You are on page 1of 20

Head Injury (Cedera Kepala)

Galuh Kencana A
Zaesi Purwanti
Waldian F Ismail

Pengertian
Menurut Irwana (2009), cedera kepala adalah

trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik


secara langsung maupun tidak langsung yang
kemudian dapat berakibat kepada gangguan fungsi
neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial,
bersifat temporer atau permanen.

Cedera kepala merupakan suatu kerusakan

pada kepala, bukan bersifat kongenital


ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan/benturan fisik dari luar yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang
mana menimbulkan kerusakan kemampuan
kognitif dan fungsi fisik (Brain Injury
Assosiation Of Amerika, dalam Irwana (2009).

Klasifikasi
1. Klasifikasi berdasarkan Nilai Skala Glasgow (SKG)
Mansjoer, A, dkk (2000), mengklasifikasikan cedera kepala berdasar-kan nilai
skala glasgow (SKG).
a.

Ringan
. GCS 14-15
. Tidak ada kehilangan kesadaran
. Nyeri kepala dan pusing

b.

Sedang
. GCS 9-13
. Kontusio
. Amnesia pasca trauma atau muntah
. Battle, mata rabun, hemotimpanum, otorea, rinhorea CSS
. Kejang.

c.

Berat
. GCS 3-8
. Koma
. Fraktur depresi kranium
. Penurunan derajat kesadaran

2. Klasifikasi berdasarkan morfologi


Mufti (2009), membagi klasifikasi cedera kepala menurut
morfologinya terdiri dari :
a. Trauma kepala terbuka
Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak
masuk kedalam jaringan otak dan melukai durameter,
saraf otak, jaringan otak dan terdapat tanda dan gejala
dari fraktur basis trauma kepala terbuka yaitu :
.Battle sign (warna biru dibelakang telinga di atas os
mastoid)
.Hemotimpanum (perdahan didaerah gendang telinga)
.Periorbital ecchymosis (mata warna hitam tanpa
trauma langsung)
.Rinhorrhoe (liquor keluar dari hidung)
.Othorrhoe (liquor keluar dari telinga)

b. Trauma kepala tertutup


1) Komosio
.Cedera kepala ringan
.Disfungsi neurologis sementara dan

dapat pulih kembali


.Hilang kesadaran sementara, kurang
dari 10-20 menit
.Tanpa kerusakan otak permanen
.Muncul gejala nyeri kepala, pusing,
muntah
.Disorientasi sementara
.Tidak ada gejala sisa

2) Konkusio
.Ada memar otak
.Perdarahan kecil lokal/difusi
.Perdarahan

Gejalanya :
.Gangguan kesadaran lebih lama
.Gejala TIK meningkat
.Amnesia lebih nyata

3) Hematoma epidural
.Pedarahan antara tulang-tulang tengkorak

dan durameter
.Lokasi tersering temporal dan frontale
.Pecahnya pembuluh darah meningen dan
sinus venosus
Gejalanya :
.Adanya desak ruang
.Penurunan kesadaran ringan saat kejadian
.Penurunan kesadaran hebat
.Koma
.Nyeri kepala hebat

4) Hematoma subdural
.Perdarahan antara durameter dan arachnoid
.Biasanya pecah vena, akut, subakut, dan kronis
a) Akut
.Gejala 24-48 jam
.Sering berhubungan dengan cedera otak dan medula oblongata
.Tekanan intrakranial meningkat
.Sakit kepala, mengantuk, reflek melambat, bingung, reflek pupil

lambat
b) Subakut
.Berkembang 7-10 hari
.Konkusio agak lambat
.Adanya gejala TIK meningkat
.Kesadaran menurun
c) Kronis
.Ringan
.Perdarahan kecil terkumpul dan meluas
.Sakit kepala
.Lethargi
.Kacau mental, kejang

5) Hematoma intrakranial
.Perdarahan intraserebral 25 cc atau

lebih
.Selalu diikuti oleh konkusio

Etiologi
1.menurut Suriadi & Yuliani (2001), yaitu :
a. Kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda dan mobil
b. Jatuh
c. Kecelakaan saat olahraga
d. Anak dengan ketergantungan
e. Cedera akibat kekerasan

Menurut Sjamsuhidajat, R & Jong, WD (2004), etiologi dari trauma kepala terdiri
dari :
a. Benda tajam
b. Benda tumpul
c. Peluru
d. Kecelakaan lalu lintas
Sedangkan menurut Purwoko, S (2006), etiologi dari cedera kepala yaitu :
a. Olah raga
b. Jatuh
c. Kecelakaan kenderaan bermotor.

