You are on page 1of 30

PRESENTASI KASUS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RS HUSADA, FK UKRIDA
Topik
Nama
NIM
Dokter Pembimbing

: Kejang Demam
: Zahril Akmal b Usaili

: 11-2009-100
: dr. Sri Rochani Soedjarwo SpA (K)....

I. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Bayi F

Umur

: 1 tahun 7 bulan

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: Jl. Kingkit III, No 22, RT 010/RW004, KebonKelapa, Jakpus

Agama

: Islam

Tanggal masuk RS

: 17 September 2010

IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ayah

: Tn. H

Nama Ibu

: Ny. A.R

Umur

: 34 tahun

Umur

: 25 tahun

Pendidikan terakhir

: SMA

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Penghasilan

: 1.500.000

Penghasilan

:-

II. ANAMNESIS
Alloanamnesis dari ibu pasien tanggal 18 September 2010
Keluhan utama

: Kejang sejak 3 jam SMRS

Keluhan tambahan

:(-)

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang dengan keluhan kejang sejak 3 jam SMRS. Demam sebelum
kejang disangkal ibu Os.
Sejak 1 hari SMRS, pasien kejang sebanyak 3 kali waktu pagi dengan lamanya
kejang 5-10 menit, diantara serangan kejang pasien sadar. Kejang terjadi pada seluruh
anggota badan. Kejang tidak dimulai pada salah satu sisi tangan ataupun kaki. Saat
kejang mata pasien mendelik keatas dan badan kelojotan.
3 jam SMRS Os mengalami kejang 2x, durasi dan keadaan ketika kejang hampir
sama dengan kejang di paginya. Os kemudiannya dibawa ke unit gawat darurat RS
Husada. Riwayat batuk pilek dan mual muntah di sangkal, BAK dan BAB dalam batas
normal.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Ibu Os mengaku yang Os pernah kejang 1 bulan yang lalu dan membaik setelah dibawa
berobat.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ayah Os ada riwayat kejang2 pada waktu kecil.

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN


A. Antenatal care

: Teratur

F. Masa gestasi

: Cukup bulan/Aterm

B. Tempat kelahiran : Rumah

G. Berat badan lahir : 3000 gram

C. Ditolong oleh

: Bidan

H. Panjang badan lahir: 51 cm

D. Cara persalinan

: Spontan

I. Sianosis

: Tidak ada

J. Ikterus

: Tidak ada

E. Penyakit kehamilan: Tidak ada

Kesan : Bayi cukup bulan dan sesuai masa kehamilan

RIWAYAT IMUNISASI
Imunisasi
0
I

BCG
DPT
Polio (OPV)
Hepatitis B
Campak

I
I

Waktu Pemberian
Bulan
1 2 3
4
5
I
II

II
III

II

15

Tahun
5 6

18

12

III
IV
III
I

Kesan : Imunisasi dasar lengkap , imunisasi tambahan (non-PPI) belum dilakukan.


RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Psikomotor
- Tengkurap : 19 bulan
- Duduk

- Berjalan

: Belum

: Belum
-

Berlari

: Belum
- Merangkak: Belum

- Berbicara

- Berdiri

- Membaca dan menulis : Belum

: Belum

: Belum

Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan tidak sesuai usia.


RIWAYAT MAKANAN
A. Usia 0 - 4 bulan

: Tidak minum ASI, hanya minum PASI ( Lactogen) 4-5 x 60cc

B. Usia 4 - 6 bulan

: Tidak minum ASI, hanya minum PASI ( Lactogen) 4-5 x 80cc

C. Usia 6 - 9 bulan

: Tidak minum ASI, hanya minum PASI ( Lactogen) 34-5 x 100cc;


Nestle sereal 3 x 1.

D. Usia 9 - 12 bulan : PASI (lactogen) 4-5 x 100cc, Nestle sereal 1-2x, Bubur susu
E.Usia 1 tahun sampai sekarang : Pasien minum PASI (Lactogen ) 4-5 x 200cc ditambah
Nasi Tim (wortel, ikan salamon) 3x 1 mangkuk kecil + buah
(papaya, melon, pisang) porsi makan dihabiskan.
Kesan : Kualitas tidak cukup

Kuantitas : cukup

RIWAYAT KELUARGA
Corak reproduksi: Pasien anak kedua dalam keluarga.

Data Keluarga: Ayah ibu pasien tidak mempunyai hubungan keluarga, pernikahan
pertama, umur ayah saat menikah 29 tahun, umur ibu 20 tahun.
Data Perumahan: Rumah milik sendiri, terletak di permukaan padat, berukuran 30m2,
terdiri dari dua kamar tidur, satu kamar mandi, tidak ada got. Cahaya dapat masuk,
ventilasi cukup. Rumah memiliki satu pintu masuk. Sumber air dari PAM.
Keadaan lingkungan: Saluran air sekitar rumah kurang lancer, baud an keadaan
lingkungan kurang baik.
Kesan: Keadaan rumah di permukaan padat, ventilasi cukup dan keadaan lingkungan
kurang baik.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal 17 September 2010
A. Status Generalis
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda vital

: - Nadi

: 160 x / menit

- Suhu

: 38,70C

- Pernapasan

: 28 x / menit

B. Data Antropometri

Berat badan

: 8,5 kg

Panjang badan

: 77 cm

- Berdasarkan kurva NCHS, perbandingan usia dengan berat badan


terletak di bawah persentil 5.
- Berdasarkan kurva NCHS, perbandingan usia dengan panjang badan
terletak di antara persentil 10-25.
Kesan : status Gizi buruk.
C.Pemeriksaan Sistematis

Kepala

: Bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam distribusi merata,


tidak mudah dicabut.Ubun-ubun besar sudah menutup.

