You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
Infeksi pada sistem saraf pusat ( SSP ) dapat dibagi menjadi 2 kategori
yaitu terutama yang melibatkan meninges ( meningitis) dan terbatas pada
parenkim ( ensefalitis ). Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu piamater ( Lapisan
dalam), arachnoid ( Lapisan tengah) dan duramater ( lapisan luar ).
Meningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada
selaput pelindung yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang yang dikenal
sebagai meninges.1,2 Penyebab paling umum dari meningitis adalah infeksi virus
yang biasanya dapat sembuh sepenuhnya tanpa pengobatan yang spesifik.3,4
Namun, meningitis juga dapat disebabkan oleh bakteri dan jamur yang merupakan
bentuk yang jarang dan umumnya hanya terjadi pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah.4
Penyakit ini kebanyakan terjadi pada usia ekstrem <5 tahun dan >60 tahun,
rumah padat penduduk, sosio ekonomi rendah, dan keadaan atau penyakit seperti
fraktur basis kranii, pungsi atau anastesi lumbal, operasi/tindakan bedah saraf,
terpapar manusia yang terkena meningitis tanpa profilaksis, diabetes mellitus,
insufisiensi adrenal atau ginjal, immunosuppression, HIV, spelenktomi atau
anemia sickle cell, alcoholism, sirosis hepatis, keganasan, sinusitis, 5,6
Gejala yang paling umum dari meningitis yaitu demam, sakit kepala
yang berat dan terus menerus, kaku leher terutama ketika mencoba untuk
menyentuh dagu ke dada, muntah, kebingungan, penurunan tingkat kesadaran dan
kejang.7
Komplikasi dapat bervariasi tergantung tingkat keparahan dari seseorang
dan dapat bersifat sementara atau permanen. Semakin parah infeksi meningitis
semakin besar komplikasi yang didapatkan. Komplikasi lebih sering terjadi pada
meningitis yang disebabkan oleh bakteri dari pada meningitis yang diakibatkan
oleh virus.8 Begitu besarnya kerugian yang diakibatkan oleh meningitis, sebagai
dokter umum harus dapat mendiagnosa lebih awal dari meningitis guna mencegah
komplikasi yang lebih lanjut.

BAB II
MENINGITIS
1. DEFINISI
Meningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada selaput
pelindung yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang yang dikenal sebagai
meninges (radang pada arachnoid dan piamater). Peradangan biasanya disebabkan
oleh infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.1
Meningitis secara anatomis dibagi menjadi inflamasi dura, kadang-kadang
disebut sebagai pachymeningitis (jarang) dan leptomeningitis yang lebih umum
dan didefinisikan sebagai peradangan pada jaringan arakhnoid dan ruang
subaraknoid.9 Penyebab paling umum dari meningitis di Amerika Serikat adalah
infeksi virus yang biasanya dapat sembuh sepenuhnya tanpa pengobatan yang
spesifik.5,6 Namun, meningitis juga dapat disebabkan oleh bakteri yang dapat
menyebabkan kematian atau kerusakan otak dan meningitis jamur merupakan
bentuk yang jarang dari meningitis dan umumnya hanya terjadi pada orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.6
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak meningitis dibagi
menjadi dua golongan yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai
cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah
kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri
adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus
meningitis Meningococcus merupakan meningitis purulenta yang paling sering
terjadi.10
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
2.1 Lapisan selaput otak/meningens
Otak dan sumsum tulang belakang dibungkus oleh selubung meninges.
Meninges terdiri daripada tiga jaringan ikat membran yang terletak di
bagian luar organ sistem saraf pusat. Fungsi dari lapisan selaput otak
ini adalah:

1 Melapisi dan memberikan proteksi kepada struktur organ


sistem saraf pusat (otak dan medula spinalis).
2 Memberikan proteksi pembuluh darah yang terdapat di otak
dan menutupi sinus venosus.
3 Mengandungi likour serebrospinalis
4 Membentuk partisi/ bagian bagian dari otak.(3)
Struktur meninges dari luar adalah, dura mater, araknoid mater, dan
pia mater.

