Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh:
RESTU PRIMA BAGUS WIBOWO
K2508023
NIM
: K2508023
Jurusan/Program Studi
ii
Oleh:
RESTU PRIMA BAGUS WIBOWO
K2508023
Skripsi
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta pada :
Hari
: Rabu
Pembimbing I
Pembimbing II
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
: Senin
Tanggal
: 30 Juli 2012
Tanda Tangan
Ketua
Sekretaris
Anggota I
Anggota II
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n. Dekan
Pembantu Dekan I
ABSTRAK
Restu Prima Bagus Wibowo. PENGARUH DIAMETER ROLLER CVT
(CONTINOUSLY VARIABLE TRANSMISION) DAN VARIASI PUTARAN
MESIN TERHADAP DAYA PADA SEPEDA MOTOR YAMAHA MIO
SPORTY TAHUN 2007. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli:2012.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui pengaruh diameter roller
CVT terhadap daya pada Yamaha Mio Spoty Tahun 2007, (2) Mengetahui
pengaruh variasi putaran mesin terhadap daya pada Yamaha Mio Sporty Tahun
2007, (3) Mengetahui interaksi diameter roller CVT dan variasi putaran mesin
terhadap daya pada Yamaha Mio Sporty Tahun 2007.
Penelitian ini dilakukan di BENGKEL AHASS TARUNA MOTOR
SPORT yang beralamatkan di Jl. Bhayangkara No. 78 Solo dengan menggunakan
alat DYNOJET tipe 250i. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Obyek
dalam penelitian ini menggunakan sepeda motor Yamaha Mio Sporty Tahun 2007,
dengan nomor polisi AD 2113 ER, nomor mesin 5TL840397 Dan nomor rangka
MH35TL0067K83947. Teknik Analisa data dalam penelitian ini menggunakan
analisis data deskriptif yaitu menggambarkan hasil penelitian secara grafis dalam
histogram atau polygon frekuensi yang menghubungkan antar variabel. Sebagai
parameter input pada penganalisisan data meliputi : Diameter Roller CVT (15 mm
(standar pabrik), 16 mm, dan 17 mm), Variasi putaran mesin (5000-9000 rpm), dan
daya mesin.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Perubahan ukuran
diameter dari roller CVT 16 mm mampu menghasilkan puncak daya maksimal
pada putaran mesin lebih awal sehingga mampu menghasikan putaran bawah
dengan daya yang lebih bertenaga. (2) Perubahan ukuran diameter dari roller CVT
17 mm menghasilkan daya yang menurun oleh karena terlalu cepatnya gerak roller
yang tidak sesuai dengan putaran mesin sehingga terlalu memaksakan beban kerja
yang diterima roller CVT. (3) Penggunaan roller CVT diameter 16 mm pada
sepeda motor Yamaha Mio Sporty menghasilkan daya maksimal pada putaran
mesin yang lebih awal dan lebih optimal dibandingkan dengan penggunaan roller
CVT diameter 15 mm. Pada penggunaan roller CVT diameter 16 mm
menghasilkan daya mesin maksimal sebesar 4,55 Hp pada putaran mesin 7500 rpm,
sedangkan dengan pemakaian roller CVT diameter 15 mm menghasilkan daya
sebesar 4,54 Hp pada putaran mesin 7800 rpm. (4) Penggunaan roller CVT
diameter 17 mm pada sepeda motor Yamaha Mio Sporty menghasilkan pencapaian
daya yang terlalu cepat sehingga daya maksimal tidak optimal. Pada penggunaan
roller CVT diameter 17 mm menghasilkan daya maksimal sebesar 4,48 Hp pada
putaran mesin 7700 rpm. (5) Kenaikan putaran mesin dapat menaikkan daya yang
dihasilkan pada poros roda hingga daya maksimal karena semakin besar putaran
mesin akan menyebabkan gaya sentrifugal yang dihasilkan roller CVT semakin
besar sehingga daya dari mesin dapat disalurkan dengan maksimal menuju poros
roda.. Kenaikan putaran mesin setelah mencapai daya maksimal membuat daya
yang dihasilkan pada poros roda menurun.
Berdasarkan pada hasil kesimpulan, peneliti menyarankan : (1). Pengguna
sepeda motor matic hendaknya selalu memeriksa keadaan roller terutama dari
ukuran diameternya, sebab dengan berkurangnya ukuran diameter roller CVT maka
akan mengakibatkan daya yang dihasilkan mesin tidak dapat disalurkan dengan
baik hingga pada poros roda. (2) Pengguna sepeda motor Mio Sporty hendaknya
menggunakan roller CVT diameter 16 mm jika menginginkan putaran bawah yang
lebih bertenaga sekaligus pencapaian putaran atas atau top speed yang lebih cepat.
(3) Perubahan ukuran diameter roller CVT harus memperhatikan ukuran dari pulley
vi
primer dalam hal ini terkait masalah jarak lintasan kerja roller dan kapasitas mesin.
(4) Bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan penelitian ini hendaknya
melakukan penelitian terhadap pengaruh jarak gerak roller CVT terhadap diameter
roller CVT.
Kata Kunci: Diameter Roller CVT , variasi putaran mesin, daya mesin
vii
ABSTRACT
Restu Prima Bagus Wibowo. EFFECT OF DIAMETER ROLLER CVT
(CONTINOUSLY VARIABLE TRANSMISION) AND VARIETY OF ENGINE
SPEED ENGINE POWER ON YAMAHA MIO SPORTY 2007. Skripsi.
Faculty of teacher training and Education Science University Sebelas Maret
Surakarta, July: 2012
The purpose of this research is: (1) Knowing the diameter effect of roller
CVT of engine power on Yamaha Mio Sporty 2007, (2). Knowing the effect of
variations of engine speed to engine power of Yamaha Mio Sporty 2007, (3).
Knowing the interactions diameter roller CVT and variations of engine speed to
engine power on Yamaha Mio Sporty 2007.
This research has done in AHASS TARUNA MOTOR SPORT
WORKSHOP that located in Jl. Bhayangkara no. 78 solo using DYNOJET type
250i. This research uses experimental methods. The Object in this research used a
motorcycles Yamaha Mio Sporty 2007 with police number AD 2113 ER, engine
number 5TL840397 and chasis number MH35TL0067K83947. Techniques of data
analysis in this study using the descriptive data analysis graphically illustrates the
results of research in the histogram or frequency polygon which connects between
the variables. As an input parameter in analyzing the data include: CVT Roller
Diameter (15 mm (factory default), 16 mm and 17 mm), variations engine speed
(5000-9000 rpm), and engine power.
From the research we can conclude that: (1) Changes in the size of the
diameter of the roller CVT 16 mm is capable of producing maximum power peak in
the early rounds of the engine so as to generate a lap down to the more powerful.
(2) Changes in the size of the diameter of the roller CVT 17 mm produces
decreased power because of too rapid movement of the roller is not in accordance
with engine speed so that the workload is too imposing received roller CVT. (3)
The use of roller diameter of 16 mm on a CVT motorcycle Yamaha Mio Sporty
produce maximum power at engine speed earlier and more optimal than the use of
CVT roller 15 mm. On the use of 16 mm diameter roller CVT engine produces
maximum power of 4.55 hp at 7500 rpm engine speed, while the use of 15 mm
diameter roller CVT produce power equal to 4.54 hp at 7800 rpm engine speed. (4)
The use of roller diameter of 17 mm on a CVT motorcycle Yamaha Mio Sporty
produce too rapid achievement of resources so that maximum power is not optimal.
On the use of CVT roller diameter 17 mm produces a maximum power of 4.48 hp
at 7700 rpm engine speed. (5) The increase in engine speed can increase the power
generated at the wheel axle to the maximum because the larger the engine speed
will cause a centrifugal force generated CVT roller so that the greater the power of
the machine can be supplied with up to the axle.The increase in engine speed upon
reaching the maximum power to the power generated at the wheel axis decreases.
Based on the conclusions, the researchers suggest: (1). Matic motorcycle
users should always check the size of the diameter of the roller, especially because
with the reduced diameter of the roller CVT will result in the power of the engines
can not properly routed to the axle. (2) User Mio Sporty motorcycle CVT should
use a roller diameter of 16 mm if you want a lap down, more powerful at the same
time achieving a lap top or a top speed faster. (3) CVT roller diameter size changes
must consider the size of the primary pulley in this case the distance of the track
work-related problems roller and machine capacity. (4) For students who want to
develop this research should conduct a study of the influence range of motion of the
roller diameter roller CVT.
