You are on page 1of 50

ASMA

Drug Category
Pharmacist Role
2 agonis Short acting Peringatan untuk pasien khusus: pergunakan dengan perhatian untuk
(salbutamol, terbutalin)
pasien dengan diabetes mellitus, hipertiroidisme, hipertropi prostat (karena efedrin) atau riwayat
seizure, geriatri, psikoneurotik, riwayat asma bronkial dan emfisema pada penyakit jantung
degeneratif (karena efinefrin). Pada pasien dengan status asmatikus dan tekanan gas darah
abnormal mungkin tidak mengikuti hilangnya bronkospasmus secara nyata setelah pemberian
Long acting
(salmeterol, furmoterol)
isoproterenol.
Diabetes: pemberian albuterol intra vena dalam dosis besar dan terbuatalin intravena mungkin
dapat memperparah diabetes mellitus dan ketoasidosis yang sudah ada. Hubungan antara
penggunaan albuterol oral atau inhalasi dan terbutalin oral tidak diketahui. Pasien diabetes yang
menggunakan salah satu dari obat ini memerlukan peningkatan dosis insulin atau obat
hipoglikemik oral.
Efek pada jantung : gunakan obat-obat ini dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi
jantung seperti insufisiensi jantung, gangguan jantung iskemik, riwayat stroke, penyakit jantung
koroner, aritmia jantung, gagal jantung koroner dan hipertensi. Pemberian epinefrin perlu
dimonitor. Gagalnya induksi peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan angina pektoris,
ruptur aortik, atau hemoragi serebral, Pada beberapa orang terjadi aritmia kardiak bahkan setelah
dosis terapi. Agonis beta adrenergik dapat menyebabkan efek kardiovaskular yang bermakna, yang
dapat diketahui dengan mengukur kecepatan ritme, tekanan darah, gejala atau perubahan EKG
(seperti mendatarnyagelombang T, perpanjangan dari interval QTc dan depresi dari segmen ST).
Dosis isoprotenolol dapat meningkatkan kecepatan jantung lebih dari 130 detak permenit, yang
dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya aritmia ventrikular. Efedrin mungkin dapat
menyebabkan hipertensi yang menimbulkan pendarahan intrakranial. Hal ini dapat menginduksi
nyeri angina pada pasien dengan insufisiensi koroner atau sakit jantung iskemik. Salmeterol
inhalasi atau oral dosis tinggi (12 sampai 20 kali dosis rekomendasi) berhubungan dengan
perpanjangan interval QTc yang berpotensi untuk menghasilkan angina ventrikular. Paradoksial
bronkospasmus: Pasien yang menggunakan sediaan inhalasi berulang dan kadang mengalami
resistensi paradoks saluran pernafasan, penyebab hal ini belum diketahui. Bila hal ini terjadi
hentikan penggunaan obat ini dan cari terapi alternatif. Respon dosis yang umum: sarankan pasien
untuk terus mengontak dokter jika tidak ada respon terhadap dosis simpatomimetik umum. Terapi

lebih jauh dengan aerosol isoproterenol tidak dianjurkan jika setelah perawatan 3-5 kali dalam
waktu 6-12 jam tidak menghasilkan keadaan yang lebih baik. Jika terjadi iritasi bronkial, gangguan
saraf atau gangguan tidur, dosis efineprin diturunkan. Jangan meneruskan penggunaan efineprin
tapi hubungi dokter jika gejala tidak hilang dalam 20 menit atau menjadi lebih parah.
Efek terhadap sistem saraf pusat : obat simpatomimetik dapat menyebabkan stimulasi terhadap
sistem saraf pusat. Penggunaan untuk waktu lama : perpanjangan penggunaan efedrin dapat
menyebabkan kecemasan berulang, beberapa pasien mengalami gangguan sistem saraf pusat,
dalam hal ini mungkin diperlukan sedatif. Gejala akut: jangan menggunakan salmeterol untuk
menghilangkan gejala asma akut. Pada pasien yang mengkonsumsi simpatomimetik kerja cepat,
penggunaan agonis 2menjadi kurang efektif (misalnya pasien memerlukan lebih banyak inhalasi
dibandingkan biasa), evaluasi medik diperlukan. Penggunaan inhalasi berlebihan: kasus kematian
ditemukan, penyebab pastinya belum diketahui, tapi dicurigai terjadinya penghentian fungsi
jantung setelah terjadinya krisis asma akut yang diikuti dengan hipoksia. Morbiditas/mortalitas :
Jadwalkan secara teratur, penggunaan agonis beta setiap hari tidak dianjurkan. Penggunaan
bersama dengan agonis 2 kerja cepat: saat pasien memulai perawatan dengan salmeterol, berikan
peringatan kepada pasien yang telah menggunakan agonis 2kerja cepat, inhalasi agonis 2 secara
teratur untuk menghentikan rejimen harian mereka dan sampaikan kepada pasien untuk
menggunakan agonis 2inhalasi kerja cepat untuk menghilangkan gejala simpatomimetik jika
pasien mengalami gejala yang bertambah parah saat mengkonsumsi salmeterol. Kegagalan atau
overdosis injeksi intravena: kegagalan atau overdosis injeksi intravena konvensional dari dosis
epinefrin dapat menyebabkan hipertensi fatal/parah atau hemoragi serebrovaskular yang
disebabkan oleh peningkatan tajam tekanan darah. Kefatalan dapat terjadi karena edema paru-paru
akibat konstriksi perifer dan stimulasi jantung. Reaksi hipersensitivitas: reaksi hipersensitivitas
dapat terjadi setelah pemberian bitolterol, albuterol, metaproterenol, terbutalin, efedrin, salmeterol
dan kemungkinan bronkodilator lain.
Pasien lanjut usia: dosis yang lebih rendah dapat diberikan untuk meningkatkan sensitivitas
simpatomimetik.
Kehamilan: Terbutalin (kategori B), Albuterol, Bitolterol, Efedrin,
Efineprin, Isoetarin, Isoproterenol, Metaproterenol, Salmeterol dan
Pirbuterol (Kategori C).

Persalinan: penggunaan simpatomimetik 2aktif menghambat kontraksi uterus. Reaksi lain


termasuk peningkatan detak jantung, hiperglisemia transien/singkat, hipokalemia, aritmia jantung,
edema paru-paru, iskemia serebral dan miokardiak dan peningkatan detak jantung fetus dan
hipoglikemia pada bayi. Meskipun efek ini tidak langsung pada penggunaan aerosol,
pertimbangkan efek samping yang tidak diinginkan. Jangan menggunakan efedrin pada obstetri
saat tekanan darah ibu lebih dari 130/80.
Ibu menyusui: terbutalin, efedrin dan epinefrin dieksresikan pada air susu. Tidak diketahui apakah
ada obat lain yang dieksresikan ke dalam
air susu.

Xantin
(aminofilin, teofilin)

Anak-anak:
Inhalasi : keamanan dan efikasi penggunaan bitolterol, pirbuterol, isoetarin, salmeterol dan
terbutalin pada anak kurang dari 12 tahun dan lebih muda belum diketahui.Albuterol aerosol pada
anak-anak di bawah 4 tahun dan larutan albuterol untuk anak di bawah 2 tahun juga belum
diketahui keamanan dan efikasinya. Metoproterenol dapat digunakan untuk anak berusia 6 tahun
dan lebih. Injeksi: terbutalin parenteral tidak direkomendasikan untuk penggunaan pada anak
kurang dari 12 tahun. Penggunaan epinefrin pada bayi dan anak-anak harus berhati-hati.
Kehilangan kesadaran terjadi setelah pemberian obat pada anak-anak. Sediaan Oral : terbutalin
direkomendasikan untuk penggunaan pada anak-anak kurang dari 12 tahun. Efikasi dan keamanan
albuterol belum diketahui untuk anak kurang dari 2 tahun (albutetol sirup), 6 tahun (albuterol
tablet) dan 12 tahun (albuterol tablet kerja diperlambat). Pada anak-anak, efedrin efektif untuk
terapi oral asma. Karena efek stimulannya, efedrin jarang digunakan tunggal. Efek ini biasanya
ditunjukkan dengan efek sedasi yang sesuai; namun rasionalitasnya dipertanyakan
Status Asmatikus: status asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak langsung
memberikan respon terhadap dosis umum bronkodilator. Sediaan teofilin oral tunggal tidak cukup
untuk status asma.
Toksisitas : dosis berlebihan dapat menyebabkan toksisitas parah, monitor level serum untuk
memastikan manfaat lebih besar daripada risiko. Efek samping serius seperti aritmia ventrikular,
konvulsi atau bahkan kematian dapat timbul sebagai tanda awal keracunan tanpa ada peringatan
awal. Tanda keracunan selanjutnya (mual dan tidak bisa

beristirahat) dapat sering timbul saat awal terapi yang bersifat sementara; jika gejala-gejala ini
masih ada selama terapi perawatan, hal ini mungkin disebabkan oleh konsentrasi serum yang lebih
besar dari 20mcg/mL. Toksisitas serius tidak berhubungan dengan efek samping yang menjadi
parah.
Efek pada Jantung : teofilin dapat menyebabkan disaritmia atau memperparah aritmia yang ada.
Kehamilan : Kategori C
Laktasi : Teofilin terdistribusi ke dalam air susu.

Antikolinergik
(ipratropium bromida dan
tiotropium bromida)

Anak-anak: belum ada penelitian yang mendukung untuk bayi di bawah 1 tahun, bagaimanapun,
ada bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan dosis yang direkomendasikan untuk bayi di atas 1
tahun mungkin meningkatkan konsentrasi ke tingkatan toksik
Ipratropium Bromida
Bronkospasmus akut: aerosol ipratropium tidak dianjurkan untuk pengobatan bronkospasmus
akut dimana terapi darurat diperlukan.
Pasien dengan risiko khusus : perhatian untuk pasien dengan glukoma sudut sempit, hipertropi
prostat atau kerusakan saluran urin.
Reaksi hipersenstivitas : reaksi hipersensitivitas segera akan terjadi setelah pemberian
ipratropium seperti urtikaria, angiodema, ruam, bronkospasmus, anafilaksis dan edema
orofaringeal.
Kehamilan : Kategori B
Laktasi : Belum diketahui apakah obat ini didistribusikan ke dalam air susu.
Anak-anak: keamanan dan efikasi aerosol pada anak-anak belum diketahui. Sedangkan keamanan
dan efikasi penggunaan larutan pada anak di bawah 12 tahun belum diketahui
Tiopropium Bromida

Bronkospasma : tiotropium tidak diindikasikan untuk perawatan episode awal bronkospasma


(seperti terapi emergensi). Obat inhalasi termasuk tiotropium dapat menyebabkan bronkospama
paradoksikal. Bila hal ini terjadi, hentikan pengobatan dengan tiotropium dan pertimbangkan obat
lain.
Reaksi hipersensitif :reaksi hipersensitif segera seperti angiodema dapat terjadi setelah pemberian
tiotropium. Jika hal ini terjadi, hentikan penggunaan tiotropium dan pertimbangkan obat lain.
Gangguan fungsi ginjal :gangguan ginjal berkaitan dengan kadar obat di plasma dan penurunan
klirens obat setelah infus intravena dan inhalasi. Monitor pasien dengan gangguan fungsi ginjal
sedang berat (kliren kreatinin 50 mL/menit).
Geriatri: Peningkatan usia sering berhubungan dengan penurunan klirens ginjal. Pada studi
kontrol plasebo, tingginya frekuensi kejadian mulut kering, konstipasi, infeksi saluran urin ditemui
dengan meningkatnya umur pada kelompok yang menerima tiotropium.
Kehamilan: kategori C
Menyusui: Belum diketahui apakah titropium diekskresi ke air susu ibu.
Anak-anak: Efikasi dan keamanan belum diketahui

Kromolin Sodium
Nedokromil

dan Asma akut: kromolin tidak diresepkan untuk asma akut terutama status asmatikus, merupakan
obat profilaksis yang tidak efektif untuk keadaaan akut.
Reaksi hipersensitif :reaksi anafilaksis parah dapat terjadi meski jarang.
Gangguan ginjal/hati :pada pasien dengan gangguan ginjal/hati, dosis harus diturunkan atau
hentikan penggunaan obat.
Kehamilan : Kategori B
Ibu menyusui :keamanan penggunaan untuk ibu menyusui belum diketahui.
Anak-anak:
Aerosol : keamanan dan efikasi pada anak kurang dari 2 tahun belum diketahui. Oral : untuk bayi
lebih dari 6 bulan, pemberian tidak boleh lebih dari 20mg/kg/hari.

Antagonis Reseptor
Leukotrien
Contoh obat : Zafirlukast,
Montelukast Sodium,
Zilueton

Serangan asma akut: tidak diindikasikan untuk penggunaan kekambuhan bronkospasma pada
serangan asma akut, termasuk status asmatikus. Teruskan penggunaan zafirlukast selama terjadi
keparahan asma akut.
Infeksi : terjadi peningkatan infeksi pada pasien lebih dari 55 tahun yang menggunakan zafirlukast
dibandingkan pada pasien yang menggunakan plasebo.
Reaksi Hipersensitifitas : reaksi hipersensitifitas, seperti urtikaria, angiodema dan ruam dengan
atau tanpa berair.
Gangguan fungsi hati : klirens zafirlukast menurun pada pasien yang mengalami kerusakan
fungsi hati. pada pasien yang mengkonsumsi alkohol atau ada riwayat penyakit liver, penggunaan
zilueton harus disertai perhatian.
Pasien lanjut usia : klirens zafirlukast menurun pada pasien lanjut usia >65 tahun, konsentrasi
plasma maksimum (Cmax) dan area bawah kurva (AUC) dua kali lipat dibandingkan pasien lebih
muda.

Kehamilan : kategori B, Zilueton C


Ibu Menyusui : Zafirlukast diekskresikan pada air susu. Montelukast belum diketahui. Zilueton
dan metabolitnya diekskresikan pada air susu hewan pengerat. Belum diketahui pada air susu
manusia.

Kortikosteroid
Contoh obat :
Deksametason, Metil
Prednisolon, Prednison,
Triamsinolon,
Beklometason.

