Professional Documents
Culture Documents
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny.An
Umur
: 48 tahun
Alamat
: Tanjung Belitung
Agama
: Islam
No RM
: 218089
Pendidikan
: SD
ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis dengan pasien
Tanggal
Tidak ada keluhan pada BAK . Nyeri saat berkemih disangkal. Keluhan kencing berpasir
atau warna merah disangkal.
Keluhan lain seperti demam atau batuk lama disangkal oleh pasien. Riwayat TBC
disangkal.
Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada
TBC disangkal
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada
Riwayat pengobatan :
Diurut di tukang urut
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi
: 80 x/menit
Frekuensi Napas
: 24 x/menit
Suhu tubuh
: 36,5oC
Assesment Nyeri
VAS
: 7-8
Karakteristik
: Tertusuk, tersetrum
Lokasi
: Pinggang kiri, menjalar ke kaki kiri sampai telapak kaki kiri
Durasi
: <1 menit
Frekuensi
: Irreguler
Kepala
: normocephali
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
iktus
Palpasi
: Sela iga normal, tidak teraba massa, iktus cordis teraba pada sela iga IV
linea midklavikularis kiri
Paru-paru
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Rektum
Genitalia
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
Status Lokalis :
Vertebrae :
Extremitas :
Laseque
Kernig
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak Tersedia
RESUME
Anamnesis:
Ny An, 48 tahun, datang dengan keluhan nyeri pinggang kiri sejak 1 minggu SMRS. Nyeri
hilang timbul, seperti tertusuk dan tersetrum, nyeri alih ( + ) ke kaki kiri. Hal yang memperberat :
berdiri, membungkuk,. Hal yang memperingan : Berbaring miring. Riwayat jatuh (+). Nyeri
bersifat progressif.
Riwayat penyakit dahulu dan keluarga ( - ) , TB disangkal
Riwayat pengobatan ( - )
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital, HR: 88 x/menit, RR : 24 x/menit, T : 36,5oC
Assesment Nyeri
VAS
: 7-8
Karakteristik
: Tertusuk, tersetrum
Lokasi
: Pinggang kiri, menjalar ke kaki kiri sampai telapak kaki kiri
Durasi
: <1 menit
Frekuensi
: Irreguler
Status Lokalis :
Vertebrae :
Extremitas :
Laseque
Kernig
-
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
kelamin.
5
PENATALAKSANAAN
Diagnostik :
- Darah Rutin
- Foto Rontgen Lumbo Sacral AP / Lateral
Terapeutik :
- Bed rest total
- IVFD RL 20 tpm makro
- DC Catheter
- Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
- Inj Ranitidin 50 mg/12 jam
- Oral Gabapentin 100mg /8 jam
FOLLOW UP
T = 36,2C
Hb
: 12.7 g/dl
Eritrosit
: 5.21 juta/l
Lekosit
: 26020/l
Trombosit : 461000/l
Hematokrit
: 37.2%
P:
- IVFD RL 20 tpm makro
- DC Catheter
- Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
- Inj Ranitidin 50 mg/12 jam
- Inj Ceftriaxone 1000mg / 24 jam
- Oral Gabapentin 100mg /8 jam
- Rujuk DR. Sp. OT
Edukasi
1. Motivasi pasien dan keluarga agar dapat mau menerima rujukan
PROGNOSIS
Ad vitam
ad bonam
Ad functionam
dubia ad bonam
Ad santionam
: ad bonam
Tinjauan Pustaka
A. Definisi dan Epidemiologi
Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi
kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphii yang masih dijumpai secara luas di
berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit
ini hanya didapatkan pada manusia. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan
penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene
industri pengolahan makanan yang masih rendah. 1,2
Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan karena
penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat luas. Data
World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta
kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun. 3
Di negara berkembang, kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis dimana
95% merupakan kasus rawat jalan sehingga insidensi yang sebenarnya adalah 15-25 kali
lebih besar dari laporan rawat inap di rumah sakit. Di Indonesia kasus ini tersebar secara
merata di seluruh propinsi dengan insidensi di daerah pedesaan 358/100.000
penduduk/tahun dan di daerah perkotaan 760/100.000 penduduk/ tahun atau sekitar 600.000
dan 1.5 juta kasus per tahun. Umur penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan antara 319 tahun pada 91% kasus. 3,4
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi
pada anak. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas
(40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%).
B. Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh jenis salmonella tertentu yaitu S. typhi, S. paratyphi
A, dan S. paratyphi B dan kadang-kadang jenis salmonella yang lain. Demam yang
disebabkan oleh S. typhi cenderung untuk menjadi lebih berat daripada bentuk infeksi
salmonella yng lain.(5) Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang bersifat
motil, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul. Kebanyakan strain meragikan glukosa,
manosa dan manitol untuk menghasilkan asam dan gas, tetapi tidak meragikan laktosa dan
10
sukrosa. Organisme salmonella tumbuh secara aerob dan mampu tumbuh secara anaerob
fakultatif. Kebanyakan spesies resistent terhadap agen fisik namun dapat dibunuh dengan
pemanasan sampai 54,4 C (130 F) selama 1 jam atau 60 C (140 F) selama 15 menit.
Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama beberapa hari
dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam sampah, bahan makanan kering,
dan bahan tinja. 5
Pada awal minggu kedua dari penyakit demam tifoid terjadi nekrosis superfisial
yang disebabkan oleh toksin bakteri atau yang lebih utama disebabkan oleh sumbatan
pembuluh-pembuluh darah kecil oleh hiperplasia sel limfoid (disebut sel tifoid). Mukosa
yang nekrotik kemudian membentuk kerak, yang dalam minggu ketiga akan lepas sehingga
terbentuk ulkus yang berbentuk bulat atau lonjong tak teratur dengan sumbu panjang ulkus
sejajar dengan sumbu usus. Pada umumnya ulkus tidak dalam meskipun tidak jarang jika
submukosa terkena, dasar ulkus dapat mencapai dinding otot dari usus bahkan dapat
mencapai membran serosa.5
Pada waktu kerak lepas dari mukosa yang nekrotik dan terbentuk ulkus, maka
perdarahan yang hebat dapat terjadi atau juga perforasi dari usus. Kedua komplikasi tersebut
yaitu perdarahan hebat dan perforasi merupakan penyebab yang paling sering menimbulkan
kematian pada penderita demam tifoid. Meskipun demikian, beratnya penyakit demam tifoid
tidak selalu sesuai dengan beratnya ulserasi. Toksemia yang hebat akan menimbulkan
demam tifoid yang berat sedangkan terjadinya perdarahan usus dan perforasi menunjukkan
bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Sedangkan perdarahan usus dan perforasi
menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Pada serangan demam tifoid yang
ringan dapat terjadi baik perdarahan maupun perforasi.5
Pada stadium akhir dari demam tifoid, ginjal kadang-kadang masih tetap
mengandung kuman Salmonella spp sehingga terjadi bakteriuria. Maka penderita
merupakan urinary karier penyakit tersebut.5
Akibatnya terjadi miokarditis toksik, otot jantung membesar dan melunak. Anakanak dapat mengalami perikarditis tetapi jarang terjadi endokaritis. Tromboflebitis,
periostitis dan nekrosis tulang dan juga bronkhitis serta meningitis kadang-kadang dapat
terjadi pada demam tifoid.5
13
D. Gejala Klinis
Perbedaan
antara demam tifoid pada anak dan dewasa adalah
Dimusnahkan
mortalitas
dilambung oleh
(kematian)
Lolos dan masuk ke usus
HCL
demam tifoid pada anak lebih rendah bila dibandingkan dengan dewasa. Risiko terjadinya
komplikasi fatal Berkembang
terutamaBiakdijumpai pada anak besar dengan gejala klinis berat, yang
menyerupai kasus dewasa. Demam tifoid pada anak terbanyak terjadi pada umur 5 tahun atau
Nembus sel, epitel terutama sel M
lebih dan mempunyai gejala klinis ringan ataupun tanpa gejala (asimptomatik).7
lamina propira
Masa Menembus
inkubasisampai
rata-rata
bervariasi 7-20 hari. Inkubasi terpendek 3 hari dan terlama 60
hari. Lamanya
masa
berkorelasi
Berkembang
biakinkubasi
& difagosit oleh
selfagosit dengan jumlah kuman yang ditelan, keadaan umum
terutama makrofag
atau status gizi serta status imunologis pasien. Walaupun gejala demam tifoid ini bervariasi
namun secara
garis besar dapat dikelompokan, antara lain :
Kuman hidup dan berkembang biak
-
Gangguan kesadaran.