Keywords: Roller Diameter CVT , engine speed variation, engine power
viii
MOTTO
ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku padaMu, kupersembahkan karya ini untuk :
Bapak dan Ibu
Terima kasih atas segala doa, ketulusan, pengorbanan dan motivasinya ya buk!!
Semoga bapak cepat sembuh.
Mbakku & Masku
Trims mbak Ika dan mas Eki buat petuah dan nasehatnya selama ini.
Adikku
Adikku dodok, meskipun aku tidak lebih baik darimu, jadikan kebaikanku
yang kecil ini sebagai penyemangat dalam mengapai gelar dokter
Genk Pocker
Priya Aconk, Angga gajah, Ihsan Penggung, Ilham Fanyrudin, Gemilang Ateng,
Tova Emon, dan Mono Monoks. Trims, kalian adalah teman teman yang hebat.
Sahabat-sahabatku PTM 08
Terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
Almamater
Mio Biru ku
Kamu itu teman yang paling setia buat aku, kamu yang selalu menemaniku
kemanapun aku pergi tanpa mengenal lelah dan waktu. Dan kamu juga yang
menjadi insipirasiku dalam menemukan judul skripsi ini dan juga memberikan
aku ilmu yang sangat bermanfaat. Trima kasih motorku, teman setiaku atas
loyalitasmu selama ini. ^^
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pengaruh
Diameter Roller CVT (Continously Variable Transmision) Dan Variasi Putaran
Mesin Terhadap Daya Pada Yamaha Mio Sporty Tahun 2007.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan
yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dekan FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan FKIP UNS.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Teknik Mesin JPTK FKIP UNS.
4. Drs. Ranto, M.T selaku Dosen Pembimbing I, yang dengan penuh kesabaran
memberikan pengarahan dan bimbingan.
5. Drs. Karno MW, S.T selaku Dosen Pembimbing II, dengan penuh semangat
memberikan pengarahan dan bimbingan.
6. Teman-teman PTM FKIP UNS Angkatan Tahun 2008.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan,
sehingga kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak sangat penulis
harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca yang budiman.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
ii
iii
HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................
iv
vi
ix
xi
xii
xv
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 7
D. Perumusam Masalah .................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 9
1. Sistem Pemindah Tenaga........................................................ 9
2. Transmisi ................................................................................ 9
xii
xiii
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.1
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
3.1
4.1
4.2
4.3
4.4
xv
DAFTAR TABEL
Tabel
4.1
Halaman
Hasil pengamatan daya pada poros roda menggunakan
roller CVT diameter 15 mm ............................................................. 36
4.2
4.3
4.4
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
Sepeda motor matic adalah sepeda motor tipe tranmisi yang otomatis
sehingga tidak memerlukan tuas perseneling untuk perpindahan gigi percepatan,
melainkan akan otomatis berubah mengikuti putaran mesin. Sehingga pengemudi
hanya memainkan katup gas untuk merubah rasio percepatan. Dengan mobilitas yang
tinggi dan perpindahan transmisi yang lembut serta secara otomatis maka akan
memberikan kenyaman bagi penggunanya.
Hal pembeda dari sepeda motor matic dengan jenis sepeda motor tipe
lainnya terletak pada sistem transmisinya. Pada sepeda motor matic menggunakan
sistem transmisi otomatis yang disebut dengan CVT (Continuously Variable
Transmission). Perbedaan dasar CVT dibandingkan dengan pemindah tenaga lain
adalah cara meneruskan torsi atau daya dari mesin ke roda. Pada CVT, tidak lagi
digunakan roda-roda gigi untuk menurunkan atau menaikan putaran ke roda, sebagai
penggantinya digunakan dua puli dan sabuk logam. CVT mencoba menciptakan
perbandingan putar dengan memanfaatkan sabuk (belt) dan puli. Puli pada CVT ini
sangat fleksibel dimana ia dapat mengurangi ataupun menambah diameternya dan
menghasilkan perubahan rasio yang diharapkan. Karena tidak ada lagi roda-roda gigi,
maka pada CVT tidak ada perbandingan gigi seperti transmisi otomatis konvensional
dan manual, yang ada adalah perbandingan putaran dari terendah sampai tertinggi.
Perpindahan gigi tidak terjadi secara dramatis, misalnya 1 ke 2, 3, dan seterusnya
demikian sebaliknya. Begitu tarikan pedal gas dan kondisi beban mesin berubah,
CVT akan mengubah perbandingan putaran yang akan dipindahkannya ke roda secara
otomatis. Karena itulah dinamakan Continuously Variable Transmission. Jadi
transmisi ini akan melakukan pergantian perbandingan secara terus-menerus.
Sepeda motor matic pertama kali diluncurkan di Indonesia sekitar tahun
2000. Pada saat itu pandangan masyarakat Indonesia belum terlalu percaya akan
keunggulan produk tipe terbaru ini. Akan tetapi lambat laun, kepercayaan masyarakat
akan kenyamanan sepeda motor matic mulai meningkat. Nyaman karena tidak perlu
Sporty berhasil mendapatkan penghargaan "The Best Value Skutik 110 - 115cc" pada
acara penghargaan Otomotif Award 2010 Pada tanggal 9 Mei 2010. Program
Otomotif Award ini diadakan dalam acara Otomotif Award yang diselenggarakan
oleh tabloid Otomotif Gramedia. Bahkan di tahun 2012 matic keluaran Yamaha
semakin mendominasi pasar matic di Indonesia, hal itu terbukti dengan keluaran
varian mio terbaru yaitu Yamaha Mio Vino dan Yamaha Mio J yang menggunakan
system injeksi bahan bakar. Dengan berdasar pada fakta-fakta diatas hal itu
menjadikan Yamaha Mio sebagai sepeda motor matic yang paling diminati di
Indonesia.
Pada awal mulanya sepeda motor matic dikhususkan untuk para wanita. Hal
itu karena sepeda motor matic yang memiliki ukuran yang kecil serta mudah dalam
sistem pengoperasiannya sehingga diharapkan mudah digunakan oleh para wanita.
Namun asumsi tersebut berubah seiring banyaknya juga para pria yang beralih
menggunakan sepeda motor matic. Awalnya selama digunakan oleh para wanita
sepeda motor matic tidak mempunyai kendala, namun dengan para pria juga tertarik
menggunakan sepeda motor motor matic maka ada bermacam kendala yang
dikeluhkan. Hal yang paling mencolok dikeluhkan adalah performa mesin. Performa
yang diberikan oleh sepeda motor matic ini dianggap kurang bertenaga (Sandy Adam
Mahaputra : 2011). Pada sepeda motor matic yang bekerja dengan putaran, tidak akan
dihasilkan tenaga seresponsif motor manual dan performa akan cenderung lambat
(Nawita:2011). Permasalahan performa yang lambat ini ditangkap dari kasus
penggunaan sepeda motor matic yang digunakan untuk perjalanan dengan jarak
tempuh yang jauh, karena pada kondisi seperti ini para pengendara sepeda motor
matic menginginkan pencapaian performa motor yang lebih cepat dan optimal dalam
kinerjanya.
Permasalahan dari performa motor matic terletak pada sistem kerja transfusi
tenaganya dimana hal itu berkaitan dengan sistem kerja transmisi. Sepeda motor
matic menggunakan sistem CVT dalam kinerja sistem transmisi. Dasar dari sistem
CVT adalah suatu sistem transimisi otomatis yang prinsip kerjanya menggunakan
roller untuk mendapatkan gaya sentrifugal yang terpasang pada pulley. Fungsi roller
pada sepeda motor matic adalah untuk memberikan tekanan keluar pada variator
hingga dimungkinkan variator dapat membuka dan memberikan sebuah perubahan
lingkar diameter lebih besar terhadap belt drive sehingga motor dapat bergerak.
Kinerja variator ini sangat ditentukan oleh roller. Dikarenakan roller sangat
berpengaruh terhadap perubahan variabel dari variator, tentu akan sangat berpengaruh
terhadap performa motor matic. (Pupung Budi Purnama : 2008).
