kami,
dr. I Putu Kusuma Yudasmara
Peneliti
Lampiran 3
FORMULIR PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM
PENELITIAN
Denpasar,
Saksi
Responden
Suami/Wali
Peneliti
Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN
RISIKO ANEMIA DEFISIENSI BESI DAN LESI SERVIKS PADA
AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM TIPE Cu T 380 A
IDENDITAS
1. Nama
2. Umur
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Alamat
6. Nama Suami
7. Paritas
:
:
:
:
:
:
:
Lampiran 5
ANGGARAN DANA PENELITIAN
No
Nama
Satuan (Rp)
Jumlah
Total (Rp)
Profil besi
300.000
21
6.300.000
ATK
1.150.000
1.150.000
7.450.000
Lampiran 6
HASIL ANALISIS DATA
Uji Normalitas Data Umur pada Kasus Anemia dan Lesi Serviks
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Kelompok
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Umur
Kasus
.180
19
.107
.906
19
.063
Kontrol
Kasus
.165
19
.188
.907
19
.065
Umur2
.162
19
.200
.894
19
.037
Kontrol
.112
19
.200*
.946
19
.335
Mean
Std. Deviation
Kasus
19
30.89
9.865
2.263
Kontrol
19
32.68
8.769
2.012
Kasus
19
38.11
6.765
1.552
Kontrol
19
34.74
7.070
1.622
Sig.
df
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
36
.558
-1.789
3.028
-7.931
4.352
-.591 35.512
.558
-1.789
3.028
-7.934
4.355
36
.142
3.368
2.245
-1.184
7.921
1.501 35.930
.142
3.368
2.245
-1.185
7.922
Pekerjaan2 * Kelompok
Crosstab
Count
Kelompok
Kasus
Pekerjaan2
Kontrol
Total
IRT
14
Buruh
Pegawai Swasta
17
3
19
2
19
5
38
PNS
Total
Chi-Square Tests
Value
df
a
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
.545
.547
.520
38
.909
.908
.471
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.00.
Pendidikan2 * Kelompok
Crosstab
Count
Kelompok
Kasus
Pendidikan2
Kontrol
Total
SD
SLTP
SLTA
10
19
6
19
4
19
10
38
PT
Total
Chi-Square Tests
Value
df
Pearson Chi-Square
1.453
.693
Likelihood Ratio
1.475
.688
.140
.709
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
38
Chi-Square Tests
Value
df
Pearson Chi-Square
1.453
.693
Likelihood Ratio
1.475
.688
Linear-by-Linear
Association
.140
.709
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.50.
Pekerjaan * Kelompok
Crosstab
Kelompok
Kasus
Pekerjaan
Kontrol
Total
IRT
17
Buruh
Pegawai Swasta
14
Petani
PNS
0
19
1
19
1
38
Pelajar
Total
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
df
5.345
7.277
1.312
38
5
5
1
.375
.201
.252
a. 8 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .50.
Pendidikan * Kelompok
Crosstab
Kelompok
Kasus
Pendidikan
Total
SD
SLTP
10
SLTA
11
16
3
19
3
19
6
38
PT
Total
Kontrol
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
df
4.517
4.631
1.873
38
3
3
1
.211
.201
.171
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.00.
Ya
Tidak
Total
Kontrol
Total
12
10
19
16
19
26
38
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
df
4.385a
.036
Continuity Correction
3.045
.081
Likelihood Ratio
4.537
.033
.079
4.269
.039
.039
38
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
4.800
1.043
22.100
1.950
.406
38
1.086
.146
3.503
1.133
Ya
Tidak
Total
Kontrol
Total
11
10
19
17
19
27
38
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
N of Valid Casesb
df
6.269a
4.606
6.654
1
1
1
.012
.032
.010
.029
6.104
38
.015
.013
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Akseptor_AKDR_Cu_T (Ya / Tidak)
For cohort Kelompok = Kasus
For cohort Kelompok = Kontrol
N of Valid Cases
7.650
2.209
.289
38
Lower
Upper
1.370
1.255
.080
42.713
3.888
1.045