Professional Documents
Culture Documents
SKENARIO B BLOK 16
Disusun oleh
KELOMPOK 2
Tutor : dr. Diyaz Syauki Ikhsan
Fathia Permata Sari
04091001005
04091001006
04091001007
04091001017
Elisha Rosalyn R
04091001020
04091001046
Abdurrahman Hadi
04091001047
04091001048
Suryadi Voonatta
04091001086
Endi Sudrajad
04091001119
Louis Edwin W
04091001120
04091001123
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunianya-Nya
laporan tugas tutorial skenario B blok 16 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian
dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tim penyusun laporan ini tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini.
Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca
yang bersifat membangun akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan
tim penyusun lakukan.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................
SKENARIO.........................................................................................................
KLARIFIKASI ISTILAH....................................................................................
IDENTIFIKASI MASALAH...............................................................................
ANALISIS MASALAH......................................................................................
HIPOTESIS..........................................................................................................
KERANGKA KONSEP.......................................................................................
SINTESIS............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
SKENARIO
Rachmad, laki-laki, usia 24 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara dan
tidak bisa diam. Rachmad hanya bisa bergumam dengan kata-kata yang tidak
dimengerti oleh orang tuanya dan orang lain. Bila dipanggil sering kali tidak
bereaksi terhadap panggilan. Rachmad juga selalu bergerak kesana kemari tanpa
tujuan. Senang bermain dengan bola, tetapi tidak suka bermain dengan anak lain.
Rachmad anak pertama dari ibu berusia 22 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38
minggu. Selain hamil ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke bidan.
Segera setelah lahir langsung menangis. Berat badan waktu lahir 3.200 gram.
Rachmad bisa tengkurap pada usia 4 bulan dan berjalan pada usia 12 bulan
Tidak ada riwayat kejang. Tidak ada anggota keluarga yang menderita kelainan
seperti ini.
Pemeriksaan Fisik dan Pengamatan :
Anak sadar, tetapi tidak mau kontak mata dan tersenyum kepada pemeriksa. Tidak
menoleh ketika dipanggil namanya. Anak selalu bergerak kesana kemari tanpa
tujuan.
Ketika diberikan bola, dia menyusun bola-bola secara berjejer, setelah selesai lalu
dibongkar, kemudian disusun berjejer lagi, dan dilakukan berulang-ulang.
Tidak mau bermain dengan anak lain. Dia menarik tangan ibunya tiap kali dirinya
memerlukan bantuan.
Tidak bisa bermain pura-pura (imajinatif). Tidak melihat ke benda yang ditunjuk.
Tidak bisa menunjuk benda yang ditanyakan oleh orang lain.
Pemeriksaan fisik umum, neurologis dan laboratorium dalam batas normal. Tes
pendengaran normal
KLARIFIKASI ISTILAH
1.
Bergumam dengan kata-kata yang tidak dimengerti : mengeluarkan katakata yang tidak jelas
2.
3.
4.
5.
Tidak mau kontak mata : tidak mau melihat mata lawan bicara
6.
7.
IDENTIFIKASI MASALAH
1.
Rachmad, laki-laki 24 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara dan
tidak bisa diam.
2.
3.
4.
Riwayat kehamilan :
Rachmad bisa tengkurap pada usia 4 bulan, bisa berjalan pada usia
12 bulan
5.
Anak sadar, tetapi tidak mau kontak mata dan tersenyum kepada pemeriksa.
Tidak menoleh ketika dipanggil namanya. Anak selalu bergerak kesana
kemari tanpa tujuan.
berulang-ulang.
Tidak mau bermain dengan anak lain. Dia menarik tangan ibunya tiap kali
dirinya memerlukan bantuan.
ANALISIS MASALAH
1.
2.
Mengapa pada usia 2 tahun Rachmad belum bisa bicara dan hanya
bisa bergumam dengan kata-kata yang tidak dimengerti?
Penyebab umum keterlambatan bicara:
Gangguan pendengaran
Anak yang
mengalami
pembicaraan
disekitarnya.
gangguan pendengaran
Terdapat
beberapa
kurang mendengar
penyebab
gangguan
Retardasi Mental
Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan
anak lain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari
gangguan bahasa. Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa
selalu disertai keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor.
Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya
juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya
keterlambatan. Menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47
XXX terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan
terapi bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce Bender
berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan bicara ekpresif
dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX.
Kelainan sentral (otak)
Gangguan
berbahasa
sentral
adalah
ketidak
sanggupan
untuk
Autisme
Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism.