Anak-anak: keamanan dan efektifitas zafirlukast pada pasien kurang dari 5 tahun tidak diketahui
Infeksi : terjadi infeksi jamur lokal yang disebabkan oleh Candida Albicansatau Aspergillus
nigerpada mulut, faring dan secara umum pada laring. Kejadian infeksi secara klinik masih rendah
dan mungkin memerlukan terapi anti jamur atau penghentian terapi aerosol steroid. Penggunaan
kortikosteroid inhalasi harus disertai perhatian, termasuk pada pasien dengan infeksi TB saluran
pernapasan pasif atau aktif, infeksi bakteri, parasit atau virus, atau herpes simpleks okular.
Asma akut : golongan kortikosteroid bukan merupakan bronkodilator dan tidak digunakan untuk
menghilangkan bronkospama parah.
Bronkospasma : Bronkospasma dapat terjadi dengan peningkatan mengik (nafas berbunyi) setelah
permberian obat, obati segera dengan bronkodilator inhalasi kerja cepat.
Kombinasi dengan Prednisolon : terapi kombinasi dari kortikosteroid inhalasi dengan
kortikosteroid sistemik akan meningkatkan risiko supresi HPA, dibandingkan terapi dengan salah
satu obat saja. Penggunaan kortikosteroid inhalasi disertai perhatian pada pasien yang telah
menerima prednison.
Terapi Pengganti : perpindahan dari terapi steroid dapat menyebabkan kekambuhan kondisi
alergi yang sebelumnya ditekan. Selama penghentian terapi steroid oral, beberapa pasien mungkin
mengalami gejala-gejala tertentu yang berhubungan dengan penghentian obat tanpa mempengaruhi
efek fungsi pernapasan pada dosis pemeliharaan atau perawatan.
Kehamilan : kategori C ; budesonid kategori B .
Laktasi : Glukokortikoid diekskresikan pada air susu. Tidak diketahui apakah kortikosteroid
inhalasi juga dieksresikan pada air susu, kemungkinan besar terekskresi ke dalam air susu.

Anak-anak: belum ada informasi yang memadai tentang keamanan penggunaan flutikason dan
beklometason pada anak-anak kurang dari 6 tahun atau kurang dari 12 tahun. Monitor
pertumbuhan anakanak dan remaja karena ada bukti bahwa penggunaan kortikosteroid dosis tinggi
pada waktu yang lama akan menekan pertumbuhan.
A. Cara menggunakan MDI (Meter Dose Inhaler)
Langkah-langkah penggunaan :

5. Tekan MDI, sehingga melepaskan semprotan obat ke dalam


mulut, saat inspirasi. Lanjutkan inspirasi perlahan sedalam
mungkin.
6. Tahan napas 10 detik, kemudian hembuskan napas secara
perlahan.
7. Setelah 30 detik atau 1 menit prosedur yang sama diulang
kembali
8. Tutup kembali MDI lalu berkumur-kumur untuk
menghilangkan sisa-sisa obat yang terdapat di dalam mulut.
Kesalahan Umum :
1. Kurang koordinasi
2. Tidak menahan nafas selama sekitar 10 detik
3. Tidak mengocok inhaler sebelum digunakan
4. Posisi inhaler yang salah
5. Tidak berkumur setelah menggunakan inhaler

1. Pegang MDI sambil dikocok ke arah atas bawah agar obat


homogen.
2. Tutup canister dibuka.
3. MDI dipegang tegak sehinga corong berada di bagian
bawah, kemudian lakukan ekspirasi maksimal secara
perlahan.
4. Letakkan mulut inhaler diantara gigi, lalu bibir dirapatkan
dan dilakukan inspirasi perlahan sampai maksimal.

B. Cara menggunakan DPI (Dry Powder Inhaler)


Langkah-langkah penggunaan :

6. Tekan bagian a untuk melubangi kapsul obat (jangan


menekan lebih dari 1 kali).
7. Hembuskan napas untuk mengosongkan udara paru,
kemudian masukkan handihaler dan lakukan inspirasi
maksimal.
8. Tahan napas selama beberapa detik, kemudian hembuskan
napas seperti biasa.
9. Ulangi langkah No. 6 untuk kedua kalinya dengan kapsul
obat yang sama untuk memastikan obat di dalam kapsul
telah habis.
10.
Keluarkan cangkang kapsul yang ada di dalam
handihaler lalu bersihkan handihaler dan berkumur-kumur.
Kesalahan Umum :
1. Tidak menahan nafas
2. Cara menghirup terlalu lemah
3. Pasien menghirup tabung hingga basah
4. Pasien tidak berkumur setelah menggunakan DPI
Membersihkan handihaler :
1. Buka dust cap dan mouthpiece.
2. Buka bagian dasar (base) dengan menarik tombol ke atas.
Bersihkan handihaler dengan air hangat. Jangan
menggunakan deterjen ataupun agen pembersih yang lain.
3. Biarkan dust cap, mouthpiece dan bagian base terbuka
sampai kering. Hal ini memakan waktu sekitar 24 jam.
4. Jangan gunakan handihaler pada keadaan basah.
1.
2.
3.
4.
5.

Buka tutup handihaler.


Tarik mouthpiece hingga tempat kapsul obat terlihat.
Buka bungkus kapsul.
Tempatkan di bagian tengah handihaler.
Tutup kembali bagian mouthpiece hingga terdengar bunyi
klik.

C. Cara menggunakan Nebulizer


Langkah-langkah penggunaan Nebulizer :

1. Cuci tangan sebelum menyiapkan obat untuk penggunaan


nebulizer.
2. Buka tutup tabung obat nebulizer, lalu ukur dosis obat
dengan benar.
HIPERLIPIDEMIA
Drug Category
Asam Fibrat
(Gemfibrozil, Fenofibrat,
Bezafibrat, Klofibrat)

Minyak Ikan

Ezetimibe
Sediaan yang beredar:
Ezeterol

3.
4. Masukkan obat ke dalam tabung nebulizer
5. Hubungkan selang dari masker uap atau mouthpiece pada
kompresor nebulizer.
6. Gunakan masker uap atau mouthpiece ke mulut, dikatupkan
bibir hingga rapat.
7. Tekan tombol on.
8. Bernapas dengan normal dan hirup uap obat yang keluar
sampai obat habis.
9. Matikan nebulizer.
10.
Bersihkan wadah obat pada nebulizer menggunakan air
hangat, biarkan mengering.

Pharmacist role
Sarankan pasien untuk mengkonsumsi sebelum/bersama dengan makan. Monitor untuk efek samping
seperti gangguan saluran pencernaan (mual, mencret, perut kembung), sakit kepala dan penglihatan
kabur. Harus digunakan dengan hati-hati dan sebaiknya dengan pemantauan fungsi ginjal dan kreatinin
kinase.
Hindari pemakaian bersamaan dengan antikoagulan oral.
Sarankan untuk digunakan bersama statin atau fibrat untuk meningkatkan efektivitas penurunan
lipidnya. Monitor efek samping utama pada saluran cerna berupa diare, serta trombosuitopenia dan
perdarahan pada dosis tinggi.
Dosis ezetimibe yang direkomendasikan adalah 10 mg/hari dan harus digunakan bersama statin, kecuali
pada keadaan tidak toleran terhadap statin, di mana dapat dipergunakan secara tunggal.
Kehamilan : kategori C. Dapat digunakan dengan pertimbangan bahwa keuntungan lebih besar
dibandingkan dengan kemungkinan resiko yang terjadi.

HMG-CoA reductase
inhibitors/Statins

Laktasi: tidak direkomendasikan digunakan saat menyusui.


Monitoring efek samping yang sering muncul yaitu gangguan pencernaan, sakit kepala, dan nyeri otot.
Monitoring kadar lipid setelah 4 minggu atau 12 minggu penggunaan. Obat baik diminum pada waktu

(Simvastatin, Lovastatin,
Atorvastatin, Fluvastatin,
Pitavastatin, Pravastatin)

Resin Pengikat Asam


Empedu
(Kolestipol, Cholestiramin)

tidur/ sebelum tidur/ setelah makan. Sebelum memulai terapi dan selama penggunaan dengan statin ada
baiknya memeriksa kondisi fungsi hati. Hindari konsumsi alkohol karena dapat memperparah kondisi
hati. Wasapada efek samping saat digunakan bersamaan dengan fibrat, asam nikotinat, eritromisin dan
antifungi (azol). Lakukan monitoring ketat untuk pasien alcoholism dan dengan riwayat penyakit hepar.
Monitoring fungsi hati dilakukan sebelum dan selang 1-3 bulan sejak dimulainya pengobatan dan setelah
pengobatan dengan selang 6 bulan sampai 1 tahun.
Menjelaskan kepada pasien apabila mengkonsumsi obat lain harus diminum setidaknya 1 jam
sebelumnya atau 4-6 jam setelah resin untuk mengurangi kemungkinan gangguan pada absorpsi.
Colesevelam dan statin dapat diminum pada waktu yang bersamaan. Menyarankan pasien untuk
mencampur obat dengan air atau jus buah. Monitor efek samping seperti konstipasi, diare, mual, muntah
dan rasa tidak nyaman pada saluran pencernaan

IBU HAMIL DAN MENYUSUSI DISERTAI HIPERTENSI KRONIK

Asam Nikotinat/Niasin

Efek samping berupa kemerahan pada kulit dan gatal tampak karena mediasi prostaglandin dan dapat
dikurangi dengan menggunakan aspirin 325 mg sebelum konsumsi niacin. Konsumsi niasin dengan
makanan dan meningkatkan dosis secara perlahan-lahan akan meminimalisir efek-efek ini.
Ketergantungan dan minuman panas dapat memperbesar efek kemerahan dan pruritus dari niasin, dan
keduanya harus dihindari pada waktu pencernaan obat.
Sediaan niacin extended release tidak boleh dikunyah atau dipecah, dikonsumsi sebelum tidur malam.
Kehamilan : Kategori C

Drug Category
Metildopa
B (Ibu hamil)
L2 (Ibu menyusui)

Pharmacist Role
Terangkan cara pakai obat, cara mendeteksi gejala-gejala efek samping seperti mual, muntah,
hipotensi dan cara pengatasannya.
Motivasi untuk rutin minum obat dan rutin mengontrol tekanan darah
Selalu memeriksa keadaan janin dan menghindari hal-hal yang memicu HT
Menjelaskan cara menyimpan obat sesuai aturan (simpan ditempat yang kering tidak lembab, dan
terhindar dari paparan sinar matahari langsung)
Calcium Chanel Blocker Terangkan cara pakai obat, cara mendeteksi gejala-gejala efek samping seperti mual, muntah, sakit
(CCB)- Dihidropiridin
kepala, gangguan pencernaan, hipotensi dan cara pengatasannya.
Nifedipin
Motivasi untuk rutin minum obat dan rutin mengontrol tekanan darah
C (Ibu hamil)
Selalu memeriksa keadaan janin dan menghindari hal-hal yang memicu HT
L2 (Ibu menyusui)
Menjelaskan cara menyimpan obat sesuai aturan (simpan ditempat yang kering tidak lembab, dan
terhindar dari paparan sinar matahari langsung)
Calcium Chanel Blocker Terangkan cara pakai obat, cara mendeteksi gejala-gejala efek samping seperti demam, sakit kepala,
(CCB)-Non
hipotensi dan cara pengatasannya.
Dihidropiridin
Motivasi untuk rutin minum obat dan rutin mengontrol tekanan darah
Verapamil
Selalu memeriksa keadaan janin dan menghindari hal-hal yang memicu HT
C (Ibu hamil)
Menjelaskan cara menyimpan obat sesuai aturan (simpan ditempat yang kering tidak lembab, dan
L2 (Ibu menyusui)
terhindar dari paparan sinar matahari langsung).
Beta Blocker
Terangkan cara pakai obat, cara mendeteksi gejala-gejala efek samping seperti hipoglikemia,
Propanolol
hipotensi dan cara pengatasannya.
C (Ibu hamil)
Motivasi untuk rutin minum obat dan rutin mengontrol tekanan darah
L2 (Ibu menyusui)
Selalu memeriksa keadaan janin dan menghindari hal-hal yang memicu HT
Menjelaskan cara menyimpan obat sesuai aturan (simpan ditempat yang kering tidak lembab, dan
terhindar dari paparan sinar matahari langsung).
Beta Blocker
Terangkan cara pakai obat, cara mendeteksi gejala-gejala efek samping seperti hipoglikemi, hipotensi
Timolol
dan cara pengatasannya.
C (Ibu hamil)
Motivasi untuk rutin minum obat dan rutin mengontrol tekanan darah
L2 (Ibu menyusui)
Selalu memeriksa keadaan janin dan menghindari hal-hal yang memicu HT
Menjelaskan cara menyimpan obat sesuai aturan (simpan ditempat yang kering tidak lembab, dan
terhindar dari paparan sinar matahari langsung).
IBU HAMIL DENGAN HIPERTENSI PREKLAMSIA

Hidralazin
C (Ibu Hamil)
L3 (Ibu menyusui)

Beta Bloker
Labetalol
C(Ibu Hamil)
L3(Ibu menyusui)

Terangkan cara pakai obat, cara mendeteksi gejala-gejala efek samping seperti gangguan pencernaan,
anoreksia, hipotensi dan cara pengatasannya.
Motivasi untuk rutin minum obat dan rutin mengontrol tekanan darah
Selalu memeriksa keadaan janin (mengontrol jumlah trombosit) dan menghindari hal-hal yang
memicu HT
Menjelaskan cara menyimpan obat sesuai aturan (simpan ditempat yang kering tidak lembab, dan
terhindar dari paparan sinar matahari langsung).

Terangkan cara pakai obat, cara mendeteksi gejala-gejala efek samping seperti gangguan pencernaan,
pusing, hipoglikemi, hipotensi dan cara pengatasannya.
Motivasi untuk rutin minum obat dan rutin mengontrol tekanan darah
Selalu memeriksa keadaan janin dan menghindari hal-hal yang memicu HT
Menjelaskan cara menyimpan obat sesuai aturan (simpan ditempat yang kering tidak lembab, dan
terhindar dari paparan sinar matahari langsung).
Calsium Chanel Blocker Terangkan cara pakai obat, cara mendeteksi gejala-gejala efek samping seperti hipotensi dan cara
(CCB)
pengatasannya.
Nivedipine
Motivasi untuk rutin minum obat dan rutin mengontrol tekanan darah
C (Ibu Hamil)
Selalu memeriksa keadaan janin dan menghindari hal-hal yang memicu HT
L2(ibu menyusui)
Menjelaskan cara menyimpan obat sesuai aturan (simpan ditempat yang kering tidak lembab, dan
terhindar dari paparan sinar matahari langsung).
Jangan mengonsumsi jus grapefruit saat menjalani pengobatan dengan nifedipine
Sodium nitroprusside
Terangkan cara pakai obat, cara mendeteksi gejala-gejala efek samping seperti sakit kepala, mual,
C(ibu Hamil)
muntah, dan cara pengatasannya.
L3(Ibu menyususi)
Motivasi untuk rutin minum obat dan rutin mengontrol tekanan darah
Selalu memeriksa keadaan janin dan menghindari hal-hal yang memicu HT
Menjelaskan cara menyimpan obat sesuai aturan (simpan ditempat yang kering tidak lembab, dan
terhindar dari paparan sinar matahari langsung).
IBU HAMIL DAN MENYUSUI DENGAN TBC
Ethambutol
Terangkan cara pakai obat, cara mendeteksi gejala-gejala efek samping seperti gangguan
B (Ibu hamil)
pengelihatan, pusing, mual, muntah, dan cara pengatasannya.
L2 (Ibu menyusui)
Motivasi untuk rutin minum obat dan selalu memeriksa keadaan janin
Menjelaskan cara menyimpan obat sesuai aturan (simpan ditempat yang kering tidak lembab, dan

terhindar dari paparan sinar matahari langsung).


