You are on page 1of 18

A.

Pengertian Pestisida
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida yang
berasal dari kata caedo berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara
sederhana sebagai pembunuh hama. Secara umum pestisida dapat
didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikan populasi
jasad yang dianggap sebagai hama.
Pengertian pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973
dalam

Kementrian

Pertanian

(2011)

dan

Permenkes

RI

No.258/Menkes/Per/III/1992 adalah semua zat kimia dan bahan lain serta


jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :
1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman,
bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian
2. Memberantas rerumputan
3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan
4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau
ternak
5. Memberantas atau mencegah hama-hama air
6. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik
dalam bangunan rumah tangga alat angkutan, dan alat-alat pertanian

7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan


penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan
penggunaan tanaman, tanah dan air.
Menurut PP RI No.6 tahun 1995, pestisida juga didefinisikan sebagai
zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh dan perangsang tubuh, bahan lain,
serta mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk perlindungan tanaman.
Sementara itu, The United States Environmental Control Act
mendefinisikan pestisida sebagai berikut :
1. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan
untuk mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga,
binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang
dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat
pada hewan dan manusia.
2. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk
mengatur pertumbuhan atau mengeringkan tanaman.
Menurut Depkes (2004), pestisida kesehatan masyarakat adalah
pestisida yang digunakan untuk pemberantasan vektor penyakit menular
(serangga, tikus) atau untuk pengendalian hama di rumah-rumah, pekarangan,
tempat kerja, tempat umum lain, termasuk sarana nagkutan dan tempat
penyimpanan/pergudangan. Pestisida terbatas adalah pestisida yang karena
sifatnya (fisik dan kimia) dan atau karena daya racunnya, dinilai sangat

berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungan, oleh karenanya hanya


diizinkan untuk diedarkan, disimpan dan digunakan secara terbatas.

B. Jenis jenis Pestisida


Pestisida yang biasa digunakan para petani dapat digolongkan
menurut beberapa hal berikut :
1. Berdasarkan Fungsi/Sasaran Penggunaannya
a. Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas
serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga
digunakan untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran atau
gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh :
basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinon, dll.
b. Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan
jamur/cendawan seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar
daun. Contohn: tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim,
organomerkuri, dan natrium dikromat.
c. Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus.
Salah satu contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk
membunuh virus CVPD yang menyerang tanaman jeruk. Umumnya
bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas.
Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang
masih sehat sesuai dengan dosis tertentu.
d. Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama
tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan
sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras atau jagung.

Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga


hewan ternak yang memakannya. Contoh : Warangan.
e. Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama
tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang
bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya digunakan pada
perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat meracuni
tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain
memberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga dan
jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet.
f. Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman
pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok,
dll. Contoh: ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.
2. Berdasarkan Bahan Aktifnya
a. Pestisida organik (Organic pesticide)
Pestisida yang bahan aktifnya adalah bahan organik yang
berasal dari bagian tanaman atau binatang, misal: neem oil yang berasal
dari pohon mimba (neem).
b. Pestisida elemen (Elemental pesticide). Pestisida yang bahan aktifnya
berasal dari alam seperti sulfur.
c. Pestisida kimia/sintetis (Syntetic pesticide). Pestisida yang berasal dari
campuran bahan-bahan kimia.
3. Berdasarkan Cara Kerjanya
a. Pestisida sistemik (Systemic Pesticide)
Adalah pestisida yang diserap dan dialirkan ke seluruh bagian
tanaman sehingga akan menjadi racun bagi hama yang memakannya.
Kelebihannya tidak hilang karena disiram. Kelemahannya, ada bagian
tanaman yang dimakan hama agar pestisida ini bekerja. Pestisida ini
untuk mencegah tanaman dari serangan hama. Contoh : Neem oil.
b. Pestisida kontak langsung (Contact pesticide)