Roller pada sepeda motor matic memiliki berbagai macam varian ukuran
berat roller. Dalam penggantian ukuran varian berat roller sepeda motor matic
dihadapkan pada dua pilihan, yaitu untuk akselerasi atau top speed. Sehingga
konsumen harus secara tepat memilih berat roller yang tepat yang disesuaikan dengan
medan tempuh. Hal ini terbukti dalam suatu penelitian yang berjudul Analisa dan
Pengujian Roller Pada Mesin Gokart Matic, bahwa roller yang mempunyai berat
lebih ringan mampu menghasilkan akselerasi yang lebih cepat. Namun untuk kasus
penggantian roller menjadi lebih berat belum bisa menghasilkan top speed yang lebih
cepat dan maksimal. Dengan adanya permasalahan ini konsumen mengeluhkan
kinerja dari sepeda motor matic yang harus menyesuaikan berat roller dengan kondisi
medan tempuh. Konsumen menginginkan suatu kinerja roller yang dapat
menyeimbangkan antara akselerasi awal dan top speed sehingga daya mesin yang
dihasilkan dapat maksimal. Dengan adanya kasus ini tergali sebuah pemikiran untuk
mengubah diameter roller untuk mendapatkan daya yang lebih maksimal terhadap
sepeda motor matic tanpa mengubah berat dari roller. Dengan perubahan diameter
roler menjadi lebih besar diharapkan mampu menambah besar permukaan kerja
roller sehingga dapat memberikan tekanan yang lebih besar terhadap variator dan
gaya sentrifugal roller dapat disalurkan lebih cepat sehingga dapat mempercepat dan
memaksimalkan perpindahan tenaga dari mesin menuju roda sehingga daya yang
dihasilkan dapat optimal.
Unjuk kerja mesin matic membutuhkan rpm yang lebih tinggi agar kopling
dan automatic ratio transmitionnya berfungsi dengan baik. (Mind Genesis : 2008).
Sepeda motor matic baru bisa berjalan kalau putaran mesin mencapai putaran 2400
rpm, sedangkan sepeda motor konvensional sudah bisa berjalan di atas putaran 1500
rpm (Warju : 2008). Sehingga variasi putaran mesin juga akan berpengaruh pada gaya
sentrifugal yang nantinya dihasilkan dan akan mempengaruhi daya pada sepeda
motor matic.
Beranjak dari latar belakang di atas maka penulis bermaksud mengadakan
penelitian
dengan
judul
PENGARUH
DIAMETER
ROLLER
CVT
B. Identifikasi Masalah
Berdasar atas uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa
masalah, diantaranya :
1. Motor matic kurang bertenaga.
2. Motor matic memiliki performa yang lambat
3. Putaran mesin mempengaruhi gaya tekan roller terhadap variator.
4. Diameter roller mempengaruhi daya sepeda motor matic.
5. Motor matic membutuhkan putaran mesin yang tinggi.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah yang terkait dengan judul
penelitian, yaitu terbatas pada diameter roller CVT, variasi putaran mesin, dan daya
pada Yamaha Mio Sporty Tahun 2007. Daya dalam penelitian ini adalah daya pada
poros roda atau daya efektif.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, agar
penelitian dapat dilaksanakan dan mengarah pada tujuan yang sebenarnya, maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh diameter roller CVT terhadap daya pada Yamaha Mio Sporty
Tahun 2007?
2. Adakah pengaruh variasi putaran mesin terhadap daya pada Yamaha Mio Sporty
Tahun 2007?
3. Adakah interaksi variasi diameter roller CVT dan variasi putaran mesin terhadap
daya pada Yamaha Mio Sporty Tahun 2007?
E. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah yang ada, tujuan yang ingin dicapai peneliti
adalah :
1. Mengetahui pengaruh diameter roller CVT terhadap daya pada Yamaha Mio
Spoty Tahun 2007.
2. Mengetahui pengaruh variasi putaran mesin terhadap daya pada Yamaha Mio
Sporty Tahun 2007.
3. Mengetahui interaksi diameter roller CVT dan variasi putaran mesin terhadap
daya pada Yamaha Mio Sporty Tahun 2007.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini bisa diambil manfaat nantinya terutama pada ranah
otomotif. Manfaat yang bisa diambil meliputi:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah kajian ilmu pengetahuan tentang pengaruh diameter roller CVT dan
variasi putaran mesin terhadap daya pada Yamaha Mio Sporty Tahun 2007.
b. Memberikan informasi mengenai diameter roller CVT pada motor matic.
c. Sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan bagi penelitian sejenis di masa
yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
Dapat mengaplikasikan hasil dari penelitian ini yaitu pengaruh diameter
roller CVT dan variasi putaran mesin terhadap daya pada Yamaha Mio Sporty Tahun
2007, agar dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Sistem Pemindah Tenaga
Sepeda motor dituntut bisa dioperasikan atau dijalankan pada berbagai
kondisi jalan. Namun demikian, mesin yang berfungsi sebagai penggerak utama
pada sepeda motor tidak bisa melakukan dengan baik apa yang menjadi kebutuhan
atau tuntutan kondisi jalan tersebut. Misalnya, pada saat jalanan mendaki, sepeda
motor membutuhkan momen puntir (torsi) yang besar namun kecepatan atau laju
sepeda motor yang dibutuhkan rendah. Pada saat ini walaupun putaran mesin
tinggi karena katup trotel atau katup gas dibuka penuh namun putaran mesin
tersebut harus dirubah menjadi kecepatan atau laju sepeda motor yang rendah.
Sedangkan pada saat sepeda motor berjalan pada jalan yang rata, kecepatan
diperlukan tapi tidak diperlukan torsi yang besar.
Berdasarkan penjelasan di atas, sepeda motor harus dilengkapi dengan
suatu sistem yang mampu menjembatani antara output mesin (daya dan torsi
mesin) dengan tuntutan kondisi jalan. Sistem ini dinamakan dengan sistem
pemindahan tenaga. (Jalius Jama : 2008 : 319)
2. Transmisi
Prinsip dasar transmisi adalah bagaimana bisa digunakan untuk merubah
kecepatan putaran suatu poros menjadi kecepatan yang diinginkan untuk tujuan
tertentu. Gigi transmisi berfungsi untuk mengatur tingkat kecepatan dan momen
(tenaga putaran) mesin sesuai dengan kondisi yang dialami sepeda motor.
Adapun syarat penting yang diperlukan transmisi adalah:
a. Harus mudah, tepat, dan cepat kerjanya.
b. Dapat memindahkan tenaga dengan lembut dan tepat.
c. Ringan, praktis dalam bentuk, bebas masalah, dan mudah dioperasikan.
9
10
11
b. Transmisi Otomatis
Menurut Julius Jama (2008 : 335) Transmisi otomatis umumnya
digunakan pada sepeda motor jenis scooter (skuter). Transmisi yang digunakan
yaitu transmisi otomatis "V belt atau yang dikenal dengan CVT (Continuously
Variable Transmission). CVT merupakan transmisi otomatis yang menggunakan
sabuk untuk memperoleh perbandingan gigi yang bervariasi.
Komponen Utama CVT (Ngarifin : 2010).
1) Puli Penggerak/ puli primer ( Drive Pulley/ Primary Pulley )
Puli primer adalah komponen yang berfungsi mengatur kecepatan
sepeda
motor berdasar gaya sentrifugal dari roller, yang terdiri dari beberapa
komponen berikut:
`
12
berfungsi sebagai pendingin ruang CVT agar belt tidak cepat panas
dan aus.
b) Puli bergerak/movable drive face. Puli bergerak merupakan
komponen puli yang bergerak menekan CVT agar diperoleh
kecepatan yang diinginkan.
c) Bushing/Spacer/Collar. Komponen ini berfungsi sebagai poros
dinding dalam puli agar dinding dalam dapat bergerak mulus
sewaktu bergeser.
d) Roller/Primary Sheave Weight adalah bantalan keseimbangan gaya
berat yang berguna untuk menekan dinding dalam puli primer
sewaktu terjadi putaran tinggi.
e) Plat penahan /Cam/Slider. Komponen ini berfungsi untuk menahan
gerakan dinding dalam agar dapat bergeser ke arah luar sewaktu
terdorong oleh roller.
2) Puli yang digerakkan/ puli skunder ( Driven Pulley/ Secondary Pulley)
Puli sekunder adalah komponen yang berfungsi yang berkesinambungan
dengan puli primer mengatur kecepatan berdasar besar gaya tarik sabuk
yang diperoleh dari puli primer.