Mata

: Bentuk normal, palpebra superior dan inferior tidak cekung, kedudukan


bola mata dan alis mata simetris, konjungtiva kanan dan kiri tidak
anemis, sklera kanan dan kiri tidak ikterik, kornea kanan dan kiri jernih,
kedua pupil bulat isokor diameter 3 mm, refleks cahaya +/+.

Telinga

: Bentuk normal, CAE lapang, serumen -/-, sekret -/-

Hidung

: Bentuk normal, deviasi septum tidak ada, sekret tidak ada.

Mulut

: Bentuk tidak ada kelainan, bibir merah tidak kering, sianosis tidak ada,
lidah kotor dengan tepi hiperemis, tidak ada tremor, tonsil T1-T1, faring
tidak hiperemis, gigi geligi tidak ada karies .

Leher

: Tidak ada kelainan, kelenjar getah bening tidak teraba membesar, trakea
di tengah.

Thorax
Paru-paru
- Inspeksi

: Bentuk normal, simetris keadaan stasis dan dinamis.

- Palpasi

: Fremitus kanan sama dengan kiri

- Perkusi

: Sonor pada kedua lapang paru.

- Auskultasi

: Suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-.

Jantung
- Inspeksi

: Tidak tampak pulsasi ictus cordis

- Palpasi

: Teraba pulsasi ictus cordis di sela iga V linea mid clavicula


sinistra.

- Perkusi

: Tidak di lakukan

- Auskultasi

: Bunyi jantung I - II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
- Inspeksi

: Datar, tidak tampak gambaran vena kolateral,

- Palpasi

: Supel, hepar teraba 1/3-1/3, tepi tajam, konsistensi kenyal, permukaan


rata, nyeri tekan (-), nyeri tekan epigastrium (-), lien tidak teraba.

- Perkusi

: Timpani, shifting dullness (-).

- Auskultasi

: Bising usus (+).

Genitalia eksterna : Laki-laki, tidak ada tanda radang, fimosis(-), hernia (-).
Ekstremitas

: Akral hangat, tidak ada deformitas, tidak ada edema.

Kulit

: Warna sawo matang, turgor kulit baik, petechiae.

Pemeriksaan neurologist : Kaku kuduk (-), Kerniq (-), Laseque (-),


Refleks fisiologis : normo refleksi
Refleks patologis : (-).

IV PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Tanggal 17 September 2010 :
Hematologi
- Hemoglobin

: 10,8 g / dl

(11-15 g / dl)

- Hematokrit

: 32 Vol %

(37-47 Vol %)

- Eritrosit

: 3,77juta / l

(4,8-6,2 juta / l)

- Leukosit

: 12.000 / l

(5-10 x 10 3 / l)

- Trombosit

: 200.000 / l

(150-350 x 103 / l)

- Kalium

: 4,9 mmol/L

- Natrium

: 137 mmol/L

- Klorida

: 109 mmol/L

- CRP kuantitatif

: 0.06 mg/dL

V. RESUME

Pasien anak perempuan umur 1 tahun 7 bulan, berat badan 8,5 kg datang dengan
keluhan keluhan kejang sejak 3 jam SMRS. Demam sebelum kejang di sangkal oleh ibu
Os. Sejak 1 hari SMRS, pasien kejang sebanyak 3 kali waktu pagi dengan lamanya
kejang 5-10 menit, diantara serangan kejang pasien sadar. Kejang terjadi pada seluruh
anggota badan. 3 jam SMRS Os mengalami kejang 2x, durasi dan keadaan ketika kejang
hampir sama dengan kejang di paginya. Os kemudiannya dibawa ke unit gawat darurat
RS Husada. Riwayat batuk pilek dan mual muntah di sangkal, BAK dan BAB dalam
batas normal.

Pemeriksaan fisik :
Tanda vital

: - Nadi

: 160 x / menit

- Suhu

: 38,70C

- Pernapasan

: 28 x / menit

Pemeriksaan neurologist : Reflex fisiologis dan patologis semua dalam batas normal
Pemeriksaan laboratorium
Hematologi ( 17/8/06)
- Hemoglobin

: 10,8 g / dl

(11-15 g / dl)

- Hematokrit

: 32 Vol %

(37-47 Vol %)

- Leukosit

: 12.000 / l

(5-10 x 10 3 / l)

- Trombosit

: 200.000 / l

(150-350 x 103 / l)

- Kalium

: 4,9 mmol/L

- Natrium

: 137 mmol/L

- Klorida

: 109 mmol/L

- CRP kuantitatif

: 0.06 mg/dL

VI. DIAGNOSIS KERJA

1) Kejang demam sederhana.


Dasar yang mendukung:
-

Demam 38,7 C ( >38 C)

Tidak ada gejala kelainan neurologik pra/pasca kejang.

Kejang bersifat umum.

Umur pasien diantara 6 bulan 5 tahun.

2) Gangguan Tumbuh Kembang ec Asupan Gizi tidak adekuat.


Dasar yang mendukung: Berdasarkan kurva NCHS, perbandingan usia dengan berat
badan terletak di bawah persentil 5. Skala Danver; tidak sesuai usia pertumbuhan

VII. DIAGNOSA BANDING


1) Epilepsi terprovokasi demam.
2) Gangguan Tumbuh Kembang ec infeksi .

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN


-

Darah lengkap, Elektrolit, gula darah.