Adalah pestisida yang reaksinya akan bekerja bila bersentuhan


langsung dengan hama, baik ketika makan ataupun sedang berjalan.
Jika hama sudah menyerang lebih baik menggunakan jenis pestisida ini.
Sebagian besar pestisida kimia termasuk ke dalam jenis ini.
4. Berdasarkan Cara Penggunaan
Dalam bidang pertanian , pestisida dapat digunakan dengan
berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Penyemprotan(Spraying)
Penyemprotan adalah cara penggunaan pestisida yang paling
banyak dipakai oleh petani. Diperkirakan 75 % penggunaan pestisida
dilakukan dengan cara penyemprotan. Dalam penyemprotan larutan
pestisida (pestisida diatambah air) dipecah oleh nozzel (spuyer) atau
atomizer menjadi butiran semprot atau droplet. Bentuk sediaan
(formulasi) yang digunakan dengan cara penyemprotan meliputi E.C;
W.P; WS atau SP. Sedangkan penyemprotan dengan volume ultra
rendah (Ultra low volume) digunakan formulasi ULV. Dengan
menggunakan alat khusus yang disebut mikroner.
b. Pengasapanatau Fogging
Pengasapan adalah penyemprotan pestisida dengan volume
rendah dengan ukuran droplet yang halus. Perbedaannya dengan
penyemprotan biasa adalah yang dibuat pencampur pestisida adalah
minyak solar dan bukan air. Campuran tersebut kemudian dipanaskan
sehingga menjadi semacam kabut asap yang kemudian dihembuskan.
Fogging banyak digunakan untuk mengendalikan hama gudang, hama
tanaman perkebunan serta vektor penyakit dilingkungan misalnya
untuk mengendalikan nyamuk malaria.
c. Penghembusan (Dusting)

Penghembusan merupakan cara penggunaan pestisida yang


diformulasikan dalam bentuk tepung hembus (D, dust) dengan
menggunakan alat penghembus (duster). Jadi penggunaannya dalam
bentuk kering.
d. Penaburan (broadcasting) pestisida butiran (Granuler)
Penaburan pestisida butiran adalah cara penggunaan pestisida
yang diformulasikan dalam bentuk butiran dengan cara ditaburkan.
Penaburan dapat dilakukan dengan tanganlangsung atau dengan
menggunakan alat penabur (granule broadcaster).
e. Perawatan benih (Seed dressing , Seed treatment, Seed coating)
Perawatan benih adalah cara penggunaan pestisida untuk
melindung benih sebelum benih ditanam agar kecambah dan tanaman
muda tidak diserang oleh hama atau penyakit. Pestisida yang
digunakan adalah formulasi SD atau ST.
f. Pencelupan (Dipping)
Pencelupan adalah penggunaan pestisida untuk melindung
tanaman (bibit, cangkok, stek)agar terhindar dari serangan hama
maupun penyakit. Pencelupan dilakukan dengan mencelupkan bibit
atau stek ke dalam larutan pestisida.
g. Fumigasi (Fumigation)
Fumigasi adalah aplikasi pestisida fumigan baik yang
berbentuk padat, cair maupun gas dalam ruangan terttutup. Fumigasi
umumnya digunakan untuk melindungi hasil panen dari kerusakan
karena serangan hama atau penyakit ditempat penyimpanan. Fumigan
dimasukkan ke dalam ruangan gudang yang selanjutnya akan berubah
kedalam bentuk gas (fumigan cair maupun padat) yang beracun untuk
membunuh OPT sasaran yang ada dalam ruangan tersebut.
h. Injeksi

Injeksi adalah penggunaan pestisida dengan cara memasukkan


kedalam batang tanaman, baik dengan alat khusus (injeksi ataupun
infus) maupun dengan jalan mengebor tanaman. Pestisida yng
diinjeksikan akan tersebar keseluruh tanaman bersamaan dengan
aliran makanan dalam jaringan tanaman. Injeksi dapat juga digunakan
untuk sterilisasi tanah.
i. Penyiraman ( drenching, Pouring On ).
Penyiraman adalah penggunaan

pestisida

dengan

cara

dituangkan disekitar akar tanaman untuk mengendalikan hama atau


penyakit di daerah perakaran atau dituangkan pada sarang semut atau
sarang rayap
C. Dampak Pemakaian Pestisida
1. Dampak Positif
a. Pestisida berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu
dalam bidang pertanian.
b. Dalam bidang kehutanan pestisida digunakan untuk pengawetan kayu
dan hasil hutan yang lainnya.
c. Dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan
vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu
kenyamanan lingkungan.
d. Dalam bidang perumahan untuk pengendalian rayap atau gangguan
serangga yang lain.
2. Dampak Negatif
Disisi lain penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak
negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian
lingkungan. Adapun dampak negatif yang dapat terjadi akibat penggunaan
pestisida, diantaranya :
a. Bagi kesehatan manusia

Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang


kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah.
Pestisida yang sukar terurai akan berkumpul pada hewan pemakan
tumbuhan tersebut termasuk manusia. Secara tidak langsung dan tidak
sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah tercemar pestisida. Pestisida
meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan, tetapi
juga saat mempersiapkan, atau sesudah menggunakan pestisida
tersebut.
Bila seorang ibu menyusui memakan makanan dari tumbuhan
yang telah tercemar pestisida maka bayi yang disusui menanggung
resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh pestisida tersebut daripada
sang ibu. Zat beracun ini akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu
yang diberikan. Dan kemudian racun ini akan terkumpul dalam tubuh
bayi (bioakumulasi).
Gejala-gejala keracunan pestisida ini dapat timbul secara
sendiri atau gabungan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Umum
: kelelahan.
2) Kulit

: iritasi, terbakar, berkeringat, alergi.