13
pada
umumnya
fungsi
dari
kopling adalah
untuk
14
3) Gigi reduksi
Komponen ini berfungsi untuk mengurangi kecepatan putaran
yang diperoleh dari cvt agar dapat melipat gandakan tenaga yang akan
dikirim ke poros roda. Pada gigi reduksi jenis dari roda gigi yang
digunakan adalah jenis roda gigi helical yang bentuknya miring
15
16
17
3. Roller CVT
Roller merupakan salah satu komponen yang terdapat pada transmisi
otomatis atau CVT. Roller adalah suatu material yang tersusun dengan Teflon
sebagai permukaan luarnya dan tembaga atau alumunium sebagai lapisan
dalamnya. Roller berbentuk seperti bangun ruang yaitu silinder yang mempunyai
diameter dan berat tertentu. Roller barfungsi untuk menekan dinding dalam puli
primer sewaktu terjadi putaran tinggi. Prinsip kerja roller, hampir sama dengan
plat penekan pada kopling sentrifugal. Ketika putaran mesin naik, roller akan
terlempar ke arah luar dan mendorong bagian puli yang bisa bergeser mendekati
puli yang diam, sehingga celah pulinya akan menyempit (Jalius Jama : 2008 :
337). Roller bekerja akibat adanya putaran yang tinggi dan adanya gaya
sentrifugal (Mohamad Yamin : 2011).
Gambar 2.6. Roller CVT pada Movable Drive Face/Primary Sliding Sheave
(Sumber : Yamaha Motor Co., Ltd. : Service Manual Mio, 2003)
Semakin berat rollernya maka dia akan semakin cepat bergerak
mendorong movable drive face pada drive pulley sehingga bisa menekan belt ke
posisi terkecil. Namun supaya belt dapat tertekan hingga maksimal butuh roller
yang beratnya sesuai. Artinya jika roller terlalu ringan maka tidak dapat menekan
belt hingga maksimal, efeknya tenaga tengah dan atas akan berkurang. Harus
diperhatikan juga jika akan mengganti roller yang lebih berat harus
memperhatikan torsi mesin. Sebab jika mengganti roller yang lebih berat bukan
berarti lebih responsif, karena roller akan terlempar terlalu cepat sehingga pada
18
saat akselerasi perbandingan rasio antara puli primer dan puli sekunder terlalu
besar yang kemudian akan membebani mesin ( Ngarifin : 2010).
Besar kecilnya gaya tekan roller sentrifugal terhadap sliding sheave /
movable drive face ini berbanding lurus dengan berat roller sentrifugal dan
putaran mesin. Semakin berat roller sentrifugal semakin besar gaya dorong roller
sentrifugal terhadap movable drive face sehingga semakin besar diameter dari puli
primer tersebut. Sedangkan pada puli sekunder pergerakan puli diakibatkan oleh
tekanan pegas, puli sekunder ini hanya mengikuti gerakan sebaliknya dari puli
primer, jika puli primer membesar maka puli sekunder akan mengecil, begitu juga
sebaliknya. Jadi berat roller sentrifugal sangat berpengaruh terhadap perubahan
ratio diameter dari puli primer dengan puli sekunder ( Made Dwi Budiana : 2008)
Diameter roller juga sangat berpengaruh terhadap kinerja dari roller itu
sendiri. Artinya semakin kecil diameter roller maka berat roller juga akan
berkurang. Sehingga gaya sentrifugal yang dihasilkan roller akan berkurang
karena gaya tekan terhadap puli primer / sliding sheave / movable drive face
menurun. Selain itu dengan berkurangnya diameter roller maka juga
mengakibatkan performa mesin semakin lambat untuk ketercapaiannya. Hal ini
dikarenakan diameter roller yang semakin kecil akan memperlambat perubahan
ratio diameter dari puli primer dan puli sekunder. Berkurangnya diameter roller
ini dikarenkan bahan penyusun roller bagian luar adalah Teflon yang selalu
bergesakan dengan rumah roller sehingga ketebalan diameternya akan semakin
berkurang dan menyebabkan keausan. Maka dari itu setiap pabrikan sepeda motor
matic memberikan batas pemakaian roller berdasarkan diameter dari roller itu
sendiri. Artinya, apabila roller sudah mencapai batas minimum pemakaian maka
harus dilakukan pengantian roller.
19
sedangkan gaya
sentripetal adalah gaya yang arahnya menuju pusat (Sutopo : 1997). Dengan kata
lain, rumus menentukan besarnya gaya sentrifugal sama dengan gaya sentripetal
yaitu:
Dengan :
Fr
= Massa (kg)
ar
= Jari-jari (m)
Gaya sentrifugal hanya ada jika kita bekerja pada kerangka noninersial
(tepatnya kerangka berputar). Jika kita berada di kerangka inersial (misalnya
kerangka yang diam terhadap pusat kerangka berputar maka gaya sentrifugal tadi
hilang)
20
Gaya sentrifugal ialah sebuah gaya yang timbul akibat adanya gerakan
sebuah benda atau partikel melalui lintasan lengkung atau melingkar. Semakin
besar massa dan kecepatan suatu benda maka gaya sentrifugal yang dihasilkan
akan semakin besar (Mohamad Yamin : 2011).
5. Putaran Mesin
Putaran mesin adalah tenaga yang dihasilkan dari proses pembakaran
bahan bakar yang terjadi di ruang pembakaran. Putaran yang dihasilkan berasal
dari gerak translasi piston, yang kemudian diubah oleh poros engkol menjadi
gerak rotasi atau putaran mesin dan dinyatakan dalam satuan rotation per minute
(rpm).
Kecepatan putaran
dihasilkan
mesin mempengaruhidaya
spesifik
yang
akan
langkah yang terjadi pada waktu yang sama. Motor matik cenderung boros
karena membutuhkan putaran mesin yang cukup tinggi agar motor bisa bergerak,
lebih tinggi dari motor bebek dan motor sport (Erichard : 2008).
Putaran mesin dapat dibedakan menjadi 4 tingkat putaran atau kecepatan
yaitu :
a. Putaran idle/langsam/stasioner.
Putaran idle terjadi ketika posisi katup gas (katup trotel) pada
throttle body masih menutup. Putaran stasioner pada sepeda motor
pada umumnya sekitar 1400 rpm (Jalius Jama : 2008 : 291).
21
b. Putaran rendah
Putaran rendah posisi katup gas di atas stasioner gas = 0 - 1/8
(Andika Arifianto : 2011). Pada saat putaran mesin sedikit dinaikkan
namun masih termasuk ke dalam putaran rendah, saat mesin berputar
pada putaran rendah, yaitu 2000 rpm (Julius Jama : 2008 : 292).
Sepeda motor matic baru bisa berjalan kalau putaran mesin mencapai
putaran 2400 rpm, sedangkan sepeda motor konvensional sudah bisa
berjalan di atas putaran 1500 rpm (Warju :2008).
c. Putaran menengah
Pada saat posisi handle gas di atas 1/8 sampai 3/4, dan pada
tingkatan ini komponen yang berpengaruh hanyalah coakan skep
dan posisi tinggi jarum skepnya (Andika Arifianto : 2011). Mesin
berputar pada putaran menengah, yaitu pada 4000 rpm ( Julius Jama
: 2008 : 294)
d. Putaran tinggi
Putaran tinggi terjadi bila katup gas/katup trotel dibuka
sampai dibuka sepenuhnya (Julius Jama : 2008 : 227 ). Jarak putaran
dari rendah ke tinggi lebih lebar yaitu 500 - 10000 rpm. (Julius Jama
: 2008 : 68 ).
6. Daya
Daya mesin adalah kemampuan mesin untuk melakukan kerja yang
dinyatakan dalam satuan Nm/s, Watt, ataupun HP. Pada motor bakar daya yang
berguna adalah daya poros, dikarenakan poros tersebut menggerakan beban. Daya
poros dibangkitkan oleh daya indikator , yang merupakan daya gas pembakaran
yang menggerakan torak selanjutnya menggerakan semua mekanisme, sebagian
daya indikator dibutuhkan untuk mengatasi gesekan mekanik, seperti pada torak
dan dinding silinder dan gesekan antara poros dan bantalan.