EEG

PENATALAKSANAAN
1. IVFD KAEN 3B
Maintenance : 8,5 x 100 = 850 cc
Koreksi suhu : 1,7 x 12% x 850 = 174 cc 1000 cc/ 24 jam
2. Untuk kejangnya dapat diberikan diazepam rektal (0,5 x 8,5) mg = 4,25mg.
3. Antipiretrik : Paracetamol drops 4 x 0,8 cc(10mg x 8,5 = 850mg).
4. Diazepam oral 5 mg tiap 8 jam (hanya pada waktu demam).
5. Nootropil syr (Piracetam) 3 x cth (buat kesulitan belajar/pertumbuhan)
PROGNOSIS

Ad vitam

: bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam


Ad sanationam

: dubia ad bonam

FOLLOW UP
18/9/2010
S:

Demam ( - ), kejang ( - ),

O:

Tanda- tanda vital :

Suhu : 37,4 C
Nadi : 125x/menit

Napas : 28x/menit

A : Kejang demam membaik.


Gangguan Tumbuh Kembang.
P: IVFD KAEN 3B 850cc (maintenance)
Nootropil syr (Piracetam) 3 x cth.
Periksa Ig G, Ig M Toxoplasmasis dan Ig G Ig M CMV.

19 / 9/ 2010
S:

Demam ( - ), kejang ( - )

O:

Nadi : 112 x/menit


Napas : 20x/menit

Suhu : 37,2C

A : Kejang demam membaik.


Gangguan Tumbuh Kembang.
P:

IVFD KAEN 3B 850cc (maintenance)


Nootropil syr (Piracetam) 3 x cth.

20/9/2010

S:

Tidak ada keluhan. Demam (-), Kejang (-)

O:

Nadi : 120x/menit
Napas : 20x/menit

Suhu : 37C

Hasil Pemeriksaan TORCH (20/9/2010)


-

Anti Toxoplasma Ig M : ( - )

Anti Toxoplasma Ig G : ( - )

Anti CMV Ig M : ( - )

Anti CMV Ig G : ( + )

A : Kejang demam membaik.


Gangguan Tumbuh Kembang ec Infeksi CMV
P : IVFD KAEN 3B 850cc (maintenance)
Nootropil syr (Piracetam) 3 x cth.
DHA 1 x 1 Kaps
Ganciclovir 1 x 50mg.

Tinjauan Pustaka
Kejang Demam
1.0 DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Biasanya
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang
tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk kejang demam. Kejang
disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang
demam. Bila anak kurang dari 6 bulan atau lebih dari lima tahun mengalami kejang
didahului demam, pikirkan kemungkinan lainnya misalnya infeksi SSP, epilepsi, yang
kebetulan terjadi bersama demam.
2.0 EPIDEMIOLOGI
Kejang demam terjadi pada 2% - 4 % dari populasi anak 6 bulan sampai 5 tahun.
80 % adalah kejang demam sederhana sedangkan 20 % kasus adalah kejang demam
kompleks. 8 % berlangsung lama (lebih dari 15 menit). 16 % berulang dalam waktu 24
jam.

Kejang pertama terbanyak diantara 17-23 bulan.

Anak laki-laki lebih sering

mengalami kejang demam. Bila kejang demam sederhana yang pertama terjadi pada
umur kurang dari 12 bulan, maka risiko kejang demam kedua 50 %, dan bila kejang
demam sederhana pertama terjadi setelah umur 12 bulan menurun menjadi 30 %. Setelah
kejang demam pertama, 2%-4% anak akan berkembang menjadi epilepsi dan ini 4 kali
risikonya di bandingkan populasi umum.
3.0 PATOFISIOLOGI
Sumber utama dari otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan
dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal sel neuron
mudah dilewati oleh kalium tetapi tidak mudah dilewati natrium akibatnya terdapat

perbedaan potensial diluar sel dan didalam sel. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran ini diperlukan energi dan bentuan enzim Na-K ATPase yang terdapat pada
permukaan sel. Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10 %-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %. Pada
kenaikan suhu tubuh tertentu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
ion natrirm melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini begitu besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun
ke membran sel melalui perantaraan neurotransmiter dan terjadilah kejang. Lamanya
kejang sangat bervariasi, kejang yang lebih lama dari 15 menit biasanya terjadi apnea,
hipoksemia ,hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik,
hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot

selanjutnya mengakibatkan

metabolisme otak meningkat,kejadian ini merupakan proses terjadinya kerusakan neuron


otak selama berlangsungnya kejang lama.2
Serangan kejang dapat juga terjadi karena adanya suatu awitan hipertermia yang
timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus.3
4.0 KLASIFIKASI
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
4.1 Kejang demam sederhana adalah kejang dengan salah satu ciri berikut :
o Lamanya kejang < 15 menit , dan umumnya akan berhenti sendiri.
o Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik,tanpa gerakan fokal.
o Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.
4.2 Kejang demam kompleks adalah kejang dengan salah satu ciri sebagai berikut :
o Kejang lama >15 menit,
o Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.
o Kejang berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang
berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar.
Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang
parsial.
Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan
kejang anak sadar.
Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan.
3. Temperatur yang rendah saat kejang.
4. Cepatnya kejang setelah demam.
5.0 DIAGNOSIS BANDING
Apabila terjadi kejang, harus dipikirkan apakah penyebabnya dari dalam atau dari
luar susunan saraf pusat.

Kelainan dalam otak biasanya karena infeksi misalnya

meningitis, ensefalitis, abses otak.