Monitoring keberhasilan terapi (BTA TB).
Menghindari minum obat dengan susu.
Terangkan cara pakai obat, cara mendeteksi gejala-gejala efek samping seperti gangguan saluran
Rifampisin
C (Ibu hamil)
cerna, pusing, mual, warna urin kemerahan dan cara pengatasannya.
L2 (Ibu menyusui)
Motivasi untuk rutin minum obat dan selalu memeriksa keadaan janin
Menjelaskan cara menyimpan obat sesuai aturan (simpan ditempat yang kering tidak lembab, dan
terhindar dari paparan sinar matahari langsung).
Monitoring keberhasilan terapi (BTA TB)
Menghindari minum obat dengan susu.
Terangkan cara pakai obat, cara mendeteksi gejala-gejala efek samping seperti gangguan hepar,
Pirazinamid
C (Ibu hamil)
anemia, mual, muntah dan cara pengatasannya.
L2 (Ibu menyusui)
Motivasi untuk rutin minum obat dan selalu memeriksa keadaan janin
Menjelaskan cara menyimpan obat sesuai aturan (simpan ditempat yang kering tidak lembab, dan
terhindar dari paparan sinar matahari langsung).
Monitoring keberhasilan terapi (BTA TB).
Menghindari minum obat dengan susu.
Terangkan cara pakai obat, cara mendeteksi gejala-gejala efek samping seperti gangguan hepar,
Isoniazid
C (Ibu hamil)
gangguan neurologi, demam dan cara pengatasannya.
L3 (Ibu menyusui)
Motivasi untuk rutin minum obat dan selalu memeriksa keadaan janin
Menjelaskan cara menyimpan obat sesuai aturan (simpan ditempat yang kering tidak lembab, dan
terhindar dari paparan sinar matahari langsung).
Monitoring keberhasilan terapi (BTA TB).
Menghindari minum obat dengan susu.
IBU HAMIL DAN MENYUSUI DENGAN DM
Biguanid
Terangkan cara pakai obat, cara mendeteksi gejala-gejala efek samping seperti hipoglikemi dan cara
Metformin
pengatasannya.
B (Ibu Hamil)
Apoteker menyakan apakah DM yang dialami terjadi sebelum masa kehamilan atau selama masa
A (ibu menyusui)
kehamilan (DM Gestasional).
Motivasi untuk rutin minum obat
Selalu memeriksa keadaan janin dan mengontrol gula darah pada keadaan normal agar pertumbuhan
janin baik dan proses kelahiran dapat berjalan dengan lancar.
Menjelaskan cara menyimpan obat sesuai aturan (simpan ditempat yang kering tidak lembab, dan

terhindar dari paparan sinar matahari langsung).


INSULIN
Terangkan cara pakai obat, cara mendeteksi gejala-gejala efek samping seperti hipoglikemi dan cara
Insulin aspart
pengatasannya.
B (Ibu Hamil)
Apoteker menyakan apakah DM yang dialami terjadi sebelum masa kehamilan atau selama masa
A (ibu menyusui)
kehamilan (DM Gestasional).
Motivasi untuk rutin minum obat
Selalu memeriksa keadaan janin dan mengontrol gula darah pada keadaan normal agar pertumbuhan
janin baik dan proses kelahiran dapat berjalan dengan lancar.
Menjelaskan cara menyimpan obat sesuai aturan
IBU HAMIL DAN MENYUSUI DENGAN ASMA
Beta 2 Agonis
Terangkan cara pakai obat, cara mendeteksi gejala-gejala efek samping seperti bronchitis,
Albuterol
epitaksis, sakit perut, keram otot dan cara pengatasannya.
Motivasi untuk rutin minum obat dan rutin mengontrol fungsi paru
Selalu memeriksa keadaan janin dan menghindari hal-hal yang memicu Asma
Menjelaskan cara menyimpan obat sesuai aturan (simpan ditempat yang kering tidak lembab, dan
terhindar dari paparan sinar matahari langsung)
Beta 2 Agonis
Terangkan cara pakai obat, cara mendeteksi gejala-gejala efek samping seperti serak, sakit
Salmeterol
kepala, iritasi tenggorokan dan cara pengatasannya.
Motivasi untuk rutin minum obat dan rutin mengontrol fungsi paru
Selalu memeriksa keadaan janin dan menghindari hal-hal yang memicu Asma
Menjelaskan cara menyimpan obat sesuai aturan (simpan ditempat yang kering tidak lembab, dan
terhindar dari paparan sinar matahari langsung)
Budesonide
Terangkan cara pakai obat, cara mendeteksi gejala-gejala efek samping seperti iritasi
tenggorokan, batuk, rasa tidak enak dan cara pengatasannya.
Motivasi untuk rutin minum obat dan rutin mengontrol fungsi paru
Selalu memeriksa keadaan janin dan menghindari hal-hal yang memicu Asma
Menjelaskan cara menyimpan obat sesuai aturan (simpan ditempat yang kering tidak lembab, dan
terhindar dari paparan sinar matahari langsung), dan hindari untuk penghentian obat mendadak.
Kortikosteroid Oral
Terangkan cara pakai obat, cara mendeteksi gejala-gejala efek samping osteoporosis, DM,
obesitas, glaucoma, kelemahan otot dan cara pengatasannya.
Motivasi untuk rutin minum obat dan rutin mengontrol fungsi paru
Selalu memeriksa keadaan janin dan menghindari hal-hal yang memicu Asma

Menjelaskan cara menyimpan obat sesuai aturan (simpan ditempat yang kering tidak lembab, dan
terhindar dari paparan sinar matahari langsung)

GAGAL GINJAL
Drugs Category
Pharmacist Role
Rekomendasi Obat Gagal
Ginjal Kronis
Angiotensin converting Edukasi dan monitoring tekanan darah, gejala, dan efek samping seperti pusing,batuk, gangguanrasa dan
ruam. Monitor juga terhadap fungsi ginjal (BUN, serum kreatinin) serum elektrolit (kalium).
enzym inhibitor (ACE I)
(Captopril, Lisinopril,
Enalapril, Ramipril)
Angiotensin II receptor
blocker (ARB)
(Losartan, Valsartan,
Ibersatan, Telmisartan)
Diuretik
Diuretic thiazid :
Hidroklorotiazid
Antagonis aldosteron :
Spironolakton
Loop diuretic :
Furosemide
Calcium channel blocker
(Nondihidropiridine,
Verapamil, Diltiazem,
Nifendipin)
Pre dialysis
Dialisis

Dosis awal harus dikurangi 50% pada pasien yang sudah dapat diuretik, yang kekurangan cairan, atau
sudah tua sekali karena resiko hipotensi.
Memonitoring tekanan darah, gejala, dan efek samping seperti pusing ,mual, muntah, nyeri pada otot.
Monitoring hyperkalemia pada pasien dengan penyakit ginjal kronis atau pasien yang juga mendapat
diuretic hemat kalium, antagonis aldosteron, atau ACEI. Tidak menyebabkan batuk kering seperti ACEI
Di minum pada pagi hari untuk menghindari BAK pada malam hari, memonitoring kalium
Obat- obat ini diberikan pada pasien yang mengalami hipokalemia akibat diuretik; hindari pada pasien
dengan penyakit ginjal kronis ( ClCr<30 ml/min); dapat meyebabkan hiperkalemia, terutama kombinasi
dengan ACEI, ARB, atau supplemen kalium

Edukasi pasien untuk menelan seluruh tablet lepas lambat (jangan diparuh/dibagi).
Jelaskan pada pasien bagaimana memonitor denyut jantung dengan mengukur denyut nadi. Pasien yang
sedang menerima terapi Gastro Intestinal Therapeutic System (GITS) harus diberitahu untuk tidak
mengunyah tablet. hindari Amlodipine dan Nifedipin (dihidropiridin CCB)
Kehamilan : kategori C.
Hati-hati pemberian obat yang bersifat nefrotoksik, hindari gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Perlu dilakukan penyesuaian regimen dosis pada obat-obat yang diberikan untuk penderita gagal ginjal
agar tidak terjadi toksisitas karena fungsi ginjal yang berkurang

Rekomendasi Obat Gagal


Ginjal Akut
Dopamine
Hindari Ekstravasi, memantau takanan darah dan urin mengalir
Mannitol
Memonitor aliran urin dan elektrolit serum dan osmolarias (<310 mOsm/liter)
Furosemid
Memonitor serum Na, K dan aliran urin
Thiazide
Melakukan monitoring yang sama seperti pada furosemid

HIPERTENSI
Drug Category
Antagonis Aldosteron

ACE inhibitor
(Benazepril, Captopril,
Enalapril, Fosinopril,
Lisinoril, Moexipril)

Penyekat reseptor
Angiotensin/ARB
(Kandesartan, Eprosartan,
Losartan, Olmesartan,
Telmisartan)

Penyekat beta/Betablocker
Kardioselektif : Atenolol,
Betaxolol, Bisoprolol,
Metoprolol

Nonselektif : Nadolol,
Propranolol, Propranolol
LA, Timolol, Sotalol,

Pharmacist Role
Pemberian pagi dan sore untuk mencegah diuresis malam hari; diuretik ringan biasanya di kombinasi
dengan tiazid untuk meminimalkan hipokalemia; hindari pada pasien dengan penyakit ginjal kronis (
ClCr < 30ml/min); dapat menyebabkan hiperkalemia, terutama kombinasi dengan ACEI, ARB, atau
suplemen kalium)
Dosis awal harus dikurangi 50% pada pasien yang sudah dapat diuretik, yang kekurangan cairan, atau
sudah tua sekali karena resiko hipotensi; dapat menyebabkan hiperkalemia pada pasien dengan penyakit
ginjal kronis atau pasien yang juga mendapat diuretik penahan kalium, antagonis aldosteron,atau ARB;
dapat menyebabkan gagal ginjal pada pasiendengan renal arteri stenosis; jangan digunakan pada
perempuan hamil atau pada pasien dengan sejarah angioedema.
Monitoring: Hipotesis pada pemberian dosis pertama, pusing batuk, tekanan darah, adherence.
Kontraindikasi: Kehamilan, belateral artery stenosis, hiperkalemia
Efeksamping: Batuk, angioedema, hiperkalemia, hilang rasa, ras, disfungsi renal. Jika terjadi batuk
kering menggelitik yang mengganggu, pengobatan dapat diganti dengan suatu AT II bloker
Dosis awal harus dikurangi 50% pada pasien yang sudah dapat diuretik, yang kekurangan cairan, atau
sudah tua sekali karena resiko hipotensi; dapat menyebabkan hiperkalemia pada pasien dengan penyakit
ginjal kronis atau pasien yang juga mendapat diuretik penahan kalium, antagonis aldosteron, atau ACEI;
dapat menyebabkan gagal ginjal pada pasien dengan renal arteri stenosis; tidak menyebabkan batuk
kering seperti ACEI,; jangan digunakan pada perempuan hamil
Monitoring: Hipotesis pada pemberian dosis pertama, pusing, tekanan darah, adherence
Kotraindikasi: Kehamilan, belateral artery stenosis, hiperkalemia
Efek Samping: Angioedema (jarang), hiperkalemia, disfungsi renal
Pemberhentian tiba-tiba dapat menyebabkan reboundhypertension; dosis rendah s/d sedang menghambat
reseptor 1, pada dosis tinggi menstimulasi reseptor 2; dapat menyebabkan eksaserbasi asma bila
selektifitas hilang, dapat memperparah asma, penambahan penyekat mengakibatkan hipotensi
ortostatik.
Monitoring: Denyut nadi, tekanan darah, toleransi terhadap olah raga, pusing, disfungsi seksual, gejala
gagal jantung adherence
Kontraindikasi: Asma, heart block, syndroma raynauds yang parah
Efek samping: Bronkospasm, gagal jantung, gangguan sirkulasi perifer, insomnia, letih, tradikardia,
trigliserida meningkat, impoten, hiperglikemia exercise intolerance

Acebutolol
Diuretik Tiazid
( Klortalidon,
Hidroklorotiazid,
Indapamid, Metolazone)
Loop
( Bumetanide, Furosemide,
Torsemide)
Penahan Kalium
( Amilorid, Triamteren,
Spironolakton)

Antagonis
Kalsium/CCB
Dihidropiridin :
Amlodipin, Felodipin,
Isradipin, Isradipin SR,
Nifedipin LA,Nisoldipin
Non-dihidropiridin :
Diltiazem SR, Verapamil
SR

Pemberian pagi hari untuk menghindari diuresis malam hari,;gunakan dosis lazim untuk mencegah efek
samping metabolik,dengan dosis efektif maksimum 25mg/hari; klortalidon hampir 2 kalilebih kuat
dibanding HCT; keuntungan tambahan untuk pasien osteoporosis; monitoring tambahan untuk pasien
dengan sejarah pirai atau hiponatremia.
Monitoring: Pusing, status cairan, urine output, berat badan, tekanan darah, adherence
Pemberian pagi dan sore untuk mencegah diuresis malam hari;dosis lebih tinggi mungkin diperlukan
untuk pasien dengan GFR sangat rendah atau gagal jantung
Pemberian pagi dan sore untuk mencegah diuresis malam hari;diuretik lemah, biasanya dikombinasi
dengan diuretik tiazid untuk meminimalkan hipokalemia;karena hipokalemia dengan dosis rendah tiazid
tidak lazim, obat ini diberikan pada pasien yang mengalami hipokalemia akibat diuretik; hindari pada
pasien dengan penyakit ginjal kronis ( ClCr<30 ml/min);dapat menyebabkan hiperkalemia, terutama
kombinasi dengan ACEI,ARB, atau supplemen kalium
Dihidropiridin yang bekerja cepat (long-acting) harus dihindari, terutama nifedipin dan nicardipin;
dihidropiridin adalah vasodilator perifer yang kuat dari pada nondihidropiridin dan dapat menyebabkan
pelepasan simpatetik refleks (takhikardia), pusing, sakitkepala, flushing, dan edemaperifer; keuntungan
tambahan pada sindroma Raynaud.
Monitoring: Denyut nadi (verapamil, diltiazem), edema perifer, sakit kepala (terutama dengan
dihidropiridin), gajala gagal jantung, tekanan darah, adherence.
Kontraindikasi: Heart block, disfungsi sistolik, gagal jantung (verapamil, diltiazem)
Efek samping: Sakit kepala, flushing edema perifer, gingval hyperplasia, constipasi (verapamil),
disfungsi ereksi

Agonis alfa 2 adrenergic : Zat ini bukan merupakan pilihan pertama, melainkan hanya sebagai cadangan bila obat obat hipertensi
lain kurang efektif.
(Klonidin, Moxonidi,
Metildopa dapat direkomendasikan pada wanita hamil dengan hipertensi. Klonidin, moxonidin dan
Metildopa, Guanfasin,
metildopa masuk kedalam air susu ibu.
Reserpin)
Monitoring tambahan : Hipertensi Rebound pada penghentian mendadak.

