Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Infeksi pada sistem saraf pusat ( SSP ) dapat dibagi menjadi 2 kategori
yaitu terutama yang melibatkan meninges ( meningitis) dan terbatas pada
parenkim ( ensefalitis ). Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu piamater ( Lapisan
dalam), arachnoid ( Lapisan tengah) dan duramater ( lapisan luar ).
Meningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada
selaput pelindung yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang yang dikenal
sebagai meninges.1,2 Penyebab paling umum dari meningitis adalah infeksi virus
yang biasanya dapat sembuh sepenuhnya tanpa pengobatan yang spesifik.3,4
Namun, meningitis juga dapat disebabkan oleh bakteri dan jamur yang merupakan
bentuk yang jarang dan umumnya hanya terjadi pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah.4
Penyakit ini kebanyakan terjadi pada usia ekstrem <5 tahun dan >60 tahun,
rumah padat penduduk, sosio ekonomi rendah, dan keadaan atau penyakit seperti
fraktur basis kranii, pungsi atau anastesi lumbal, operasi/tindakan bedah saraf,
terpapar manusia yang terkena meningitis tanpa profilaksis, diabetes mellitus,
insufisiensi adrenal atau ginjal, immunosuppression, HIV, spelenktomi atau
anemia sickle cell, alcoholism, sirosis hepatis, keganasan, sinusitis, 5,6
Gejala yang paling umum dari meningitis yaitu demam, sakit kepala
yang berat dan terus menerus, kaku leher terutama ketika mencoba untuk
menyentuh dagu ke dada, muntah, kebingungan, penurunan tingkat kesadaran dan
kejang.7
Komplikasi dapat bervariasi tergantung tingkat keparahan dari seseorang
dan dapat bersifat sementara atau permanen. Semakin parah infeksi meningitis
semakin besar komplikasi yang didapatkan. Komplikasi lebih sering terjadi pada
meningitis yang disebabkan oleh bakteri dari pada meningitis yang diakibatkan
oleh virus.8 Begitu besarnya kerugian yang diakibatkan oleh meningitis, sebagai
dokter umum harus dapat mendiagnosa lebih awal dari meningitis guna mencegah
komplikasi yang lebih lanjut.
BAB II
MENINGITIS
1. DEFINISI
Meningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada selaput
pelindung yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang yang dikenal sebagai
meninges (radang pada arachnoid dan piamater). Peradangan biasanya disebabkan
oleh infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.1
Meningitis secara anatomis dibagi menjadi inflamasi dura, kadang-kadang
disebut sebagai pachymeningitis (jarang) dan leptomeningitis yang lebih umum
dan didefinisikan sebagai peradangan pada jaringan arakhnoid dan ruang
subaraknoid.9 Penyebab paling umum dari meningitis di Amerika Serikat adalah
infeksi virus yang biasanya dapat sembuh sepenuhnya tanpa pengobatan yang
spesifik.5,6 Namun, meningitis juga dapat disebabkan oleh bakteri yang dapat
menyebabkan kematian atau kerusakan otak dan meningitis jamur merupakan
bentuk yang jarang dari meningitis dan umumnya hanya terjadi pada orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.6
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak meningitis dibagi
menjadi dua golongan yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai
cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah
kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri
adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus
meningitis Meningococcus merupakan meningitis purulenta yang paling sering
terjadi.10
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
2.1 Lapisan selaput otak/meningens
Otak dan sumsum tulang belakang dibungkus oleh selubung meninges.
Meninges terdiri daripada tiga jaringan ikat membran yang terletak di
bagian luar organ sistem saraf pusat. Fungsi dari lapisan selaput otak
ini adalah:
a Piamater
Yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan
sumsum tulang belakang dan sebagai akibat dari kontak
yang sangat erat akan menyediakan darah untuk strukturstruktur ini.
b Arachnoid
Merupakan selaput halus yang memisahkan piameter dan
duramater.
c Duramater
distribusi terlihat lebih nyata pada bayi. Pada meningitis bakteri 3,3 kasus per
100.000 penduduk laki-laki dibandingkan 2,6 kasus per 100.000 penduduk
perempuan. Namun, untuk meningitis yang disebabkan oleh virus kejadian pria
dan wanita sama.
Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosioekonomi rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara dan
jemaah haji), Penyakit meningitis banyak terjadi pada negara yang sedang
berkembang dibandingkan pada negara maju. Insidensi tertinggi terjadi didaerah
yang disebut dengan the African Meningitis belt, yang luas wilayahnya
membentang dari Senegal sampai ke Ethiopia meliputi 21 negara. Kejadian
penyakit ini terjadi secara sporadis dengan Insidens Rate 1-20 per 100.000
penduduk dan diselingi dengan KLB besar secara periodik. Di daerah Malawi,
Afrika pada tahun 2002 Insidens Rate meningitis yang disebabkan oleh
Haemophilus influenza 20-40 per 100.000 penduduk.