6.0 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai
demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer,
elektrolit dan gula darah.
2. Pungsi lumbal
Pemeriksaan

cairan

serebrospinal

menyingkirkan kemungkinan meningitis.


adalah 0,6%-6,7%.

dilakukann

untuk

menegakan

atau

Risiko terjadinya meningitis bakterialis

Pada bayi sulit untuk menegakan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena
manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada :
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan.
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan.
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin.
Bila yakin meningitis secara klinis,tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

3. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksikan berulangnya
kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang
demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat
dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya : kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
4. Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan)
atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan
hanya atas indikasi seperti :
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema.
7.0 PROGNOSIS
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis
pada sebagian kecil kasus dan biasanya terjadi pada kejang lama atau kejang berulang.
Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.

8.0 PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM


8.1 Saat kejang
Dalam keadaan kejang obat yang paling cepat dalam menghentikan kejang adalah
diazepam yang diberikan secara intravena. Dosisnya adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahanlahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis
maksimal 20 mg.

Diazepam dalam bentuk rektal dapat diberikan dirumah saat

kejang. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg
untuk anak dengan dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat
badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah
usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun. Kejang yang belum
berhenti dengan diazepam rektal dapat diulangi dengan cara dan dosis yang sama
dalam interval waktu 5 menit.
Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Dan
dapat diberikan diazepam intravena dosis 0,3-0,5 mg/kg.
Bila kejang masih belum berhenti diberikan fenitoin intravena dengan dosis awal
10-20 mg/ kg/ kali dengan kecepatan 1 mg/ kg / menit atau kurang dari 50 mg/menit.
Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah dosis selanjutnya adalah 4-8mg/kg/hari,
yaitu 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka
pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang telah berhenti, pemberian
obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demamnya dan faktor risikonya.
8.2 Saat Demam
Pemberian obat saat demam dapat digunakan antipiretik dan antikonvulsan.
Antipiretik sangat dianjurkan,walaupun tidak ada bukti bahwa penggunaanya dapat
mengurangi risiko terjadinya kejang demam. Dapat diberikan asetaminofen berkisar
10-15 mg/kg/kali diberikan 3 kali sehari den tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen
5-10mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan risiko berulangnya kejang, dapat juga diberikan diazepam rektal 0,5

mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C. Fenobarbital, karbamazepin, fenitoin
pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.
8.3 Pengobatan Rumatan
Pengobatan rumatan hanya diberikan bila kejang demam menunjukan ciri sebagai
berikut :
1. Kejang lama > 15 menit.
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental,
hidrosefalus.
3. Kejang fokal.
4. Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila:
o Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
o Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.
o Kejang demam 4 kali per tahun.
Obat pilihan untuk rumatan adalah asam valproat dengan dosis 15-40
mg/kgBB/hari 2-3 dosis. Lama pengobatan rumatan adalah 1 tahun bebas kejang lalu
dihentikan bertahap selam 1-2 bulan.
9.0 VAKSINASI
Sejauh ini tidak ada kontra indikasi dengan standar vaksinasi. Kejang setelah
demam karena vaksinasi sangat jarang. Angka kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6-9
kasus per 100.00 anak yang divaksinasi sedangkan setelah vaksinasi MMR 25-34 per
100.000. Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau rektal bila anak demam,
terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter anak merekomendasikan
acetaminofen pada saat vaksinasi hingga 3 hari kemudian.

BAGAN PENGHENTIAN KEJANG DEMAM


KEJANG

1. Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB atau


Berat Badan < 10 kg : 5 mg
Berat Badan > 10 kg : 10 mg
2. Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB

KEJANG
Diazepam rektal
(5 menit)
Di Rumah Sakit

KEJANG
Diazepam IV
Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit)
(Depresi pernapasan dapat terjadi)

KEJANG
Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBB.
Kecepatan 0,5-1 mg/kgBB/menit
(Pastikan ventilasi adekuat)

KEJANG
Transfer ke ICU
Keterangan :
1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermiten atau rumatan diberikan berdasarkan
kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.
2. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur dengan cairan
NaCl fisiologis, untuk mengurangi efek samping aritmia dan hipotensi.

Tinjauan Pustaka
Tumbuh Kembang
1.0 Definisi
Menurut Pedoman Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak batasan dari pertumbuhan
adalah setiap perubahan dari tubuh yang berhubungan dengan bertambahnya ukuran
tubuh baik fisik (anatomis) maupun struktural dalam arti sebagian atau menyeluruh.
Menurut kamus kedokteran Dorland, perkembangan ialah proses pertumbuhan
dan diferensiasi. Definisi lain dari perkembangan ialah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Istilah Perkembangan meliputi
pertumbuhan fisik, maupun pematangan fungsi, emosi dan perilaku sosial.
Bila berbicara tumbuh kembang anak usia 1-5 tahun maka ada dua tahapan masa yang
harus dilalui yaitu:
1. Toddler : umur 1 s/d 3 tahun
2. Preschool : umur 3 s/d 5 tahun

2.0 Tumbuh Kembang Usia 12 18 Bulan


2.1 Perkembangan Fisik
Tingkat pertumbuhan lebih lambat pada umur tahun ke dua dan nafsu makan
menurun. Lemak bayi dibakar oleh gerakan yang bertambah, lumbar lordosis
berlebihan membuat perut menonjol. Pertumbuhan otak, disertai mielinisasi yang
berlanjut, menghasilkan penambahan lingkar kepala lebih dari 2 cm dalam 1 tahun.
Sebagian besar anak mulai berjalan sendiri mendekati usia satu tahun, sebagian
lagi tidak dapat berjalan sampai usia 15 bulan. Bayi yang sangat aktif dan berani