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai
dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
Mutism selektif
Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak
mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang
tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu,
biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan
dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi.
Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan komunikasi sentral
dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah.
Alergi makanan
Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga
mengakibatkan gangguan perkembangan salah satunya adalah keterlambatan
bicara pada anak. Gangguan ini biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada
gangguan pencernaan dan kulit. Bila alergi makanan sebagai penyebab
Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari
lingkungannya. Apakah stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan
berbahasa? Penelitian menunjukkan sedikit keterlambatan bicara, tetapi
tidak berat. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga
mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat
lebih berat karena penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga
kelainan saraf karena kurang gizi atau penelantaran anak.
Berbagai macam keadaan lingkungan yang mengakibatkan keterlambatan
bicara adalah :
Sikap orang tua atau orang lain di lingkungan rumah yang tidak
menyenangkan
Bicara bisa mengekspresikan kemarahan, ketegangan, kekacauan dan
ketidak senangan seseorang, sehingga anak akan menghindari untuk
berbicara
lebih
banyak
menyenangkan tersebut.
untuk
menjauhi
kondisi
yang
tidak
terhadap
anaknya,
dengan memberikan
latihan
dan
Bilingual ( 2 bahasa)
Pemakaian 2 bahasa kadang juga menjadi penyebab keterlambatan
bicara, namun keadaan ini tidak terlalu mengkawatirkan. Umumnya
anak akan memiliki kemampuan pemakaian 2 bahasa secara mudah dan
baik. Smith meneliti pada kelompok anak bilingual tampak mempunyai
perbendaharaan yang kurang dibandingkan anak dengan satu bahasa,
kecuali pada anak dengan kecerdasan yang tinggi.
Keterlambatan fungsional
Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik, dan anak hanya
mengalami gangguan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas adalah anak
tidak menunjukkan kelainan neurologis lain.
3.
Sedangkan fungsi dari lobus frontalis dan temporalis adalah untuk proses
berbahasa dan kognitif, seperti are Broca dan area Wernicke. Maka dari itu,
pertumbuhan abnormal pada kedua daerah tersebut menyebabkan Rachmad
mengalami keterlambatan berbicara.
4.
Gangguan pada lobus frontalis dan ganglia basalis yang berprean dalam
representasi dalam Action plans, motoric plans, dan working memory,
sehingga terjadi gangguan pengaturan motorik.
5.
Mengapa anak ini hanya senang bermain dengan bola dan tidak suka
bermain dengan anak lain?
Karena pada anak dengan gangguan autistik, terdapat gangguan interaksi
sosial timbal-balik, yang termanifestasi dalam sedikitnya 2 dari beberapa gejala
berikut ini:
a.
b.
c.
Kurang
mampu
mengadakan
hubungan
sosial
dan
bahwa pada anak autistic tedapat gangguan pada otak yang membuat
kecenderungan otak untuk membentuk sistem sendiri untuk anak tersebut
(Systemizing) sehingga sistem ini menutupi kemampuan anak untuk
berempati pada lingkungan sekitarnya (Emphatizing). Akibatnya anak
tersebut merasa lebih asik bermain sendiri daripada bergaul dengan orang
lain.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Intelligence
jika dilakukan terapi dengan adekuat prognosis pada kasus ini adalah dubia
ad bonam, dengan mengingat umur Rachmad yang masih 2 tahun.
16.
17.
Self injury
Tingkat Kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk
pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti
sesudahnya
HIPOTESIS
Rachmad, laki-laki, 2 tahun mengalami gangguan pervasif karena menderita autism.
KERANGKA KONSEP
Rachamd, Laki-laki,
2 tahun
Gangguan
Interaksi Sosial
Gangguan
Komunikasi
Tidak bereaksi
terhadap
panggilan
Tidak suka
bermain dengan
anak lain
Tidak mau kontak
mata &
tersenyum
Tidak menunjuk
benda yang
ditanyakan
AUTISME MASA
KANAK
Gangguan
Perilaku yang
Terbatas dan
Berulang
Tidak bisa diam
Menyusun bola
secara berjejer,
setelah selesai
lalu dibongkar,
kemudian
disusun berjejer
lagi
Tidak melihat ke
benda yang
ditunjuk
SINTESIS
1.