WHO (2005) melaporkan pada tahun 1996, Afrika mengalami wabah
meningitis yang tercatat sebagai epidemik terbesar dalam sejarah dengan lebih
dari 250.000 kasus dan 25.000 kematian (CFR=10%) yang terdaftar. Dari masa
krisis tersebut hingga tahun 2002 terdapat 223.000 kasus baru, daerah yang telah
terkena dampak tersebut adalah Burkina Faso, Chad, Ethiopia dan Nigeria. Pada
tahun 2002, terjadi wabah meningitis di Burkina Faso dan Ethiopia dengan
Insidens Rate 65%.Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor resiko seperti Infeksi
Saluran Pernafasan Atas (ISPA), infeksi HIV, kepadatan penduduk, dan status
sosial ekonomi yang rendah.
Tahun 2009, Afrika melaporkan 78.416 kasus meningitis dan 4.053
kematian (CFR=5,2%). Menurut WHO, pada tahun 2005 terjadi 111 kasus
meningitis di Delhi-India dengan 15 kematian (CFR=13,5%).
Data South East Asian Medical Information Center (SEAMIC) Health
Statistic (2002) melaporkan bahwa pada tahun 2000 dan 2001 di Indonesia,
terdapat masing-masing 1.937 dan 1.667 kasus kematian karena meningitis
dengan CSDR 9,4 dan 8 per 1000.000 penduduk.Penelitian yang dilakukan oleh
Mesranti, di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2005 2008 terdapat 148
FAKTOR RISIKO
Beberapa keadaan, kelainan atau penyakit yang memudahkan terjadinya
meningitis yaitu
1 Kepadatan penduduk
Penyakit infeksi menyebar lebih cepat pada kelompok yang lebih besar
2
mellitus.
Bekerja dengan penyebab patogen
Ahli mikrobiologi yang secara rutin terpapar patogen dan memiliki resiko
lebih tinggi.
Perjalanan wisatawan
Wisatawan yang berpergian ke daerah Sub-Sahara Afrika atau ke Mekah
selama musim Haji dan Umrah terutama saat musim kemarau juga
beresiko untuk meningitis meningokokus.6,18
5 ETIOLOGI
Meningitis bakteri:
6
a
b
c
d
e
f
g
Pneumococcus
Meningococcus
Haemophilus influenza
Staphylococcus
Escherichia coli
Salmonella
Mycobacterium tuberculosis
Age Group
Causes
neonatus
Group
Streptococci, Escherichia
coli,
Listeria
monocytogenes
Bayi
Neisseria
meningitidis,
Haemophilus
influenzae,
Streptococcus pneumoniae
Anak anak
N. meningitidis, S. Pneumoniae
Dewasa
S. pneumoniae, N. meningitidis, Mycobacteria
(dipetik dari kepustakaan 5)
2
Virus :
a
b
c
d
e
Enterovirus
Mumps
Herpes virus
Arbovirus
Kasus yang
sangat
jarang:
LMCV
(lymphocytic
choriomeningitis virus)
3
Jamur :
a Cryptococcus neoformans
b Coccidioides immitris
c Candida (jarang)
d Histoplasma (terutama pada kasus immunocompromise)
Meningitis juga bisa berlaku pada kasus non infeksi terutama pada kasus
seperti AIDS, kanker, diabetes, trauma fisik atau oleh karena obat obatan yang
bisa menurunkan sistem imunitas tubuh. (5)
6
PATOFISIOLOGI
Mikroorganisma menginvasi ke jaringan selaput otak hanya apabila telah
memasuki ruang subaraknoid. Biasanya, bakteri atau agen yang menginvasi ini
tersebar ke bagian otak melewati pembuluh darah setelah berlakunya proses
kolonisasi akibat infeksi di traktus respiratorius bagian atas. Selain dari adanya
invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa, point dentry masuknya kuman juga
bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak yang pecah, penyebab
lainnya adalah adanya rhinorhea, otorhea pada fraktur basis cranii yang
memungkinkan kontaknya cairan cerebrospinal dengan lingkungan luar.(6)
Agen penyebab
Kerusakan neurologist
(dipetik dari kepustakaan 6)
7
MANIFESTASI KLINIK
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke
tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh
mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu
tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap
hiperekstensi. Kesadaran menurun.tanda Kernigs dan Brudzinsky positif.
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta
virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang
tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita
merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta
penglihatan menjadi kurang jelas.
Gejala pada bayi yang terkena meningitis, biasanya menjadi sangat rewel,
muncul bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan nadanya tinggi, demam ringan,
badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangannya membuat
gerakan tidak beraturan.(4)
Gejala meningitis meliputi :
gejala dan tanda-tanda klinis meningitis. Gejala dan tanda dari infeksi akut,
peningkatan tekanan intrakranial dan rangsang meningeal perlu diperhatikan.
Untuk mengkonfirmasi diagnosis meningitis dilakukan tes laboratorium berupa
tes darah dan cairan sumsum tulang belakang. (4)
Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
a
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan
pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak
dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan
rotasi kepala.
b Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa
rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut
135 (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha
biasanya diikuti rasa nyeri.
c
kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala
dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bilapada
pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.
d Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila
pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontralateral.(7)
Pemeriksaan Penunjang Meningitis
a
10
Pemeriksaan Radiologis
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus
paranasal, gigi geligi) dan foto dada.(7)
9 TIPE MENINGITIS
Tipe meningitis yang sering menyerang pada anak adalah:
Viral meningitis
Termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan sakit flu biasa, dan
umumnya si penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi viral meningitis biasanya
meningkat di musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen
pengantar virus. Banyak virus yang bisa menyebabkan viral meningitis. Antara
lain virus herpes dan virus penyebab flu perut.
