Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
semakin
hari
kualitasnya
makin
rendah.
(UNESCO),
terhadap
kualitas pendidikan di
Negara-negara
yang
sentralistik
membuat
buram.
lulusan yang kreatif. Ini salahnya, kurikulum dibuat di Jakarta dan tidak
memperhatikan kondisi di masyarakat bawah. Jadi, para lulusan hanya pintar cari
kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, padahal lapangan
pekerjaan
yang
tersedia
terbatas.
Kualitas pendidikanIndonesia
sangat
B. Pembatasan Masalah
Dari uraian di atas dilihat begitu kompleksnya permasalahan dalam
pendidikan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu Penulis membatasi beberapa
masalah dalam penulisan makalah dengan Masalah-masalah mendasar
pendidikan di Indonesia, Kualitas pendidikan di Indonesia, dan Solusi Pendidikan
di Indonesia.
2. Manfaat
Dari penulisan ini diharapkan mendatangkan manfaat berupa penambahan
pengetahuan serta wawasan penulis kepada pembaca tentang keadaan pendidikan
sekarang ini sehingga kita dapat mencari solusinya secara bersama agar
pendidikan di masa yang akan dapat meningkat baik dari segi kualitas maupun
kuantitas yang diberikan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Sebelum
kita
permasalahanpendidikan di
membahas
Indonesia,
sebaiknya
mengenai permasalahankita
melihat
definisi
etimologi
dan
analisis
pengertian pendidikan di
atas,
secara
BAB III
PEMABAHASAN
ternyata
berat
sebelah,
dengan
kata
lain
tidak
Yang ketiga, dari model pendidikan yang demikian maka manusia yang
dihasilkan pendidikan ini hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan
bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Manusia sebagai objek (yang adalah
wujud dari dehumanisasi) merupakan fenomena yang justru bertolak belakang
dengan visi humanisasi, menyebabkan manusia tercerabut dari akar-akar
budayanya (seperti di dunia Timur/Asia). Bukankah kita telah sama-sama melihat
bagaimana kaum muda zaman ini begitu gandrung dengan hal-hal yang berbau
Barat? Oleh karena itu strategi pendidikan di Indonesia harus terlebur dalam
strategi kebudayaan Asia, sebab Asia kini telah berkembang sebagai salah satu
kawasan penentu yang strategis dalam bidang ekonomi, sosial, budaya bahkan
politik internasional. Bukan bermaksud anti-Barat kalau hal ini penulis
kemukakan. Melainkan justru hendak mengajak kita semua untuk melihat
kenyataan ini sebagai sebuah tantangan bagi dunia pendidikan kita. Mampukah
kita menjadikan lembaga pendidikan sebagai sarana interaksi kultural untuk
membentuk manusia yang sadar akan tradisi dan kebudayaan serta keberadaan
masyarakatnya sekaligus juga mampu menerima dan menghargai keberadaan
tradisi,
budaya
dan
situasi
masyarakat
lain?
Dalam
hal
ini,
merupakan
tujuan
dari
pembelajaran,
melakukan
pembimbingan,
melakukan
pelatihan,
diukur
dari
persyaratan
akademis,
baik
10
SMU/SMK. Artinya lebih dari 50 persen guru SD, SLTP dan SMU/SMK
di Indonesia sebenarnya tidak memenuhi kelayakan mengajar. Dengan
kondisi dan situasi seperti itu, diharapkan pendidikan yang berlangsung di
sekolah harus secara seimbang dapat mencerdaskan kehidupan anak dan
harus menanamkan budi pekerti kepada anak didik. Sangat kurang tepat
bila sekolah hanya mengembangkan kecerdasan anak didik, namun
mengabaikan penanaman budi pekerti kepada para siswanya.
Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu
keberhasilan pendidikan tetapi,
pengajaran
merupakan
titik
Dengan
pendapatan
yang
11
kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan
mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji
pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau
tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya.
Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak
atas rumah dinas.
Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah
lain yang muncul. Di lingkungan pendidikanswasta, masalah kesejahteraan
masih sulit mencapai taraf ideal. Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari
2006, sebanyak 70 persen dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak
sanggup untuk menyesuaikan kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat
UU Guru dan Dosen.
12
13
karena
itu
diperlukan
tepat
kebijakan
untuk
dan
strategi
mengatasi
masalah
ketidakmerataan tersebut.
14
mobilisasi
dana.
15
Karena
itu,
Komite
merupakan
organ
MBS
selalu
tanggung
jawab
negara
BHMN
sendiri
berdampak
pada
melambungnya
16
dalam
APBN
(www.kau.or.id).
Rencana
Pemerintah
SistemPendidikan Nasional,
Rancangan
Peraturan
RUU
Pemerintah
Badan
(RPP)
pasal
itu
disebutkan,
penyelenggara
dan/atau
dengan
Pemerintah
telah
17
sekolah
memiliki
otonomi
untuk
menentukan
sendiri
biaya
akses
rakyat
yang
kurang
mampu
untuk
berencana
memprivatisasi pendidikan.
Semua
18
dengan
sistem pendidikan.
Seperti
diketahui
19
20
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Banyak sekali factor yang menjadikan rendahnya kualitaspendidikan di
Indonesia. Factor-faktor yang bersifat teknis diantaranya adalah rendahnya
kualitas guru, rendahnya sarana fisik, mahalnya biaya pendidikan, rendahnya
prestasi
siswa,
rendahnya
kesejahteraan
kebutuhan,
guru,
kurangnya
rendahnya
pemerataan
antara
pemerintah
dan
mesyarakat
untuk
mengatasi
B. Saran
Sistem Pendidikan Indonesia membutuhkan pendidikan alternative yang
kreatif agar mampu melaksanakan pendidikan sesuai dengan cita-cita pendidikan
nasional. Sehingga pendidikan bangsa ini dapat mencetak generasi-generasi
berkualitas yang dapat memajukan bangsa ini. Dengan demikian, sistem
21
pendidikan yang baik harus mampu menciptakan individu yang mandiri serta
terampil.
22
DAFTAR PUSTAKA
www.anakui.com/2011/06/19/rombak-sistem-evaluasi-pendidikan-indonesia/
www.Forum.upi.edu/v3/index.php?topic=3153.0
www.mahdikarim.wordpress.com/2011/03/19/realita-sistem-pendidikan-dantujuan-pendidikan-nasional
23
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................................
ii
24