PERKEMBANGAN ANAK
Periode perkembangan anak :
o
Fisik
Kognitif
Sosial-emosional
mengangkat
kepala
45o
dan
terkejut
tersenyum.
tengkurap
menggenggam pensil
duduk
duduk
belajar berdiri
merangkak
tepuk tangan
meraih benda
mengeksplorasi lingkungan
menaiki tangga
menumpuk 2 kubus
tepuk tangan
melambai
menumpuk 4 kubus
menaiki tangga
mencoret-coret
makan sendiri
mulai tertarik pada lingkungan, tidak lagi terfokus pada tubuhnya saja
memanipulasi dan mempelajari objek
mengulang-ulang tindakan yang memberikan hasil menarik (contoh:
menggoyang mainan rattle)
Sub tahap 4 (8 12 tahun): coordination of secondary
schemes
perilaku lebih bertujuan
menggunakan pengalaman yang diperoleh sebelumnya untuk
mengatasi masalah baru
mulai dapat mengantisipasi kejadian
contoh: bayi merangkak ke seberang ruangan untuk mengambil
mainan
babbling (6 10 bulan)
Usia 8 bulan
stranger anxiety
separation anxiety
Tahap 2 perkembangan psikososial:
Virtue: will
emosional
Apabila telah menguasai lingkungan, anak merasa lebih percaya
diri
Usia 18 36 bulan:
2.
Interpretasi
tujuan
Menyusun bola secara berjejer, setelah
berulang, hiperkinetis
Anak memiliki cara bermain yang berbeda
mereka untuk berespon terhadap minat, emosi, dan perasaan orang lain.
reseptor tipe B untuk GABA di korteks singulata yang
Menyusun bola secara berjejer, setelah selesai dibongkar, lalu disusun lagi, lalu
dibongkar lagi, begitu seterusnya
Tidak melihat benda yang ditunjuk, tidak bisa menunjuk benda yang ditanyakan
oleh orang lain
Hal
ini
kemungkinan
akibat
dari
Kegagalan
untuk
DIAGNOSIS BANDING
Kriteria
Autisme
Usia
0-3 tahun
Anak laki-laki >
Jenis Kelamin
Retardasi
Gangguan
Mental
<18 tahun
Berbahasa Reseptif
<2 tahun
Laki-laki dan
perempuan
Sangat buruk,
perempuan sama
Kemampuan
Beterampilan
Komunikasi
berbicara sesuai
berbahasa buruk
usianya
Sangat buruk,
Interaksi
Sosial
bertatapan mata
sangat sulit dilakukan
perilaku dan interest
Perilaku
4.
Buruk
Interaksi sosial
buruk
normal
Terdapat
gangguan
motorik
AUTISME
Definisi
Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh
adanya kelainan dan/atau hendaya perkembangan yang muncul sebelum usia 3
tahun, dan dengan ciri kelainan fungsi dalam tiga bidang: interaksi sosial,
komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan berulang.
Etiologi
teori
yang
didasari
beberapa
penelitian
ilmiah
telah
b.
Unsur Opioid-like
c.
IgA urine
d.
Kolokistokinin
e.
f.
Metilation
g.
h.
i.
j.
Teori Sekretin
k.
l.
Paparan Aspartame
m.
n.
hanya sebagian kecil saja yang mengalami gejala autism. Hal ini mungkin
berkaitan dengan teori genetik, salah satunya berkaitan dengan teori
Metalotionin. Beberapa penelitian anak autism tampaknya didapatkan
ditemukan adanya gangguan netabolisme metalotionin.
Metalotionon adalah merupakan sistem yang utama yang dimiliki oleh
tubuh dalam mendetoksifikasi air raksa, timbal dan logam berat lainnya. Setiap
logam berat memiliki afinitas yang berbeda terhada metalotionin. Berdasarkan
afinitas tersebut air raksa memiliki afinitas yang paling kuar dengan terhadam
metalotianin dibandingkan logam berat lainnya seperti tenbaga, perak atau zinc.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilaporkan para ahli
menunjukkan bahwa gangguan metalotianin disebabkan oleh beberapa hal di
antaranya adalah : defisiensi Zinc, jumlah logam berat yang berlebihan,
defisiensi sistein, malfungsi regulasi element Logam dan kelainan genetik,
antara lain pada gen pembentuk netalotianin
Perdebatan yang terjadi akhir akhir ini berkisar pada kemungkinan
penyebab autis yang disebabkan oleh vaksinasi anak. Peneliti dari Inggris
Andrew Wakefield, Bernard Rimland dari Amerika mengadakan penelitian
mengenai hubungan antara vaksinasi terutama MMR (measles, mumps rubella )
dan autisme. Banyak penelitian lainnya yang dilakukan dengan populasi yang
lebih besar dan luas memastikan bahwa imunisasi MMR tidak menyebabkan
Autis. Beberapa orang tua anak penyandang autisme tidak puas dengan
bantahan tersebut. Bahkan Jeane Smith seorang warga negara Amerika bersaksi
didepan kongres Amerika : kelainan autis dinegeri ini sudah menjadi epidemi,
dia dan banyak orang tua anak penderta autisme percaya bahwa anak mereka
yang terkena autis disebabkan oleh reaksi dari vaksinasi.
