Professional Documents
Culture Documents
: Kejang Demam
: Zahril Akmal b Usaili
: 11-2009-100
: dr. Sri Rochani Soedjarwo SpA (K)....
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Bayi F
Umur
: 1 tahun 7 bulan
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Tanggal masuk RS
: 17 September 2010
: Tn. H
Nama Ibu
: Ny. A.R
Umur
: 34 tahun
Umur
: 25 tahun
Pendidikan terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pekerjaan
Penghasilan
: 1.500.000
Penghasilan
:-
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis dari ibu pasien tanggal 18 September 2010
Keluhan utama
Keluhan tambahan
:(-)
: Teratur
F. Masa gestasi
: Cukup bulan/Aterm
C. Ditolong oleh
: Bidan
D. Cara persalinan
: Spontan
I. Sianosis
: Tidak ada
J. Ikterus
: Tidak ada
RIWAYAT IMUNISASI
Imunisasi
0
I
BCG
DPT
Polio (OPV)
Hepatitis B
Campak
I
I
Waktu Pemberian
Bulan
1 2 3
4
5
I
II
II
III
II
15
Tahun
5 6
18
12
III
IV
III
I
- Berjalan
: Belum
: Belum
-
Berlari
: Belum
- Merangkak: Belum
- Berbicara
- Berdiri
: Belum
: Belum
B. Usia 4 - 6 bulan
C. Usia 6 - 9 bulan
D. Usia 9 - 12 bulan : PASI (lactogen) 4-5 x 100cc, Nestle sereal 1-2x, Bubur susu
E.Usia 1 tahun sampai sekarang : Pasien minum PASI (Lactogen ) 4-5 x 200cc ditambah
Nasi Tim (wortel, ikan salamon) 3x 1 mangkuk kecil + buah
(papaya, melon, pisang) porsi makan dihabiskan.
Kesan : Kualitas tidak cukup
Kuantitas : cukup
RIWAYAT KELUARGA
Corak reproduksi: Pasien anak kedua dalam keluarga.
Data Keluarga: Ayah ibu pasien tidak mempunyai hubungan keluarga, pernikahan
pertama, umur ayah saat menikah 29 tahun, umur ibu 20 tahun.
Data Perumahan: Rumah milik sendiri, terletak di permukaan padat, berukuran 30m2,
terdiri dari dua kamar tidur, satu kamar mandi, tidak ada got. Cahaya dapat masuk,
ventilasi cukup. Rumah memiliki satu pintu masuk. Sumber air dari PAM.
Keadaan lingkungan: Saluran air sekitar rumah kurang lancer, baud an keadaan
lingkungan kurang baik.
Kesan: Keadaan rumah di permukaan padat, ventilasi cukup dan keadaan lingkungan
kurang baik.
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
: - Nadi
: 160 x / menit
- Suhu
: 38,70C
- Pernapasan
: 28 x / menit
B. Data Antropometri
Berat badan
: 8,5 kg
Panjang badan
: 77 cm
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
: Bentuk tidak ada kelainan, bibir merah tidak kering, sianosis tidak ada,
lidah kotor dengan tepi hiperemis, tidak ada tremor, tonsil T1-T1, faring
tidak hiperemis, gigi geligi tidak ada karies .
Leher
: Tidak ada kelainan, kelenjar getah bening tidak teraba membesar, trakea
di tengah.
Thorax
Paru-paru
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
Jantung
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
: Tidak di lakukan
- Auskultasi
Abdomen
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
Genitalia eksterna : Laki-laki, tidak ada tanda radang, fimosis(-), hernia (-).
Ekstremitas
Kulit
IV PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Tanggal 17 September 2010 :
Hematologi
- Hemoglobin
: 10,8 g / dl
(11-15 g / dl)
- Hematokrit
: 32 Vol %
(37-47 Vol %)
- Eritrosit
: 3,77juta / l
(4,8-6,2 juta / l)
- Leukosit
: 12.000 / l
(5-10 x 10 3 / l)
- Trombosit
: 200.000 / l
(150-350 x 103 / l)
- Kalium
: 4,9 mmol/L
- Natrium
: 137 mmol/L
- Klorida
: 109 mmol/L
- CRP kuantitatif
: 0.06 mg/dL
V. RESUME
Pasien anak perempuan umur 1 tahun 7 bulan, berat badan 8,5 kg datang dengan
keluhan keluhan kejang sejak 3 jam SMRS. Demam sebelum kejang di sangkal oleh ibu
Os. Sejak 1 hari SMRS, pasien kejang sebanyak 3 kali waktu pagi dengan lamanya
kejang 5-10 menit, diantara serangan kejang pasien sadar. Kejang terjadi pada seluruh
anggota badan. 3 jam SMRS Os mengalami kejang 2x, durasi dan keadaan ketika kejang
hampir sama dengan kejang di paginya. Os kemudiannya dibawa ke unit gawat darurat
RS Husada. Riwayat batuk pilek dan mual muntah di sangkal, BAK dan BAB dalam
batas normal.
