You are on page 1of 16

CONGHESTIF HEART FAILURE

1. Definisi

Congestive

Heart

Failure

atau

Gagal

Jantung

Kongestif

adalah

ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk


memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. (Brunner &
Suddarth, hal. 805).

CHF adalah sindroma kompleks yang secara klinik diakibatkan dari


ketidakmampuan dari jantung untuk memenuhi metabolisme tubuh.
(Thompson Mc. Farland Hirsh Tucker, 2002, hal. 66).

2. Anatomi Fisiologi
Jantung adalah organ berongga, berotot yang terletak di tengah toraks
dan menempati rongga antara paru dan diafragma. Fungsi jantung adalah
memompa darah ke jaringan, mensuplai oksigen, dan zat nutrisi lain serta
mengangkut karbondioksida. Jantung berada di rongga mediastinum dan
terbungkus dalam kantong fibrosa tipis yang disebut perikardium.
Sisi kanan dan kiri jantung masing-masing tersusun atas dua kamar yaitu
atrium dan ventrikel. Perbedaan ketebalan dinding atrium dan ventrikel
berhubungan dengan beban kerjanya. Dinding atrium lebih tipis daripada
dinding ventrikel karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium
untuk menahan darah dan kemudian menyalurkannya ke ventrikel. Ventrikel
kiri menyemburkan darah melawan tahanan sistemis yang tinggi, sementara
ventrikel kanan melawan tekanan darah pembuluh darah paru.
Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya ke satu arah dalam
jantung. Ada 2 jenis katup yaitu katup atrioventrikularis dan katup semilunaris.
a. Katup Atrioventrikularis, yaitu katup yang memisahkan atrium dan
ventrikel.
-

Katup Trikuspidalis yaitu katup yang memisahkan atrium dan ventrikel.

Katup Mitral atau Bikuspidalis yaitu katup yang memisahkan atrium


dan ventrikel kiri.

b. Katup Semilunaris, yaitu katup yang terletak diantara tiap ventrikel dan
arteri yang bersangkutan.
-

Katup Pulmonalis, yaitu katup yang terletak diantara tiap ventrikel


kanan dan arteri pulmonalis.

Katup Aorta, yaitu katup yang terletak diantara ventrikel kiri dan aorta.

Sistem Hantaran Jantung


Nodus Sinoatrial (SA) yang terletak antara sambungan vena cava
superior dan atrium kanan adalah awal mula sistem hantaran dan normalnya
berfungsi sebagai pacu jantung ke seluruh miocardium (otot jantung). SA
memulai sekitar 60-100 impulse permenit pada saat jantung normal istirahat,
tetapi dapat mengubah frekuensinya sesuai kebutuhan tubuh.
Sinyal listrik yang dimulai oleh nodus SA kemudian dihantarkan dari
sepanjang sel miokardium ke nodus atrioventrikularis (AV). Nodus AV
(terletak di dinding atrium kanan dekat katup trikuspidalis) memiliki
kecepatan intrinsik sekitar 40-60 impulse permenit. Impuls dari AV akan
diantarkan melalui suatu bundel serabut otot khusus (Bundel His). Bundel His
akan bercabang menjadi cabang bundel kanan dan kiri kemudian berakhir
sebagai serabut yang dinamakan serabut purkinje.
Hemodinamika Jantung
Prinsip penting yang menentukan arah aliran darah adalah aliran cairan
dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Tekanan yang
bertanggung jawab terhadap aliran darah dalam sirkulasi normal dibangkitkan
oleh kontraksi otot ventrikel. Ketika otot berkontraksi, darah terdorong dari
ventrikel ke aorta selama periode dimana tekanan ventrikel kiri melebihi
tekanan aorta. Bila kedua tekanan menjadi seimbang, katup aorta akan
menutup dan keluaran dari ventrikel kiri terhenti. Darah yang telah memasuki
aorta akan menaikkan tekanan dalam pembuluh darah tersebut. Akibatnya
terjadi perbedaan tekanan yang akan mendorong darah secara progresif ke
arteri, kapiler dan vena. Darah kemudian kembali ke atrium kanan karena
tekanan dalam kamar ini lebih rendah dari tekanan vena.
Selama diastolik katup atrioventrikularis dan darah yang kembali dari
mengalir ke atrium dan kemudian ke ventrikel. Selama diastolik tekanan di
dalam ventrikel dengan cepat meningkat mendorong katup AV untuk menutup.
Konsekuensinya tidak ada lagi pengisian ventrikel dan atrium dan darah yang
dihembuskan dari ventrikel tidak dapat mengalir balik ke atrium.
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel selama
satu satuan waktu. Curah jantung sebanding dengan volume sekuncup (SV)

