Professional Documents
Culture Documents
Kedua aspek tersebut saling berkaitan secara timbal balik dan dinamis
Aturan hukum merupakan konkritisasi kaidah hukum yang dinyatakan dalam bantuk
rumusan pasal-pasal yang menyebabkan kaidah hukum tersebut dapat dikenali,
dipahami, dan diterapkan secara langsung untuk mengatur perilaku tertentu
Setiap aturan hukum memiliki struktur dasar yang terdiri dari unsur-unsur sbb :
1. Subjek kaidah, menunjuk pada subjek hukum yang termasuk ke dalam sasaran
penerapan sebuah pengaturan;
2. Objek kaidah, menunjuk pada peristiwa-peristiwa atau perilaku apa saja yang
hendak diatur dalam aturan hukum tersebut.
3. operator kaidah, menunjuk pada cara bagaimana objek kaidah diatur, misalnya
menetapkan keharusan atau larangan atas perilaku tertentu, memberikan suatu
hak atau membebankan kewajiban tertentu,
4. kondisi kaidah, menunjuk pada kondisi atau keadaan apa yang harus dipenuhi
agar suatu aturan hukum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Keempat unsur kaidah ini bersifat konstitutif yang saling berkait satu sama lainnya,
dan secara bersamaan akan menentukan isi dan wilayah penerapan/ jangkauan
berlakunya suatu aturan hukum tertentu.
Dalam praktek perumusan suatu aturan, susunan keempat unsur struktur kaidah
tersebut tidak harus tersusun secara berurutan, namun keempatnya harus ada dan
dapat diidentifikasi dalam setiap rumusan.
Contoh : ”Setip orang dapat memiliki atau menguasai benda cagar budaya tertentu
dengan tetap memperhatikan fungsi sosialnya”
Subjek kaidah : setiap orang
Objek kaidah : memiliki atau menguasai benda cagar budaya
Operator kaidah : boleh memiliki atau menguasai
Kondisi kaidah : fungsi sosial
Contoh :
Aturan umum abstrak :
”Setiap orang yang melalukan kegiatan usaha, wajib memelihara kelestarian,
kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang”
Atuan Umum-Kongtret
”Semua kegiatan usaha yang diperkirakan mempunyai dampak penting
terhadap lingkungan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan
RKL dan RPL oleh instansi yang berwenang.
Aturan individual-Abstrak
PT Kiani Kertas wajib mentaati baku mutu limbah cair sebagaimana yang
ditentukan di dalam izin pembuangan limbah yang ditetapkan baginya”
Aturan individual-kongkret
”PT Kiani Kertas hanya dapat membuang limbah cair sesuai baku mutu limbah
cair sebagai berikut : BOD 150 mg/L, COD 350 mg/L, Padatan Tersuspensi
Total 150 mg/L dan pH 6-9
TEKNIK PERANCANGAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
(Legislative drafting)
c. Batang Tubuh
1. Ketentuan Umum
2. Materi Pokok Yang Diatur
3. Ketentuan Pidana (Jika diperlukan)
4. Ketentuan Peralihan
5. Ketentuan Penutup
d. Penutup
e. Penjelasan (jika Diperlukan
f. Lampiran (bila diperlukan).
B.PENAMAAN/JUDUL PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
a. Penamaan atau judul (sebagai identitas) adalah bagian awal dari
peraturan perundang-undangan yang harus :
1. Memuat keterangan mengenai jenis, nomor, tahun
pengundangan atau penetapan, dan nama peraturan
perundang-undangan.
2. Dibuat secara singkat dan mencerminkan isi Peraturan
Perundang-undangan.
3. Ditulis seluruhnya dengan huruf capital yang diletakan
di tengan margin dan tidak diakhiri tanda baca
Contoh :
Contoh :
Contoh :
Contoh :
Contoh :
C. P E M B U K A A N
Pembukaan Peraturan Perundang-undangan
terdiri atas :
a. Frase DenganRahmat Tuhan Yang Maha esa;
b. Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-
undangan;
c. Konsideran;
d. Dasar Hukum;
e. Diktum
Contoh :
Contoh :
D. Dasar Hukum
a. diawali dengan kata Mengingat
b. Memuat dasar kewenangan pembuatan Peraturan Perundang-
undangan yang memerintahkan pembuatan peraturan perundang-
undangan tersebut
c. Yang digunakan sebagai dasar hukum hanya Peraturan
Perundang-undangan yang derajatnya sama atau yang lebih tinggi
d. Peraturan Perundang-undangan yang akan dicabut, yang akan
dibentuk, atau yang sudah diundangkan tetapi belum resmi
berlaku, tidak dicantumkan sbg dasar hukum
e. Jika peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar lebih
dari satu, urutan pencantuman perlu memperhatikan tata urutan
peraturan perundang-undangan, dan jika tingkatannya sama
disusun secara kronologis berdasarkan saat pengundangan dan
penetapannya.
f. Dasar hukum dari pasal dalam UUD 1945, ditulis dengan
menyebut pasal atau bebera pasal yang berkaitan dengan frase
UUD 1945
Contoh :
Contoh :
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Contoh :
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH ................