EPILEPSI
Drug Category
Hydantoin
(Fenitoin)

Pharmacist Role
Indikasi: semua jenis epilepsy kecuali petit mal: status epileptikus
Dosis Oral : dosis awal 3-4 mg/kg BB/hari atau 150-350 mg/hari, dosis tugal atau terbagi 2 kali sehari.
Dapat dinaikan bertahap. Dosis lazim 300-400mg/hari, maksimal 600mg/hari. Anak: 5-8mg/kg
BB/hari, dosis tunggal atau terbagi: 2 kali sehari.
Efek samping:
pusing,
mual
gangguan pencernaan
tremor
insomnia
bicara tidak jelas
Peringatan:
Tidak boleh memecah atau membuka kapsul dari obat.
Merupakan obat dengan indeks terapi sempit, sehingga jika pasien lupa mengkonsumsi fenitoin
pada hari tersebut, maka tidak diperbolehkan meminum obat double pada hari berikutnya.
Cara penyimpanan: disimpan dalam wadah yang tertutup rapat pada temperatur ruang tidak lebih
dari 30C.
Pregnancy category (US/FDA) : D
Fenitoin bersifat teratogenik memungkinan melahirkan bayi cacat kongenital meningkat 3 kali ,
bila ibunnya mendapatkan terapi fenitoin selama trimester pertama kehamilan. Cacat kongenital
yang menonjol ialah sindroma fetal hidantoin, yakni bibir sumbing, sumbing langitan , penyakit
jantung kongenital, pertumbuhan lambat, dan defisiensi mental. Pada kehamilan lanjut, fenitoin
menyebabkan abnormalitas tulang pada neonatus. Penggunaan fenitoin pada wanita hamil tetap
diteruskan berdasarkan pertimbangan bahwa bangkitan eplilepsi sendiri dapat menyebabkan cacat
pada anak, sedangkan tidak semua ibu yang minum fenitoin mendapat anak cacat. Sehingga tidak
dianjurkan untuk ibu hamil trimester pertama
Interaksi obat:
Analgesik: AINS dapat meningkatkan efek fenitoin; fenetoin mempercepat metabolism etadon
(mengurangi efek dan resiko putus obat); asetosal dapat meningkatkan efek fenitoin
Antasid: Menurunkan absorpsi fenitoin
Kloramfenikol: meningkatkan kadar fenitoin dalam plasma (meningkatkan resiko toksisitas)

Barbiturat
(Fenobarbital)

Benzodiazepin

Antiepilepsi: menurunkan kadar kedua obat jika fenitoin digunakan bersama, fenobarbital dan
karbamazepin, kadar fenitoin dalam plasma juga dapat meningkat: etosuksimid, dapat
meningkatkan kadar plama fenitoin dalam plasma.
Teofilin akan menurunkkan kadar fenitoin bila diberikaan secara bersamaan.
Indikasi: epilepsy, semua jenis, kecuali petit mal, status epilepticus
Dosis: oral: 60-180 mg(malam). Anak 5-8mg/kgbb/hari. Injeksi IM/IV 50-200mg, ulang setelah 6 jam
bila perlu, maksimal 600mg perhari. Encerkan dalam air 1:10 untuk IV
Efek samping: mengantuk, depresi mental, dan hiperaktif pada anak: agitasi, resah dan bingung pada
lansia; reaksi alergi pada kulit.
Peringatan:
Dapat diminum sebelum makan atau setelah makan
Phenobarbital memiliki efek samping seperti mengantuk, sakit kepala, dan hilang koordinasi maka
pasien yang menggunakan obat ini selama terapi dianjurkan untuk menghindari pekerjaan yang
memerlukan konsentrasi penuh mengendarai kendaraan dan menjalankan mesin.
Penyimpanan : tutup dengan rapat, jauhkan dari jangkauan anak-anak, simpan pada suhu ruangan,
jauhkan dari suhu tinggi dan tempat lembab.
Pregnancy category (US/FDA) : D
Konseling phenobarbital untuk wanita hamil. Segera hubungi dokter, konsultasikan resiko dan
manfaat mengkonsumsi phenobarbital selama masa hamil dan ada baiknnya jika ingin berencana
memiliki kehamilan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Interaksi obat:
Alcohol: meningkatkan efek sedative
Antibakteri:
meningkatkan
metabolisme,
kloramfenikol,
doksisiklin
dan
metronidazole(menurunkan kadar plasma): fenobarbital menurunkan kadar plasma telitromisin
(hindari selama pemberian fenobarbital dan 2 minggu setelah penghentian fenobarbital).
Antiepilepsi: fenobarbital menurunkan kadar plasma karbamazepin, lamotrigin, tiagabin, dan
zonisamid; fenobarbital menurunkan kadar plasma etosuksimid; konsentrasi plasma fenobarbital
ditingkatkan oleh okskarbamazepin, kadar plasma metabolit aktif dari kokskarbamazepin juga
menurun; kadar plasma fenobarbital ditingkatkan oleh fenitoin, kadar plasma fenitoin sering
menurun tetapi dapat juga meningkat; meningkatkan efek sedative jika barbiturate diberikan
bersama pirimidon; kadar plasma fenobarbital mungkin ditingkatkan oleh valproate (kadar plasma
valproate menurun); kadar plasma fenobarbital menurun oleh vigabatrin

(Diazepam)

Lain-lain
Karbamazepin

Indikasi: status epileptikus, konvulsi akibat keracunan.


Dosis: injeksi IV. 10-20mg, kecepatan 0,5 ml (2,5mg) per 30 detik. Ulang bila perlu setelah 30-60
menit. Mungkin dilanjutkan dengan infus IV sampai maksimal 3 mg/kgbb dalam 24 jam. Anak: 200300mcg/kgbb atau 1 mg per tahun umur. Rektal: dewasa/anak lebih dari 3 tahun:10 mg; anak 13 tahun
dan lansia: 5 mg ulang setelah 5 menit bila perlu.
Efek samping:
Mengantuk, pandangan kabur, bingung, ataksia(terutama pada lansia), amnesia, ketergantungan.
Kadang nyeri kepala, vertigo, hipotensi, ganguan saliva dan saluran cerna, ruam, retensi urin.
Peringatan
Hipotensi pusing : Jika mengalami gejala hipotensi, sebaiknya Anda segera duduk atau berbaring,
minum air putih, dan menghentikan semua kegiatan yang sedang Anda lakukan. Gejala biasanya akan
segera hilang setelah beberapa saat.
Cara penyimpanan : simpan pada suhu kamar (25-30C, kering dan terlindung dari cahaya
Pregnancy category (US/FDA) : D
Indikasi: epilepsy, semua jenis, kecuali petit mal, neuralgia trigeminus, propilaksis pada manik
depresis
Dosis: oral: dosis awal 100-200mg, 1-2x sehari, dinaikkan bertahap sampai 800-1000mg/hari dalam
dosis terbagi. LANSIA: kurangi dosis awal. ANAK, sampai 1 tahun 100-200mg: 1-5 tahun
200400mg; 5-10 tahun 400-600mg; 10-15 tahun 600-1000 mg dalam dosis terbagi.
Efek samping : mual, muntah, pusing, mengantuk, sakit kepala, ataksia, bingung, agitasi, (lansia),
gangguan penglihatan (terutama diplopia); konstipasi atau diare; ruam dengan eritema(hentikan obat
bila memburuk atau disertai dengan gejala lain), leukopenia, dan gangguan darah lain, hepatitis.
Peringatan:

Reaksi alergi berupa dermatitis : Steven jhonson sering dilaporkan terjadi dengan obat ini
sehingga pasien harus diperingatkan agar segera kembali kedokter bila timbul vesikel dikulit
setelah minum obat ini. Umumnya penghentian obat dan kortikosteroid dapat mengatasi efek
samping ini.
Efek samping jangka panjang berupa retansi air yang dapat menjadi masalah bagi pasien usia
lanjut dengan gangguan jantung.
Karbamazepin dapat menembus plasenta, dan berakumulasi dijaringan janin dan dapat menggangu

Asam Valproat

pertumbuhan janin. Oleh sebab itu, tidak dianjurkan penggunaanya selama kehamilan dan pada
ibu menyusui.
Jika terjadi gangguaan darah maka harus dilakukan pemeriksaan darah setiap minggu/ bulan.
Karbamazepin memiliki efek samping seperti pusing, ngantuk dan pandangan kabur maka pasien
yang menggunakan obat ini selama terapi dianjurkan untuk menghindari pekerjaan yang
memerlukan konsentrasi penuh mengendarai kendaraan dan menjalankan mesin.
Hindari konsumsi alkohol karena dapat meningkatkan efek samping karbamazepin di SSP.
Karbamazepin sebaiknya diminum bersamaan dengan makan untuk menghindari mual dan
muntah.
Jangan menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter. (ISO Farmakoterapi)
Jika ada dosis yang terlewat diminum segera minum obat yang lupa itu. Namun jika sudah
mendekati waktu minum dosis berikutnya cukup minum satu dosis obat tersebut jangan minum
dua obat sekaligus (ISO Farmakoterapi).
Penyimpanan : jangan menyimpan karbamazepin tablet dikamar mandi, didekat bak cuci dapur,
atau ditempat yang lembab. Panas atau lembab menyebabkan obat rusak.
Interaksi obat:
Analgesik : karbamazepin menurunkan kadar plasma metadon; kabamazepin mengurangi efek
tramadol.
Barbiturate : penobarbital dapat menurunkan kadar plasama karbamazepin.
Obat anti tukak: simetidin menghambat metabolisme obat karbamazepin (meningkatkan kadar
plasma).
Pregnancy category (US/FDA) : D
Indikasi: sebagai terapi tunggal atau terapi tambahan pada pengobata partian seizure (elementary dan
kompleks) dan absence seizure (petit mal seizure).
Dosis: dosis awal 15mg/kgbb/hari, dosis ditingkatkan sebesar 5-10mg/kgbb/hari dengan interval 1
minggu sampai serangan dapat diatasi dan atau tidak muncul efek samping berat (terutama
peningkatan enzim hati). Dosis maksimum adalah 60mg/kgbb/hari. Jika dosis total melebihi 250
mg/hari diberikan dalam dosis terbagi 2.
Interaksi obat:
Analgesic: asetosal meningkatkan efek valproat
Antiepilepsi: kadar plasma valproate diturunkan oleh karbamazepin, kadar plasma metabolit aktif dari
karbamazepin juga meningkat; valproate dapat meningkatkan kadar plasma etosuksimid; valproate
meningkatkan kadar plasma lamotrigin; valproate kadang menurunkan kadar plasma metabolit aktif

Gabapentin

dari oksakarbazepin; valproate meningkatkan atau dapat menurunkan kadar plasma fenitoin, kadar
plasma valproate juga menurun; valproate dapat meningkatkan kadar plasma trimidon (kadar metabolit
aktif trimidon dalam plasma menurun)
Barbiturate: valproate meningkatkan kadar plasma fenobarbirtal (dan kadar plasma valproate juga
menurun).
Peringatan:
Gangguan saluran cerna yang bersifat sementara : Boleh diminum bersamaan dengan makanan
untuk mengurangi gangguan saluran cerna.
Kenaikan berat badan terutama pada remaja putri
Telan utuh tablet atau kapsul tidak boleh dipecah atau dikunyah untuk mencegah iritasi mulut atau
tenggorakan dan mencegah agar tidak merusak salut khusus untuk perlindungan terhadap iritasi
lambung.
Minumlah tablet dengan air putih, jangan susu.
Jika bentuk sediaan sirup boleh dicampur dengan minuman apapun atau ditambahkan kedalam
makanan supaya lebih enak rasanya.
Asam valproat terdistribusi dalam asi sehingga penggunaan pada wanita menyusui harus
diperhatikan dan disarankan mengganti asi dengan susu bayi.
Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral perlu peningkatan dosis obat.
Penyimpanan : jauhkan dari jangkauan anak-anak, simpanlah ditempat yang terlindung dari api
atau cahaya.
Perlu perhatian pada pasien yang mempunyai riwayat penyakit hati, pasien yang mendapatkan
antikonvulsan, anak dengan kelainan metabolik kongenital yang menyertai ratardasi mental,
penyakit otak organik, wanita hamil dan anak, 2 tahun.
Interaksi obat:
meningkatkan kadar fenobarbital sebanyak 40 %.
penurunan kadar fenitoin dalam plasma.
Pregnancy category (US/FDA) : D
Indikasi : terapi tambahan untuk epilepsy parsial dengan atau tanpa kejang umum, yang tidk dapat
dikendalikan dengan antiepilepsi lain; nyeri neuropatik.
Dosis : epilepsy, 300 mg pada hari kesatu, kemudian 300 mg dua kali sehari pada hari kedua, dan 300
mg 3 kali sehari (kira-kira setian 8 jam) pada hari ketiga. Selanjutnya dinaikan sesuai respon, bertahap
300 mg sehari (dalam 3 dosis terbagi) sampai maksimal 2,4 gram sehari, dosis lazim 0,9-1,2 gram
sehari. Anak 6-12 tahun (hanya diberikan oleh spesialis saja): 10 mg/kg BB, pada hari kesatu,

kemudian 20 mg/kg BB pada hari kedua, kemudian 25-35 mg sehari (dalam 3 dosis terbagi kira-kira
setiap 8 jam sekali), dosis pemeliharaan 900 mg sehari (berat badan 26-36 kg) atau 1,2 gram sehari
(berat badan 37-50 kg).
Efek samping:
diare, mulut keing, dyspepsia, mual dan muntah, mengantuk, ansietas, cara berjalan tidak normal,
amsnesia, ataksia, fatigue, tremor, peningkatan berat badan, hepatitis, pankreatitis, nyeri dada, dan
gagal ginjal akut.
Peringatan:
Pengunaan obat: Bersama dengan makan atau setelah makan
Pasien harus mengkonsumsi obat sesuai yang diresepkan.
Penghentian penggunaan gabapentin dalam terapi harus dilakukan secara bertahap selama minimum
satu minggu dan harus dikonsultasikan kepada dokter terlebih dahulu.
Pregnancy category (US/FDA) : C
Interaksi obat :
Antasida : menurunkan absorbsi gabapentinAntimalarial : dapat meningkatkan resiko konvulsi ketika
antiepilepsi diberikan bersama kloroquin dan hidrokloroquin; mevlokuin memberikan efek antagonis
terhadap efek antikkonvulsan dari efek antiepilepsi.
JANTUNG KORONER
Drug category
Nitrat
(Nitrogliserin, isosorbid
dinitrat)