dikalikan frekuensi jantung (HR). Frekuensi jantung dipengaruhi oleh impuls


parasimpatis yang dapat memperlambat HR dan impuls simpatis dapat
meningkatkan HR. Volume sekuncup (SV) merupakan sejumlah darah yang
disemburkan setiap denyut.
3. Etiologi
Terjadinya gagal jantung dapat disebabkan oleh :
a. Kelainan otot jantung : aterosklerosis koroner, hipertensi atrial, penyakit
otot degeneratif.
b. Hipertensi sistemik
c. Hipoxia
d. Penyakit jantung lain (MCI)
e. Embolus paru
f. Aritmia
g. Anemia, penyakit tiroid.
4. Patofisiologi
Pada gagal jantung kontraktilitas jantung berkurang dan ventrikel tidak
mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama diastol. Hal ini
menyebabkan volume diastolik akhir ventrikel secara progresif bertambah.
Volume sekuncup ditentukan oleh tiga faktor, yaitu :
a. Kontraktilitas intrinsik otot jantung
Kontraksi dapat meningkat akibat katekolamin, aktivitas saraf simpatis.
Kontraktilitas berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan
kadar kalsium.
b. Preload
Merupakan sinonim dari Hukum Starling, yaitu jumlah darah yang mengisi
jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh
panjangnya regangan serabut jantung.
c. After load
Besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah
melawan perbedaan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriola.
Volume diastolik akhir meningkat secara progresif sehingga serat otot
ventrikel mengalami peregangan melebihi panjang optimalnya. Tegangan yang
dihasilkan menjadi berkurang karena ventrikel teregang oleh darah. Semakin

ventrikel terisi berlebihan, semakin sedikit darah yang optimal dipompa keluar
sehingga akumulasi darah dan peregangan otot semakin bertambah.
Sisa darah yang tertinggal dan ditambah dengan venous return di
ventrikel kiri akan menyebabkan peningkatan volume darah sehingga akan
menyebabkan peningkatan pengisian ventrikel (preload) atau menurunkan SV
dengan meningkatkan after load yang harus dilawan oleh kerja pompa
ventrikel. Peningkatan preload dan after load menyebabkan peningkatan beban
kerja dan kebutuhan O 2 jantung. Jika kebutuhan O 2 tidak terpenuhi maka serat
otot semakin hipoksik sehingga kontraktilitas berkurang. Akibat buruknya,
kontraktilitas terjadi akumulasi volume di ventrikel.
Pada hipertensi sistemik menyebabkan ventrikel kiri hipertropi paru,
ventrikel kanan dan atrium kanan. Gagal ventrikel kiri (edema paru akut)
sering mendahului gagal ventrikel kanan sehingga curah ventrikel berpasangan
dan terjadi gagal salah satu ventrikel yang menyebabkan penurunan perfusi
jaringan.
5. Tanda dan Gejala
a. Gagal jantung kiri
-

Dyspnea

Batuk

Mudah lelah

Gelisah dan cemas.

b. Gagal jantung kanan


-

Edema

Hepatomegali

Anoreksia

Nokturia

Lemah.

6. Test Diagnostik
a. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Identifikasi pembesaran ventrikel.
b. Foto thorax
Identifikasi pembesaran jantung.
c. EKG

Melihat adanya hipertrofi atrial/ventrikuler iskhemia.


d. ECG
Identifikasi ketidaknormalan katup pembesaran jantung.
e. Enzim-enzim Jantung
Khususnya CK/MB meningkat (gangguan otot jantung).
f. Kateterisasi
Identifikasi perbedaan gagal jantung kanan atau kiri.
g. Echocardiogram
Identifikasi ukuran, bentuk dan pergerakan otot jantung dan katup jantung
melalui gelombang suara ultrasonik.
7. Therapi Medik
a. Memperbaiki daya pompa jantung.
-

Therapi Digitalis : Ianoxin

Obat Inotropik : Amrinone (Inocor), Dopamine (Intropin)

b. Pengendalian retensi garam dan cairan


-

Diet rendah garam

Diuretik : chlorothiazide (Diuril), Furosemide (Lasix), Sprionolactone


(aldactone).

c. Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor : captropil, enalopril,


lisinopril.
8. Komplikasi
-

Edema pulmonal

Miocardiac infark

Gagal ginjal

Gagal hati.