Masuk ke sirkulasi darah
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai infeksi akut pada umumnya,
Tejadi bakterima I (asymptomatik)
seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, dan konstipasi. Pada
Menyebar keseluruh
organ Relikuloendotelial
hati &badan
splen
pemeriksaan
fisik hanya
didapatkantubuh
suhu
yang meningkat. Setelah minggu kedua
maka gejala dan tanda klinis makin jelas, berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran
Di ogran
S.Typhi perut
hati
danRElimpa,
akan meninggalkan sel fagosit
Masuk kekantung
empedu dari yang ringan
kembung, mungkin disertai gangguan
kesadaran
Berkembang
Demam yang terjadi pada penderita anak tidak selalu tipikal
sepertibiakorang dewasa,
kadang-kadang mempunyai gambaran klasik berupa stepwise pattern, dapat pula mendadak
Di organ RE S.Typhi akan
meninggalkan sel fagosit
Ekskresi bersama
cairannya
empedu
tinggi dan remiten (39-41C) serta dapat juga bersifat ireguler
terutama
pada
bayisecara
dan tifoid
intermitten kedalam lumen usus
lewat feces
berulang 7
deskuamasi epitel sehingga papila lebihProses
prominem.
Sebagian menembus
lumen usus
Merupakan nodul kecil menonjol dengan diameter 2-4cm, berwarna merah pucat, serta
mengandug kuman salmonella dan terutama didapatkan di daerah perut, dada, dan kadangkadang daerah pantat maupun bagian flexor lengan atas.8
14
Limpa pada umumnya sering membesar dan sering ditemukan pada akhir minggu
pertama dan harus dibedakan dengan pembesaran oleh karena malaria. Pembesaran limpa
pada tifoid tidak progresif dengan kosistensi lebih lunak.8
Tifoid kongenital didapatkan dari ibu hamil yang menderita demam tifoid dan
menularkan pada janin melalui darah. Pada umumnya besifat fatal namun pernah dilaporkan
tifoid kongenital dapat hidup dengan gejala tidak khas dan menyerupai sepsis neonatorum.
Pada tipe kongenital kuman dapat ditemukan dalam darah, hati, limpa, serta kelainan
patologis pada usus tidak didapatkan. Hal ini menjelaskan bahwa pada tifoid kongenital
penularannya lewat darah dan secara cepat menimbulkan gejala-gejala tifoid sepsis pada
janin. Demam tifoid pada anak usia < 2 tahun jarang dilaporkan, bila terjadi biasanya
gambaran klinisnya berbeda dengan anak yang lebih besar. Kejadiannya sering mendadak
disertai panas yang tinggi, muntah-muntah, kejang, dan tanda-tanda perangsangan
meningeal. Pada pemeriksaan darah ditemukan leukositosis (20.000-25.000/mm3), limpa
sering teraba pada pemeriksaan fisik. Perjalanan fisiknya lebih pendek, lebih variasi, sering
tidak melebihi minggu, angka kematian yang tinggi (12,5%).7
E. Penegakan Diagnosis
Anamnesis : demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam menetap
(kontinyu) atau remiten pada minggu kedua. Demam terutama sore/malam hari, sakit kepala,
nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare.