cenderung berjalan lebih awal, bayi kurang aktif, lebih penakut dan yang terikat dengan
menyelidiki obyek-obyek secara terperinci barjalan lebih lambat. Berjalan lebih awal
tidak berkaitan dengan perkembangan di bidang-bidang lain.
Pertama, bayi berjalan tertatih-tatih, lutut membengkok dengan lengan di fleksi
di siku, seluruh batang tubuh berputar pada setiap langkah, jari kaki mungkin menunjuk
ke arah luar dan ke dalam dan kaki menempel pada lantai. Kemudian menuju kemantapan
yang lebih besar dan efisiensi tenaga. Setelah beberapa bulan latihan, pusat gravitasi
bergeser ke belakang dan batang tubuh berdiri lebih stabil, sementara lutut ekstensi dan
lengan mengayun ke samping untuk keseimbangan. Jari-jari kaki ditahan sejajar dan anak
itu dapat berhenti, berputar dan membungkuk tanpa jatuh.
Ketika anak dapat berjalan secara bebas, anak dapat berjalan menjauhi orang
tuanya dan menjelajahi lingkungannya. Meskipun anak menggunakan ibunya sebagai
basis rumah/home base, sering kembali kepada ibunya untuk menentramkan hati lagi,
menunjukkan bahwa anak telah mengambil langkah besar menuju kebebasan.2

2.2 Perkembangan Kognitif


Penjelajahan benda mempercepat jalannya karena pendekatan, pemegangan, dan
pelepasan hampir sepenuhnya matur dan berjalan bertambah ke hal-hal yang menarik.
Anak yang baru berjalan menggabungkan objek-objek dengan cara-cara baru untuk
menciptakan hal-hal menarik, seperti menumpuk balok-balok atau meletakan barang ke
dalam tempat kaset video. Alat-alat mainan juga lebih mungkin untuk digunakan pada
maksud-maksud tujuannya (sisir untuk rambut, cangkir untuk minum). Meniru orang tua
dan anak-anak yang lebih dewasa adalah cara belajar yang penting. Permainan khayalan
yang berpusat pada tubuh anak itu sendiri (pura-pura minum dari cangkir kosong).

2.3 Perkembangan Emosi


Bayi-bayi yang berkembang mendekati kejadian penting atau milestone dari
langkah-langkah pertama mereka mungkin mudah marah. Bila mereka mulai berjalan,
perubahan suasana hati utama mereka nyata sekali. Anak yang baru belajar berjalan
digambarkan seperti orang yang dimabukan oleh kemampuan mereka yang baru dan oleh
kekuatan mereka. Mereka sering berputar mengelilingi orang tua mereka, seperti planetplanet mengelilingi matahari, berpindah-pindah, menoleh ke belakang, bergerak lebih
jauh dan kemudian kembali untuk mendapat sentuhan yang menenangkan dari orang tua
mereka. Pada lingkungan yang tidak dikenal, dengan perasaan anak yang takut, orbitorbit demikian mungkin kecil atau tidak ada, dalam keadaan lingkungan yang dikenal,
anak yang berani dapat berkeliling sampai tidak terlihat.1
Kemampuan anak untuk menggunakan orang tua sebagai tempat aman untuk
penjelajahan, tergantung pada hubungan kasih sayang. Kasih sayang dapat dinilai dari
orang tua meninggalkan anak-anak dalam ruang bermain yang tidak dikenal, situasi
asing. Ketika orang tua mereka pergi, sebagian anak berhenti bermain, menangis, dan
mencoba untuk ikut. Namun, akibat terbesar yang menarik adalah tanggapan anak ketika
orang tua mereka kembali. Anak yang disayangi pergi ke orang tuanya dengan segera
untuk diantar, dihibur dan kemudian dapat kembali bermain. Anak dengan perasaan
sayang yang bertentangan (ambivalen) pergi ke orang tuanya tetapi kemudian menolak
untuk dihibur dan mungkin memukul orang tuanya karena marah. Anak-anak yang
dkategorikan sebagai penghindar mungkin tidak protes ketika orang tua mereka pergi dan
mungkin tidak menyambut saat mereka kembali. Pola tanggapan yang tampak gelisah
mungkin mewakili perkembangan bayi mengembangkan strategi untuk menanggulangi
sifat orang tua mereka yang suka menghukum atau tidak bertanggung jawab dan mungkin
meramalkan masalah kognitif dan masalah emosi di kemudian hari. Persengketaan
berlanjut tentang bagaimana bayi bertabiat dan pengalaman perpisahan sebelumnya
mungkin mempengaruhi tafsiran dari akibat situasi yang aneh.

2.4 Perkembangan Bahasa


Komunikasi penting sejak lahir, khususnya nonverbal sebagai interaksi antara
bayi dan yang merawatnya. Penerimaan bahasa mendahului perasaan. Kata-kata pertama
mulai muncul pada usia 9-18 bulan, kebanyakan anak dapat mengucapkan setidaknya 1
sampai 2 kata pada ulang thun pertama mereka. Ketika bayi mulai mengucapkan katakata pertamanya, kira-kira 12 bulan , mereka mulai menanggapi dengan tepat beberapa
contoh pernyataan sederhana seperti tidak, selamat tinggal, saya minta. Pada usia
15 bulan, rata-rata anak menunjuk pada bagian utama tubuh dan mengunakan 4-6 katakata secara spontan dan benar, termasuk kata benda nama sendiri. Anak yang baru
berjalan juga menikmati berkata-kata dengan suku kata yang banyak tetapi tidak tampak
marah ketika tidak ada yang mengerti. Sebagian besar komunikasi keinginan dan ide
berlanjut menjadi non-verbal.
2.5 Keterlibatan Orang Tua dan Dokter Anak
Orang tua dapat mengungkapkan tentang asupan yang rendah sebagai
pertumbuhan yang lambat. Orang tua yang tidak dapat mengingat kejadian-kejadian
penting lain cenderung mengingat ketika anak mereka mulai berjalan, mungkin karena
persamaan simbolis berjalan dengan sikap mandiri. Pada anak yang baru mulai berjalan
seharusnya didorong untuk menjelajahi lingkungannya, kemampuan anak untuk mencari
tahu juga meningkatkan resiko untuk terluka dan penambahan pengawasan.
Dalam ruang pemeriksaan, kebanyakan anak yang baru mulai berjalan nyaman
untuk menjelajahi ruangan, tetapi tetap melekat pada orang tuanya dibawah stress
pemeriksaan. Melakukan sebagian besar pemeriksaan fisik pada pangkuan orangtua nya
membantu menghilangkan rasa takut untuk dipisahkan. Bayi-bayi yang menjadi
bertambah distress, bukan berkurang, di tangan orang tuanya atau yang menghindari
orang tuanya saat stress, mungkin menjadi gelisah. Anak-anak yang muda, bila