Pharmachist role
Indikasi: Nitrat mengurangi kebutuhan oksigen dengan merelaksasi pembuluh darah.
Dosis: tablet 500 mcg atau spray 0,4 mg SL setiap 3-5 menit sampai sakit berhenti atau jika efek
samping supervene (maksimal 3 dosis)
Cara penggunaan: Digunakan apabila terdapat nyeri dada (angina) yang terjadi lebih dari 2-3 menit,
pasien dianjurkan untuk memakai 1 tablet, tetapi jika tidak terjadi pengurangan rasa sakit tablet ke-dua
dan ke-tiga bisa dikonsumsi dengan interval 5 menit. Jika gejala masih tetap sampai setelah 15 menit,
pasien dianjurkan untuk segera berobat ke rumah sakit terdekat.
Dapat digunakan sebelum aktivitas fisik untuk mencegah nyeri dada. Duduk sebelum menggunakan
obat membantu mengurangi rasa sakit dan juga mencegah hipotensi postural (perasaan pusing pada
perubahan posisi). Letakkan 1 tablet dibawah lidah dan biarkan terlarut, jangan dikunyah dan ditelan.
Apabila digunakan untuk mencegah nyeri dada sebelum aktivitas fisik gunakan 15 menit sebelum
aktivitas. jangan merokok, makan dan minum saat menggunakan obat. untuk penggunaan spray
dibawah lidah. Untuk spray hanya digunakan saat dibutuhkan jangan digunakan secara teratur.
Efek samping: Rasa terbakar dalam mulut merupakan hal yang biasa setelah penggunaan GTN

-bloker oral
(Acebutolol)

sublingual. Pusing dan sakit kepala seringnya dikarenakan merupakan pertanda obat bekerja, apabila
sakit kepala semakin parah beritahu dokter. Tablet GTN bisa menimbulkan rasa sakit kepala atau rasa
panas dan merah di muka. Jika muncul sakit kepala yang bertahan setelah tercapai pengurangan rasa
sakit di dada, tablet yang tersisa di bawah lidah bisa/harus diludahkan atau ditelan.
Untuk mengurangi rasa pusing, bangun perlahan ketika berada dalam posisi duduk atau berbaring.
Beritahu dokter secepatnya apabila menyebabkan pingsan atau jantung berdetak sangat kencang.
jangan berkendara atau melakukan aktivitas yang menyebabkan kesadaran penuh.
Kontraindikasi: pada pasien alergi.
Toksisitas: detak jantung lambat, perubahan penglihatan, mual muntah parah, berkeringat.
Interaksi Obat: berinteraksi dengan obat disfungsi ereksi dan hipertensi pulmonary (sildenofil,
tadalafil,), obat migrain (ergotamin). Obat ini mempengaruhi hasil tes laboratorium seperti kadar
kolesterol darah.
Cara penyimpanan: simpan dalam suhu ruang (15-30 derajat c), jauhi dari cahaya dan kelembaban,
jangan simpan dalam kamar mansi,, jauhkan dari anak-anak dan hewan.
Indikasi: Memblok sel beta , mempengaruhi jantung dan sirkulasi (aliran darah memalui arteri dan
vena). Merunkan kebutuhan oksigen miokard melalui pengurangan konttraktilitas miokard , denyut
jantung, tekanan darah sistolik.
Dosis: 200 mg peroral 2x sehari pada awal. (max 1200mg/ hari)
Cara penggunaan: diminum setiap 12 jam dalam 1 hari (24 jam) diusahakan diminum dalam jam yang
sama setiap hari. Apabila ada dosis yang terlewat segera diminum saat ingat. apabila waktunya
berdekatan dengan waktu minum selanjutnya maka langsung minum untuk yang selanjutnya. jangan
minum obat double untuk menggantikan obat yang terlewat. diminum dengan makanan atau setelah
makan.
Efek samping: pusing ,lelah mual. Untuk mengurangi pusing nangun perlahan dari posisi duduk dan
berbaring. karena menyebabkan pusing jangan menyetir atau beraktivitas yang membutuhkan
kesadaran penuh. obat ini dapat menurunkan aliran darah ketangan dan kaki sehinggga menyebabkan
rasa dingin maka gunakan pakainan yang hangat, dan berhenti merokok karena dapat memperburuk
kondisi ini.
Kontraindikasi: pada paien alergi, perhatian terhadap pasien DM, apabila menyususi jonsultasikan ke
dokter karena dapat masuk ke ASI
Toksisitas: dekak jantung lemah yang tidak umum, amat sangat lemah
Interaksi obat:
aminofilin/ guifenesin, teofilin, arbutamin, aminofilin, verapamil,
diltiazem,fingolimod. Meminum obat ini bersama multivitamin mengnadung mineral dapat

Metoprolol

Propanolol

Atenolol

menurunkan efek obat maka diminum dalam selisih 2 jam.


Cara penyimpanan: simpan dalam suhu ruang (15-30 derajat c), jauhi dari cahaya, panas dan
kelembaban, jangan simpan dalam kamar mandi jauhkan dari anak-anak dan hewan.
Indikasi: lihat acebutolol
Dosis: 25 - 50 mg oral 2 kali /hari
Cara penggunaan: diminum setiap 12 jam dalam 1 hari (24 jam) diusahakan diminum dalam jam yang
sama setiap hari. Apabila ada dosis yang terlewat segera diminum saat ingat. apabila waktunya
berdekatan dengan waktu minum selanjutnya maka langsung minum untuk yang selanjutnya. jangan
minum obat double untuk menggantikan obat yang terlewat. diminum dengan makanan atau setelah
makan.
Efek samping: lihat acebutolol
Kontraindikasi: : lihat acebutolol
Toksisitas: : lihat acebutolol
Interaksi obat: : lihat acebutolol
Cara penyimpanan: : lihat acebutolol
Indikasi: : lihat acebutolol
Dosis: 20 - 80 mg oral perhari dalam dosis terbagi. 2-4 x sehari
Cara penggunaan: diminum setiap 6- 12 jam sehari. Diminum sebelum atau sesudah makan. Apabila
ada dosis terlewat segera minum obat setelah ingat. Jangan diminum dosiss yang terlewat apabila
waktu minum selanjutnya kurang dari 4 jam. jangan minum obat double untuk menggantikan obat
yang terlewat.
Efek samping: lihat acebutolol
Kontraindikasi: alergi, DM, asma
Toksisitas: tidak dapat bernafas, lemah, pingsan
Interaksi obat: epineprin, aminofilin/guaifenesin, albuterol, aminofilin/barbital,/efedrin, teofilin,
metildopa, terbutalin, farmoterol, verapamil, diltiazem, dolsetron. Mengkonsumsi multivitamin
mengandung mineral mengganggu efek obat maka jika diminum diheda 2 jam. Alkohol
Cara penyimpanan: lihat acebutolol
Indikasi: lihat acebutolol
Dosis: 25 - 100 mg oral sehari
Cara penggunaan: diminum dengan satu gelas air diminum pada waktu yg sama pada setiap hari
Apabila ada dosis terlewat segera minum obat setelah ingat. Jangan diminum dosiss yang terlewat
apabila waktu minum selanjutnya kurang dari 8 jam. selanjutnya. jangan minum obat double untuk

menggantikan obat yang terlewat.


Efek samping: lihat acebutolol
Kontraindikasi: ibu hamil, perhatian pada ibu menyusui, alergi, DM, asma
Toksisitas: nafas pendek pendek, kebiruan dikuku, pusing, pingsan, kejang
Interaksi obat:
aminofilin/ guifenesin, teofilin, arbutamin, aminofilin, verapamil,
diltiazem,fingolimod. Meminum obat ini bersama multivitamin mengnadung mineral dapat
menurunkan efek obat maka diminum dalam selisih 2 jam. Alkohol. Hindari meminum jus jeruk dalam
jumlah besar karena dapat mengurangi efek obat.
Cara penyimpanan: lihat acebutolol
Terapi Antiplatelet oral Indikasi: bekerja dengan cara menekan pembentukan tromboksan A2 dengan
(Aspirin)
cara menghambat siklooksigenase di dalam platelet (trombosit) melalui asetilasi
yang ireversibel. Kejadian ini menghambat agregasi trombosit melalui jalur
tersebut dan bukan yang lainnya. Sebagian dari keuntungan ASA dapat terjadi
karena kemampuan anti inflamasinya, yang dapat mengurangi ruptur plak
Dosis: Dosis awal : 162-325 mg peroral sebagai dosis tunggal (dapat dikunyah pada pasien yang
belum mendapat aspirin untuk kadar darah aspirin cepat)
Dosis harian : 75-160 mg peroral 1x sehari
Cara penggunaan: diminum 1 x sehari saat makan.jangan minum obat ini apabila mencium bau cuka
dari dalam botol karena mungkin saja obat ini sudah tidak efektif. Apabila ada dosis terlewat segera
minum obat setelah ingat. Jangan diminum dosis yang terlewat apabila waktu minum selanjutnya suda
dekat. jangan meminum doubel untuk mengganti obat yg lupa diminum.
Efek samping: gangguan atau rasa panas diperut, mengantuk, sakit kepala ringan, jangan gunakan
pada saat aktivitas fisik yang membutuhkan konsentrasi
Kontraindikasi: hemofilia, alergi, ada pendarahan pada perut atau usus, anak atau remaja dengan
demam, gejala flu atau cacar, ibu menyusui. Jika pada ibu hamil konsultasikan pada dokter.
Interaksi obat: ibuprofen, metozolamid, ketorolax, methotrexate, warfarin, kafein,alkohol.
Cara penyimpanan: lihat acebutolol
Indikasi: Pada pasien-pasien dengan agina berulang atau berkelanjutan walaupun
Kanal kalsium
(diltiazem)
telah mendapatkan nitrat & penghambat beta dengan dosis adekuat, atau
pasien-pasien yang tidak dapat bertoleransi terhadap nitrat dan penghambat beta dengan dosis yang
adekuat. Angina prinzmetal (angina varian).
Dosis: Lepas cepat : 30-120 mg 3x/hari
Cara penggunaan: diminum setiap 8 jam dalam sehari. Apabila ada dosis terlewat segera minum obat

Verapamil

setelah ingat. Jangan diminum dosiss yang terlewat apabila waktu minum selanjutnya suda dekat.
jangan meminum doubel untuk mengganti obat yg lupa diminum.
Efek samping: pusing, sakit kepala, lemas, mual, rash. Jangan mengendarai atau beraktivitas yg butuh
perhatian tinggi setelah minum obat
Kontraindikasi: hipotensi, serangan jantung, cairan diparu, ibu menyusui
Toksisitas: detak jantung lambat, nafas pendek pendek , pingsan
Interaksi obat: acebutolol, atenolol, dolasetron, ventanil, alventanil, lovastatin, sopalol, bisoprolol,
acetaminopen/hidrochodone, karbamazepin, eritromisin, propranolol, labetalol, metoprolol,
multivitamin dengan mineral, makanan, alkohol, jus grapefruit dapat meningkatkan obat didarah.
Cara penyimpanan: simpan pada suhu kamar dan ditempat kering
Indikasi: lihat diltiazem
Dosis: Lepas lambat : 100-360 mg 1 kali /hari
Lepas cepat : 40-160mg 3x/ hari
Lepas lambat : 120-480 mg ax/hari
Cara penggunaan: diminum 3 x sehari yaitu setiap 8 jam sehari, diminum 1 x sehari yaitu setiap 24
jam sekaliApabila ada dosis terlewat segera minum obat setelah ingat. Jangan diminum dosisyang
terlewat apabila waktu minum selanjutnya suda dekat. jangan meminum doubel untuk mengganti obat
yg lupa diminum.
Efek samping: konstipasi, sakit kepala, pusing, nyeri hidung
Kontraindikasi: sick sinus sindrom, gagal jantung parah, detak jantung lambat, ibu hamil kategori
FDA-C, ibu menyusui,
Toksisitas: detak jantung lambat, sangat pusing, pingsan.
Interaksi obat: dolasetron, albutamin, acebutolol, atenolol, ventanil, alventanil, lovastatin, bisoprolol,
eritromisin, propranolol, labetalol, oxikodem,carbamanzepin, metropolol, alkohol, multivitamin
dengan mineral karena dapat menyebabkan penurunan efek obat, grapefruit jus/ grapefruit.
Cara penyimpanan: lihat diltiazem

ARITMIA JANTUNG
Drugs category
Pharmachist role
Kelas I Na+ Kanal
Bloker cepat
1A (Moderate Block):
memperpanjang
masa
refrakter dan aksipotensial

(kinidin)

Prokainamid

Indikasi: supresi takikardi supraventrikel dan aritmia ventrikel


Dosis: 200-400 mg 3-4x sehari
Cara penggunaan: oral
Efek samping: trombositopenia, anemia hemolitik, alergi kulit
Kontraindikasi: pengeblok jantung lain dan wanita hamil karena teratogenik
Toksisitas: keracunan pemakaian lama dengan gejala nyeri kepala, telinga berdesing, pusing, demam
dan gangguan penglihatan
Interaksi obat: meningkatkan kadar digoksin dalam darah, memperkuat efek derivat-kumarin, enzim
induktor seperti fenitoin, fenobarbital dan rifampisin dapat mempercepat perombakan kinidin
Cara penyimpanan: simpan pada suhu ruang dan ditempat kering
Indikasi: Aritmia ventrikuler dan VT
Dosis: 250-1000 mg setiap 3 jam, injeksi 0,5-1 g setiap 4-8 jam
Cara penggunaan: oral, IV
Efek samping: hipotensi, gangguan penyaluran impuls dengan ventrikular aritmia block, diare, pusing,
demam, depresi
Cara penyimpanan: simpan pada suhu ruang dan sejuk
Indikasi: Aritmia ventrikuler akut atau komplikasi infark jantung
Dosis: im 300 mg atau iv 50-100 mg dalam 1-2 menit diulang setelah 5-10 menit. Langsung
dilanjutkan dengan infus 200-300 mg/jam
Cara penggunaan: IM, IV
Efek samping: bingung, mual, muntah, pusing
Cara penyimpanan : simpan pada suhu sejuk

IB
(weak block) :
mempersingkat
masa
refrakter
dan
aksi
potensial sel sel miokard,
hanya
efektif
pada
Aritmia ventrikuler
(Lidokain)
Fenitoin
Indikasi: khusus digunakan pada pasien keracunan digoksin
Dosis: permulaan sehari 2-5 mg/kg BB dan dosis pemeliharaan 2 dd 100-300 mg dengan minum
banyak air
Cara penggunaan: oral
Efek samping: hiperplasia gusi, pusing, mual dan menambah bulu badan
Kontraindikasi: tidak boleh digunakan oleh wanita hamil karena teratogenik
Cara penyimpanan: simpan pada suhu ruang
I C (pronounced block) :
memperpanjang
sedikit
masa refrakter dan aksi

potensial
(propafenone)

