You are on page 1of 4

A. Latar Belakang.

Pemenuhan kesejahteraan sosial telah terkristaliasasi dalam


Pancasila dan UUD 1945, sebagai dasar dan pedoman Pancasila dan UUD
1945 telah termanifestasi dalam berbagai macam bentuk peraturan
perundang undangan, salah satunya ialah yg dijabarkan dalam UU No. 18
Tahun 2012 tentang Pangan. Pada prinsipnya , bahwa seyogyanya tidak
ada karawanan pangan yang berimbas pada lemahnya daya saing di
pasar global dan lebih lanjut lagi timbulnya kemiskinan yang tidak hanya
dalam bidang ekonomi tetapi juga dalam bidang penegakkan hukum di
indonesia. Bangsa indonesia bukan hanya memiliki demokrasi politik
tetapi juga memiliki demokrasi ekonomi. Indonesia harus memiliki
keadilan ekonomi selain dari keadilan hukum dan politik.
Berbagai macam bentuk peraturan dari UUD 1945, UU No. 18 Tahun
2012 tentang Pangan, UU No. 41 tahun 2009 tentang lahan pertanian
berkelanjutan sampai pada rujukan UUPA No. 5 tahun 1960 diharapkan
dapat mendongkrak ketahanan pangan yang bertujuan untuk
mensejahterakkan rakyat indonesia untuk maju dan bangkit dalam
bidang ekonomi, sosial dan budaya. Indonesia sebagai negara agraris
yang besar sesungguhnya memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri, bahkan memasok bagi kebutuhan global. Namun sangat
disesali, Kebutuhan pemenuhan pangan dalam negeri yang amat besar
tanpa diimbangi dengan produksi pangan dalam negeri yang mencukupi,
mengancam Indonesia terjebak dalam kondisi negara rawan pangan.
Rawan pangan disini bukan berarti tidak tersedianya pangan, namun
pangan rakyat Indonesia sangat tergantung dari suplai luar negeri
(impor). Fenomena ini memancing produsen pangan luar negeri
mengincar pasar pangan Indonesia yang amat besar ini dengan
menginginkan Indonesia tidak memiliki kemandirian pangan.
Konversi lahan pertanian ke penggunaan lain (non pertanian) dan sulitnya
penerapan UU No. 41 tahun 2009 tentang lahan pertanian berkelanjutan
diyakini hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama.
Pembentukkan lahan pertanian berubah manjadi bentuk bangun seperti
Rumah, Hotel sampai pada perusahan yang dilakukan oleh penguasa dan
pemodal pemodal besar
telah menyingkirkan petani kecil dan
masyarakat pedesaan dari kehidupannya. Praktek ini mungkin akan terus
berlanjut dimana permintaan barang barang industri yang semakin
meningkat memaksa para penguasa dan pemodal mendokrin para petani
untuk menjual lahan mereka. Disisi lain para petani hanya berpasrah
ketika mengalami bencana alam berupa letusan gunung berapi, banjir ,
tsunami dan musim kemarau. Musim kemarau
yang panjang yang
menyebabkan kekeringan dan sulitnya mendapatkan bantuan berupa
sumber air.
Disamping semakin meningkatnya konversi lahan seiring dengan
semakin tingginya jumlah penduduk, ketersediaan infrastruktur pertanian