Gambar 1 (dipetik dari kepustakaan 3 )


Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu :

a Piamater
Yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan
sumsum tulang belakang dan sebagai akibat dari kontak
yang sangat erat akan menyediakan darah untuk strukturstruktur ini.
b Arachnoid
Merupakan selaput halus yang memisahkan piameter dan
duramater.
c Duramater

Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras


berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat.(4)
3. EPIDEMIOLOGI
Insiden meningitis bervariasi sesuai dengan etiologi dan hubungannya
dengan sumber pelayanan medis. Insiden ini lebih tinggi di negara-negara
berkembang karena kurangnya akses pelayanan untuk pencegahan, seperti
vaksinasi. Di negara-negara berkembang, kejadian meningitis dilaporkan 10 kali
lebih tinggi daripada di negara-negara maju.
Meningitis mempengaruhi semua ras. Di Amerika Serikat, orang kulit
hitam memiliki resiko lebih tinggi dari orang kulit putih dan orang Hispanik.
Hampir 4100 kasus dengan 500 kematian yang terjadi setiap tahun di Amerika
Serikat, meningitis bakteri terus menjadi sumber signifikan dari morbiditas dan
mortalitas. Kejadian tahunan di Amerika Serikat adalah 1,33 kasus per 100.000
penduduk.
Tingkat fatalitas kasus keseluruhan pada orang dewasa adalah 34 %. Di
antara agen bakteri yang menyebabkan meningitis, S pneumoniae dikaitkan
dengan salah satu kematian tertinggi 19-26 % .14
Insidens aseptic meningitis 10,9 kasus per 100.000 penduduk. Hal ini
terjadi pada segala usia, tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama
selama musim panas. Tidak ada perbedaan ras dilaporkan. Aseptic meningitis
cenderung terjadi 3 kali lebih sering pada laki-laki daripada perempuan.Virus
adalah penyebab utama meningitis aseptik. Enterovirus terdapat di seluruh dunia,
kebanyakan infeksi enterovirus terjadi pada individu yang lebih muda dari 15
tahun, dengan tingkat serangan tertinggi pada anak-anak yang lebih muda dari 1
tahun.
Brucella dihubungkan dengan kejadian meningitis kronis dan memiliki
distribusi terutama di Timur Tengah, India, Meksiko, dan Amerika Tengah dan
Selatan. Meningitis Tb diperkirakan 62-411 kasus per 100.000 penduduk.15
Umur dan daya tahan tubuh sangat mempengaruhi terjadinya meningitis.
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan dan

distribusi terlihat lebih nyata pada bayi. Pada meningitis bakteri 3,3 kasus per
100.000 penduduk laki-laki dibandingkan 2,6 kasus per 100.000 penduduk
perempuan. Namun, untuk meningitis yang disebabkan oleh virus kejadian pria
dan wanita sama.
Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosioekonomi rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara dan
jemaah haji), Penyakit meningitis banyak terjadi pada negara yang sedang
berkembang dibandingkan pada negara maju. Insidensi tertinggi terjadi didaerah
yang disebut dengan the African Meningitis belt, yang luas wilayahnya
membentang dari Senegal sampai ke Ethiopia meliputi 21 negara. Kejadian
penyakit ini terjadi secara sporadis dengan Insidens Rate 1-20 per 100.000
penduduk dan diselingi dengan KLB besar secara periodik. Di daerah Malawi,
Afrika pada tahun 2002 Insidens Rate meningitis yang disebabkan oleh
Haemophilus influenza 20-40 per 100.000 penduduk.
WHO (2005) melaporkan pada tahun 1996, Afrika mengalami wabah
meningitis yang tercatat sebagai epidemik terbesar dalam sejarah dengan lebih
dari 250.000 kasus dan 25.000 kematian (CFR=10%) yang terdaftar. Dari masa
krisis tersebut hingga tahun 2002 terdapat 223.000 kasus baru, daerah yang telah
terkena dampak tersebut adalah Burkina Faso, Chad, Ethiopia dan Nigeria. Pada
tahun 2002, terjadi wabah meningitis di Burkina Faso dan Ethiopia dengan
Insidens Rate 65%.Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor resiko seperti Infeksi
Saluran Pernafasan Atas (ISPA), infeksi HIV, kepadatan penduduk, dan status
sosial ekonomi yang rendah.
Tahun 2009, Afrika melaporkan 78.416 kasus meningitis dan 4.053
kematian (CFR=5,2%). Menurut WHO, pada tahun 2005 terjadi 111 kasus
meningitis di Delhi-India dengan 15 kematian (CFR=13,5%).
Data South East Asian Medical Information Center (SEAMIC) Health
Statistic (2002) melaporkan bahwa pada tahun 2000 dan 2001 di Indonesia,
terdapat masing-masing 1.937 dan 1.667 kasus kematian karena meningitis
dengan CSDR 9,4 dan 8 per 1000.000 penduduk.Penelitian yang dilakukan oleh
Mesranti, di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2005 2008 terdapat 148