Daya output motor adalah rata-rata kerja yang dilakukan dalam satu
waktu (Toyota New Step 1:1-7). Daya motor diperoleh dari pembakaran bahan
bakar di dalam silinder yang menghasilkan tekanan untuk mendorong torak
22
sehingga menghasilkan daya putar pada poros engkol. Daya motor dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu daya indikator dan daya efektif.
a. Daya Indikator
Daya indikator adalah daya yang dihasilkan oleh silinder. (Wiranto
Arismunandar (1993 : 24). Dengan kata lain daya indikator adalah
daya teoritis yang belum dipengaruhi faktor gesekan di dalam
silinder motor, pada mototr 2 tak satu kali siklus kerja diselesaikan
selama satu putaran poros engkol. Berarti kerja mekanis dari satu
putaran adalah:
Ni Pi. A.L
Keterangan :
Pi
1
.D 2 0,785.D 2
4
a.Pi. .D 2 .L.n.Z
4
Ni
60.75.100
Dimana:
Ni
Pi
= Diameter silinder
= Langkah torak
= Jumlah Silinder
1/60
1/100
23
1 HP
= 0.7457 KW
1 PS
b. Daya Efektif
Daya efektf atau disebut juga daya poros adalah daya
indikator dikurangi dengan kerugian-kerugian gesekan. Daya poros
inilah yang berguna untuk menggerakkan poros engkol. Apabila
poros engkol berputar lebih cepat maka kecepatan torak pun
bertambah sehingga menghasilkan daya yang lebih tinggi. Sehingga
semakin tinggi putaran mesin maka daya efektif yang dihasilkan
akan semakin naik.
Daya mesin sebenarnya dapat dihitung dengan menghitung
daya poros dan torsi yang dihasilkan oleh poros tersebut. Untuk
menghitung daya poros digunakan dynamometer yang dihubungkan
dengan poros output mesin, sehingga dari alat tersebut terbaca
berapa torsinya. Sedangkan untuk mengetahui besarnya putaran
poros mesin (rpm) digunakan tachometer.
Setelah diketahui besarnya torsi dan putaran mesin dari
pengukuran ini kemudian dimasukkan kedalam rumus:
N = T x n / 5252
Dimana:
5252
Keterangan:
N
= Daya (Hp)
= Torsi (lbs.ft)
24
Penelitian yang dilakukan K.U.Chan, Wong P.K., & Wu, H.W. yang berjudul
Preliminary Study on Design and Control of a Novel CVT. Menyimpulkan
bahwa CVT dengan dua sabuk dapat meningkatkan kapasitas torsi daripada
CVT yang hanya menggunakan satu sabuk.
C. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Variasi Diameter Roller CVT terhadap Daya Sepeda Motor
Matic
Sepeda motor matic menggunakan transmisi jenis otomatis yang disebut
dengan Contniously Variable Transmision atau sering disebut CVT. CVT ini
merupakan suatu sistem yang menjembatani antara output mesin dengan medan
tempuh yaitu kondisi jalan. Dengan melalui CVT ini daya output dari poros
engkol akan ditransfusikan sampai roda belakang.
25
26
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan landasan teori maka dapat diambil pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1.
Bagaimana
pengaruh
diameter
roller
CVT
(Continuously
Variable
Bagaimana pengaruh variasi putaran mesin terhadap daya pada Yamaha Mio
Sporty Tahun 2007 ?
3.
Bagaimana
interaksi
diameter
roller
CVT
(Continuously
Variable
Transmission) dan variasi putaran mesin terhadap daya pada Yamaha Mio
Sporty Tahun 2007 ?
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara mengadakan penelitian agar
pelaksanaan dan hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Penelitian ini menggunakan suatu metode eksperimen. Metode penelitian eksperimen
adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua
faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi
atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu (Suharsimi Arikunto, 2006).
Suatu metode penelitian eksperimen didesain di mana variabel-variabel
dapat dipilih dan variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen itu dapat
dikontrol secara teliti. Penelitian ini diadakan untuk mengetahui pengaruh diameter
roller CVT dan variasi putaran mesin terhadap daya poros roda pada sepeda motor
Yamaha Mio Sporty tahun 2007.
27
28
a. Seminar proposal
: 26 April 2012.
b. Revisi proposal
c. Perijinan penelitian
d. Pembuatan spesimen
e. Pelaksanaan penelitian
: 13 Juni 2012
f. Analisis data
g. Penulisan laporan
Variabel Bebas
Variabel bebas atau disebut juga variabel independen merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependent (terikat) (Sugiyono, 2008: 39). Munculnya atau
adanya variabel ini tidak dipengaruhi atau tidak ditentukan oleh ada atau
tidaknya variabel lain. Tanpa variabel bebas, maka tidak akan ada variabel
terikat. Demikian dapat pula terjadi bahwa jika variabel bebas berubah, maka
29
akan muncul variabel terikat yang berbeda atau yang lain. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah:
1) Diameter Roller yaitu roller 15 mm (Standar Pabrik), 16 mm dan 17 mm.
2) Variasi putaran mesin.
b.
Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008: 39). Dengan
kata lain ada atau tidaknya variabel terikat tergantung ada atau tidaknya
variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah daya pada
sepeda motor Yamaha Mio Sporty tahun 2007.
c.
Varibel kontrol
Variabel kontrol adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki
berbagai aspek atau unsur di dalamnya, yang berfungsi untuk mengendalikan
agar variabel terikat yang muncul bukan karena variabel lain, tetapi benarbenar karena variabel bebas yang tertentu. Pengendalian variabel ini
dimaksudkan agar tidak merubah atau menghilangkan variabel bebas yang
akan diungkap pengaruhnya. Demikian pula pengendalian variabel ini
dimaksudkan agar tidak menjadi variabel yang mempengaruhi/menentukan
variabel terikat. Dengan mengendalikan pengaruhnya berarti variabel ini tidak
ikut menentukan ada atau tidaknya variabel terikat. Dengan kata lain kontrol
yang dilakukan terhadap variabel ini, akan menghasilkan variabel terikat yang
murni. Dalam penelitian ini variabel kontrolnya adalah:
1) Sepeda motor yang digunakan yaitu sepeda motor Yamaha Mio Sporty
tahun
2007
dengan
no
mesin
5TL840397
dan
no
rangka
MH35TL0067K3947.
2) Seluruh komponen pada sample dalam keadaan standar sesuai
spesifikasi pabrik, kecuali yang mengalami perlakuan untuk penelitian.
3)
Berat roller 11 gr
30
4)
5)
6)
7)
2. Pelaksanaan Eksperimen
a. Bahan Penelitian
Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah :
1) Satu unit Yamaha Mio Sporty Tahun 2007 dengan spesifikasi mesin
sebagai berikut:
Tipe Mesin
Gigi transmisi
: V-belt otomatis
: NCV24x1 (Keihin)
Baterai
: GM5Z-3B/4B5L/12V5 AH
Busi
: C7HSA/U22 FS-U
Volume silinder
: 113.7 cm3
: tunggal
Sistem Starter
Sistem Pelumasan
: wet sump
Bahan Bakar
: Premium
Berat kosong
: 87 kg
Tipe rangka
: Steel Tube
Torsi maksimum
Daya Maksimum
31
b. Alat Penelitian
Adapun alat yang digunakan untuk mendapatkan data pada penelitian
ini adalah :
1) Tool set
Seperangkat alat yang dipergunakan untuk membongkar dan memasang
komponen pada mesin.
2) Timbangan Digital
Alat ini digunakan untuk mengukur berat roller CVT
3) Mesin bubut
Digunakan untuk membubut Roller CVT yang akan diteliti yautu roller
CVT diametr 16 mm dan 17 mm
4) Vernier Caliper
Alat yang digunakan untuk mengukur diameter roller CVT.
5) Tachometer
Alat yang digunakan untuk mengukur putaran mesin dalam RPM.
6) Dinamometer
Alat yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur daya poros roda
pada motor. Dalam hal ini menggunakan dinamometer type Dynojet
250i. Alat ini mampu mulai mendeteksi daya pada Yamaha Mio Sporty
mulai putaran mesin 5000 rpm.
7) Blower
Alat yang digunakan untuk menghembuskan udara pada proses
pengukuran daya poros roda didalam ruangan agar terlihat berjalan
seperti kondisi pada keadaan nyata.
32
: 13 Juni 2012.
2) Tempat
.
d. Langkah Eksperimen
1) Langkah Persiapan
Dalam pelaksanaan penelitian nanti dapat berjalan dengan lancar,
maka dibuat langkah langkah persiapan yang dirasa perlu, adapun
langkah persiapan penelitian adalah sebagai berikut:
(1)Menyiapkan Sepeda motor Yamaha Mio Sporty tahun 2007.
(2)Melakukan tune-up Sepeda motor Yamaha Mio Sporty tahun 2007.
(3)Menyiapkan alat-alat.