Penelitian dalam jumlah besar dan luas tentunya lebih bisa dipercaya
dibandingkan laporan beberapa kasus yang jumlahnya relatif tidak bermakna
secara umum. Namun penelitian secara khusus pada penyandang autis, memang
menunjukkan hubungan tersebut meskipun bukan merupakan sebab akibat..
Banyak pula ahli melakukan penelitian dan menyatakan bahwa bibit autis
telah ada jauh hari sebelum bayi dilahirkan bahkan sebelum vaksinasi
dilakukan. Kelainan ini dikonfirmasikan dalam hasil pengamatan beberapa
keluarga melalui gen autisme. Patricia Rodier, ahli embrio dari Amerika bahwa
korelasi antara autisme dan cacat lahir yang disebabkan oleh thalidomide
menyimpulkan bahwa kerusakan jaringan otak dapat terjadi paling awal 20 hari
pada saat pembentukan janin. Peneliti lainnya, Minshew menemukan bahwa
pada anak yang terkena autisme bagian otak yang mengendalikan pusat memory
dan emosi menjadi lebih kecil dari pada anak normal. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa gangguan perkembangan otak telah terjadi pada semester
ketiga saat kehamilan atau pada saat kelahiran bayi.
Karin Nelson, ahli neorology Amerika mengadakan menyelidiki terhadap
protein otak dari contoh darah bayi yang baru lahir. Empat sampel protein dari
bayi normal mempunyai kadar protein yang kecil tetapi empat sampel
berikutnya mempunyai kadar protein tinggi yang kemudian ditemukan bahwa
bayi dengan kadar protein otak tinggi ini berkembang menjadi autis dan
keterbelakangan mental. Nelson menyimpulkan autis terjadi sebelum kelahiran
bayi.
Saat ini, para pakar kesehatan di negara besar semakin menaruh perhatian
terhadap kelainan autis pada anak. Sehingga penelitian terhadap autism semakin
pesat dan berkembang. Sebelumnya, kelainan autis hanya dianggap sebagai
akibat dari perlakuan orang tua yang otoriter terhadap anaknya. Kemajuan
teknologi memungkinkan untuk melakukan penelitian mengenai penyebab autis
secara genetik, neuroimunologi dan metabolik. Pada bulan Mei 2000 para
janin
dalam
kehamilan
sangat
banyak
yang
dengan kelahiran prematur dan bayi lahir berat rendah.Prematur dan berat
bayi lahir rendahtampaknya juga merupakan resiko tinggi terjadinya autis.
Perilaku lain yang berpotensi membahayakan adalah pemakaian obat-obatan
yang diminum, merokok dan stres selama kehamilan terutama trimester
pertama. Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu kondisi alergi pada
janin yang diakibatkan masuknya bahan penyebab alergi melalui
ibu.Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat adanya Gerakan bayi
gerakan refluks oesefagial (hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam
kandungan terutama terjadi malam hari.Diduga dalam kedaaan tersebut bayi
terpengaruh pencernaan dan aktifitasnya oleh penyebab tertentu termasuk
alergi ataupun bahan-bahan toksik lainnya selama kehamilan.
Infeksi saluran kencing, panas tinggi dan Depresi.Wilkerson dkk telah
melakukan penelitian terhadap riwayat ibu hamil pada 183 anak autism
dibandingkan 209 tanpa autism.Ditemukan kejadian infeksi saluran kencing,
panas tinggi dan depresi pada ibu tampak jumlahnya bermakna pada
kelompok ibu dengan anak autism.
2) PERIODE PERSALINAN
Persalinan adalah periode yang paling menentukan dalam kehidupan bayi
selanjutnya. Beberapa komplikasi yang timbul selama periode ini sangat
menentukan kondisi bayi yang akan dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam
persalinan maka yang paling berbahaya adalah hambatan aliran darah dan
oksigen ke seluruh organ tubuh bayi termasuk otak.Organ otak adalah organ
yang paling sensitif dan peka terhadap gangguan ini, kalau otak terganggu
maka sangat mempengaruhi kualitas hidup anak baik dalam perkembangan
dan perilaku anak nantinya.