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
-

Riwayat hipertensi

Ketidakpatuhan terhadap diet

Kebiasaan merokok

Kebiasaan minum obat yang dibeli di warung.

b. Pola nutrisi metabolik


-

Anoreksia

Penurunan BB

Mual, muntah.

c. Pola eliminasi
-

Nokturia

Perubahan pola berkemih.

Konstipasi

d. Pola aktivitas dan latihan


-

Fatigue

Penurunan toleransi beraktivitas.

Sesak napas.

e. Pola tidur dan istirahat


-

Gangguan pola tidur karena dyspnea dan nokturia.

Paroxymal nokturia, dyspnea

f. Pola kognitif dan persepsi sensori


-

Kurang pengetahuan tentang masalah dan perawatan.

Pengenalan terhadap lingkungan sekitar, orientasi tempat dan waktu.

g. Pola persepsi dan konsep diri


-

Gangguan body image, berhubungan dengan edema.

Kecemasan.

h. Pola peran dan hubungan dengan sesama


-

Kesulitan memenuhi tanggung jawab karena fatigue.

i. Pola reproduksi dan seksual


-

Penurunan libido dan impotensi berhubungan dengan fatigue dan


pengobatan.

j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres.

Kecemasan b.d dyspnea.

Kecemasan b.d penyakit kronis.

Berduka karena kehilangan peran dan fungsi.

Kesiapan menghadapi kematian.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan cardiac output b.d penurunan kontraktilitas gangguan irama
jantung overload cairan atau peningkatan after load.
b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d penurunan perfusi ginjal.
c. Intoleransi beraktivitas b.d penurunan cardiac output, Hb yang meningkat.
d. Kurang pengetahuan b.d proses penyakit dan perawatan.
e. Ansietas b.d dyspnea, takut kematian.
f. Gangguan

pola

tidur

b.d

nokturnal,

dyspnea,

ketidakmampuan

menyesuaikan posisi yang tidak nyaman.


3. Perencanaan Keperawatan
a. Penurunan cardiac output b.d penurunan kontraktilitas, gangguan irama
jantung overload volume cairan atau peningkatan afterload.
HYD : Mempertahankan cardiac output yang optimal ditandai dengan :
-

HR < 100 x/menit.

TD sistolik optimal, ditandai dengan capillary refill < 3 detik


dan tidak ada periperal edema.

Tidak ada BJ III.

Intervensi keperawatan :
1) Monitor dan dokumentasikan HR, TD.
R/ salah satu tanda gagal jantung adalah peningkatan HR, adanya BJ
III

atau

murmur

menandakan

peningkatan

volume

cairan.

Penurunan TD menandakan penurunan CO.


2) Berikan obat jantung sesuai instruksi dokter dan dokumentasikan reaksi
pasien.
R/ agent farmakoterapeutik mengubah preload, kontraktilitas atau after
load.
3) Observasi tanda dan gejala hipoxemia seperti confusion, dyspnea,
disritmia, takikardi dan cyanosis.

R/ pasien yang dyspnea menggunakan otot aksesoris.


4) Berikan istirahat yang adekuat dengan memonitor level suara
membatasi pengunjung.
R/ istirahat mengurangi konsumsi myocardial oksigen.
5) Monitor status cairan.
R/ volume cairan dapat meningkatkan kerja jantung.
6) Kurangi rasa takut dan kecemasan.
R/ takut dan cemas mengaktifkan nervus simpatik dan meningkatkan
HR, kontraktilitas myocardial dan vasokonstriksi.
b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d penurunan perfusi ginjal dan
therapi diuretik.
HYD : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal.
Intervensi keperawatan :
1) Monitor level sodium dan potasium.
R/ hiponatremia

dapat

menyebabkan

penurunan

tekanan

darah,

hipokalemia dapat menyebabkan fatigue, ileus, ventrikel fibrilasi.