3) Mata

iritasi,

mata

merah,

penglihatan kabur, mataberair, pupimelebar


atau menyempit.
4) Sistem

pencernaan

mulut

atau

kerongkongan terbakar, keluar air ludah,


muntah, sakit atau kram perut, diare.

5) Sistem pernapasan

: sulit bernapas,

batuk-batuk, sakit dada.


b. Bagi lingkungan sekitar
Pestisida yang tidak dapat terurai akan terbawa aliran air dan
masuk ke dalam sistem biota air (kehidupan air). Konsentrasi pestisida
yang tinggi dalam air dapat membunuh organisme air diantaranya ikan
dan udang. Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni organisme
kecil seperti plankton. Bila plankton ini termakan oleh ikan maka ia
akan terakumulasi dalam tubuh ikan. Tentu saja akan sangat berbahaya
bila ikan tersebut termakan oleh burung-burung atau manusia. Salah
satu kasus yang pernah terjadi adalah turunnya populasi burung
pelikan coklat dan burung kasa dari daerah Artika sampai daerah
Antartika. Setelah diteliti ternyata burung-burung tersebut banyak
yang tercemar oleh pestisida organiklor yang menjadi penyebab
rusaknya dinding telur burung itu sehingga gagal ketika dierami. Bila
dibiarkan terus tentu saja perkembangbiakan burung itu akan terhenti,
dan akhirnya jenis burung itu akan punah.
c. Bagi perkembangan populasi hama pengganggu
Ada kemungkinan munculnya hama spesies baru yang tahan
terhadap takaran pestisida yang diterapkan. Hama ini baru musnah
bila takaran pestisida diperbesar jumlahnya. Akibatnya, jelas akan
mempercepat dan memperbesar tingkat pencemaran pestisida pada
makhluk hidup dan lingkungan kehidupan, tidak terkecuali manusia
yang menjadi pelaku utamanya.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pencemaran Akibat Penggunaan Pestisida
1. Kasus Pencemaran Air
a. Akibat kebocoran pabrik pestisida.
Di Amerika, di tepi sungai Mississipi (dekade 60-an). Akibat
bocornya pabrik tersebut, ribuan ton pestisida (endrin) terbuang
percuma ke sungai Mississipi dan ribuan ton ikan, yang diperkirakan
150 juta ekor ikan mati sia-sia. Nasib sengsara bagi masyarakat
sekitarnya. Kebutuhan ikan masyarakat Mississipi sekarang tidak
dapat lagi terpenuhi. Timbul bau busuk yang dihasilkan.
b. Kasus yang sama juga terjadi di Indonesia, yaitu di Teluk Nibung,
Sumatera utara, sungai Musi, dll
2. Pencemaran Udara
Kasus di sebelah timur Illionis, Amerika Serikat. Pada tahun 1954
telah dilakukan penyemprotan suatu senyawa organochlorin dengan
maksud memusnahkan Japanese beetle (kumbang Jepang). Tapi ternyata
banyak spesies burung ikut musnah di daerah penyemprotan. Nasib yang
sama dialami pula oleh kucing, tupai, insecta predator, dll.
3. Pencemaran Tanah
Di dalam segumpal tanah pertanian yang beratnya 0,5 g, terdapat
kira-kira 1 trilyun bakteri, 200 juta jamur, 25 juta alga, 15 juta protozoa
dan juga cacing, insekta dan makhluk kecil lainnya. Pemakaian zat kimia
beracun yang tidak terkendali ini menyebabkan biota-biota yang terdapat