Indikasi: khusus digunakan pada aritmia supraventrikuler


Dosis: 150-300 mg setiap 8 jam/ 225-425 mg setiap 12 jam dengan max 900 mg sehari
Cara penggunaan: oral
Efek samping: gangguan lambung-usus, penglihatan, hilang rasa dimulut, nyeri kepala, pusing, letih
Kontraindikasi: dosis disesuaikan pada pasien hepatic disease
Cara penyimpanan: simpan pada suhu ruang
Indikasi: mengeblok beta adrenergik
Dosis: oral 2-3 dd 40 mg dc. Maksimal 320 mg sehari
Efek samping: vasokontriksi (jari-jari tangan dingin)
Cara penyimpanan: simpan ditempat kering dan sejuk

kelas II - beta bloker :


mengurangi
aktivitas
adrenergik di miokard
dengan
penurunan
frekuensi
dan
daya
kontraksi
(propanolol)
Atenolol
Indikasi: lihat propanolol
Dosis: 2 dd 50-100 mg
Cara penggunaan: oral
Efek samping: lihat propanolol
Simpan pada suhu sejuk
Timolol
Indikasi: lihat propanolol
Dosis: 2 dd 1 tetes larutan 0,25-0,5%
Cara penggunaan: IV
Efek samping: lihat atenolol
Cara penyimpanan: simpan pada suhu sejuk
Metoprolol
Indikasi: lihat propanolol
Dosis: 1-2 dd 100 mg (setelah dimulai dengan iv 5 mg)
Cara penggunaan: oral, IV
Efek samping: lihat propanolol
Cara penyimpanan: simpan pada suhu sejuk
kelas III - bloker kanal K+
: akibat blokade saluran
kalium, masa refrakter dan
lamanya aksi potensial

diperpanjang
(Sotalol)

Amiodaron

kelas IV -bloker kanal


Ca+
:
akibat
penghambatan kanal ion
Ca
maka
penyaluran
impuls AV diperlambat
dan
masa
refrakter
dipercepat (Verapamil)
(Diltiazem)

GAGAL JANTUNG
Glikosida jantung
(Digitalis, digitoksin)

Indikasi: efektif untuk aritmia bilik dan serambil, efek sampingnya lebih ringan dari amiodaron
Dosis: oral 2 dd 80 mg ac sampai maksimal 2 dd 160 mg
Cara penggunaan: oral
Efek samping: pusing, lemah, letih, mual, diare, bradikardi
Kontraindikasi: dosis disesuaikan pada pasien renal dysfunction
Cara penyimpanan: simpan pada suhu sejuk
Indikasi: efektif terhadap aritmia serambi, bilik dan takikardi supraventrikuler
Dosis: 400 mg 2 - 3 x sehari, max 10 gram dilanjutkan 200-400 mg sehari
Cara penggunaan: oral
Efek samping: penggunaan lama dapat menggangu fungsi tiroid dan toksisitas paru, ganggunan
lambung usus
Interaksi obat: dapat meningkatkan efek antikoagulasi oral dan digoksin
Cara penyimpanan: simpan pada suhu sejuk
Indikasi: untuk takikardi dan aritmia supraventrikuler, fibrilasi serambi
dosis: 3-4 dd 80 mg, maks 720 mg sehari
cara penggunaan: oral
efek sampmg: hipotensi, bradikardi, insufisiensi jantung
interaksi obat: kombinasi dengan beta bloker dan antiaritmia dapat menimbulkan gangguan
penyaluran AV kuat, hipotensi dan gagal jantung
cara penyimpanan: simpan pada suhu ruang
indikasi: vasodilatasi lebih kuat dari verapamil
dosis: iv 1 dd 0,25-0,3 mg/ kg dalam 2 menit
Efek samping: hipotensi, bradikardi, insufisiensi jantung
Cara penyimpanan: simpan ditempat sejuk dan kering, jauhkan dari jangkauan anak anak.
Indikasi: Berefek sebagai inotropik positif yaitu memeprkuat kontraksi jantung, hingga volume
pukulan dan diuresis diperbesar, serta jantung yang memperbesar mengecil lagi. Frekuensi denyutan
juga dikecilkan diturunkan (efek cronotopik negatif) akibat stimulus nervus vagus.
Dosis: digitalis Oral 0,25-0,75mg sehari a.c selama semingggu, pemeliharaan 1 dd 0,125-0,5 mg a.c
Cara penggunaan: oral
Efek samping: Gangguan lambung usus, enoreksia, mual, muntah, diare, nyeri perut, pusing, melihat
kuning, letih, lemah otot, gelisah, dan konvulsi.

Toksisitas: aritmia jantung, khususnya ekstrasistole, dan fibrilasi bilik berbahaya yang dapat
mengakibatkan shock fatal.
Interaksi obat: obat diuretik dan kortikosteroid
Cara penyimpanan: simpan ditempat kering dan jauhkan dari jangkauan anak anak.
Indikasi: Terapi pendukung inotropik dari miokardium pada engobatan gagal jantung kengestif akut
Simpatomimetik
(Dobutamin)
Dosis: 2.5-40mcg/kgBB/mnt secara infus
Cara penggunaan: IV
Efek samping: Mual, sakit kepala, palpitasi, dipsnea dan nyeri dada
Kontraindikasi: Kardiomiopati obstruktif, stenosis subaorta, hipertrofi idiopatik
Interaksi obat: Nitropusid, Penyekat-B
Cara penyimpanan: simpan pada suhu dingin
Inhibitor Fosfodiesterase Indikasi: Terapi jangka pendek pada gagal jantung yang tidak responsif terhadap terapi rumat
(Milrinon)
konvensional
Dosis muatan : 50mcg/kgBB diberikan secara lambat selama 10 menit. Dosis rumat min
0.59mg/kgBB/24jam
Cara penggunaan: IV Continue
Efek samping: Aritmia ventrikel dan aktivitas ektopik, takikardi ventrikel yang terus menerus atau
tidak terus menerus, hipotensi, nyeri dada, sakit kepala, hipokalemia, tremor
Kontraindikasi: penyakit obstruksi aorta atau pulmonnal berat
Interaksi obat: Furosemid dan Bumetanid
Cara penggunaan: simpan di suhu dingin
Indikasi: Antihipetensi pertama yang khusus digunakan untuk dikombinasi dengan B-Bloker dan
Vasodilator Langsung
(hidralazin)
Thiazid
Dosis semula 2-3 dd 10-25 mg bila perlu dinaikkan sampai mkasimal 200mg/hari dalam 3-4 dosis
Cara penggunaan: oral
Efek samping: Pusing, nyeri kepala, muka merah, hidung mampat, jantung berdebar, dan gangguan
lambung usus.
Cara penyimpanan: simpan disuhu kamar
Indikasi: gagal jantung
ACEI
(Kaptopril)
Dosis: 25 mg 3x/hari sebaiknya dimulai dg 12.5 mg 3x/hari
Cara penggunaan: Oral, diberikan saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan
Efek samping: Batuk, kurang atau hilangnya indra pengecap, proteinuria, sakit kepala, hipotensi
Kontraindikasi: pada ibu hamil

Interaksi obat: Pemberian diuretik hemat K dapat menyebabkan hiperkalemia. Efek hipotensi
ditingkatkan oleh diuretik dan antihipertensi lain, diturunkan oleh indometasin
Cara penyimpanan: simpan pada suhu kamar
(Lisinopril)

Indikasi: lihat kaptopril


Dosis: 2,5 mg /hari. Dosis pemeliharaan 5-20mg/hr
Cara penggunaan: Oral, diberikan saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan
Efek samping: edema angioneurotik pada wajah, ekstemitas, bibir, lidah, pusing, sakit kepala, diare,
batuk, mual, lelah.
Kontraindikasi: Pada ibu hamil, anak, hipersensitiv pada salah satu komponen obat ini. Riwayat edema
angioneurotik yang berhubungan dengan terapi ACE sebelumya
Interaksi obat: B-Bloker, diuretik, endometasin, AINS, litium diuretik, diuretik hemat Kalium, garam
pengganti atau sumplemen yang megandung kalium
Cara penyimpanan: simpan pada suhu kamar

(perindopril)

Indikasi: Terapi penunjang untuk gagal jantung kongestif


Dosis awal 2.5mg dapat ditingkatkan menjadi 5mg. Lansia dosis awal 2.5mg/hari
Cara penggunaan: oral
Efek samping: Batuk, lelah, astenia, sakit kepala, gangguan suasana hati atau sulit tidur, proteinuria,
peningkatan reversibel urea dan kreatinin darah
Kontraindikasi: Pada ibu hamil, Angiodema herediter atau idiopatik
Indikasi: Pengobatan gagal jantung sedang-berat kronik stabil dengan penururnan fungsi ventrikuler
sistolik sebagai tambahan pada ACEI dan diuretik dan glikosida jantung
Dosis:1 tab(5mg)/hari pada pagi hari. Dosis rata-rata 5-10mg/hari.
Cara penggunaan: oral sebelum atau sesudah makan pagi
Efek samping: Rasa dingin atau dingin pada ekstremitas lelah kehabisan tenaga, kram, badikardi,
depresi, gangguan tidur.
Kontraindikasi: Gagal jantung akut atau gagal jantung selama episode dekompensasi memerlukan
terapi inotopik IV, syok kardiogenik.
Interaksi obat: Antagonis Ca, klonidin, MAOI, antiaritmia kelas I-II, obat parasimpatomimetik, Bbloker lain, nsulin, diabetik oral.
Cara penyimpanan: disimpan pada suhu kamar dan jauhkan pada jangkauan anak anak

-bloker
(Bisoprolol)

(Carvedilol)

Diuretik
(furosemid)

HCT (Hidrochlortiazid)

Indikasi: Hipertensi essesnsial, gagal jantung kronik


Dosis: Awal 1/2 tab 6,25mg 2x/hari selama 2 minggu kemudian dapat ditingkatkan menjadi 1 tab
6,25mg tab dengan interval > 2 minggu.
Cara penggunaan: tablet harus ditelan dengan cukup air
Efek samping: Pusing, sakit kepala, lelah, bradikardi, gangguan GI, gejala yang menyerupai flu,angina
pektoris, gangguan tidur, alergi kulit.
Kontraindikasi: Sudah memiliki gejala gagal jantung, sindrom nodus SA, bradikardi berat, IM, sedang
mendapat terapi MAOI
Interaksi obat: Antihipertensi lain, reserpin, gunetidin metildopa, klonidin, guantasin, digoksin,
glikosida jantung, insulin, antidiabetes oral, antiaritmia, anastesi, jus grapefruit
Cara penyimpanan: simpan ditempat kering pada suhu kamar
Indikasi: Edema yang berhubungan dengan gagal jantung, sirosis hati, dan penyakit ginjal
Dosis: Awal 20-80mg dosis tunggal dapat diulang jika perlu dengan interval 6-8 jam
Cara penggunaan: Oral dapat bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI
Efek samping: Gangguan GI, reaksi hipersensitivitas, reaksi SSP, reaksi kulit, dan hiperglikemi
Kontraindikasi: Hipersensitivitas pada furosemide dan sulfonamid
Interaksi obat: Aminoglikoside, probenazide, salisilat, lithium
Cara penyimpanan: simpan ditempat yang kering pada suhu kamar
Indikasi: Diuretika, edema, terapi tambahan pada hipertensi
Dosis: 50-200mg/hari
Cara penggunaan: Oral setelah makan
Efek samping: Anuria, terapi bersama litium, dekompensasi ginjal
Interaksi obat: Dapat meningkatkan toksisitas dari glikosida digitalis, efek hambatan neuromuskar
pada pelemas otot, efek entihipertensi.
Cara penyimpanan: simpan pada tempat kering dan pada suhu kamar

Klortalidon
Indikasi: Gagal jantung kronik stabil derajat ringan-sedang
Dosis: Awal 25-50mg/hari. Kasus berat dapat ditingkatkan s/d 100-200mg/hari
Cara penggunaan: oral diberikan saat makan
Efek samping: Hipokalemia, hiperurisemia, peningkatan kadar lemak darah, hiperglikemi, urtikari,
ruam kulit pusing dan kehilangan nafsu makan.
Kontraindikasi: Anuria, gagal ginjal, gagal hati yang berat, hipokalemia, hipertensi saat kehamilan.

Interaksi obat: Meningkatkan lithium dalam darah, efek hipokalemia dari diuretik dapat diperbesar
oleh kortikosteroid, ACTH dan agonis B-2. AINS dapat memperlemah efek diuretik
Cara penyimpanan: simpan pada suhu kamar dan ditempat kering
OSTEOARTHRITIS
Drug category
Pharmachist role
GOL. NSAID Non Selektif NSAID dikonsumsi setelah atau dengan makanan atau disertai dengan antasid untuk mengurangi
iritasi pada lambung.
COX inhibitor
Instruksikan pasien meminum NSAID dengan segelas air putih penuh dan 15-30 menit setelahnya
pertahankan posisi badan tetap tegak.
Jangan memberikan dua AINS pada saat yang bersamaan.
AINS dapat menyebabkan peningkatan risiko trombotik kardiovaskuler serius, infark miokard,
dan stroke, yang dapat berakibat fatal.
AINS menyebabkan peningkatan risiko efek samping serius pada saluran cerna, termasuk
perdarahan, ulserasi, dan perforasi lambung atau usus.
AINS sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien lansia, pasien dengan riwayat,
hipersensitivitas , terhadap asetosal atau AINS lainnya, selama kehamilan dan menyusui , serta
pada gangguan koagulasi.
AINS sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengidap atau mempunyai riwayat tukak
lambung aktif. Pasien yang sebelumnya, atau sedang mengidap tukak atau perdarahan saluran
cerna, lebih baik menghindari dan menghentikan penggunaan obat jika muncul lesi saluran cerna.
Efek samping beragam tingkat keparahan dan kekerapannya. Kadang timbul rasa tidak nyaman
pada saluran cerna, mual, diare, dan kadang perdarahan dan tukak. Dispepsia bisa ditekan dengan
meminum obat ini bersama makanan atau susu atau pilih bentuk sediaan salut enterik.
1. Gol. Salisilat
Asetil salisilat
Aspirin
/asam
salisilat

2. Non asetil salisilat


Asam asetat

Aspirin memiliki interaksi dengan obat-obat berikut:


Analgesik:
asetil
Hindari penggunaan secara bersamaan asetosal dengan AINS (menigkatkan efek samping); ibu
profen dapat mengurangi efek antiplatelet.
Antasida:
Urin yang bersifat basa akibat antasida meningkatkan ekskresi asetosal.