(4)Menyediakan roller CVT 15 mm, 16 mm, dan 17 mm
(5)Merekayasa diameter CVT roller menjadi 17 mm
(6)Merekayasa panjang diameter roller CVT 16 mm dan !7 mm
(7)Mengontrol berat semua roller menjadi 11 gram
2) Langkah Pengujian
a) Menggunakan roller CVT 15 mm
(1) Mengganti roller pada sepeda motor dengan roller 15 mm.
(2) Menaikkan sepeda motor pada alat dynamometer.
(3) Memasang indicator RPM Tachometer pada kabel koil.
(4) Memutar gas hingga putaran mesin menjadi 5000 RPM
(5) Menghitung
daya
yang
dihasilkan
menggunakan
alat
dynamometer.
(6) Diamkan motor sejenak 5 menit.
(7) Mengulangi langkah (4) sampai (6) untuk tiga kali percobaan.
b) Menggunakan roller CVT 16 mm.
33
daya
yang
dihasilkan
menggunakan
alat
dynamometer.
(6) Diamkan motor sejenak 5 menit.
(7) Mengulangi langkah (4) sampai (6) untuk tiga kali percobaan.
c) Menggunakan roller CVT 17 mm.
(1) Mengganti roller pada sepeda motor dengan roller 17 mm
(2) Menaikkan sepeda motor pada alat dynamometer.
(3) Memasang indicator RPM Tachometer pada kabel koil.
(4) Memutar gas hingga putaran mesin menjadi 5000 RPM.
(5) Menghitung
daya
yang
dihasilkan
menggunakan
alat
dynamometer.
(6) Diamkan motor sejenak 5 menit.
(7) Mengulangi langkah (4) sampai (6) untuk tiga kali percobaan.
34
Tune up
Variasi
Putaran
Mesin
35
pengaruh
variasi
diameter
roller
Transmision) dan variasi putaran mesin terhadap daya pada Yamaha Mio Sporty
Tahun 2007. Analisis data ini dilakukan dengan menggambarkan hasil penelitian
secara grafis dalam histogram atau polygon frekuensi yang menggambarkan
hubungan antara variasi diameter roller CVT dan variasi putaran mesin terhadap daya
pada Yamaha Mio Sporty Tahun 2007.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Dalam pengujian pengaruh variasi putaran mesin terhadap daya mesin
yang diujikan menggunakan roller CVT (Continously Variable Transmision)
berdiameter 15 mm (Standar Pabrik), 16 mm, dan 17 mm pada sepeda motor
Yamaha Mio Sporty tahun 2007 yang dilakukan dengan alat DYNOJET tipe 250i
dapat menghasilkan keluaran berupa daya pada poros roda.
1. Daya pada Poros Roda
Tabel 4.1. Hasil pengamatan daya pada poros roda menggunakan roller CVT
diameter 15 mm.
Putaran
Daya Pada Poros Roda (Hp)
Mesin(rpm)
1
2
3
5000
2,86
2,86
2,86
5500
3,90
3,90
3,90
6000
4,08
4,08
4,08
6500
4,25
4,25
4,25
7000
4,44
4,44
4,44
7500
4,45
4,45
4,45
8000
4,46
4,46
4,46
8500
4,17
4,17
4,17
9000
3,78
3,78
3,78
Rata-Rata (Hp)
2,86
3,90
4,08
4,25
4,44
4,45
4,46
4,17
3,78
36
37
Tabel 4.2. Hasil pengamatan daya pada poros roda menggunakan roller CVT
diameter 16 mm
Putaran
Mesin(rpm)
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
9000
Rata-Rata (Hp)
3,54
3,93
4,12
4,32
4,41
4,55
4,48
4,23
3,75
pada poros roda
Tabel 4.3. Hasil pengamatan daya pada poros roda menggunakan roller CVT
diameter 17 mm
Putaran Mesin(rpm)
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
9000
Rata-Rata
3,35
3,83
4
4,28
4,35
4,4
4,24
4,09
3,60
38
B. Pembahasan
Dari deskripsi data diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Hasil pengujian menggunakan alat DYNOJET 250i menghasilkan
keluaran berupa grafik. Grafik tersebut menunjukkan besarnya daya yang
terjadi pada poros roda.
a) Daya pada Poros Roda Menggunakan Roller CVT Diameter 15 mm
Berikut ini merupakan grafik daya pada poros roda ketika
menggunakan roller CVT diameter 15 mm.
Gambar 4.1. Grafik daya pada poros roda ketika menggunakan roller CVT
diameter 15 mm.
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa, pada putaran 5000 rpm5550 rpm grafik daya pada poros roda menanjak sangat tinggi. Hal
tersebut terjadi karena pembukaan katup gas yang spontan mengakibatkan
putaran mesin meningkat dengan cepat sehingga dalam kondisi ini
menunjukkan bahwa roller CVT yang terletak didalam pulley primer
bergerak cepat untuk dapat mencapai puncak teratas jalur gerak roller
CVT.
Pada putaran 5550 rpm 6050 rpm grafik daya terus mengalami
peningkatan dengan tidak teratur dan tidak setinggi sebelumnya, hal ini
menunjukkan bahwa dalam kondisi ini roller CVT sudah menekan pulley
primer untuk mencapai titik maksimal dalam mengikat V-belt namun gaya
sentrifugal yang dihasilkan masih cenderung lemah, hal ini disebabkan
putaran mesin belum mampu mengimbangi kinerja roller CVT.
39
dihitung
secara
teoritis
dalam
pencapaian
daya
dengan
40
= 3,72 lbs.ft
= 5500 rpm
= .
= T x n / 5252
= 3,90 Hp
Gambar 4.2 Grafik daya pada poros roda saat menggunakan roller CVT
diameter 16 mm
Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa, pada putaran 5000 rpm5350 rpm grafik daya pada poros roda terus menunjukkan peningkatan
yang tinggi. Hal tersebut terjadi karena pembukaan katup gas yang spontan
mengakibatkan putaran mesin meningkat dengan cepat sehingga dalam
kondisi ini menunjukkan bahwa roller CVT yang terletak didalam pulley
41
primer bergerak cepat untuk dapat mencapai puncak teratas jalur gerak
roller CVT.
Pada putaran mesin 5400 rpm 5800 rpm grafik daya terus
menunjukkan kenaikan namun tidak setinggi sebelumnya, hal ini
menunjukkan bahwa dalam kondisi ini roller CVT sudah menekan pulley
primer untuk mencapai titik maksimal dalam mengikat V-belt namun gaya
sentrifugal yang dihasilkan masih cenderung lemah, hal ini disebabkan
putaran mesin belum mampu mengimbangi kinerja roller CVT.
Pada
putaran
mesin
5900
rpm-7500
rpm
grafik
daya
menunjukkan peningkatan yang lebih halus. Hal ini terjadi karena roller
CVT sudah berada pada posisi puncak jalur roller CVT telah mampu
mengimbangi kerja putaran mesin yang tinggi. Sehingga pada posisi ini
roller CVT menggunakan gaya sentrifugal yang didapat dari putaran
mesin yang tinggi untuk bekerja mendorong pulley primer dalam mengikat
V-belt hingga kekuatan maksimal sehingga mampu menyalurkan daya dari
mesin ke poros roda lebih optimal.
Pada putaran mesin 7500 rpm 8000 rpm grafik daya cenderung
stabil walaupun bergelombang. Dalam kondisi ini menunjukkan bahwa
roller CVT diameter 16 mm pada putaran mesin 7500 rpm 8000 rpm
menghasilkan gaya sentrifugal yang paling maksimal sekaligus stabil
dalam menekan pulley primer dalam mengikat V-belt.
Daya poros maksimal tercapai pada putaran 7500 rpm yaitu
sebesar 4,55 hp. Daya poros maksimal terjadi hanya sesaat karena pada
putaran mesin diatas 7500 rpm daya poros dengan menggunakan roller
CVT diameter 16 mm menunjukkan grafik yang sudah mulai turun lalu
stabil hingga putaran mesin 8000 rpm, dan sesaat kemudian daya mulai
turun, hal ini terjadi karena semakin tinggi putaran mesin akan
mengakibatkan gaya sentrifugal yang dihasilkan roller CVT semakin kuat
mendorong pulley primer sehingga semakin kuat dalam mengikat V-belt
akibatnya radius V-belt pada pulley primer menjadi semakin besar dan
radius V-belt pada pulley sekunder mengecil. Sehingga efek yang terjadi
42
dihitung
secara
teoritis
dalam
pencapaian
daya
dengan
= 3,75 lbs.ft
= 5500 rpm
= .