Pemeriksaan Fisis : febris, kesadaran berkabut, bradikardia relatif (peningkatan suhu 1C
tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8x/menit), lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan
ujung merah, serta tremor), hepatomegali, splenomegali, nyeri abdomen, roseolae (jarang pada
orang Indonesia).
Laboratorium : dapat ditemukan lekopeni, lekositosis, atau lekosit normal, aneosinofilia,
limfopenia, peningkatan LED, anemia ringan, trombositopenia, gangguan fungsi hati. Kultur
darah (biakan empedu) positif atau peningkatan titer uji Widal 4 kali lipat setelah satu minggu
memastikan diagnosis. Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Uji Widal tunggal
dengan titer antibodi O 1/320 atau H 1/640 disertai gambaran klinis khas menyokong diagnosis.
Penegakan diagnosis demam tifoid didasarkan pada manifestasi klinis yang diperkuat
oleh pemeriksaan laboratorium penunjang. Pemeriksaan ini ditujukan untuk membantu
15
4. Mikrobiologi
Kultur (Gall culture/ Biakan empedu)
Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan Demam Typhoid
atau paratyphoid. Interpretasi hasil : jika hasil positif maka diagnosis pasti untuk Demam
Tifoid atau Paratifoid. Sebalikanya jika hasil negatif, belum tentu bukan Demam Tifoid
atau Paratifoid, karena hasil biakan negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu antara lain jumlah darah terlalu sedikit kurang dari 2mL), darah tidak segera
dimasukan ke dalam medial Gall (darah dibiarkan membeku dalam spuit sehingga kuman
terperangkap di dalam bekuan), saat pengambilan darah masih dalam minggu pertama
sakit, sudah mendapatkan terapi antibiotika, dan sudah mendapat vaksinasi.5,6
Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui karena perlu
waktu untuk pertumbuhan kuman (biasanya positif antara 2 - 7 hari, bila belum ada
pertumbuhan koloni ditunggu sampai 7 hari). Pilihan bahan spesimen yang digunakan
pada awal sakit adalah darah, kemudian untuk stadium lanjut atau carrier digunakan urin
dan tinja.
F. Diagnosis Banding
1) DBD (Demam Berdarah Dengue)
Diagnosa demam berdarah dengue ditegakkan berdasarkan kriteria WHO tahun 1997.WHO telah
membuat penuntun untuk menegakkan diagnosis klinis DBD :7
A. Kriteria klinis :7
1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus
selama 2 7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan :
a. Uji torniquet positip
b. Petekie, ekimosis, purpura.
c. Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau
perdarahan dari tempat lain
d. Hematemesis dan atau melena.
17
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Cleary TG. Salmonella. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Eds. Nelson
Textbook of Pediatrics. Edisi 16. Philadelphia : WB Saunders, 2000:842-8.
2. Rampengan T.H., Laurent I. R. Demam Tifoid. Dalam : Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003 : 53; 59.
3. Risky V. P., Ismoedijanto. Metode Diagnostik Demam Tifoid pada Anak. Available at
http://www.pediatrik.com/buletin/06224114418-f53zji.pdf. Accessed at 13 September 2013.
4. Aru W. Sudoyo, Bambang S., Idrus A., Marcellus S., Siti S. Demam Tifoid. Dalam : Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid II. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006 : 1774.
5. Tirta Swarga. Demam Tifoid. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Muslim Indonesia. 2008.
6. Puspa Wardani, Prihartini, Probohusodo. Kemampuan Uji Tabung Widal Menggunakan
Antigen Import dan Antigen Lokal. Indonesian Journal of Clinical and Medical Labolatory.
12. 1. 2005 : 31-7
7. Rampengan, T.H., Laurentz, I.R : Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. EGC. 2008: 53-72.
8. Darmowandowo W. Demam Tifoid. Dalam : Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Eds.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : Infeksi & Penyakit Tropis, edisi 1. Jakarta : BP FKUI,
2002:367-75.
20
21