mengalami distress, berbalik ke orang asing untuk mendapatkan hiburan bukannya ke


orangtuanya yang sangat mengkuatirkan. Konflik antara kebebasan dan keamanan
bermanifestasi dalam masalah disiplin, sifat marah, latihan toilet, dan perubahan perilaku
makan. Orang tua sebaiknya diberitahukan tentang masalah-masalah ini bahwa peristiwa
ini masih dalam batas perkembangan normal anak.

3.0 Tumbuh Kembang Usia 18 24 Bulan


3.1 Perkembangan Fisik
Perkembangan

motorik

ialah

suatu kemajuan

pada usia

ini, dengan

perkembangan di dunia di bidang keseimbangan dan kelincahan serta kemampuan untuk


berlari dan menaiki tangga. Berat dan tinggi meningkat secara bertahap meskipun
pertumbuhan kepala terjadi agak lambat. 90% dari lingkar kepala dewasa didapatkan
pada usia 2 tahun, dengan pertambahan hanya 5 cm yang didapat pada beberapa tahun ke
depan.
3.2 Perkembangan Kognitif
Pada usia kira-kira 18 bulan, beberapa perubahan kognitif datang menandai
kesimpulan periode sensorimotor. Obyek permanen benar-benar didirikan, balita yang
baru belajar berjalan mengaharapkan adanya obyek yang dapat digerakan walaupun
benda itu tidak dapat dilihat karena sedang bergerak. Sebab dan akibat dimengerti dengan
lebih baik, dan balita memperlihatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah,
menggunakan tongkat untuk menggunakan mainan yang ada di luar jangkauannya dan
menggambarkan bagaimana cara menggerakkan mesin mainan. Perubahan bentuk secara
simbolik dalam permainan tidak lagi terikat pada tubuh balita itu sendiri, sehingga sebuah
boneka dapat diberi makan dengan piring kosong. Seperti reorganisasi pada umur 9

bulan, kognitif berubah pada umur 18 bulan, berkorelasi dengan perubahan penting
dalam emosi dan bidang bahasa.

3.3 Perkembangan Emosi


Pada banyak anak, kebebasan relatif pada periode sebelumnya memberi jalan
untuk menambah keterikatannya pada usia sekitar 18 bulan. Pada fase ini digambarkan
sebagai penyesuaian yang mungkin merupakan reaksi tumbuhya kesadaran dari
kemungkinan berpisah. Banyak orang tua yang mengatakan bahwa mereka tidak bisa
kemana-mana tanpa bersama-sama anaknya. Tidur sendiri seringkali sangat sulit, dengan
banyaknya kesalahan awal dan kemarahan. Banyak anak menggunakan selimut khusus
atau mainan sebagai obyek transisi, sesuatu yang berguna sebagai simbol dari
ketidakhadiran orangtua (obyek dalam istilah psikoanalitik). Obyek transisi tetap pentig
sampai peralihan ke pemikiran simbolis telah dilengkapi dan simbol kehadiran orang tua
telah dipenuhi.
Kesadaran sendiri dan pemenuhan standar evaluasi pertama muncul pada usia ini.
Anak yang sedang belajar berjalan memandang cermin untuk pertama kalinya,
menyentuh

wajah

mereka

sendiri

bukannya

bayangan

cermin,

jika

mereka

memperhatikan titik merah pada hidung mereka atau beberapa penampilan yang tidak
biasa. Mereka mulai mengenali ketika mainannya rusak dan mugkin menyerahkan
kepada orang tua untuk diperbaiki. Ketika tergoda untuk menyentuh objek yang dilarang,
mereka mungkin berkata kepada diri mereka sendiri, jangan, jangan, bukti adanya
internalisasi standar perilaku. Bahasa menjadi penting untuk mengontrol gerak hati, sebab
awal, dan hubungan antara ide-ide. Faktanya mereka sering menyentuh suatu objek untuk
menunjukkan kelemahan relatif dari proses hambatan internalisasi pada tahap ini.1

Saat perasaan anak berkembang akan dirinya, mereka mulai mengerti perasaan
orang lain dan membangun rasa empati. Anak dapat memeluk anak lainnya yang
mendapatkan distress atau menjadi perhatian ketika seseorang sedang sakit. Mereka
mulai mengerti perasaan anak lainnya jika disakiti, dan kesadaran ini mendorong mereka
untuk menahan perilaku agresif mereka.