2) Timbang BB seminggu sekali.
R/ mengetahui adanya ketidakseimbangan cairan dalam tubuh.
3) Observasi intake dan output.
R/ untuk menentukan intervensi yang sesuai untuk dilakukan.
4) Berikan batasan cairan.
R/ untuk menghindari terjadinya edema (kelebihan cairan).

c. Intoleransi aktivitas b.d penurunan cairan output.


HYD : Pemenuhan kebutuhan aktivitas dasar terpenuhi tanpa peningkatan
beban kerja jantung
Intervensi keperawatan :
1) Pertahankan kestabilan jantung dengan mengevaluasi CO, HR.
R/ aktivitas menyebabkan peningkatan kontraktilitas myocardia.
2) Jadwalkan program aktivitas ketika keadaan pasien sudah stabil.
R/ bedrest memiliki efek peningkatan resiko atelektasis dan pneumonia
dan kerusakan integritas kulit.
3) Evaluasi kemampuan pasien beraktivitas.

R/ aktivitas berlebihan meningkatkan kerja jantung.


4) Berikan anti koagulan sesuai instruksi.
R/ heparin mencegah pembentukan fibrin.
5) Hindari kondisi yang berhubungan dengan valsava maneuver.
R/ valsava

maneuver

meningkatkan

tekanan

intrakranial

dan

menurunkan aliran darah balik ke jantung.


d. Kurang pengetahuan b.d proses penyakit dan perawatan.
HYD : Pengetahuan pasien bertambah ditandai dengan :
-

Pasien dapat mengulang kembali penyuluhan perawat.

Pasien dapat merubah pola hidupnya.

Intervensi keperawatan :
1) Berikan penyuluhan pada pasien.
R/ menambah pengetahuan pasien.
2) Jelaskan tentang batasan makanan/minuman.
R/ pasien mengerti pentingnya diet yang dilakukan.
3) Tekankan pentingnya memonitor tanda dan gejala peningkatan gagal
jantung.
R/ deteksi awal mengidentifikasi perkembangan penyakit.
4) Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang rencana asuhan.
R/ pasien dengan CHF ada resiko terkena komplikasi kardiovaskuler.
e. Ansietas b.d dyspnea, takut akan kematian.
HYD : -

Pasien akan mengekspresikan ansietas pada orang di sekitarnya.

Berkurangnya perasaan takut dan khawatir tentang keadaannya.

Intervensi keperawatan :
1) Berikan lingkungan yang mendorong terciptanya diskusi terbuka
tentang perasaannya.
R/ lingkungan yang mendukung menciptakan suasana yang enak untuk
berdiskusi.
2) Ikut sertakan sistem pendukung pasien dan libatkan sumber.
R/ pasien lebih terbuka dan mau mengungkapkan perasaannya.
3) Berikan waktu pasien untuk mengekspresikan dirinya.
R/ memberikan waktu, pasien agar lebih tenang.

4) Observasi ekspresi wajah dan tingkah laku mengenai ketakutannya


terhadap kematian.
R/ untuk mengetahui apakah pasien telah menerima keadaannya.
f. Gangguan pola tidur b.d nokturnal, dyspnea, ketidakmampuan untuk
menyesuaikan posisi tidur yang tidak nyaman.
HYD : Kebutuhan tidur klien terpenuhi ditandai dengan :
-

Tidak tampak menguap

Tidak ada lingkaran hitam di mata.

Intervensi keperawatan :
1) Jelaskan penyebab nokturnal, dyspnea.
R/ untuk mengurangi kegelisahan yang disebabkan karena bangun
lebih awal pada saat nafas sesak.
2) Jelaskan pada pasien posisi tidur dengan menggunakan 2 bantal/lebih.
R/ memberikan rasa nyaman dan untuk mengatasi sesak.
3) Anjurkan pasien untuk minum diuretik sesuai dosis yang dianjurkan.
R/ mengurangi pengeluaran urine pada malam hari.
4. Discharge Planning
Penyuluhan pasien gagal jantung kongestif adalah :
a. Istirahat cukup
1) Istirahat teratur setiap hari.
2) Memperpendek waktu kerja bila memungkinkan.
3) Menghindari kecemasan emosional.
b. Menerima kenyataan bahwa pemakaian digitalis dan pembatasan natrium/
garam mungkin harus dialami seumur hidup.
1) Minum digitalis sesuai dosis.
2) Minum diuretik sesuai resep.
-

Menimbang BB setiap hari.