(nama daerah)
dan
GUBERNUR ...........
(nama daerah)
MEMUTUSKAN :
b. Kata Menetapkan
Contoh :
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG
PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA
PUSAT DAN DAERAH.
d. Batang Tubuh
1. Batang tubuh peraturan Perundang-undangan memuat semua
substansi Peraturan Perundang-undangan yang dirumuskan dalam
pasal-pasal.
2. Pada umumnya substansi dalam batang tubuh dikelompokkan ke
dalam.
a. Ketentuan Umum;
b. Materi Pokok Yang Diatur;
c. Ketentuan Pidana (Jika diperlukan);
d. Ketentuan Peralihan (Jika diperlukan);
e.Ketentuan Penutup
10. Buku diberi nomor urut bilangan tingkat dan judul seluruhnya ditulis
dengan huruf kapital.
Contoh :
BUKU KETIGA
PERIKATAN
11. Bab diberi nomor urut dengan angka Romawi, dan judul bab yang
seluruhnya ditulis dengan huruf kapital.
Contoh :
BAB I
KETENTUAN UMUM
12. Bagian diberi nomor urut dengan bilangan tingkat yang ditulis dengan
huruf dan diberi judul
13. Huruf awal kata bagian, urutan bilangan, dan setiap kata pada judul
bagian ditulis dengan huruf kapital, kecuali huruf awal kata partikel
yang tidak terletak pada awal frase.
Contoh :
Bagian Kelima
Persyaratan Teknis Kendaraan Bermotor,
Kereta Gandengan, dan Kereta Tempelan
14. Paragraf diberi nomor urut dengan angka Arab dan diberi judul.
Huruf awal Paragraf termasuk judulnya ditulis dengan huruf kapital,
kecuali awal kata partikel yang tidak terletak pada awal frase
Contoh :
Paragraf 1
Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim
15. Pasal memuat satu norma dan dirumuskan dalam satu kalimat yang
disusun secara singkat, jelas, dan lugas. Pasal diberi nomor urut
dengan angka Arab.
16. Materi Peraturan perundang-undangan lebih baik dirumuskan dalam
banyak pasal yag singkat dan jelas daripada ke dalam beberapa pasal
yang masing-masing pasal memuat banyak ayat, kecuali jika materi
yang menjadi isi pasal itu merupakan satu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan.
17. Huruf awal pasal yang digunakan sebagai acuan ditulis dengan uruf
kapital.
Contoh :
Pasal 34
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dan Pasal 26
tidak meniadakan kewajiban membayar ganti kerugian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55
22. Jika satu pasal atau ayat memuat rincian unsur, maka di samping
dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan rincian, dapat pula
dipertimbangkan penggunaan rumusan dalam bentuk tabulasi.
Contoh :
Pasal 17
Yang diberi hak pilih ialah warga negara Indonesia yang telah berusia
17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin dan telah terdaftar pada daftar
pemilih.
Isi pasal tersebut dapat lebih mudah dipahami jika drumuskan sebagai
berikut :
Contoh rumusan tabulasi :
Pasal 17
Yang dapat diberi hak pilih ialah warga negara Indonesia yang :
a. Telah berusia 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin; dan
b. Telah terdaftar pada daftar pemilih.
23. Dalam membuat rumusan pasal atau ayat dengan bentuk tabulasi,
hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. setiap rincian harus dapat dibaca sebagai slah satu rangkaian
kesatuan dengan frase pembuka;
b. setiap rincian diawali dengan huruf (abjad) kecil dan diberi tanda
baca titik;
c. setiap frase dalam rincian diawali dengan huruf kecil;
d. setiap rincian diakhiri dengan tanda baca titik koma.
e. Jika suatu rincian dibagi lagi ke dalam unsur yang lebih kecil,
maka unsur tersebut dituliskan masuk ke dalam.
f. di belakang rincian yang masih mempunyai rincian lebih lanjut
diberi tanda baca titik dua;
g. pembagian rincian (dengan urutan makin kecil) ditulis dengan
abjad kecil yang diikuti tanda baca titik; angka arab diikuti tanda
baca titik; abjad kecil dengan tanda baca kurung tutup; angka Arab
diberi tanda baca kurung tutup;
h. pembagian rincian hendaknya tidak melebihi empat tingkat, perlu
dipertimbangkan pemecahan pasal yang bersangkutan ke dalam
pasal atau ayat lain.