Diklofenak dikenal sebagai OAINS yang bisa ditoleransi dengan baik dan keluhan GI akibat
penggunaan diklofenak lebih rendah ketimbang indometasin dan aspirin. Penggunaan bersama

Diklofenak (turunan asam


fenilasetat)
Ketorolac

aspirin akan menurunkan konsentrasi plasma dan AUC diklofenak. Diklofenak meningkatkan
konsentrasi plasma digoksin, metotreksat, siklosporin dan litium sehingga meningkatkan
toksisitasnya.
Ketorolak digunakan pada penanganan jangka pendek nyeri sedang sampai berat (pasca
bedah).
ketorolak bisa menyebabkan retensi cairan dan edema. Karenanya, penggunaan ketorolak
hanya diperbolehkan untuk jangka waktu pendek (maksimal tiga hari).

Asam propionat
Ibuprofen
Ketoprofen

Ibuprofenmempunyai efek samping yang lebih sedikit dibanding AINS non selektif lain,
tetapi aktivitas antiinflamasinya lebih lemah.
pemberian ibuprofen dosis tinggi dalam jangka panjang dikaitkan dengan peningkatan risiko
infark miokard
Sebaiknya obat ini tidak digunakan sebelum maupun setelah menjalani operasi bypass jantung,
karena obat ini dapat mengancam jantung seperti terjadinya serangan jantung atau stroke.

Asam fenamat
Asam mefenamat

Asam mefenamat mempunyai sedikit aktivitas anti inflamasi. Kadang-kadang menyebabkan


diare dan anemia hemolitik yang memerlukan penghentian penggunaan.

Asam Enolat (Oxicam)


Meloxicam
Piroxicam

Meloksikam digunakan untuk pengobatan jangka pendek osteoartritis dan pengobatan jangka
panjang reumatoid artritis. Penggunaannya dapat dipertimbangkan bagi pasien usia remaja
yang tidak bisa toleran terhadap AINS lain.
Piroksikam kerjanya lebih panjang sehingga dapat diberikan satu kali sehari. Namun demikian
efek sampingnya terhadap saluran cerna lebih berat dibanding ibuprofen terutama pada pasien
lansia.

Aminofenol
Asetaminofen

Hentikan penggunaan parasetamol bila demam berlangsung lebih dari 3 hari atau nyeri
semakin memburuk lebih dari 10 hari, kecuali atas saran dokter.
Bagi ibu hamil dan menyusui, konsultasikan dengan dokter jika hendak menggunakan obat ini.
Konsultasikan dengan dokter sebelum mengkombinasi parasetamol dengan obat-obat NSAID,
antikoagulan (warfarin) ataupun kontrasepsi oral.
Penggunaan parasetamol bersama alcohol dapat meningkatkan toksisitas hati.
Konsumsi vitamin C dosis tinggi dapat meningkatkan kadar parasetamol dalam tubuh.


COX-2 selektif inhibitor
Celecoxib
Glikokortikoid

Injeksi hyaluronat

Hentikan penggunaan parasetamol bila pasien ruam kulit, sakit kepala terus menerus, atau
kemerahan atau bengkak; atau jika gejala bertambah buruk, atau memiliki gejala baru.

Anemiadapat
terjadi,perlu
pemantauanhemoglobinatauhematorcritpada
pasienpengobatan
jangkapanjang
Terapi sistemik (oral) tidak dianjurkan. Selain terbuti tidak efektif, pada pemakaian jangka
panjang berbahaya.
Jangka pendek relatif aman, tetapi terlalu cepat menurunkan dosis dapat menyebabkan terserang
arthritis kembali.
Berikan informasi cara penghentian terapi.
Diberikan secara injeksi pada persendian yang terkena.
Monitor interval pemberian secara injeksi (Hindari pengulangan injeksi dalam 3 bulan)
Dosis berdasarkan pada ukuran sendi (misalnya kurang lebih 2-5 mg untuk jari, kurang lebih 25
mg untuk lutut).
Pakai dengan hati-hati pada pasien dengan diabetes atau gagal jantung.
Kontraindikasi: sendi infeksi (tapis dengan WBC count dan Gram stain dari cairan sinovial ,
diikuti dengan kultur), prostetik sendi, gangguan pendarahan.
Efek yang tidak dikehendaki: kebocoran periarticular menyebabkan atrofi dari jaringan subkutan
dan depigmentasi kulit lokal.
Pantau efek samping yang mungkin terjadi pada pemakaian overdosis atau jangka panjang (efek
samping mineralokortikoid, glukokortikoid dan sindrom cushing)
Dapat terjadi gangguan mental yang serius.
Perhatian khusus perlu dilakukan jika obat ini diberikan pada anak-anak karena dapat
menyebabkan penekanan fungsi kelenjar adrenal.
Hati-hati pada pemakaian ibu hamil.
Sampaikan teknik penyuntikan yang benar (teknik aseptik dan jika pengobatanadalahbilateral,
jarum suntikyang terpisahharus digunakanuntuk setiaplutut)
Peningkatan peradangansementaradidisuntikkanlututdapat terjadi
Hindariaktivitas beratatau berkepanjangan(>1 jam) kegiatanmenahan beban(misalnya berjalan,
tenis) dalam waktu 48jaminjeksiberikut
Nyerimungkin tidak jelassampai setelahinjeksi ke 3
Hapusefusi sendi, jika ada, sebeluminjeksi

Capsaisin
Glukosamin
HEPATITIS
IG
(Imuno Globulin)

Lamivudin

Interferon

Vaksin Hepatitis B

Tidakuntuk injeksiintra-artikular kesinovium


Hati-hati penggunaan pada ibu hamil dan menyusui

Monitor reaksi alergi terhadap obat, tempat pemberian topikal capsaisin, peringatan penggunaan, beri
peringatan bahwa obat tersebut akan membuat rasa terbakar
Monitor reaksi alergi terhadap obat dan kadar gula darah untuk penyakit diabetes
Indikasi: sebagai immunomodulator
Dosis: 0,02ml/kg
Cara penggunaan: IM
Efek samping: nyeri setelah penyuntikkan
Cara penyimpanan:
Disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 2-8Oc (vaksin)
Indikasi: pengobatan hepatitis B kronik pada pasien dengan reflikasi virus aktif dan peradangan liver
aktif
Dosis : Dewasa, anak >12 tahun 100 mg 1 x sehari
Anak usia 2-11 tahun 3 mg/kg 1 x sehari (maximal 100 mg/hari)
Efek samping: waspadai diare, nyeri perut, ruam, malaise, lelah
Interaksi obat: trimetroprim menyebabkan peningkatan kadar lamivudine dalam plasma
Indikasi: digunakan untuk terapi hepatitis B Kronis
Dosis: 4,5 x 106 unit 3xseminggu.
Cara penggunaan: SC/IM
Efek samping: anoreksia, mual, flu like syndrome, dan kelelahan sering kali terjadi pula gangguan
pada mata dan depresi. Dilaporkan pula terjadi masalah kardiovaskular (hipotensi, hipertensi dan
aritmia) nefrotoksisitas dan hepatotoksisitas, hipertrigliseridemia, reaksi hipersensitivitas,
kebingungan, koma, seizur.
Interaksi obat: interferon alfa menghambat metabolisme teofilin (meningkatkan kadar plasma).
Hindari penggunaan bersama antara interferon gamma dengan vaksin hidup.
Cara penyimpanan : simpan ditempat kering dan sejuk.
Indikasi: digunakan untuk pasien yang memiliki resiko terkena virus Hepatitis B
Dosis: diberikan 3 dosis (dewasa 1ml, anak 0,5 ml) pada bulan ke 0, 1 dan 6.
Efek samping: reaksi lokal, erithema, sakit, bengkak yang hilang dalam 2 hari.

Ribavirin
penginterferon

Cara penggunaan: IM. Vaksin ini dapat diberikan setiap 5 tahun, dapat juga digunakan alternatif
jadwal untuk wisatawan, bayi yang terinfeksi dari ibunya, dan mereka yang terpapar virus, yaitu bulan
ke 0,1,2 dan booster pada bulan ke 12.
Interaksi obat: interferon alfa menghambat metabolisme teofilin (meningkatkan kadar plasma). Hindari
penggunaan bersama antara interferon gamma dengan vaksin hidup
Cara penyimpanan: disimpan di suhu dingin 2 8Oc
dengan Ribavirin dengan Interferon -2b Interferon -2b : 3 x 106 unit SC 3 x seminggu dan Ribavirin per hari
berdasarkan berat badan :
<75 kg : Ribavirin 400 mg pagi dan 600 mg sore hari
>75 kg : Ribavirin 600 mg pagi dan sore hari
Ribavirin dengan Peginterferon - 2a
Peginterferon - 2a : 180 g SC I x seminggu dengan Ribavirin per hari berdasarkan berat badan
dengan genotip HCV
Genotip 1 <75kg : 400 mg pagidan 600 mg malamhari>75kg : 600 mg pagidanmalamhari
Genotip 2 dan 3 400 mg pagidanmalamhari
Efek samping: Hemolisis, anemia, neutropenia, mulut kering, hyperhidrosis, asthenia, lemah, demam,
sakit kepala, gejala menyerupai flu, kekakuan, berat badan menurun, gangguan GI, artalgia, myalgia,
insomnia, somnolen, batuk, dyspnea, faringitis, alopesia, depresi.
Kontraindikasi: Wanita hamil dan suami dari ibu hamil, pasangan yang berencana memiliki anak
kandung, mempunyai reaksi alergi terhadap ribavirin, penyakit jantung berat 6 bulan yang lalu,
haemoglobinopati, hepatitis autoimun, sirosis hati yang tidak terkompensasi, penyakit tiroid, adanya
penyakit atau riwayat kondisi psikiatrik berat, terutama depresi, keinginan atau ada upaya bunuh diri.
Interaksi obat: Zidovudine, Stavudine
Cara penyimpanan: disimpan ditempat kering dan jauhkan dari jangkauan anak anak

HIV/AIDS
Drug category
NRTI ( Nucleoside Reverse
Trancriptase Inhibitor)
Zidovudine (AZT)
(Reviral)

Pharmachist role
Indikasi: pengobatan infeksi HIV lanjut (AIDS), HIV awal dan HIV asimptomatik dengan tanda
tanda resiko progresif, infeksi HIV asimptomatik dan simptomatik pada anak dan tanda tanda
immunodefisiensi yang nyata
Dosis: 250 - 300 mg setiap 12 jam
Dosis 250 mg dapat diberikan tanpa mengurangi efektifivatas AZT dengan kemungkinan timbulnya
efek samping yang lebih rendah
Dosis 250 mg sementara tidak tersedia di Indonesia

Efek samping: Perlu dilakukan Pemantauan efek samping supresi sumsum tulang (anemi makrositik
atau netropeni)
ES lain: asidosis laktat dengan steatosis hepatitis (jarang); intoleransi gastrointestinal; sakit kepala;
sukar tidur; miopati; pigmentasi kulit dan kuku
Perhatian : Pemberian bersama makanan mengurangi mual.
Monitor hematokrit, leukosit, tes fungsi hati.
Cara penyimpanan: dalam suhu kamar

Stavudine (d4T)
(Staviral)

Lamivudine (3TC)
(Hiviral)

Didanosine

Indikasi: lihat zibovudine


Dosis: 30 mg; diberikan tiap 12 jam
Efek samping: Neuropati perifer, lipodistrofi dan laktat asidosis merupakan efek samping yang sering
timbul. Pemeriksaan ketiga gejala tersebut diatas perlu dilakukan secara terus menerus
ES lain Pankreatitis
Perhatian: Tidak aman digunakan dengan didanosin.
Cara penyimpanan: dalam suhu kamar
Indikasi: infeksi HIV Progresif dikombinasikan dengan antiretroviral lainnya.
Dosis: 150 mg; diberikan tiap 12 jam atau 300 mg setiap 24 jam
Efek samping: Toksisitas rendah
Efek samping asidosis laktat dengan steatosis hepatitis (jarang), infeksi saluran nafas, mual, muntah,
diare, nyeri perut, sakit kepala, malaise.
Cara penyimpanan: Dalam suhu kamar. Jika ODHA telah mendapatkan Lamivudin untuk tujuan
pengobatan Hepatitis B sebelumnya, maka Lamivudine tidak dapat digunakan karena telah terjadi
resisten.
Indikasi: lihat lamivudin
Dosis: 250 mg ( BB < 60 mg) dan 400 mg ( BB > 60 mg): diberikan single dose setiap 24 jam (tablet
bufer atau kapsul enteric coated)
Efek samping: Didanosine merupakan obat dari golongan d drugs bersama dengan d4T dan ddC.
ddI tidak dapat digunakan bersama dengan d4T karena memperkuat timbulnya efek samping seperti
pankreatitis, neuropati, asidosis laktat, lipoatrofi.
Efek samping lain: asidosis laktat dengan steatosis
hepatitis (jarang); mual; muntah; diare

ddI tidak boleh digunakan bersama dengan Tenovofir karena interaksi obat yang menyebabkan kadar
Tenofovir dalam darah turun sehingga menyebabkan kegagalan pengobatan
ddI juga tidak direkomendasikan untuk digunakan bersama dengan Abacavir karena data pendukung
yang tidak cukup
perhatian: Obat diberikan tidak bersama makanan.
Monitor fungsi hati, amilase/lipase,
Hati-hati pemberian bersama dengan obat yang menyebabkan pankreatitis.
Cara penyimpanan: Tablet dan kapsul dalam suhu kamar. Puyer harus dalam refrigerator, suspensi
oral/ formula pediatrik dapat tahan hingga 30 hari bila disimpan dalam lemari es.
Sudah tidak digunakan di Indonesia

Abacavir

Indikasi: sebagai antivirus HIV


Dosis: 300 mg; diberikan tiap 12 jam ATAU 600 mg setiap 24 jam
Efek samping: Abacavir mempunyai efek samping hipersensitivitas dengan insiden sekitar 5 8 %
(dapat fatal).
Demam, ruam, kelelahan, mual, muntah, tidak nafsu makan
Gangguan pernafasan (sakit tenggorokan, batuk) asidosis laktat dengan steatosis hepatitis (jarang)
Penggunaan Abacavir harus dihentikan jika terjadi reaksi alergi dan TIDAK boleh digunakan lagi ( restart)
Efek samping abacavir sama dengan efek samping Nevirapine dan kotrimoksasol sehingga
penggunaan Abacavir bersama dengan Nevirapine merupakan kontra indikasi
Pada negara maju, pemeriksaan HLA *B 5701 sebelum memberikan Abacavir, jika HLA*B5701
negatif maka Abacavir dapat digunakan
Penggunaan Abacavir dapat menyebabkan cardiomiopati, terjadi terutama jika viral load > 100,000
copies/ml
Perhatian: Jangan pernah diulangi jika terjadi alergi karena bisa timbul shok anafilaksis.
Informasikan secara rinci mengenai kemungkinan dan tanda alergi dan lakukan monitoring ketat
terhadap reaksi hipersensitivitas.
Cara penyimpanan: Dalam suhu kamar
Hanya digunakan untuk formula anak
Dosis: 200 mg setiap 24 jam
Merupakan turunan dari 3TC, dapat digunakan pada Hepatitis B