Gangguan persalinan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya autism
adalah : pemotongan tali pusat terlalu cepat, Asfiksia pada bayi (nilai
APGAR SCORE rendah < 6), komplikasi selama persalinan, lamanya
persalinan, letak presentasi bayi saat lahir dan berat lahir rendah ( < 2500
gram).
3) PERIODE USIA BAYI
Dalam kehidupan awal di usia bayi, beberapa kondisi awal atau gangguan
yang terjadi dapat mengakibatkan gangguan pada optak yang akhirnya dapat
: = 3-5 : 1
Secara Molekuler
Serotonin
Telah dilaporkan bahwa terjadi rendahnya kadar serotonin pada sinaps
CNS pada penderita autism. PET studi menggunakan radiolabel
serotonin precursor menemukan terjadi penurunan sintesis serotonin di
kortex, thalamus, dan dentate nucleus yang kemudian akan mengganggu
proses perkembangan pada area-area ini.
Secara manipulasi farmakologi pada populasi autism menunjukan
penurunan secara akut dari 5 hydroxytryptamine (5-HT) bisa
menyebabkan terjadinya eksaserbasi anxiety, perilaku self-injured, dan
stereotipe pada subjek autistic.
Data terkini menyarankan penggunaan serotonin reuptake inhibitor
berguna untuk mengontrol tingkat keparahan menyeluruh dan perilaku
repetitif.
Ditemukan juga hiperserotoninemia platelet pada penderita autism.
Beberapa studi menjelaskan ada hubungan antara peningkatan kadar
serotonin ini dengan tingkat keparahan impairment cognitif, stereotip
b.
usia.
Hal
ini
mengakibatkan
terjadinya
gangguan
Anak
autistic
seringkali
tidak
terlihat
mengenali
atau
c.
d.
e.
f.
g.
(2)
b.
c.
Keterlambatan bahasa,
d.
e.
dimengerti
kata yang mungkin keluar adalah di luar perbendaharaan kata
o
anak
o
yang berguna
(3)
Perilaku stereotipik
a.
b.
c.
d.
(4)
(5)
b.
c.
d.
Banyak
yang
memiliki
ambang
nyeri
atau
Hiperkinesis,
b.
c.
d.
e.
f.
insomnia
Cara Mendiagnosis
Kriteria autistik menurut DSM IV, yaitu:
B.
b.
c.
d.
(2)
b.
c.
d.
(3)
b.
c.
d.
C.
D.
Alo Anamnesis
Apakah anak senang diayun-ayun atau diguncangguncang naik turun di paha anda ?
Apakah anak tertarik (memperhatikan) anak lain ?
Apakah anak suka memanjat-manjat, seperti
memanjat tangga ?
Apakah anak suka bermain cilukba, petak
umpet ?
Apakah anak pernah bermain seolah-olah membuat
secangkir teh menggunakan mainan berbentuk
cangkir dan teko, atau permainan lain ?
Apakah anak pernah menunjuk atau meminta
sesuatu dengan menunjukkan jari ?
Apakah anak pernah menggunakan jari untuk
menunjuk ke sesuatu agar anda melihat ke sana?
Apakah anak dapat bermain dengan mainan yang
Kecil (mobil atau kubus) ?
Apakah anak pernah memberikan suatu benda
untuk menunjukkan sesuatu ?
Pengamatan
Selama pemeriksaan apakah anak menatap (kontak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
2.
3.
4.
5.
Tatalaksana
Di era modern ini, terdapat berbagai pilihan terapi autis. Di antaranya sebagai
berikut:
a.
b.
Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan
berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu
autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu
untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang
lain.
Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
c.
Terapi Okupasi
Hampir
semua
anak
autistik
mempunyai
keterlambatan
dalam
Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara
individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik
kasarnya.
Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat.
Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi
sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan
memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
e.
Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam
bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan
pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan
main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan
memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman
sebaya dan mengajari cara-caranya.
f.
Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan
pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna
untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis
bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
g.
Terapi Perilaku
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak
memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya,
Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak
heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk
mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya
Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention)
dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya,
kekuatannya
dan tingkat
perkembangannya,
kemudian
ditingkatkan
Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual
thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode
belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode PECS
(Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa
juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.
j.
Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung
dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya
mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan
menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan
metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena
itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses,
dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak
menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami
kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar
dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Papalia, Dianne E., Olds, Sally W., & Feldman, Ruth D. (2007).
Human Development, 10th ed. McGraw-Hill, New York.
7.
www.episentrum.com
8.
www.infodokterku.com