Pemeriksaan fisik :
Tanda vital
: - Nadi
: 160 x / menit
- Suhu
: 38,70C
- Pernapasan
: 28 x / menit
Pemeriksaan neurologist : Reflex fisiologis dan patologis semua dalam batas normal
Pemeriksaan laboratorium
Hematologi ( 17/8/06)
- Hemoglobin
: 10,8 g / dl
(11-15 g / dl)
- Hematokrit
: 32 Vol %
(37-47 Vol %)
- Leukosit
: 12.000 / l
(5-10 x 10 3 / l)
- Trombosit
: 200.000 / l
(150-350 x 103 / l)
- Kalium
: 4,9 mmol/L
- Natrium
: 137 mmol/L
- Klorida
: 109 mmol/L
- CRP kuantitatif
: 0.06 mg/dL
EEG
PENATALAKSANAAN
1. IVFD KAEN 3B
Maintenance : 8,5 x 100 = 850 cc
Koreksi suhu : 1,7 x 12% x 850 = 174 cc 1000 cc/ 24 jam
2. Untuk kejangnya dapat diberikan diazepam rektal (0,5 x 8,5) mg = 4,25mg.
3. Antipiretrik : Paracetamol drops 4 x 0,8 cc(10mg x 8,5 = 850mg).
4. Diazepam oral 5 mg tiap 8 jam (hanya pada waktu demam).
5. Nootropil syr (Piracetam) 3 x cth (buat kesulitan belajar/pertumbuhan)
PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
: dubia ad bonam
FOLLOW UP
18/9/2010
S:
Demam ( - ), kejang ( - ),
O:
Suhu : 37,4 C
Nadi : 125x/menit
Napas : 28x/menit
19 / 9/ 2010
S:
Demam ( - ), kejang ( - )
O:
Suhu : 37,2C
20/9/2010
S:
O:
Nadi : 120x/menit
Napas : 20x/menit
Suhu : 37C
Anti Toxoplasma Ig M : ( - )
Anti Toxoplasma Ig G : ( - )
Anti CMV Ig M : ( - )
Anti CMV Ig G : ( + )
Tinjauan Pustaka
Kejang Demam
1.0 DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Biasanya
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang
tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk kejang demam. Kejang
disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang
demam. Bila anak kurang dari 6 bulan atau lebih dari lima tahun mengalami kejang
didahului demam, pikirkan kemungkinan lainnya misalnya infeksi SSP, epilepsi, yang
kebetulan terjadi bersama demam.
2.0 EPIDEMIOLOGI
Kejang demam terjadi pada 2% - 4 % dari populasi anak 6 bulan sampai 5 tahun.
80 % adalah kejang demam sederhana sedangkan 20 % kasus adalah kejang demam
kompleks. 8 % berlangsung lama (lebih dari 15 menit). 16 % berulang dalam waktu 24
jam.
mengalami kejang demam. Bila kejang demam sederhana yang pertama terjadi pada
umur kurang dari 12 bulan, maka risiko kejang demam kedua 50 %, dan bila kejang
demam sederhana pertama terjadi setelah umur 12 bulan menurun menjadi 30 %. Setelah
kejang demam pertama, 2%-4% anak akan berkembang menjadi epilepsi dan ini 4 kali
risikonya di bandingkan populasi umum.
3.0 PATOFISIOLOGI
Sumber utama dari otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan
dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal sel neuron
mudah dilewati oleh kalium tetapi tidak mudah dilewati natrium akibatnya terdapat
perbedaan potensial diluar sel dan didalam sel. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran ini diperlukan energi dan bentuan enzim Na-K ATPase yang terdapat pada
permukaan sel. Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10 %-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %. Pada
kenaikan suhu tubuh tertentu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
ion natrirm melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini begitu besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun
ke membran sel melalui perantaraan neurotransmiter dan terjadilah kejang. Lamanya
kejang sangat bervariasi, kejang yang lebih lama dari 15 menit biasanya terjadi apnea,
hipoksemia ,hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik,
hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot
selanjutnya mengakibatkan
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang
berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar.
Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang
parsial.
Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan
kejang anak sadar.
Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan.
3. Temperatur yang rendah saat kejang.
4. Cepatnya kejang setelah demam.
5.0 DIAGNOSIS BANDING
Apabila terjadi kejang, harus dipikirkan apakah penyebabnya dari dalam atau dari
luar susunan saraf pusat.
cairan
serebrospinal
dilakukann
untuk
menegakan
atau
Pada bayi sulit untuk menegakan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena
manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada :
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan.
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan.
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin.
Bila yakin meningitis secara klinis,tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
3. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksikan berulangnya
kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang
demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat
dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya : kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
4. Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan)
atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan
hanya atas indikasi seperti :
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema.
7.0 PROGNOSIS
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis
pada sebagian kecil kasus dan biasanya terjadi pada kejang lama atau kejang berulang.
Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.
kejang. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg
untuk anak dengan dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat
badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah
usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun. Kejang yang belum
berhenti dengan diazepam rektal dapat diulangi dengan cara dan dosis yang sama
dalam interval waktu 5 menit.
Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Dan
dapat diberikan diazepam intravena dosis 0,3-0,5 mg/kg.
Bila kejang masih belum berhenti diberikan fenitoin intravena dengan dosis awal
10-20 mg/ kg/ kali dengan kecepatan 1 mg/ kg / menit atau kurang dari 50 mg/menit.
Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah dosis selanjutnya adalah 4-8mg/kg/hari,
yaitu 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka
pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang telah berhenti, pemberian
obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demamnya dan faktor risikonya.
8.2 Saat Demam
Pemberian obat saat demam dapat digunakan antipiretik dan antikonvulsan.
Antipiretik sangat dianjurkan,walaupun tidak ada bukti bahwa penggunaanya dapat
mengurangi risiko terjadinya kejang demam. Dapat diberikan asetaminofen berkisar
10-15 mg/kg/kali diberikan 3 kali sehari den tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen
5-10mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan risiko berulangnya kejang, dapat juga diberikan diazepam rektal 0,5
mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C. Fenobarbital, karbamazepin, fenitoin
pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.
8.3 Pengobatan Rumatan
Pengobatan rumatan hanya diberikan bila kejang demam menunjukan ciri sebagai
berikut :
1. Kejang lama > 15 menit.
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental,
hidrosefalus.
3. Kejang fokal.
4. Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila:
o Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
o Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.
o Kejang demam 4 kali per tahun.
Obat pilihan untuk rumatan adalah asam valproat dengan dosis 15-40
mg/kgBB/hari 2-3 dosis. Lama pengobatan rumatan adalah 1 tahun bebas kejang lalu
dihentikan bertahap selam 1-2 bulan.
9.0 VAKSINASI
Sejauh ini tidak ada kontra indikasi dengan standar vaksinasi. Kejang setelah
demam karena vaksinasi sangat jarang. Angka kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6-9
kasus per 100.00 anak yang divaksinasi sedangkan setelah vaksinasi MMR 25-34 per
100.000. Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau rektal bila anak demam,
terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter anak merekomendasikan
acetaminofen pada saat vaksinasi hingga 3 hari kemudian.
KEJANG
Diazepam rektal
(5 menit)
Di Rumah Sakit
KEJANG
Diazepam IV
Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit)
(Depresi pernapasan dapat terjadi)
KEJANG
Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBB.
Kecepatan 0,5-1 mg/kgBB/menit
(Pastikan ventilasi adekuat)
KEJANG
Transfer ke ICU
Keterangan :
1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermiten atau rumatan diberikan berdasarkan
kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.
2. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur dengan cairan
NaCl fisiologis, untuk mengurangi efek samping aritmia dan hipotensi.
Tinjauan Pustaka
Tumbuh Kembang
1.0 Definisi
Menurut Pedoman Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak batasan dari pertumbuhan
adalah setiap perubahan dari tubuh yang berhubungan dengan bertambahnya ukuran
tubuh baik fisik (anatomis) maupun struktural dalam arti sebagian atau menyeluruh.
Menurut kamus kedokteran Dorland, perkembangan ialah proses pertumbuhan
dan diferensiasi. Definisi lain dari perkembangan ialah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Istilah Perkembangan meliputi
pertumbuhan fisik, maupun pematangan fungsi, emosi dan perilaku sosial.