Emtricitabine (FTC)

Cara penyimpanan: Dalam suhu kamar


Truvada - merupakan FDC dari TDF+FTC
Atripla - merupakan FDC dari TDF+FTC+EFV

Reverse Dosis: 300 mg; diberikan single dose setiap 24 jam


Inhibitor (Catatan: interaksi obat dengan ddI, tidak lagi dipadukan dengan ddI)
Efek samping: Insufisiensi fungsi ginjal, sindrom Fanconi, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan
fungsi ginjal sebagai data awal (baseline data)
Tenofovir (TDF)
Astenia, sakit kepala, diare, mual, muntah, perut kembung; Penurunan bone mineral density;
(Viread)
Osteomalasia.
Perhatian: Obat ini dapat digunakan untuk hepatitis B. Kurangi dosis ketika digunakan dengan
tenofovir.
Cara penyimpanan: Dalam suhu kamar
Truvada - merupakan FDC dari TDF+FTC
Atripla - merupakan FDC dari TDF+FTC+EFV
Non Nucleoside Reverse Indikasi: infeksi HIV Progresif. Dalam kombinasi antiretroviral lainnya yang digunakan untuk infeksi
Transcriptase
Inhibitor HIV.
Dosis: 200 mg setiap 24 jam selama 14 hari, kemudian 200 mg setiap 12 jam
(NRTI)
Nevirapine
Efek samping: Efek samping pada nevirapine adalah dose dependent, sehingga untuk 2 minggu
(Neviral)
pertama dilakukan eskalasi dosis 200mg/dosis tunggal dan 200 mg /12 jam pada hari ke 15 dan
seterusnya
Jika Nevirapine digunakan untuk mengganti ( substitusi) Efavirense maka nevirapine langsung
diberikan dengan dosis penuh tanpa escalating dosis
Efek samping nevirapine lainnya yang perlu diperhatikan adalah hepatotoksik.
Nevirapine dihentikan jika terjadi kenaikan SGPT > 5 kali dari baseline
Nevirapine dihentikan jika terjadi steven Johnson sindrom dan tidak boleh di ulang kembali.
Pemberian Nevirapine pada wanita dengan CD4 > 250 dan pria dengan CD4 > 400 perlu dilakukan
Pemantauan ketat terhadap timbulnya reaksi alergi
Nevirapine TIDAK boleh digunakan untuk Post Exposure Prophylaxis ( PEP)
Nevirapine dapat dipertimbangkan untuk digunakan bersama dengan Rifampisin jika Efaviren
merupakan kontraindikasi.
Efavirenz TIDAK direkomendasikan untuk digunakan guna keperluan substitusi jika telah terjadi
Steven Johnson syndrom
Nucleotide
Transcriptase
(NtRTI)

Cara penyimpanan: dalam suhu kamar


Efavirenz
(Stocrine)
(Efavir)
(Sustiva)

Protease Inhibitor (PI)


Lopinavir/ ritonavir
(LPV/ r)
(Aluvia)

TUBERKULOSIS
Drug category
Isoniazid

Indikasi: pengobatan infeksi HIV pada dewasa, remaja, dan anak, dalam bentuk kombinasi dengan
obat antiretroviral lainnya.
Dosis: 600 mg; diberikan single dose 24 jam (malam) hari
Efek samping: Gejala SSP: pusing, mengantuk, sukar tidur, bingung, halusinasi, agitasi, seperti susah
konsentrasi, insomnia, vivid dream, depresi, skizofrenia.
Peningkatan kadar transaminase.
Hiperlipidemi. Ginekomasti. Ruam kulit. Potensi teratogen
Merupakan obat pilihan utama pada ko-infeksi TB/HIV
Mempunyai profile efek samping yang sama dengan Nevirapine dengan insiden yang lebih rendah
Pemantauan efek samping pada gangguan mental
Pada wanita hamil, Efavirenz diberikan setelah trimester pertama
Dilaporkan menyebabkan false positif pada skrining cannabis dan benzodiazepine.
Cara penyimpanan: dalam suhu kamar
Indikasi: infeksi HIV dalam infeksi dengan penghambat reverse transkriptase nukleosida;
Dosis: Tablet heat stable lopinavir 200 mg + ritonavir 50 mg:
400 mg/100 mg setiap 12 jam
Untuk pasien dalam terapi TB yang mengandung Rifampisin digunakan LPV 800 mg + RTV 200 mg
dua kali sehari, dengan pemantauan ketat keadaan klinis & fungsi hati
Efek samping: Efek samping metabolic seperti hiperglikemia (diabetes), hipercholestrolemi,
lipoakumulasi perlu dimonitor pada penggunaan jangka panjang
Intoleransi gastrointestinal, mual, muntah, peningkatan enzim transaminase
Kontra indikasi relatif untuk digunakan bersama dengan Rifampisin karena adanya interkasi obat yang
menyebabkan kadar LPV/r hilang hingga 90%.
Cara penyimpanan: dalam suhu kamar
Pharmachist role
Indikasi: sebagai OAT yang digunakan sebagai kombinasi dengan OAT lainnya.
Dosis: Lazim : 5 mg/kg/hari per oral
Maksimum : 300 mg/hari per oral
Efek samping: Kelelahan dan nafsu makan menurun.Umum terjadi: Kesemutan sampai dengan rasa
terbakar di kaki. Penanganan: disarankan menggunakan piridoksin, Penggunaan jangka panjang

Rifampisin

Pirazinamida

kemungkinan menyebabkan hepatotoksik


Kontraindikasi: Hipersensitivitas,artritis, kerusakan hati akut
Perhatian: Isoniazid sebaiknya diminum saat perut kosong (1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan);
Bila pencernaan teraganggu obat dapat diminum 2 jam setelah makan;
Hindari makan keju, ikan tuna dan sarden karena mungkin menimbulkan reaksi; Hindari minum
alkohol; Jika muncul gatal pada kulit, nafsu makan kurang, merasa terbakar pada tangan dan kaki
segera sampaikan ke petugas kesehatan;
Bagi penderita diabetes, dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar gula dalam air seni yakni hasil palsu.
Interaksi obat: Fenitoin, parasetamol, antasida, diazepam, teofilin
Cara penyimpanan: simpan pada suhu kamar dan kering jauhkan dari jangkauan anak anak.
Indikasi: antibiotik yang digunakan sebagai OAT yang dikombinasikan dengan OAT lainnya.
Dosis: Lazim : 10 mg/kg/hari per oral
Maksimum : 600 mg/hari per oral
Efek samping: Tidak nafsu makan, mual. Penanganan: obat diminum malam sebelum tidur.
Menyebabkan kencing, kencing, air
Kontraindikasi: Gangguan fungsi hati
Perhatian: Hati-hati penggunaan pada penderita penyakit hati, alkholisma, dan penggunaan bersamaan
dengan obat hepatotoksik, ibu hamil
Cara penggunaan: Rifampisin sebaiknya diminum saat perut kosong (1 jam sebelum atau 2 jam sesudah
makan);
Bila pencernaan teraganggu obat dapat diminum 2 jam setelah makan;
Interaksi obat: Antasid, kloramfenikol, teofilin, fenitoin, ketokonazol, itrakonazol, nifedipin, verapamil
Cara penyimpanan: simpan pada suhu kamar dan ditempat kering
Indikasi: antibiotik yang digunakan sebagai kombinasi OAT 2 bulan pertama pengobatan
Dosis: Lazim : 15-20 mg/kg/hari per oral
Maksimum : 2 gram/hari per oral
Cara penggunaan: Pirazinamid sebaiknya diminum saat perut berisi makanan (tidak kosong) ;
Efek samping: Gangguan penglihatan (penanganan : etambutol dihentikan)
Kontraindikasi: Hipersensitifitas terhadap etambutol
Interaksi obat: mipomersen, probenesid
Perhatian: Perlu pemeriksaan fungsi mata sebelum pengobatan. Dosis diturunkan pada gangguan fungsi
ginjal, usia lanjut dan kehamilan.
Cara penyimpanan: simpan pada suhu kamar dan ditempat kering

Etambutol

Streptomisin

DIABETES MELLITUS
Drug category
Sulfonil urea
(Glibenklamid)

Indikasi: antibiotik sebagai OAT yang khusus digunakan apabila ada kemungkinan adanya resistensi.
Dosis: Lazim : 15-25 mg/kg/hari per oral
Cara penggunaan: Etambutol sebaiknya diminum saat perut berisi makanan (tidak kosong);
Efek samping: Nyeri sendi. Penanganan: disarankan menggunakan aspirin (Jika memungkinkan).
Kontraindikasi: Gangguan fungsi hati, hipersensitfitas
Interaksi obat: Vaksin BCG, alupurinol, magnesium karbonat, probenesid
Cara penyimpanan: simpan ditempat kering dan pada suhu kamar
Indikasi: Antibiotik yang digunakan khusus ketika first line OAT resisten.
Dosis: Lazim : 15 mg/kg secara intra muskular
Maksimum : 1 gram/hari
Efek samping: Tuli dan gangguan keseimbangan. Penanganan: sterptomisin dihentikan dan diganti
etambutol.
Kontraindikasi: Hipersensitifitas terhadap streptomisin sulfat atau aminoglikosida lainnya
Interaksi obat: Furosemid, bacitracin, bumetanid, digoksin, cisplatin
Cara penyimpanan: simpan ditempat kering dan pada suhu ruang
Pharmachist role
Indikasi: diabetes mellitus tipe 2
Dosis: Dosis awal : 5 mg/hr . Dosis umum: 2,5 mg 1-3 kali sehari. Dosis Maks: 15 mg/hr.
Cara penggunaan: Sebaiknya diminum15 - 30 menit sebelum makan
Efek samping: Gangguan saluran cerna, mual, diare, sakit kepala, hipoglikemia, dsb
Kontraindikasi: Berhati-hati pada pasien usia lanjut, wanita hamil, pasien dengan gangguan hati, atau
gangguan ginjal
Interaksi obat:
Meningkatkan efek hipoglikemik:
Androgen, antikoagulan, antifungal azol, kloramfenikol, klofibrat, fenfluramin, flukonazol,
gembifrozil, antagonis H2, garam magnesium, metildopa, inhibitor, MAO, probenesid, salisilat,
sulfinpirazon, sulfonamida, antidepresan trisiklik, pengasam urin.
Menurunkan efek hipoglikemik:
Beta bloker, CCB, kolestiramin, kortikostreoid, diazoksid, estrogen, hidantoin, isoniazid, asam
nikotinat, kontrasepsi oral, fenotiazin, rifampim, simpatomimetik, diuretik tiazid, agen tiroid, pembasa
urin.

Mereduksi absorbsi:
Karbon aktif
Memperpanjang lama penurunan glukosa:
Etanol.
Cara penyimpanan: simpan ditempat yang kering dan pada suhu kamar
Indikasi: khusus digunakan untuk DM tipe II dengan pasien obesitas
Biguanida
(Metformin)
Dosis : Dosis 500 mg 3x sehariatau 850 mg 2x sehari.
Cara penggunaan: Sebaiknya diminum setelah makan
Efek samping: Anoreksia, nafsu makan turun, BB turun, kolesterol total turun, gangguan saluran cerna
Kontraindikasi: Komadiabetik& ketoasidosis, gangguan ginjal serius, penyakit hati kronis, kegagalan
jantung, alkoholisme, hipersensitif biguanid.
Interaksi obat: Alkohol, obat kationik (amilorid, digoksin, morfin, prokainamid, kinidin,
kinin.ranitidin, triamteren, trimetropin, vankomisin)., furosemid, nifedipin
Cara penyimpanan: simpan pada tempat yang kering dan pada suhu kering
Indikasi: DM Tipe II dapat dikombinasikan dengan gol. Biguanida atau sulfonil urea
Tiazolidion
(Pioglitazon)
Dosis: 15 atau 30 mg sekali sehari ditingkatkan menjadi 45 mg sekali sehari sesuai respon
Efek samping: anemia ringan, edema (pada 4-5% terapi tunggal atau kombinasi), edema dan kenaikan
berat badan.
kontraindikasi: Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien gagal jantung karena dapat memperberat
edema dan juga pada gangguan fungsi hati. Anak anak < 8 tahun.
Interaksi obat: atrovastatin, ketokonazol, nifedipin, kontrasepsi oral
Cara penyimpanan: simpan ditempat keing dan pada suhu kamar
Alfa Glukosidase Inhibitor Indikasi: DM yang sulit dikendalikan hanya dengan diet saja obat diabetik oral
(Akarbose)
Dosis: awal 50 mg, kemudian dapat ditingkatkan menjadi 100-200 mg setelah 4-8 minggu, 3x/hr.
Cara penggunaan: obat dimakan ketika suapan pertama makan. Apabila diminum / diberikan
bersamaan dengan sulfonilurea atau insulin, atasi reaksi hipoglikemia dengan sumber glukosa yang
sudah tersedia
Efek samping: Kembung, flatulensi, diare
Kontraindikasi: Kontraindikasi pada penderita inflamatory bowel disease, ulcerasi kolon, ileus,
obstruksi GI
Interaksi obat: digoksin, Enzim saluran cerna, absorben aktif
Cara penyimpanan: simpan ditempat yang kering dan pada suhu kamar
Meglitinid dan Turunan Indikasi: DM tipe II dikombinasikan dengan gol. Biguanida bila tidak cukup.

Fenilalanin
(Nateglinida)

Insulin
1. Insulin Lipro (injeksi
subkutan
15
menit
sebelum atau sesudah
makan sesuai kebutuhan )
2. Insulin Glulisin
(diberikan cepat (0-15
menit sebelum atau
segera setelah makan)
melalui suntikan
subkutan atau infus
pompa subkutan
berdasarkan penetapan
dosis secara individu.)
3. Insulin Aspart /
Rekombinasi insulin
human (dengan injeksi
subkutan segera sebelum
makan atau jika
diperlukan secepatnya
setelah makan, sesuai
kebutuhan. Dengan infus
subkutan, injeksi
intravena atau infus
intraven, sesuai
kebutuhan.)
4. Insulin Glargine /

Dosis:120 mg 3x/hari
Cara penggunaan: Berikan segera sebelum makan/ dalam waktu jam sebelum makan
Efek samping: Hipoglikemia, gangg. Sal pencernaan (mual, diare), infeksi sal napas atas, nyeri
punggung, gejala flu.
Kontraindikasi: hipersensitif, bumil & menyusui (laktasi) , IDDM, ketoasidosis, gangguan fungsi hati
& gangguan ginjal parah

Rekombinasi insulin
kerja lama (diberikan
subkutan berdasarkan
penetapan secara
individu. Tidak untuk
diberikan secara
intravena)

You might also like