3.4 Perkembangan Bahasa


Mungkin perkembangan yang paling dramatik pada periode ini ialah bahasa. Memberi
nama objek bertepatan dengan kedatangan pemikiran simbolistik. Setelah menyadari
bahwa kata-kata dapat berarti benda, perbendaharaan kata anak berkembang dari 10-15
kata-kata pada usia 18 bulan menjadi 50-100 pada usia 2 tahun. Setelah mendapat
perbendaharaan kata kira-kira 50 kata, anak-anak mulai menggabungkan kata-kata
tersebut untuk memulai kalimat sederhana, permulaan tata bahasa. Pada tingkat ini, anak
mengerti perintah 2 tahap, seperti berikan bola itu dan pakai sepatumu. Bahasa juga
memberikan anak perasaan mengontrol lingkuangan sekitarnya, seperti selamat tinggal
atau malam-malam. Kemunculan bahasa lisan menandakan berakhirnya periode
sensorimotor. Seperti anak-anak yang baru berjalan-jalan belajar menggunakan simbolsimbol untuk mengungkapkan ide-ide dan menyelesaikan masalah, kebutuhan untuk
kognisi didasarkan pada perasaan langsung dan gerakan manipulasi berkurang.
Bertambahnya perbendaharaan kata yang ekspresif bervariasi antara usia 12
sampai 24 bulan. Anak laki-laki dan anak yang diajarkan 2 bahasa cenderung mengalami
perkembangan bahasa yang lebih lambat selama usia tersebut. Namun jenis kelamin dan
pajanan 2 bahasa bukan menjadi alasan gagalnya merujuk anak karena terlambat bicara
untuk evaluasi lebih lanjut. Penting untuk diketahui bahwa kebanyakan anak tidak benar-

benar mahir 2 bahasa. Kebanyakan anak banyak mempunyai satu bahasa yang utama dan
bahasa lainnya hanya sebagai bahasa sekunder.

3.5 Keterlibatan Orang Tua dan Dokter Anak


Dengan pertambahan gerakan, pembatasan fisik pada penjelajahan anak menjadi
kurang efektif, kata-kata menjadi bertambah penting untuk mengontrol tingkah laku juga
kognisi. Anak-anak dengan pertambahan bahasa yang tertunda sering mempunyai
masalah tingkah laku yang lebih besar. Perkembangan bahasa menjadi mudah ketika
orang tua dan pengasuh memakai kalimat yang sederhana, jelas, menanyakan pertanyaan
dan tanggap terhadap kalimat anak-anak yang tidak sempurna dan komunikasi yang
dibuat dengan kata-kata yang tepat. Periode teratur dengan melihat buku-buku bergambar
bersama-sama berlanjut untuk menyediakan suasana yang ideal untuk perkembangan
bahasa.
Dalam ruang pemeriksaan, beberapa prosedur dapat mengurangi rasa cemas anak
terhadap keasingan. Awalnya hindari kontak mata secara langsung. Lakukan pemeriksaan
sebanyak mungkin yang dapat dikerjakan dengan anak ada di pangkuan orangtuanya.
Dokter anak dapat menjelaskan tentang munculnya kembali masalah
perpisahan dan penampilan menghargai selimut atau boneka beruang sebagai fenomena
perkembangan. Orang tua harus mengerti tentang pentingnya penjelajahan. Daripada
membatasi pergerakan anak, lebih baik menempatkan anak pada tempat yang aman atau
mengganti 1 aktivitas ke aktivitas lainnya. Metode disiplin, termasuk hukuman badan,
harus didiskusikan, alternatif yang efektif biasanya lebih dihargai. Membantu orang tua
untuk mengerti dan beradaptasi dengan perubahan emosi anak yang berbeda dapat
merupakan intervensi yang penting. Perkembangan rutin harian sangat membantu anak
pada usia ini. Kekakuan dalam rutinitas dapat mencerminkan kebutuhan penguasaan
merubah lingkungan.

3.6 Nutrisi padaToddler


Anak kecil membutuhkan diet dengan kandungan energi yang besar, mereka
cenderung makan-makanan tinggi lemak dan karbohidrat namun rendah buah-buahan dan
sayur-sayuran. Secara umum, usia toddler merupakan usia transisi dari perubahan diet
tinggi lemak sejak bayi menjadi diet rendah lemak pada usia pra sekolah dan anak yang
lebih tua.
Orang tua harus diberitahu bahwa makanan yang mengandung karbohidrat harus
diberikan saat anak makan menu utama. Pemberian buah-buahan dan sayur-sayuran
dengan porsi 80 gram sehari harus dipikirkan oleh orang tuanya, sangat penting untuk
memberikan buah dan sayur pada setiap kali makan untuk membuat anak terbiasa dengan
makanan ini. Dengan memotong-motong sayur atau buah menjadi potongan kecil, diaduk
pada penggorengan, dan dibakar untuk membuat manis rasanya dan ditambahkan pada
sup dan saus dapat menambah konsumsi sayur dan buah pada anak. Susu dan produk
susu merupakan sumber kalsium dan nutrisi lainnya yang sangat penting, dan orang tua
sebaiknya memberikan sebanyak 3 kali sehari. Namun, memberikan banyak susu dapat
menggantikan makanan penting lainnya dan dapat mengarah kepada defisiensi Fe pada
toddler. 1 sampai 2 kali pemberian daging, ikan, dan makanan alternatif bagi vegetarian
(seperti telur, buncis, kacang) juga harus diberikan dan dapat disajikan dengan makanan
yang berkuah untuk melembutkan bentuknya. Makanan tinggi lemak dan karbohidrat
(seperti es krim, kue, biskuit) dapat diberikan dalam jumlah tidak banyak dan tidak boleh
menggantikan makanan penting lainnya. Suplemen vitamin (tetes vitamin A dan D) juga
dianjurkan pada anak-anak.
Anak-anak dengan pertambahan berat badan yang sedikit-sedikit menandakan
buruknya pertumbuhan yang disebabkan oleh nutrisi yang rendah dan infeksi, ini
merupakan kasus yang terus-menerus terjadi pada negara berkembang.