kasus meningitis dan 71 kasus mengalami kematian (CFR=47,1%) dengan jumlah


penderita meningitis purulenta 63 orang (42,6%), sedangkan penderita meningitis
serosa 85 orang (57,4%).16
Di Indonesia, Meningitis merupakan penyebab kematian pada semua
umur dengan urutan ke 17 (0,8%) setelah malaria. Meningitismerupakan penyakit
menular pada semua umur dengan proporsi 3,2%. 17
4

FAKTOR RISIKO
Beberapa keadaan, kelainan atau penyakit yang memudahkan terjadinya

meningitis yaitu
1 Kepadatan penduduk
Penyakit infeksi menyebar lebih cepat pada kelompok yang lebih besar
2

dan berkumpul bersama-sama.


Kondisi medis tertentu
Infeksi sistemik atau focal (septicemia, otitis media supurativa kronik,
tuberculosis paru-paru), trauma atau tindakan-tindakan tertentu (fraktur
basis kranii, pungsi atau anastesi lumbal, operasi/tindakan bedah saraf),
kelainan darah yaitu anemia sel sabit dan hemoglobinopati,kelainan yang
berhubungan dengan immunosupression misalnya alcoholism, diabetes

mellitus.
Bekerja dengan penyebab patogen
Ahli mikrobiologi yang secara rutin terpapar patogen dan memiliki resiko
lebih tinggi.

Perjalanan wisatawan
Wisatawan yang berpergian ke daerah Sub-Sahara Afrika atau ke Mekah
selama musim Haji dan Umrah terutama saat musim kemarau juga
beresiko untuk meningitis meningokokus.6,18

5 ETIOLOGI

Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti


virus, bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak.
Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas :
1

Meningitis bakteri:
6

a
b
c
d
e
f
g

Pneumococcus
Meningococcus
Haemophilus influenza
Staphylococcus
Escherichia coli
Salmonella
Mycobacterium tuberculosis

Age Group

Causes

neonatus

Group

Streptococci, Escherichia

coli,

Listeria

monocytogenes
Bayi

Neisseria

meningitidis,

Haemophilus

influenzae,

Streptococcus pneumoniae
Anak anak

N. meningitidis, S. Pneumoniae

Dewasa
S. pneumoniae, N. meningitidis, Mycobacteria
(dipetik dari kepustakaan 5)
2

Virus :
a
b
c
d
e

Enterovirus
Mumps
Herpes virus
Arbovirus
Kasus yang

sangat

jarang:

LMCV

(lymphocytic

choriomeningitis virus)
3

Jamur :
a Cryptococcus neoformans
b Coccidioides immitris
c Candida (jarang)
d Histoplasma (terutama pada kasus immunocompromise)

Meningitis juga bisa berlaku pada kasus non infeksi terutama pada kasus
seperti AIDS, kanker, diabetes, trauma fisik atau oleh karena obat obatan yang
bisa menurunkan sistem imunitas tubuh. (5)
6

PATOFISIOLOGI
Mikroorganisma menginvasi ke jaringan selaput otak hanya apabila telah

memasuki ruang subaraknoid. Biasanya, bakteri atau agen yang menginvasi ini
tersebar ke bagian otak melewati pembuluh darah setelah berlakunya proses

kolonisasi akibat infeksi di traktus respiratorius bagian atas. Selain dari adanya
invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa, point dentry masuknya kuman juga
bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak yang pecah, penyebab
lainnya adalah adanya rhinorhea, otorhea pada fraktur basis cranii yang
memungkinkan kontaknya cairan cerebrospinal dengan lingkungan luar.(6)
Agen penyebab

Invasi ke susunan saraf pusat melalui aliran darah

Bermigrasi ke lapisan subarachnoid

Respon inflamasi di piamater, arachnoid, cairan cerebrospinal, dan ventrikuler

Eksudat menyebar di seluruh saraf cranial dan saraf spinal

Kerusakan neurologist
(dipetik dari kepustakaan 6)
7

MANIFESTASI KLINIK
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke

tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh
mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu
tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap
hiperekstensi. Kesadaran menurun.tanda Kernigs dan Brudzinsky positif.

Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta
virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang
tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita
merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta
penglihatan menjadi kurang jelas.
Gejala pada bayi yang terkena meningitis, biasanya menjadi sangat rewel,
muncul bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan nadanya tinggi, demam ringan,
badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangannya membuat
gerakan tidak beraturan.(4)
Gejala meningitis meliputi :

Gejala infeksi akut


Panas
Nafsu makan tidak ada
Anak lesu
Gejala kenaikan tekanan intracranial
Kesadaran menurun
Kejang-kejang
Ubun-ubun besar menonjol
Gejala rangsangan meningeal
kaku kuduk
Kernig
Brudzinky I dan II positif (4)
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja ke arah meningitis dapat dipikirkan apabila menemukan

gejala dan tanda-tanda klinis meningitis. Gejala dan tanda dari infeksi akut,
peningkatan tekanan intrakranial dan rangsang meningeal perlu diperhatikan.
Untuk mengkonfirmasi diagnosis meningitis dilakukan tes laboratorium berupa
tes darah dan cairan sumsum tulang belakang. (4)
Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
a

Pemeriksaan Kaku Kuduk

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan
pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak
dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan
rotasi kepala.
b Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa
rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut
135 (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha
biasanya diikuti rasa nyeri.
c

Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)


Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah

kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala
dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bilapada
pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.
d Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila
pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontralateral.(7)
Pemeriksaan Penunjang Meningitis
a

Pemeriksaan Pungsi Lumbal


Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein

cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan


intrakranial.

10

a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih,


sel darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+)
beberapa jenis bakteri.
b Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap
Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja.
Disamping itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan
LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.(7)
c

Pemeriksaan Radiologis
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus
paranasal, gigi geligi) dan foto dada.(7)

9 TIPE MENINGITIS
Tipe meningitis yang sering menyerang pada anak adalah:
Viral meningitis
Termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan sakit flu biasa, dan
umumnya si penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi viral meningitis biasanya
meningkat di musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen
pengantar virus. Banyak virus yang bisa menyebabkan viral meningitis. Antara
lain virus herpes dan virus penyebab flu perut.
Bacterial meningitis
Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang serius.
Salah satu bakterinya adalah meningococcal bacteria. Gejalanya seperti timbul
bercak kemerahan dan kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan berkembang
menjadi memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ lain dalam tubuh
dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian.
11

Meningitis Tuberkulosis Generalisata


Gejala : demam, mudah kesal, obstipasi, muntah- muntah, ditemukan tanda-tanda
perangsangan meningen seperti kaku kuduk, suhu badan naik turun, nadi sangat
labil/lambat, hipertensi umum, abdomen tampak mencekung, gangguan saraf otak.
Penyebab : kuman mikobakterium tuberkulosa varian hominis.
Diagnosis : Meningitis Tuberkulosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan cairan
otak, darah, radiologi, test tuberkulin.
Selain dari tipe-tpe meningitis yang dibahas di atas, terdapat juga tipe meningitis
yang disebabkan oleh jamur seperti meningitis Kriptikokus. (4)
PERBANDINGAN GAMBARAN LCS ANTARA MENINGITIS PURULENTA,
TB, VIRAL, DAN JAMUR
PURULENTA TUBERKULOSA
Tekanan >180 Bila
mm H20

