Professional Documents
Culture Documents
dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria
(Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan
pada
semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa. Berikut gambaran peta
endemisitas malaria per kabupaten/kota di Indonesia.
Dari gambaran peta dan tabel endemisitas malaria di kabupaten/kota terlihat
penurunan jumlah daerah endemis tinggi dimana pada tahun 2011 kabupaten/kota
yang
termasuk daerah endemis tinggi sebanyak 18%, pada tahun 2012 sebanyak 16% dan
pada
tahun 2012 menjadi 14%. Sebaliknya, persentase kabupaten/kota dengan endemisitas
rendah
meningkat. Gambar 6.34 berikut ini memperlihatkan perubahan persentase endemisitas
malaria tahun 2011-2013.
Secara nasional angka kesakitan malaria selama tahun 20052013 cenderung menurun
yaitu dari 4,1 per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2005 menjadi 1,38 per 1.000
penduduk
berisiko pada tahun 2013. Sementara target Rencana Strategi Kementerian Kesehatan
untuk
angka kesakitan malaria (API/annual parasite incidence) tahun 2013 <1,25 per 1.000
penduduk
berisiko. Dengan demikian cakupan API 2013 tidak mencapai target Renstra 2013.
Penurunan
API tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Tiga provinsi dengan API tertinggi yaitu Papua (42,65), Papua Barat (38,44) dan Nusa
Tenggara Timur (16,37). Sedangkan provinsi dengan API terendah yaitu DKI Jakarta, Bali,
dan
Jawa Timur. Pada tahun 2013 di DKI Jakarta dan Bali tidak ditemukan kasus positif
malara,
sedangkan di Jawa Timur hanya ditemukan 7 kasus. Secara nasional, sebesar 85%
sediaan
darah dites dengan pemeriksaan mikroskopis dan 15% lainnya dites dengan Rapid
Diagnostic
Test (Lampiran 6.25).
Menurut Riskesdas 2013, insiden malaria berdasarkan diagnosis sebesar 0,35% atau 3,5
per 1.000 penduduk. Pada survei ini 3 provinsi dengan insiden tertinggi sama dengan
hasil
laporan rutin yaitu Papua (6,1%), Papua Barat (4,5%), dan Nusa Tenggara Timur (2,6%).
Sementara insiden malaria berdasarkan diagnosis/gejala sebesar 1,9% atau 19 per
1.000
penduduk.
16
Strategi
Strategi utama berdasarkan peta epidemiologis endemisitas malaria :
Pedoman Manajemen Malaria
17
1.
18
9.
40
Memakai Kelambu
Memakai kelambu berguna untuk mencegah terjadinya penularan
(kontak langsung manusia dengan nyamuk) dan membunuh nyamuk
yang hinggap pada kelambu. Saat ini upaya
pengendalian
malaria
menggunakan
kelambu
berinsektisida
(Long
Lasting Insecticidal
Nets/LLINs) yang umur residu efektifnya relatif lama yaitu lebih dari 3
tahun. Distribusi kelambu dilakukan pada semua penduduk terutama di
daerah endemis tinggi. Selain itu perlu juga dilindungi kelompok
masyarakat yang berada sementara di daerah risiko
penularan
(tentara, pekerja musiman, mahasiswa, peneliti, dan lain-lain). Halhal yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan efektifitas
penggunaan kelambu adalah kesadaran dan kemauan masyarakat dalam
pemakaian kelambu. Selain itu perlu dipertimbangkan kebiasaan nyamuk
menggigit dan istirahat di dalam rumah (endofilik dan endofagik) serta
kebiasaan tidur masyarakat lebih cepat dari puncak aktifitas gigitan
nyamuk. Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap rumah tangga atau
keluarga yang mendapat kelambu dengan cakupan lebih dari 90%.
Evaluasi entomologi dilakukan untuk mengetahui lamanya efektifitas
kelambu berinsektisida.
3.
Melakukan Larviciding
Kegiatan ini dilakukan antara lain dengan menggunakan jasad renik yang
bersifat patogen terhadap larva nyamuk sebagai biosida seperti: Bacillus
thuringiensis subsp. israelensis (Bti) dan larvisida Insect Growth Regulator
(IGR).
Melakukan larviciding
dengan Bti
Mekanisme infeksi Bti terhadap jentik (larva) nyamuk adalah setelah
larva memakan atau menelan kristal endotoksin Bti, maka kristal
tersebut akan mengikatkan diri pada reseptor yaitu dinding usus larva
nyamuk. Kristal endotoksin akan larut pada cairan usus yang bersifat
alkali (basa), sehingga mengakibatkan sel epitel usus rusak dan larva
berhenti makan, lalu mati.
Sasarannya adalah larva nyamuk yang masih aktif makan (terutama
larva stadium/instar satu dan dua) di tempat perindukan yang luas dan
bersifat permanen. Waktu aplikasi dengan interval setiap 2 minggu
atau bulanan sesuai dengan formulasinya. Jumlah aplikasi tergantung
pada lamanya genangan air yang potensial menjadi tempat
41
5.
UPAYA PENCEGAHAN
Upaya pencegahan agar terhindar dari penularan malaria, antara lain:
1.
4.
Penggunaan repelan
Repelen merupakan bahan aktif yang mempunyai kemampuan untuk
menolak serangga (nyamuk) mendekati manusia, mencegah terjadinya
kontak langsung nyamuk dan manusia, sehingga manusia terhindar dari
penularan penyakit akibat gigitan nyamuk. Bahan repelen dapat
langsung diaplikasikan ke kulit, pakaian atau permukaan lainnya untuk
mencegah atau melindungi diri dari gigitan nyamuk. Repelen berbentuk
lotion dianggap praktis karena dapat digunakan pada kegiatan di luar
rumah (outdoor). Repelen dikatakan baik apabila:
Nyaman digunakan di kulit tubuh, tidak menyebabkan iritasi, tidak
menimbulkan rasa
panas atau terasa lengket di kulit
Melindungi kulit lebih lama karena bahan aktifnya terurai
secara perlahan
Praktis atau mudah digunakan saat kegiatan di dalam
maupun di luar rumah
- Berbahan dasar alami, aman dan bebas racun, ramah
lingkungan dan tidak menimbulkan efek samping
Dibuat dari bahan yang
berkualitas baik.
5.
Penutup badan
Apabila melakukan kegiatan di luar rumah malam hari terutama di daerah
endemis malaria (memancing, ronda malam, berkemah, masuk hutan)
perlu perlindungan diri dari gigitan nyamuk dengan repelan atau
memakai baju lengan panjang dan celana panjang. Penggunaan pakaian
penutup badan ini sangat membantu dalam mencegah gigitan nyamuk
sehingga dapat terhindar dari penularan penyakit.
INTERVENSI