Bacterial meningitis
Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang serius.
Salah satu bakterinya adalah meningococcal bacteria. Gejalanya seperti timbul
bercak kemerahan dan kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan berkembang
menjadi memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ lain dalam tubuh
dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian.
11
VIRUS
didiamkan
terbentuk pelikula
Mikroskopis
:
kuman TBC
JAMUR
Pemeriksaan
Kultur bakteri
mikroskopik
Biakan cairan
negatif
otak
Pemeriksaan
serologik serum
Warna
Sel
purulen
Leukosit
xantokrom
Meningkat,
meningkat
<500/mm3,
95 % PMN
dominan
Meningkat
antara 10
MN 10-1000/mm3
-500
sel/mm3
dengan
dominasi
meningkat
limfosit
Normal / sedikit Meningkat
menurun
meningkat
Normal
Protein
Meningkat,
Klorida
>75 mg%
Menurun,
Glukosa
<700 mg%
Menurun, <40 menurun
Normal
mg %, atau <
Menurun,
sekitar
12
15-35
40
gula
mg
darah
10 PENATALAKSANAAN.
Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis,
maka pemberian antibiotik secara Infus (intravenous) adalah langkah yang baik
untuk menjamin kesembuhan serta mengurang atau menghindari resiko
komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada penderita tergantung dari jenis
bakteri yang ditemukan.(8)
Farmakologis
a. Obat anti inflamasi :
1) Meningitis tuberkulosa :
a) Isoniazid 10 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500
gr selama 1 tahun.
b) Rifamfisin 10 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1
tahun.
c) Streptomisin sulfat 20 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1
2 kali sehari, selama 3 bulan.
2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :
a) Sefalosporin generasi ke 3
b) ampisilina 150 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 6 kali
sehari.
c) Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.
3) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :
a) Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.
b) Sefalosforin generasi ke 3.(9)
b. Pengobatan simtomatis :
1) Diazepam IV : 0.2 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 0.6/mg/kg/dosis
kemudian klien dilanjutkan dengan.
13
Hisap lender.
c. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi dan pada inkontinensia alvi lakukan
lavement.
d. Pemantauan ketat:
1
Tekanan darah
Respirasi
Nadi
14
Pencegahan
Langkah dalam mencegah meningitis antara lain:
1
Cuci tangan anda secara benar untuk menghindari terkena penyebab infeksi.
Tetap sehat. Jaga sistem imun anda berfungsi dengan baik dengan cukup
istirahat, olahraga teratur dan makan makanan sehat dan bergizi.
Jika anda sedang hamil, berhati-hatilah dengan apa yang anda konsumsi.(10)
11 KOMPLIKASI
a. cairan subdural.
b. Hidrosefalus.
c. Sembab otak
d. Abses otak
e. Renjatan septic.
f. Pneumonia (karena aspirasi)
g. Koagulasi intravaskuler menyeluruh.(9)
12 PROGNOSIS
Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau
mental atau meninggal tergantung :
a. umur penderita.
b. Jenis kuman penyebab
c. Berat ringan infeksi
d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan.
e. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
f. Adanya dan penanganan penyakit.(9)
15
BAB III
KESIMPULAN
Meningitis memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi terutama yang
disebabkan oleh bakteri dengan komplikasi yang didapatkan yang dapat bersifat
sementara dan permanen.
Diagnosa dini dapat mencegah komplikasi yang lebih lanjut dengan
mengenali beberapa etiologi yang menyebabkan terjadinya meningitis.
Pencegahan meningitis dapat dilakukan baik dengan vaksinasi maupun
dengan profilaksis.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Chapter 64 : the central nervous sytem II infection. Dalam : Chandrasoma
P. and Taylor C. R. Concise pathology. Edisi III. Mc Graw Hills 1998.
2. Infection of the nervous sytem. Dalam ; Abbas k. dan Mitchell F.Robin
basic pathology . Saunders. 2007. Hal 874.
3. Meninges. Dalam ; Marieb E.dan Hoehn. K. Human anatomy and
physiology. Edisi VII. Pearson education.2007
4. Israr Y.A. 2008, Meningitis URL : http://yayankhar.co.nr/pdf
5. Shmaefsky, B.
Meningitis
(Deadly
Diseases
and
Epidemics),
2010.
Penyakit
meningitis
URL
http://obatpropolis.com/penyakit meningitis
9. Thigpen MC, Whitney CG, Messonnier NE, Zell ER, Lynfield R, Hadler
JL, et al. Bacterial meningitis in the United States, 1998-2007. N Engl J
Med. May 26 2011;364(21):2016-25.
10. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. Jilid 5. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press ; 2011.hlm.161-168,183-185.
17