VIRUS

didiamkan

terbentuk pelikula
Mikroskopis
:
kuman TBC

JAMUR

Pemeriksaan

Kultur bakteri

mikroskopik
Biakan cairan

negatif

otak
Pemeriksaan
serologik serum

dan cairan otak


atau Jernih
Jernih

Warna

Keruh sampai Jernih

Sel

purulen
Leukosit

xantokrom
Meningkat,

meningkat

<500/mm3,

95 % PMN

dominan

Meningkat

antara 10

MN 10-1000/mm3

-500

sel/mm3
dengan
dominasi

meningkat

limfosit
Normal / sedikit Meningkat

menurun

meningkat
Normal

Protein

Meningkat,

Klorida

>75 mg%
Menurun,

Glukosa

<700 mg%
Menurun, <40 menurun

Normal

mg %, atau <

Menurun,
sekitar

12

15-35

40

gula

mg

darah

10 PENATALAKSANAAN.
Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis,
maka pemberian antibiotik secara Infus (intravenous) adalah langkah yang baik
untuk menjamin kesembuhan serta mengurang atau menghindari resiko
komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada penderita tergantung dari jenis
bakteri yang ditemukan.(8)
Farmakologis
a. Obat anti inflamasi :
1) Meningitis tuberkulosa :
a) Isoniazid 10 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500
gr selama 1 tahun.
b) Rifamfisin 10 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1
tahun.
c) Streptomisin sulfat 20 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1
2 kali sehari, selama 3 bulan.
2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :
a) Sefalosporin generasi ke 3
b) ampisilina 150 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 6 kali
sehari.
c) Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.
3) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :
a) Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.
b) Sefalosforin generasi ke 3.(9)
b. Pengobatan simtomatis :
1) Diazepam IV : 0.2 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 0.6/mg/kg/dosis
kemudian klien dilanjutkan dengan.

13

2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.


3) Turunkan panas :
a) Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.
b) Kompres air PAM atau es.
c. Pengobatan suportif :
1) Cairan intravena.
2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 50%.(9)
Perawatan
a. Pada waktu kejang
1

Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.

Hisap lender.

Hindari dari mencoba untuk mameasuki sesuatu ke dalam mulut


penderita.

Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.

Hindarkan penderita dari rudapaksa (misalnya jatuh).(9)

b. Bila penderita tidak sadar lama.


1

Beri makanan melalui sonde.

Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi


penderita sesering mungkin.

Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau salep antibiotika.


(9)

c. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi dan pada inkontinensia alvi lakukan
lavement.
d. Pemantauan ketat:
1

Tekanan darah

Respirasi

Nadi

Produksi air kemih

14

Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.(9)

Pencegahan
Langkah dalam mencegah meningitis antara lain:
1

Cuci tangan anda secara benar untuk menghindari terkena penyebab infeksi.

Tetap sehat. Jaga sistem imun anda berfungsi dengan baik dengan cukup
istirahat, olahraga teratur dan makan makanan sehat dan bergizi.

Tutup mulut dan hidung anda ketika bersin atau batuk.

Jika anda sedang hamil, berhati-hatilah dengan apa yang anda konsumsi.(10)
11 KOMPLIKASI

a. cairan subdural.
b. Hidrosefalus.
c. Sembab otak
d. Abses otak
e. Renjatan septic.
f. Pneumonia (karena aspirasi)
g. Koagulasi intravaskuler menyeluruh.(9)
12 PROGNOSIS
Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau
mental atau meninggal tergantung :
a. umur penderita.
b. Jenis kuman penyebab
c. Berat ringan infeksi
d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan.
e. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
f. Adanya dan penanganan penyakit.(9)

15

BAB III
KESIMPULAN
Meningitis memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi terutama yang
disebabkan oleh bakteri dengan komplikasi yang didapatkan yang dapat bersifat
sementara dan permanen.
Diagnosa dini dapat mencegah komplikasi yang lebih lanjut dengan
mengenali beberapa etiologi yang menyebabkan terjadinya meningitis.
Pencegahan meningitis dapat dilakukan baik dengan vaksinasi maupun
dengan profilaksis.

16

DAFTAR PUSTAKA
1. Chapter 64 : the central nervous sytem II infection. Dalam : Chandrasoma
P. and Taylor C. R. Concise pathology. Edisi III. Mc Graw Hills 1998.
2. Infection of the nervous sytem. Dalam ; Abbas k. dan Mitchell F.Robin
basic pathology . Saunders. 2007. Hal 874.
3. Meninges. Dalam ; Marieb E.dan Hoehn. K. Human anatomy and
physiology. Edisi VII. Pearson education.2007
4. Israr Y.A. 2008, Meningitis URL : http://yayankhar.co.nr/pdf
5. Shmaefsky, B.

Meningitis

(Deadly

Diseases

and

Epidemics),

Menaker, J. Journal of Emergency Medicine, July 2005.


6. Bachur R.G 2011. Pediatric meningitis and eencephalitis URL:
http://emedicine.medscape.com/article
7. Mann K, Jackson MA. Meningitis. Pediatr Rev. Dec 2008;29(12):417-29
8. Sodikin.

2010.

Penyakit

meningitis

URL

http://obatpropolis.com/penyakit meningitis
9. Thigpen MC, Whitney CG, Messonnier NE, Zell ER, Lynfield R, Hadler
JL, et al. Bacterial meningitis in the United States, 1998-2007. N Engl J
Med. May 26 2011;364(21):2016-25.
10. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. Jilid 5. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press ; 2011.hlm.161-168,183-185.

17

You might also like