Professional Documents
Culture Documents
3. Obat-obatan
- Pil KB
- Kortikosteroid
- Siklosporin
- Eritropoietin
- Kokain
- Penyalahgunaan alkohol
- Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
Penyebab Lainnya
- Koartasio aorta
- Preeklamsi pada kehamilan
- Porfiria intermiten akut
- Keracunan timbal akut.
Berdasarkan etiologi :
Esensial : disebabkan beberapa perubahan pada jantung, pembuluh darah
kemungkinan bersama-sama meningkatkan kenaikan tekanan darah
Sekunder : disebabakan karena adanya penyakit ginjal, kelainan kelenjar
suprarenal, hormonal, dan pemakaian obat tertentu.
(IPD)
Berdasarkan patologis :
Benigna : hipertensi stadium 2, dimana tekanan sistolik >= 160 mmHg
dan tekanan diatolik >= 100 mmHg, funduskopi KW 1-2 retinum
hipertensi.
Maligna : hipertensi stadium 2, dimana tekanan sistolik >= 160 mmHg
dan tekanan diatolik >= 100 mmHg, funduskopi KW 3-4 retinum
hipertensi
(Kuliah integrasi)
Pulmonalis : ditemukan cairan transudat yang pasif dari kapiler pulmo
masuk ke dalam ruang interstisial dan alvoli. Terjadi perdarahan yang
berulang-ulang
ke
dalam
alveolar,
yang
berisi
makrofag
yang
2. Klasifikasi
Kategori
Normal
Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi
130-139 mmHg
85-89 mmHg
Stadium 1
(Hipertensi ringan)
140-159 mmHg
90-99 mmHg
Stadium 2
(Hipertensi sedang)
160-179 mmHg
100-109 mmHg
Stadium 3
(Hipertensi berat)
180-209 mmHg
110-119 mmHg
Stadium 4
(Hipertensi maligna)
3. Gejala
GEJALA
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (padahal sesungguhnya tidak).
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan
kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
- sakit kepala
- kelelahan
- mual
- muntah
- sesak nafas
- gelisah
- pandangan menjadi kabur
yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak.
Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
litik
alpha
adrenoreseptor
antagonis
dan
beta
adrenoreseptor antagonis
6. Komplikasi
7. Patofisiologi
Keseimbangan natrium : kerusakan ekskresi natrum ginjal retensi
natrium ekspansi volume darah peningkatan output jantung
autoregulasi perifer meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer
hipertensi.
Sistem saraf simpatik : kadar katekolamin plasma (umur, intake Na,
bentuk tubuh, stress, dan aktivitas), kadar noradrenalin plasma tinggi
merangsang sistem saraf simpatik jantung bekerja lebih cepat CO
meningkat terjadi tahanan pembuluh darah perifer yang terus meninggi
Sistem RAA : Renin (dilepasakan dari jukstaglomeruler ginjal) masuk
ke darah melalui arteriol eferen bekerja pada plasma globulin (disebut
renin substrat/angiotensinogen) melepas angiotensin I. Angiotensin I
diubah menjadi angiotensin II oleh ACE. Angiotensin II (vasokonstriktor yang