10

didalam tanah mati sehingga tanah menjadi tidak subur lagi sampai
akhirnya gersang.
B. Cara Menanggulangi Pencemaran Pestisida
Ada beberapa langkah untuk mengurangi residu yang menempel pada
sayuran, antara lain :
1. Mencucinya secara bersih dengan menggunakan air yang mengalir, bukan
dengan air diam. Jika yang kita gunakan air diam (direndam) justru sangat
memungkinkan racun yang telah larut menempel kembali ke sayuran.
Berbagai percobaan menunjukkan bahwa pencucian bisa menurunkan
residu sebanyak 70% untuk jenis pestisida karbaril dan hampir 50% untuk
DDT. Mencuci sayur sebaiknya jangan lupa membersihkan bagian-bagian
yang terlindung mengingat bagian ini pun tak luput dari semprotan petani.
Untuk kubis misalnya, lazim kita lihat petani mengarahkan belalai alat
semprot ke arah krop (bagian bulat dari kubis yang dimakan) sehingga
memungkinkan pestisida masuk ke bagian dalam krop.
2. Perendaman dalam air panas (blanching) juga dapat menurunkan residu.
Ada baiknya kita mengurangi konsumsi sayur yang masih mentah karena
diperkirakan mengandung residu lebih tinggi dibanding kalau sudah
dimasak terlebih dulu. Pemasakan atau pengolahan baik dalam skala
rumah tangga atau industri terbukti dapat menekan tekanan kandungan
residu pestisida pada sayuran.
3. Untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida dapat pula dilakukan
dengan cara menggunakan pestisida alami atau pestisida yang berasal dari
tumbuhan (biopestisida). Biopestisida tidak mencemari lingkungan karena
bersifat mudah terurai (biodegradable) sehingga relatif aman bagi ternak
peliharaan dan manusia. Sebagai contoh adalah air rebusan dari batang dan
daun tomat dapat digunakan untuk memberantas ulat dan lalat hijau. Kita

11

juga dapat menggunakan air rebusan daun kemanggi untuk memberantas


serangga. Selain tumbuhan tersebut, masih banyak tumbuhan lain yang
mengandung bioaktif pestisida seperti tanaman mindi, bunga mentega,
rumput mala, tuba, kunir, kucai, dll.
Pestisida adalah bahan yang berbahaya tetapi akan aman bila digunakan
sesuai dengan aturannya.
Berikut ini beberapa pestisida alternatif yang dapat digunakan,
ketimbang kita menghadirkan racun ke dalam rumah, yang dapat saja
merugikan keluarga dan lingkuan sekitar kita, diantaranya :
a. Kutu Putih pada daun atau batang.
Dapat digunakan bawang putih yang ditumbuk dan diperas airnya
serta dicampurkan dengan air sesuai dosis yang diperlukan. Jika kutu
melekat erat pada tanaman, dapat digunakan campuran sedikit minyak
kelapa. Semprotkan campuran tersebut pada tanaman yang terserang hama.
b. Mengatasi nyamuk.
Dapat menggunakan kain kelambu. Sebuah sapu lidi kecil sebagai
pemukul juga sama ampuhnya dengan raket beraliran listrik. jangan lupa
pasang kasa pada pintu dan jendela. Kemudian menyebarkan bunga melati
atau kamboja di ruangan dapat juga mengurangi nyamuk.
c. Untuk Tikus.
Buah jengkol dapat ditebarkan di sekitar tanaman atau di depan
lubang sarang tikus. Atau dengan merendam irisan jengkol pada air selama
2 hari. Lalu semprotkan pada tanaman padi yang belum berisi akan
menekan serangan walang sangit. Selain dengan menggunakan buah
jengkol, anda juga dapat menggunakan campuran gips kapur, tepung,

12

sedikit gula dan bubuk coklat, lalu taburkan campuran tersebut ditempat
tikus biasa ditemukan.
d. Berbagai serangga.
Air rebusan cabai rawit yang telah dingin dan dicampur dengan air
lagi serta disemprotkan ke tanaman akan mengusir berbagai jenis serangga
perusak tanaman. Selain itu dapat juga menggunakan air rebusan daun
kemangi atau daun pepaya yang kering ataupun yang masih segar.
e. Aphids.
Air rebusan dari campuran tembakau dan teh dapat mengendalikan
aphid pada tanaman sayuran dan kacang-kacangan. Air hasil rebusan di
campurkan kembali dengan air sehingga lebih encer.
f. Beberapa serangga dan nematoda akar.
Dengan menggunakan bunga kenikir (Bunga Tai Kotok) yang
direndamkan oleh air panas mendidih. Biarkan semalam lalu saring. Hasil
saringan tersebut disiramkan ke media tanaman. Penting diperhatikan
media yang digunakan mudah dilalui oleh air.
g. Mengendalikan serangga, nematoda dan jamur.
Dengan membuat air hasil rendaman tumbukan biji nimba dengan
air selama tiga hari. Lalu siram pada tanaman, umumnya efektif pada
tanaman sayuran.
h. Mengatasi ngengat.
Gunakan merica utuh atau buatlah bungkusan berisi bunga mawar
kering dan daun mint kering, letakkan di lemari atau laci.
i. Mengusir lalat.
Gantungkan setandan cengkih dalam ruangan. Cara lain ialah
dengan membuat lem perekat dari kertas perekat yang berwarna kuning
terang yang diolesi sedikit madu. Atau dengan menggunakan kulit jeruk
yang digores, letakkan di tempat yang banyak lalat.
j. Mengatasi kecoa.