Mengetahui tanda dan gejala kehilangan kalium.

3) Minum vasodilator sesuai resep.


-

Belajar mengukur TD sendiri dengan interval yang dianjurkan.

Mengetahui tanda dan gejala hipotensi ortostatik.

c. Pembatasan natrium
d. Melakukan aktivitas yang masih toleran sesuai beban jantung.

10

e. Menghindari panas dan dingin yang berlebihan yang akan meningkatkan


kerja jantung.
B. PATOFLOWDIAGRAM

Kelainan otot jantung


Hipertensi sistemik
Embolus paru
Aritmia
Anemia
Penyakit tiroid

CO

(DP1)

Kompensasi Jantung

Tek ventrikel

Stimulasi saraf simpatis

Tek. Perfusi ginjal

Tek ventrikel
meregang

Peningkatan pelepasan
epinefrin & norepinefrin

Sekresi aldosteron

Retensi urine & cairan

Peningkatan vasokonstriksi
vaskuler

Retensi urine & cairan

Kontraktilitas miokard

HR

Vol. Cairan intra


vaskuler

Preload
Kebutuhan O2
Hipoxia
Vol. Sirkulasi
Preload & afterload
Hipertrofi ventrikel kiri
Kontraktilitas (DP1)

Gagal jantung kiri


(dyspnea, kecemasan, gelisah,
takikardi)
DP III, IV, V

Pulmonari edema
Tek. Pembuluh darah
Gagal jantung kanan
Aliran balik ke atrium
dan sirkulasi

Hepatomegali
Edema perifer

Splenomegali

11

BAB III
PENGAMATAN KASUS

Pengkajian dilakukan pada Tn. Y.L.B yang berusia 53 tahun, agama Kristen,
suku Tionghoa Jawa, status belum menikah di unit Fransiskus RS. Sint Carolus.
Pada tanggal 18 Maret 2004 klien dibawa ke URSJU Sint Carolus dengan keluhan
sesak napas dan lemas. Diagnosa dari dokter yaitu CHF dan dianjurkan untuk
dirawat. Therapi yang diberikan yaitu Fargoxin 3x1, Letonal 100 mg 3x1,
Fasorbid 5 mg 3x1, Xanax 0,25 mg 1x1, Injeksi Farsix 1x1 amp iv.
Saat pengkajian tanggal 24 Maret 2004 klien mengeluh sesak napas
berkurang, lemas masih ada, dan suka menahan lapar. Keadaan umum klien
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. Saat observasi tanda-tanda vital
didapatkan TD 140/90 mmHg, S : 37 6 oC, N : 80 x/menit, HR : 104 x/menit, P : 22
x/menit, dan didapati suara tambahan ronchi.
Pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan karena sudah dilakukan di RS.
Husada pada tanggal 3 & 5 Maret 2004. Hasilnya yaitu 3-3-2004 ; Hb 14,6, leuko:
30.600, Ht : 45, Tb : 147.000, CPK 236, CKMB 153, Ureum 31, Kreatinin : 1,2,
GDS : 148. Tanggal 5-3-2004 : Hb : 13,16, leukosit 50.100, Fibrinogen 168, CPK:
146, CKMB : 37, SGOT : 75, SGPT : 123, Trigliserida 203, Cholesterol 145,
HDL: 7, LDL : 24, Uric acid 4,1 dan CRP Kuantitatif 33,4.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan bentuk abdomen asimetris,
tanda nyeri umum di bagian kwadrant atas. Pelebaran hepar 3 jari, perabaan keras,
tepi tumpul dan permukaan rata. Pada pemeriksaan paru dan pernapasan
didapatkan batas paru hepar 1CS S, Vocal fremitus paru kanan lebih bergetar dari
paru kiri.
Tindakan yang sudah dilakukan perawat yaitu mengobservasi tanda-tanda
vital, pemberian batasan cairan 1500 / 24 jam, pemberian diit lunak dan RG,
memberikan obat sesuai instruksi.
Diagnosa yang didapatkan pada klien yaitu penurunan CO b.d penurunan
kontraktilitas, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d penurunan perfusi
ginjal, kurang pengetahuan b.d proses penyakit dan perawatan, ansietas b.d
dyspnea, takut kematian, gangguan pola tidur b.d nokturnal, dyspnea. Masalah
baru yang didapat yaitu nyeri b.d peningkatan asam lambung.