24. Jika unsur atau rincian dalam tabulasi dimaksudkan sebagai rincian
kumulatif, ditambah kata dan yang diletakan di belakang rincian
kedua dri rincian terakhir.
25. Jika rincian dalam tabulasi dimaksudkan sebagai rincian alternatif
ditambahkan kata atau yang diletakkan diletakan di belakang rincian
kedua dari rincian terakhir.
26. Jika rincian dalam tabulasi dimaksudkan sebagai rincian kumilatif
dan alternatif ditambahkan kata dan/atau yang diletakkan diletakan
di belakang rincian kedua dari rincian terakhir.
27. Kata dan, atau, dan/atau tidak perlu diulangi pada akhir setiap unsur
atau rincian
Ketentuan Umum;
2. Ketentuan umum diletakkan dalam bab kesatu. Jika Peraturan
Perundang-undangan tidak dilakukan pengelompokkan bab,
ketentuan umum diletakkan dalam pasal-pasal awal.
3. Ketentuan umum dapat memuat lebih dari satu pasal
4. Ketentuan umum berisi :
a. Batasan pengertian atau definisi;
b. Singkatan atau akronim yang digunakan dalam peraturan;
c. Hal-hal yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal berikutnya
antara lain ketentuan yang mencerminkan asas, maksud, dan
tujuan.
5. Frase pembuka dalam ketentuan umum undang-undang berbunyi :
- Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :
6. Frase pembuka dalam ketentuan umum Peraturan perundang-
undangan di bawah Undang-Undang disesuaikan dengan jenis
peraturannya.
7. Jika ketentuan umum memuat batasan pengertian atau definisi,
singkatan atau akronim lebih dari satu, maka masing-masing
uraiannya diberi nomor urut dengan angka Arab dan diawali dengan
huruf kapital serta diakhiri dengan tanda baca titik.
8. Kata atau istilah yang dimuat dalam ketentuan umum hanyalah kata
atau istilah yang digunakan berulang-ulang di dalam pasal
selanjutnya.
9. Jika kata atau istilah digunakan hanya satu kali, namun diperlukan
pengertiannya untuk satu bab, bagian atau paragraf terrtentu,
dianjurkan agar kata tersebut diberi definisi.
10. Jika suatu batasan pengertian atau definisi perlu dikutip kembali
dalam ketentuan umum suatu peraturan pelaksana, maka rumusan
batasan tersebut harus sama dg peraturan yang lebih tinggi.
11. Karena batasan pengertian atau definisi tersebut, singkatan atau
akronim berfungsi menjelaskan makna suatu kata atau istilah, maka
batasan tersebut tidak perlu diberi penjelasan sehingga menimbulkan
pengertian ganda.
12. Urutan penempatan kata atau istilah dalam ketentuan umum
mengikuti ketentuan sebagai berikut :
a. Pengertian yang mengatur lingkup umum ditempatkan lebih dahulu
dari yang berlingkup khusus;
b. Pengertian yang terdapat terlebih dahulu di dalam materi pokok
yang diatur, ditempatkan dalam urutan yang lebih dulu; dan
c. Pengertian yang mempunyai kaitan dengan pengertian di atasnya
diletakkan berdekatan secara berurutan.
Catatan :
Pada dasarnya setiap peraturan perundang-undangan mulai berlaku
pada saat peraturan yang bersangkutan diundangkan dan
diumumkan;
Penyimpangan terhadap hal itu hendaknya dinyatakan secara tegas
di dalam peraturan yang bersangkuttan, yaitu dengan menentukan
tanggal tertentu saat peraturan akan mulai berlaku.
a. Penutup
1. Penutup adalah bagian akhir suatu peraturan perundang-undangan
yang memuat :
a. Rumusan pengundangan atau pengumuman;
b. Penandatanganan
2. Rumusan perintah pengundangan bagi peraturan perundang-
undangan yang harus dimuat dalam Lembaran Negara Berbunyi :
“Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan perundang-
undangan...(Jenis Peraturan Perundang-undangan)... ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia”
3. Untuk Peraturan perundang-undangan yang harus dimuat dalam
Berita negara Republik Indonesia rumusannya berbunyi :
“Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengumuman...
(Jenis Peraturan Perundang-undangan)... ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia”
4. Penandatanganan pengesahan (untuk undang-undang) atau
penetapan (untuk PP, Keppres dsb) peraturanperundang-undangan
memuat :
a. Tempat dan tanggal pengesahan atau penetapan;
b. Nama jabatan’\;
c. Tanda tangan pejabat
d. Nama lengkappejabat yang menandatangani tanpa gelar dan/atau
pangkat
5. Akhir bagian penutup dicantumkan tahun dan nomor Lembaran
Resmi atau lembaran tempat pemuatan peraturan perundang-
undangan
2. PILIHAN KATA/ISTILAH
3. TEKNIK PENGACUAN