= T x n / 5252
= 3,93 Hp
43
Gambar 4.3. Grafik daya pada poros roda ketika menggunakan roller CVT
diameter 17 mm
Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa, pada putaran 5000 rpm5300 rpm grafik daya pada poros roda menunjukkan peningkatan yang
tinggi. Hal tersebut terjadi karena pembukaan katup gas yang spontan
mengakibatkan rpm meningkat dengan cepat sehingga dalam kondisi ini
menunjukkan bahwa roller CVT yang terletak didalam pulley primer
bergerak cepat untuk dapat mencapai puncak teratas jalur gerak roller
CVT.
Pada putaran mesin 5350 rpm 5600 rpm grafik daya terus
menunjukkan kenaikan namun tidak setinggi sebelumnya, hal ini
menunjukkan bahwa dalam kondisi ini roller CVT sudah menekan pulley
primer untuk mencapai titik maksimal dalam mengikat V-belt namun gaya
sentrifugal yang dihasilkan masih cenderung lemah, hal ini disebabkan
putaran mesin belum mampu mengimbangi kinerja roller CVT.
Pada putaran mesin 5600 rpm-7850 rpm grafik masih meningkat
dan pergerakkan peningkatan cenderung lebih halus. Hal ini disebabkan
karena roller CVT mampu berimbang dengan kinerja putaran mesin
sehingga gaya sentrifugal yang dihasilkan mampu menekan pulley primer
44
dalam mengikat V-belt dengan maksimal sehingga daya dari mesin menuju
poros roda dapat tercapai secara optimal.
Daya poros maksimal tercapai pada putaran 7700 rpm yaitu
sebesar 4,48 hp. Daya poros maksimal terjadi hanya sesaat karena pada
putaran mesin diatas 7700 rpm daya poros dengan menggunakan roller
CVT diameter 17 mm menunjukkan grafik yang sudah mulai turun lalu
stabil hingga putaran mesin 7900 rpm, dan sesaat kemudian daya mulai
turun, hal ini terjadi karena semakin tinggi putaran mesin akan
mengakibatkan gaya sentrifugal yang dihasilkan roller CVT semakin kuat
mendorong pulley primer sehingga semakin kuat dalam mengikat V-belt
akibatnya radius V-belt pada pulley primer menjadi semakin besar dan
radius V-belt pada pulley sekunder mengecil. Sehingga efek yang terjadi
adalah putaran pulley primer menjadi lebih lama daripada perputaran
pulley sekunder dan kinerja roller CVT semakin berat dalam menekan
pulley primer.
Dari gambar 4.3 dapat kita lihat grafik daya yang dihasilkan pada
poros roda cenderung membentuk gelombang. Gelombang tersebut
menunjukkan bahwa daya yang terjadi pada poros roda cenderung tidak
stabil. Hal ini terjadi karena pada sepeda motor Mio Sporty Tahun 2007
hanya mempuyai satu buah torak dimana dalam dua kali putaran poros
engkol hanya dihasilkan satu kali tenaga atau langkah usaha.
Dari gambar 4.3 yang berupa grafik daya pada Yamaha Mio
Sporty Tahun 2007 dengan menggunakan roller CVT diameter 17 mm
dapat
dihitung
secara
teoritis
dalam
pencapaian
daya
dengan
45
= 3,66 lbs.ft
= 5500 rpm
= .
= T x n / 5252
= 3,83 Hp
Putaran Mesin
(rpm)
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
9000
46
47
48
49
50
15 mm. Hal ini dikarenakan ukuran diameter roller CVT yang semakin
besar akan membuat pergerakan roller CVT semakin cepat sehingga
putaran mesin dapat meningkat lebih cepat. Sedangkan untuk penggunaan
roller CVT diameter 17 mm grafik daya semakin teratur atau semakin
sedikit grafik yang berbentuk gelombang karena ukuran diameter yang
semakin besar.
e) Jawaban Pertanyaan Penelitian
Dengan berdasar pada hasil pembahasan antar kinerja roller CVT
diameter 15 mm, 16 mm, 17 mm dan perbandingan antara ketiganya, maka
dapat disimpulkan bahwa jawaban terhadap pertanyaan penelitian adalah :
1. Pengaruh diameter roller CVT terhadap daya yang dihasilkan pada
poros roda menunjukkan bahwa diameter
51
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Penelitian
1. Perubahan ukuran diameter dari roller CVT (Continously Variable
Transmision) 16 mm mampu menghasilkan puncak daya maksimal pada
putaran mesin lebih awal sehingga mampu menghasikan putaran bawah
dengan daya yang lebih bertenaga.
2. Perubahan ukuran diameter dari roller CVT (Continously Variable
Transmision) 17 mm menghasilkan daya yang menurun oleh karena terlalu
cepatnya gerak roller yang tidak sesuai dengan putaran mesin sehingga terlalu
memaksakan beban kerja yang diterima roller CVT.
3. Penggunaan roller CVT diameter 16 mm pada sepeda motor Yamaha Mio
Sporty menghasilkan daya maksimal pada putaran mesin yang lebih awal dan
lebih optimal dibandingkan dengan penggunaan roller CVT diameter 15. Pada
penggunaan roller CVT diameter 16 mm menghasilkan daya mesin maksimal
sebesar 4,55 Hp pada putaran mesin 7500 rpm, sedangkan dengan pemakaian
roller CVT diameter 15 mm menghasilkan daya sebesar 4,54 Hp pada putaran
mesin 7800 rpm.
4. Penggunaan roller CVT diameter 17 mm pada sepeda motor Yamaha Mio
Sporty menghasilkan pencapaian daya yang terlalu cepat sehingga daya
maksimal tidak optimal. Pada penggunaan roller CVT diameter 17 mm
menghasilkan daya maksimal sebesar 4,48 Hp pada putaran mesin 7700 rpm.
5. Kenaikan putaran mesin dapat menaikkan daya yang dihasilkan pada poros
roda hingga daya maksimal karena semakin besar putaran mesin akan
menyebabkan gaya sentrifugal yang dihasilkan roller CVT semakin besar
sehingga daya dari mesin dapat disalurkan dengan maksimal menuju poros
roda. Kenaikan putaran mesin setelah mencapai daya maksimal membuat daya
yang dihasilkan pada poros roda menurun.
52
53
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bukti bahwa
penggunaan roller CVT dengan diameter 16 mm mampu menghasilkan daya
maksimal pada putaran mesin lebih awal sehingga pada putaran bawah daya
mesin lebih bertenaga.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
pengguna sepeda motor Yamaha Mio Sporty dalam meningkatkan
ketercapaian putaran atas atau top speed, yaitu dengan menggunakan roller
CVT diameter 16 mm ataupun 17 mm.
C. Saran
1. Pengguna sepeda motor matic hendaknya selalu memeriksa keadaan roller
terutama dari ukuran diameternya, sebab dengan berkurangnya ukuran
diameter roller CVT maka akan mengakibatkan daya yang dihasilkan mesin
tidak dapat disalurkan dengan baik hingga pada poros roda.
2. Pengguna sepeda motor Mio Sporty hendaknya menggunakan roller CVT
diameter 16 mm jika menginginkan putaran bawah yang lebih bertenaga
sekaligus pencapaian putaran atas atau top speed yang lebih cepat
3. Perubahan ukuran diameter roller CVT harus memperhatikan ukuran dari
pulley primer dalam hal ini terkait masalah jarak lintasan kerja roller dan
kapasitas mesin
4. Bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan penelitian ini hendaknya
melakukan penelitian terhadap pengaruh jarak gerak roller CVT terhadap
diameter roller CVT.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander San Lohat. (2008) . Hukum I Newton Edisi Kedua Untuk SMA Kelas X.
Diperoleh 26 Februari 2012 dari
http://gurumuda.com/fisika-sma/5-Hukum%20I%20newton.pdf
Arifianto, A. (2011). Modul Perawatan Sepeda Motor. Amuntai. Diperoleh 02
Maret 2012 dari
http://www.scribd.com/mobile/documents/55000670/download?commit=
Download+Now&secret_password
Arsa Kursus Mekanik Motor. (2011). Cara Kerja Sistem Transmisi Otomatis /
CVT (Mio, Spin, Vario,dll). Diperoleh 18 Februari 2012 dari
http://www.arsakursusmekanikmotor.com/tips-artikel/cara-kerja-sistem
transmisi-otomatis-cvt-mio-spin-variodll
AvanzaXenia.net. (2006). Power and Torque (Tenaga dan Torsi). Diperoleh 8 Juli
2012 dari
http:// http://www.avanzaxenia.net
Basyirun, Winarno, & Karnowo. (2008). Buku Ajar Mesin Konversi Energi.
Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Budiana, M.D., Atmika, I.K.A., & Subagia, A. (2008). Jurnal Ilmiah Teknik
Mesin Variasi Berat Roller Sentrifugal Pada Continuosly Variable
Transmission (CTV) Terhadap Kinerja Traksi Sepeda Motor, (2),97102.
Diperoleh 10 Februari 2012, dari
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/5.jurnal%20cakramadiatmika(unud)(1).pdf
Chan.K.U,. Wong P.K., & Wu, H.W. ( 2009). Preliminary Study on Design and
Control of a Novel CVT. Department of Electromechanical Engineering,
Faculty of Science & Technology. SAE International. Macao. Diperoleh
4 Juni 2012, dari
http://umir.umac.mo/jspui/bitstream/123456789/15600/1/5084_0_20097
011_SETC2009.pdf
Erichard. (2008). Perbandingan 3 Motor Matic: Yamaha Mio, Honda Vario, dan
Suzuki
Spin.
Diperoleh
26
Februari
2012
dari
http://www.forumbebas.com/printthread.php?tid=29214
Genesis, Mind. (2008). Pilih Varian Matic Atau Motor Irit BBM. Diperoleh 17
Februari 2012 dari
http://mygoldmachine.wordpress.com/2008/05/28/pilih-varian-maticatau-motor-irit-bbm/
54
55
Giri
Wiarto.
Dinamika.
Diperoleh
26
Februari
2012
dari
http://www.scribd.com/mobile/documents/63872327/download?commit=
Download+Now&secret_password
Jama, Jalius, dkk. (2008). Teknik Sepeda Motor Jilid 1 untuk SMK. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Jama, Jalius, dkk. (2008). Teknik Sepeda Motor Jilid 2 untuk SMK. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Jama, Jalius, dkk. (2008). Teknik Sepeda Motor Jilid 3 untuk SMK. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Kaskus-The Largest Indonesian Community. (2011). Serba-Serbi Suzuki Spin,
SkyWave, SkyDrive dan Hayate 5.0 - Part 1. Diperoleh 11 April 2012
dari
http://archive.kaskus.us/thread/10733246/10
MaticHolic.com. (2011). CVT (Continously Variabel Transmision ). Diperoleh 29
Maret 2012 dari
www.maticholic.com/news/537-all-about-cvt-dan-v-belt.html
Mio Club Depok. (2010). Matic Yamaha Paling Bernilai. Diperoleh 20 Februari
2012 dari
http://mioclubdepok-wibi.blogspot.com/2010/10/matic-yamaha-palingbernilai-category.html
Nawita. (2011). Cara Mengendarai Motor Matic. Diperoleh 17 Februari 2012 dari
http://www.amxmotor.com/blog-detail/cara-mengendarai-motormatic.html
Ngarifin. (2010). Perhitungan Transmisi CVT. Diperoleh tanggal 08 Februari
2012 dari
http://www.scribd.com/mobile/documents/71820657/download?commit=
Download+Now&secret_password
OtoTrendOnline. Komparasi Skutik 125cc : Suzuki Hayate 125 vs Yamaha Xeon
125. Diperoleh 20 April 2012 dari
http://ototrend.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1
106:komparasi-skutik-125cc-suzuki-hayate-125-vs-yamaha-xeon125&catid=79:guides&Itemid=422
Partheeban, M A. (2011). Design And Fabrication Of Continuous Variable
Transmission In Four Wheelers. International Journal of Advanced
Engineering Technology. 2(4), 59-61. Diperoleh 4 Juni 2012, dari
http://www.technicaljournalsonline.com/ijeat/VOL%20II/IJAET%20VO
L%20II%20ISSUE%20IV%20%20OCTBER%20DECEMBER%202011
/ARTICLE%209%20IJAET%20VOLII%20ISSUE%20IV%20OCT%20
DEC%202011.pdf
56
Pratama, Bagja. (2009). Dipajang Dimana Saja, Motor Matik Tetap Paling Laris.
Diperoleh 17 Februari 2012 dari
http://oto.detik.com/read/2009/08/04/080305/1176859/648/dipajangdimana-saja-motor-matik-tetap-paling-laris
Purnama, Pupung Budi. (2008). Memilih Roller Yang Tepat Untuk Motor Matic.
Diperoleh 17 Februari 2012 dari
http://pupungbp.erastica.com/scooter/memilih-roller-yang-tepat-untukmotor-matic/
Puspita, Diana, dkk. (2009). Alam Sekitar IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas
VIII. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Rokhman, Taufiqur. (2012). Menghitung Torsi Dan Daya Mesin Pada Motor
Bakar. Diperoleh 7 Juli 2012 dari
http://www. http://taufiqurrokhman.wordpress.com
Sudaryanto. (2011). Sakti Pemeliharaan Transmisi. Bogor : CV. Bina Pustaka
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sutopo. (1997). Beberapa Miskonsepsi Tentang Gaya Sentripetal Dan Gaya
Sentrifugal. Malang : Foton
Swega. (2012). Meningkatkan Tenaga Mio Di Putaran Atas. Diperoeh 17
Februari 2012 dari http://ratmotorsport.wordpress.com/html/dragracingkoharspeednoken-asporting/
Topan, Setiawan. (2012). Pengertian dan Definisi Metode, Penelitian dan Metode
Penelitian.
Diperoleh
20
Juli
2012
dari
http://setiawantopan.wordpress.com/2012/02/22/metode-penelitian-danmetode-penelitian/
Yamaha Motor Co, Ltd. (2003). Mio Service Manual. Yamaha Motor Co, Ltd
Yamin, Mohamad, dkk. (2011). Analisa Dan Pengujian Roller Pada Mesin
Gokart
Matic.
Diperoleh
07
Februari
2012
dari
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/industrialtechnology/2010/Artikel_20403008.pdf
Warju. (2008). Teknik Mesin Gelar Automotive Short Training. Diperoleh 26
Februari 2012 dari http://ft-unesa.org/?ft_unesa=berita&sub=detil&id=40
Wikipedia Bahasa Indonesia. Daya. Diperoleh
http://id.wikipedia.org/wiki/Daya_kuda
20
April
2012
Lampiran 1
57
58
59
Lampiran 2
60
Lampiran 3
61
Lampiran 4
62
Lampiran 5
63
Lampiran 6
64
Lampiran 7
65
Replikasi 2 Roller CVT 15 mm
66
Replikasi 3 Roller CVT 15 mm
67
Replikasi 1 Roller CVT 16 mm
68
Replikasi 2 Roller CVT 16 mm
69
Replikasi 3 Roller CVT 16 mm
70
Replikasi 1 Roller CVT 17 mm
71
Replikasi 2 Roller CVT 17 mm
72
Replikasi 3 Roller CVT 17 mm
73
Grafik Daya Perbandingan Roller
CVT 15 mm, 16 mm, dan 17 mm
74
Lampiran 8
75
Lampiran 9
Alat Dynojet
76
Lampiran 10
Torsi pada Poros Roda Yamaha Mio Sporty Menggunakan Roller CVT
( Continously Variable Transmision ) Diameter 15 mm.
Putaran
Torsi Pada Poros Roda (lbs.ft)
Mesin(rpm)
1
2
3
5000
3,01
3,01
3,01
5500
3,72
3,72
3,72
6000
3,57
3,57
3,57
6500
3,43
3,43
3,43
7000
3,33
3,33
3,33
7500
3,17
3,17
3,17
8000
2,93
2,93
2,93
8500
2,57
2,57
2,57
9000
2,21
2,21
2,21
Rata-Rata (lbs.ft)
3,01
3,72
3,57
3,43
3,33
3,17
2,93
2,57
2,21
Torsi pada Poros Roda Yamaha Mio Sporty Menggunakan Roller CVT
( Continously Variable Transmision ) Diameter 16 mm.
Putaran
Mesin(rpm)
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
9000
Rata-Rata (lbs.ft)
3,72
3,75
3,61
3,49
3,31
3,19
2,94
2,61
2,19
77
Torsi pada Poros Roda Yamaha Mio Sporty Menggunakan Roller CVT
( Continously Variable Transmision ) Diameter 17 mm.
Putaran Mesin(rpm)
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
9000
Rata-Rata (lbs.ft)
3,52
3,66
3,5
3,46
3,26
3,08
2,78
2,53
2,1