Manifestasi Klinis
Menurut Suriadi & Yuliani (2001), manifestasi klinis cedera
kepala adalah :
a. Hilang kesadaran kurang (apatis) dari 30 menit atau lebih
b. Kebingungan
c. Iritabel (perubahan fungsi)
d. Pucat
e. Mual dan muntah
f. Pusing kepala
g. Terdapat hematoma
h. Kecemasan
i. Sukar untuk dibangunkan
j. Bila fraktur kemungkinan adanya liquor yang keluar dari
hidung dan telinga (otorhoe ) bila fraktur tulang temporal.

Komplikasi
Menurut Engram, B (1998), komplikasi dari
cedera kepala adalah :
a.Meningkatnya tekanan intrakranial (TIK)
b.Perdarahan
c.Kejang
d.Pasien dengan fraktur tengkorak,
khususnya pada dasarnya tengkorak
beresiko terhadap bocornya cairan
serebrospinal (CSS) dari hidung (rinorea)
dan dari telinga (otorea)

Pemeriksaan Penunjang
CT-Scan (dengan atau tanpa kontras)
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikel dan perubahan

jaringan otak
MRI (magnetig resonan imagin)
Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif

Serebral angiography
Menunjukkan anomali sirkulasi serebral seperti perubahan jaringan otak

sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma .


X-Ray
Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis

(perdarahan/edema), fragmen tulang


CSF, lumbal fungsi
Jika diduga perdarahan sub arachnoid

Kadar elektrolit
Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan

intrakranial (TIK)
Scree toxicologi
Untuk meneteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan kesadaran

AGD (analisa gas darah arteri)


Mendeteksi ventilasi atau masalah pernafasan (oksigenasi) jika terjadi

Penatalaksanaan
Menurut Abdale (2007), penatalaksanaan pada cedera kepala dapat diberikan :
a. Dexamethason/kalmethason
Sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat
ringannya trauma.
b. Therapy hiperventilasi
Untuk mengurangi vasodilatasi
c. Pemberian analgetika
d.Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa 40% atau gliserol 10%
e. Antibiotika yang mengandung Barrier darah otak (penisilin) atau untuk infeksi anaerob diberikan
metronidazole
f. Pada pasien trauma ringan bila mual muntah tidak dapat diberikan apapun kecuali hanya cairan infus
dekstrosa 5%, aminofusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian
diberikan makanan lunak.
g. Pembedahan
h.Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari) tidak terlalu banyak cairan, dektosa 5% 8 jam pertama, ringer
dekstrose 8 jam kedua dan dektrose 5% 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya apabila kesadaran rendah,
makanan diberikan melalui nasogastrictube (2500-3000TKTP)
i.

Pemberian protein tergantung nilai urea nitrogen

Diagnosa Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan agen pencedera biologis,

adanya proses infeksi/inflamasi, cedera, toksin dalam


sirkulasi.
Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk mencerna nutrien (penurunaan
tingkat kesadaran), kelemahan otot yang diperlukan
untuk mengunyah, menelan, status hipermetabolik.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
jaringan trauma, kulit ruasak, prosedur invasif,
penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh, kurang
nutrisi, respon inflamasi tertekan (penggunaan steroid),
perubahan integritas sistem tertutup (kebocoran CSS).

LO
1. Ada hubungan nya tidak intrakranial

hemoragik dengan rinorea,othorea dan


hematomisis?
2. Apa hubungannya kasus dengan
peningkatan gula darah sewaktu?

TERIMAKASIH

You might also like