Bila berbicara tumbuh kembang anak usia 1-5 tahun maka ada dua tahapan masa yang
harus dilalui yaitu:
1. Toddler : umur 1 s/d 3 tahun
2. Preschool : umur 3 s/d 5 tahun
cenderung berjalan lebih awal, bayi kurang aktif, lebih penakut dan yang terikat dengan
menyelidiki obyek-obyek secara terperinci barjalan lebih lambat. Berjalan lebih awal
tidak berkaitan dengan perkembangan di bidang-bidang lain.
Pertama, bayi berjalan tertatih-tatih, lutut membengkok dengan lengan di fleksi
di siku, seluruh batang tubuh berputar pada setiap langkah, jari kaki mungkin menunjuk
ke arah luar dan ke dalam dan kaki menempel pada lantai. Kemudian menuju kemantapan
yang lebih besar dan efisiensi tenaga. Setelah beberapa bulan latihan, pusat gravitasi
bergeser ke belakang dan batang tubuh berdiri lebih stabil, sementara lutut ekstensi dan
lengan mengayun ke samping untuk keseimbangan. Jari-jari kaki ditahan sejajar dan anak
itu dapat berhenti, berputar dan membungkuk tanpa jatuh.
Ketika anak dapat berjalan secara bebas, anak dapat berjalan menjauhi orang
tuanya dan menjelajahi lingkungannya. Meskipun anak menggunakan ibunya sebagai
basis rumah/home base, sering kembali kepada ibunya untuk menentramkan hati lagi,
menunjukkan bahwa anak telah mengambil langkah besar menuju kebebasan.2
motorik
ialah
suatu kemajuan
pada usia
ini, dengan
bulan, kognitif berubah pada umur 18 bulan, berkorelasi dengan perubahan penting
dalam emosi dan bidang bahasa.
wajah
mereka
sendiri
bukannya
bayangan
cermin,
jika
mereka
memperhatikan titik merah pada hidung mereka atau beberapa penampilan yang tidak
biasa. Mereka mulai mengenali ketika mainannya rusak dan mugkin menyerahkan
kepada orang tua untuk diperbaiki. Ketika tergoda untuk menyentuh objek yang dilarang,
mereka mungkin berkata kepada diri mereka sendiri, jangan, jangan, bukti adanya
internalisasi standar perilaku. Bahasa menjadi penting untuk mengontrol gerak hati, sebab
awal, dan hubungan antara ide-ide. Faktanya mereka sering menyentuh suatu objek untuk
menunjukkan kelemahan relatif dari proses hambatan internalisasi pada tahap ini.1
Saat perasaan anak berkembang akan dirinya, mereka mulai mengerti perasaan
orang lain dan membangun rasa empati. Anak dapat memeluk anak lainnya yang
mendapatkan distress atau menjadi perhatian ketika seseorang sedang sakit. Mereka
mulai mengerti perasaan anak lainnya jika disakiti, dan kesadaran ini mendorong mereka
untuk menahan perilaku agresif mereka.
benar mahir 2 bahasa. Kebanyakan anak banyak mempunyai satu bahasa yang utama dan
bahasa lainnya hanya sebagai bahasa sekunder.
Namun, anak juga dapat menjadi gemuk (obes). Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi obesitas pada anak, yaitu genetik, faktor lingkungan, seperti diet yang
rendah dan aktivitas fisik yang rendah, merupakan faktor resiko yang besar membuat
bertambahnya berat anak. Terdapat bukti bahwa kebiasaan makan terus memburuk
dibandingkan dengan tahun 1950-an dan beberapa bukti bahwa toddler tidak aktif
daripada yang seharusnya (contohnya di Amerika, penonton televisi semakin banyak
dengan hampir setengahnya anak-anak berusia 2-3 tahun yang menonton lebih dari 3 jam
per hari).
Menganjurkan pemberian makan 3 kali sehari ditambah pemberian makanan
kudapan, hindari percekcokan saat makan, namun batasi lama waktu makan, mendorong
anak untuk makan sendiri menggunakan sendok dan cangkir, dan batasi makan makanan
gula dan mengandung natrium.
24 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial
30 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial
36 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial
Bermain permainan sederhana (bersama-sama dengan anak lain),
membantu memakai baju (melepaskan kancing baju dan memakai
sepatu), menyuci tangan.
48 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial
Lewat
Menggambar segitiga, menamai lebih banyak dari 2 nama
Menyebut 4 warna, mengulang kalimat dari 10 suku kata, menghitung
10
buah koin receh dengan benar
Memakai pakaian dan melepas pakaian, bertanya tentang arti katakata,
mengikutsertakan seseorang dalam peran bermain
DAFTAR PUSTAKA