Namun, anak juga dapat menjadi gemuk (obes). Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi obesitas pada anak, yaitu genetik, faktor lingkungan, seperti diet yang
rendah dan aktivitas fisik yang rendah, merupakan faktor resiko yang besar membuat
bertambahnya berat anak. Terdapat bukti bahwa kebiasaan makan terus memburuk
dibandingkan dengan tahun 1950-an dan beberapa bukti bahwa toddler tidak aktif
daripada yang seharusnya (contohnya di Amerika, penonton televisi semakin banyak
dengan hampir setengahnya anak-anak berusia 2-3 tahun yang menonton lebih dari 3 jam
per hari).
Menganjurkan pemberian makan 3 kali sehari ditambah pemberian makanan
kudapan, hindari percekcokan saat makan, namun batasi lama waktu makan, mendorong
anak untuk makan sendiri menggunakan sendok dan cangkir, dan batasi makan makanan
gula dan mengandung natrium.

Tabel 1: Pola perilaku yang timbul antara 1 sampai 5 tahun


15 bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial
18 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial

Berjalan sendiri, menaiki tangga dengan merangkak


Membuat menara 3 tingkat dari kubus, membuat garis menggunakan
crayon, memasukkan kismis ke dalam botol
Berlogat, mengikuti perintah sederhana, menyebut nama objek yang
sudah akrab.
Menandakan hasrat atau kebutuhan dengan menunjuk, memeluk
orang tua .
Berlari kencang, duduk pada kursi kecil, berjalan menaiki tangga
dengan
berpegang pada 1 tangan, menjelajahi laci-laci dan tempat sampah
Membuat menara 4 tingkat dari kubus, meniru menulis, meniru
gerakan
vertikal, mentumpahkan kismis dari botolnya
10 kata (rata-rata), menamai gambar, mengenal satu atau lebih bagian
tubuh
Makan sendiri, mencari pertolongan jika membutuhkan, komplen jika
basah atau kotor, mencium orang tua dengan mengerutkan bibir

24 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial
30 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial
36 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa

Berlari dengan baik, naik turun tangga, membuka pintu, memanjat


perabotan rumah tangga, melompat.
Membuat menara tujuh tingkat dari kubus, membuat coretan dengan
pola melingkar, meniru gerakan horizontal, meniru melipat kertas
dalam sekali lihat.
Menggunakan tiga kata dalam satu kalimat (subjek, predikat, objek).
Menggunakan sendok dengan baik, dapat membantu membuka baju,
mendengar cerita ketika ditampilkan gambarnya
Menaki tangga dengan menggunakan kaki secara bergantian
Membuat menara Sembilan tingkat dari kubus, membuat gerakan
vertical dan horizontal, tapi tidak membuat gerakan silang, meniru
gerakan melingkar
Menggunakan kata ganti untuk diri sendiri saya, mengetahui nama
lengkap sendiri.
Membantu menaruh benda, berpura pura dalam bermain.
Mengendarai sepeda roda tiga, berdiri menggunakan satu kaki
Membuat menara sepuluh tingkat dari kubus, membuat jembatan
menggunakan tiga kubus, menyalin lingkaran, meniru gerakan silang.
Mengetahui umur dan jenis kelamin, menghitung tiga objek dengan
benar,
mengulangi tiga nomor atau sebuah kalimat dengan enam suku kata.

Sosial
Bermain permainan sederhana (bersama-sama dengan anak lain),
membantu memakai baju (melepaskan kancing baju dan memakai
sepatu), menyuci tangan.
48 Bulan
Motorik

Melompat dengan satu kaki, melempar bola dengan ayunan tangan


yang tinggi, menggunakan gunting untuk memotong gambar,
mendaki dengan baik.

Adaptasi

Menyalin jembatan dari contohnya, meniru konstruksi gerbang


menggunakan lima kubus, menyalin tanda silang dan kotak,
menggambar dua samapai empat bagian tubuh manusia selain kepala,
dapat mengetahui perbedaan panjang dua garis

Bahasa

Menghitung empat koin uang, menceritakan cerita.

Sosial

Bermain dengan beberapa anak, dengan memulai interaksi social dan

peran permainan, pergi ke toilat sendiri


60 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial

Lewat
Menggambar segitiga, menamai lebih banyak dari 2 nama
Menyebut 4 warna, mengulang kalimat dari 10 suku kata, menghitung
10
buah koin receh dengan benar
Memakai pakaian dan melepas pakaian, bertanya tentang arti katakata,
mengikutsertakan seseorang dalam peran bermain

DAFTAR PUSTAKA

1. Lumbantobing, SM. Kejang demam, FK UI, Jakarta : 1995


2. Widodo, Dwi. Intisari. Tetaplah tenang jika anak kejang demam. Jakarta: 2001
3. Mansjoer, Arief. Kapita selekta kedokteran edisi ketiga. Media Aesculapius FK UI.
Jakarta : 2000
4. Panduan Pelayanan Medis Departeman Ilmu Kesehatan Anak RSCM, Jakarta : 2005
5. Kesepakatan UKK Neurologi IDAI, Saraf Anak PERDOSSI. Kejang demam.
Jakarta : 2004.
6. www.scribd.com/doc/31719019/Tumbuh-Kembang-Anak-Usia-1-5-Tahun-Scribd.

You might also like