12

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Setelah melakukan pengamatan kasus dan studi kepustakaan, penulis


menemukan adanya persamaan dan perbedaan antara teori dengan kasus yang
didapat.

Pengkajian
Saat melakukan pengkajian pada Tn. Y.L.B / 53 tahun di unit Fransiskus
dengan diagnosis CHF didapatkan tanda dan gejala yang sama dengan teori
yaitu dispnea, mudah lelah, gelisah dan cemas, hepatomegali dan nokturia.
Tanda yang tidak didapat yaitu batuk, edema, anoreksia, peningkatan JVP,
takikardi. Pemeriksaan diagnostik yang telah dilakukan yaitu foto thorax saat
dirawat di RS. Husada tanggal 4-3-2004 dengan hasil jantung membesar ke
kiri, cardiomegali, HHD, LVH. Paru : ada tanda-tanda bendungan.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang didapatkan dari teori yaitu :
1. Penurunan cardiac output b.d penurunan kontraktilitas gangguan irama
jantung, overload volume cairan atau peningkatan afterload.
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d penurunan perfusi ginjal.
3. Intoleransi beraktivitas b.d penurunan cardiac output, Hb yang meningkat.
4. Kurang pengetahuan b.d proses penyakit dan perawatan.
5. Ansietas b.d dyspnea, takut kematian.
6. Gangguan

pola

tidur

b.d

nokturnal,

dyspnea,

ketidakmampuan

menyesuaikan posisi yang tidak nyaman.


Dari keenam diagnosa yang ada pada teori, penulis tidak mengangkat
DP ketiga yaitu intoleransi beraktivitas. Pada klien ditemukan masalah baru
yaitu nyeri b.d peningkatan asam lambung.

Perencanaan
Perencanaan yang dibuat disesuaikan antara teori dengan kondisi klien.
Dalam membuat perencanaan masih kurang optimal sehingga perlu bimbingan
baik dari pembimbing bangsal maupun dari pendidikan. Rencana yang dibuat
diharapkan dapat diimplementasikan sesuai dengan masalah yang ada pada
klien.

13

Implementasi
Tidak semua rencana keperawatan dapat diimplementasikan karena
beberapa hal seperti keterbatasan waktu. Klien pulang saat pengkajian hari
kedua sehingga ada rencana yang belum dapat dilaksanakan.

Evaluasi
Saat evaluasi klien akan pulang dan tidak ada keluhan dari klien yang
perlu intervensi selanjutnya. Sehingga semua perencanaan distop, hanya
rencana DP I yang dilanjutkan yaitu pemberian therapi obat dilanjutkan di
rumah.

14

BAB V
KESIMPULAN

CHF yaitu penyakit/sindroma dimana jantung tidak mampu memompa


darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan O 2 dan nutrisi
lain.
Pada Tn. Y.L.B, klien yang dikaji didapatkan kriteria bahwa klien telah
mengalami gagal jantung kanan dan kiri. Tanda dan gejala yang ada yaitu
dyspneu, mudah lelah, gelisah dan cemas, hepatomegali dan nokturia.
Penyuluhan yang telah diberikan kepada klien, yaitu :
1. Olahraga secara rutin selama 30 menit.
2. Hindari pekerjaan berat.
3. Makan makanan yang mengandung sedikit garam.
4. Hindari merokok dan minum alkohol.
5. Menghindari stres berlebihan.
6. Memeriksakan diri ke dokter secara teratur.
Perawatan pada pasien CHF mempunyai tujuan agar orang dengan CHF
dapat hidup normal dan sehat.

15

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo. Keperawatan Medikal Bedah .
Jakarta : EGC, 2001.
Chung, Edward K. Cardiovascular Diseases . USA. 1987.
Doengoes, Marilynn E. Alih bahasa, I Made Kariasa. Rencana Asuhan
Keperawatan . Jakarta : EGC, 1999.
Lewis. Medical Surgical Nursing : Assessment & Management of Clinical
Problem. Missouri : Mosby Inc, 2000.
R. Sjamsuhidayat. Win de Jong. Ilmu Bedah. Jakarta : FKUI, 1997.
Thompson. Mc. Farland Hirsh Tucker. Clinical Nursing . USA, 2002.

16

You might also like