13

Campurlah

tepung

gandum

dengan

gips

kapur

dengan

perbandingan sama, atau campuran baking soda dan gula, lalu taburkan di
daerah yang ditempati kecoa. Dapat juga dengan menaruh beberapa
lembar daun salam (segar) di area yang dijelajahi kecoa.
k. Mengatasi semut.
Taburkan bubuk cabe rawit atau bubuk kopi di tempat semut biasa
datang, dapat juga menggunakan perasan jeruk atau letakkan kulit jeruk
pada tempat semut datang.

C. Cara Mencegah Pencemaran Pestisida


Sayur-sayuran memang diperlukan tubuh untuk mencukupi kebutuhan
kita akan berbagai mineral dan vitamin penting. Tetapi, karena di sana ada
bahaya, kehati-hatian sangatlah dituntut dalam hal ini. Berikut adalah upaya
untuk mencegah dampak negatif dari pemakaian pestisida :
1. Ada baiknya kita mengetahui dari mana sayur itu dihasilkan. Tetapi paling
aman pastilah kalau kita menghasilkan sayuran sendiri, dengan
memanfaatkan pekarangan rumah, dengan pot sekalipun.
2. Karena pestisida tidak hanya beracun bagi hama, tetapi dapat juga
mematikan organisme yang berguna, ternak piaraan, dan bahkan manusia,
maka agar terhindar dari dampak negatif yang timbul, penyimpanan dan
penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati dan dilakukan sesuai
petunjuk.
3. Ketahui dan pahami dengan yakin tentang kegunaan suatu pestisida.
Jangan sampai salah berantas. Misalnya, herbisida jangan digunakan untuk

14

membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud belum tentu mati,


sedangkan tanah dan tanaman telah terlanjur tercemar.
4. Ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan
pabrik atau petugas penyuluh.
5. Jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida. Tanyakan terlebih
dahulu pada penyuluh. Jangan telat memberantas hama, bila penyuluh
telah menganjurkan menggunakannya.
6. Jangan salah pakai pestisida. Lihat faktor lainnya seperti jenis hama dan
kadang-kadang usia tanaman juga diperhatikan.
7. Gunakan tempat khusus untuk pelarutan pestisida dan jangan sampai
tercecer.

15

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran
Pestisida adalah bahan-bahan kimia yang tidak terlepas dari
penggunaannya untuk mengendalikan hama dan jasad pengganggu lainnya.
Pestisida tidak saja membawa dampak yang positif terhadap peningkatan
produk pertanian, tapi juga membawa dampak negatif terhadap lingkungan
disekitarnya. Pengarahan dan penggunaan yang lebih tepat kepada para
penggunaan dalam hal pemberian dosis, waktu aplikasi, cara kerja yang
aman, akan mengurangi ketidakefisienan penggunaan pestisida pada
lingkungan dan mengurangi sekecil mungkin pencemaran yang terjadi.

16

Di masa yang akan datang diharapkan penggunaan pestisida akan


berkurang dan lebih selektif dan didukung oleh adanya penemuan-penemuan
baru yang lebih efektif dalam mengatasi gangguan dari jasad pengganggu ini.

DAFTAR PUSTAKA

AkhriwalYulandra.

2010.

KunjunganLapangan

Di

Merapi

Golf

CangkringanSleman.Online
(http://www.lingkunganbumi.blogspot.com).Diaksestanggal 8 Januari 2011.

AsepNugraha. 2008. Teknologi Arang Aktif untuk Pengendali Residu Pestisida di


Lingkungan

Pertanian.Balai

Penelitian

Lingkungan

Pertanian.

(http://www.asena.blogdrive.com). Diakses tanggal 8 Januari 2011.

17

Online

Diana Sofia. 2010. PengaruhPestisidadalamLingkunganPertanian.MakalahLingkungan.


FakultasPertanianUniversitas Sumatra Utara.Sumatra Utara.

Nina

Hermayani.

2009.

BiokatalisAmobilUntukMengatasiLimbahPestisida.Online

(http://www.limnologi.lipi.go.id).Diaksestanggal 8 Januari 2011.


http://ilhamnatural.blogspot.com/2013/05/makalah-pestisida.html
Himpunan mahasiswa analisis kimia.2011.Pencemaran Pestisida.Politeknik negeri
bandung

18

You might also like