saat ini berada pada kondisi yang belum mumpuni. Terdapat masih sekian
banyak saluran irigasi di daerah-daerah pertanian mengalami kerusakan,
kurangnya dukungan infrastruktur budidaya pertanian dan perikanan
tangkap serta baru terdapat beberapa saja jalan kabupaten yang layak
dalam mendukung kemudahan transportasi hasil pertanian. Pembangunan
ketahanan pangan nasional merupakan salah satu upaya untuk
mewujudkan Indonesia mandiri. Upaya ini diarahkan pada usaha untuk
menjaga ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional dengan
pengembangan kemampuan produksi dalam negeri yang tinggi sesuai
dengan keragaman lokal.
Dengan demikian, pemenuhan kebutuhan pangan tidak tergantung lagi
pada impor produk pangan dari luar negeri. Dampaknya penduduk
Indonesia yang sebagian besar menggantungkan hidupnya dari sektor
pertanian akan lebih mandiri dan sejahtera.guna mendukung sektor
pertanian dalam mewujudkan ketahanan pangan. Maka pemerintah harus
melihat dan menerapkan beberapa faktor ini, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Pembangunan infrastruktur pertanian


Penyediaan informasi dan IPTEK berbasis kearifan lokal
Perluasan akses pendidikan, dan
Budaya penelitian dan pengembangan pertanian.

Infrastruktur pertanian merupakan faktor kunci yang mendukung program


pengentasan kemiskinan, dalam hal ini petani di pedesaan. Pada akhir
1990-an di Vietnam, pembangunan infrasruktur pertanian berupa irigasi
dan jalan mencapai 60% dari total anggaran mampu menurunkan tingkat
kemiskinan dengan pesat. Hal serupa juga terjadi di Ethiopia yang pernah
mengalami krisis pangan dan kelaparan pada tahun 1980-an.
Ketersediaan informasi yang mumpuni dalam hal teknis, ekonomis,
mapun sosial petani sangat diperlukan guna memberikan akses informasi
yang dibutuhkan petani. Akses informasi ini terutama informasi
kesempatan kerja, informasi pasar, input, dan output pertanian, serta
mengenai teknik-teknik pertanian terbaru.
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan
kesejahteraan petani dan pencegahan kerawanan pangan rumah tangga.
Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan peningkatan produktivitas
sektor pertanian, kemampuan melakukan diversifikasi pada bidang
pertanian, dan meningkatkan posisi tawar upah petani yang lebih baik.

Penelitian dan pengembangan sangat diperlukan baik yang dilakukan oleh


peneliti
secara
mandiri
maupun
yang
melibatkan
petani.
Percepatan release benih unggul dan pengawalan di lapangan, revitalisasi
sistem perbenihan nasional, dan penguatan penangkar-penangkar benih
di petani sangat diperlukan guna mewujudkan peningkatan produktivitas
produk pangan dalam negeri.
Dengan demikian, empat faktor tersebut dapat diharapkan mampu
mendongkrak kerawanan pangan di indonesia dimana kemakmuran dan
kesejahteraan sosial yang merupakkan tujuan utama dari cita cita bangsa
ini dapat terimplementasi dengan baik dan benar .

Metode Penilitian dan


Penulisan Hukum

Disusun oleh
Nama : Kamidun Daeng Ila
NIM : 1302011034

Dosen Wali : W.W.Songa, SH,M.Hum


Dosen Penguji : Prof. Dr. Jimmy Pello,SH,MS

Fakultas Hukum
Universitas Nusa Cendana
Kupang

B. Judul dari latar belakang


Ketahanan pangan yang berkelanjutan ditinjau dari segi hukum, politik
dan ekonomi
C. Rumusan Masalah
5W
1. Apakah UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan sudah mengakomodir
kepentingan masyarakat. ?
2. Siapa yang bertanggung jawab atas bencana kerawanan pangan yang
terjadi di indonesia.?
3. Dimana implementasi hukum ketika pangan di indonesia terpuruk dan
masuk dalam negara rawan pangan. ?
4. Kapan suara-suara minoritas dari para petani yang kecil didengar oleh
pemerintah sebagai tanggung jawab atas ketersediaan pangan.?
5. kenapa sehingga negara indonesia masuk dalam negara rawan
pangan.?
1H
1 Bagaimana peran pemerintah untuk menjaga ketahanan pangan yang
berkelanjutan ditinjau dari segi hukum, politik dan ekonomi .

You might also like