Professional Documents
Culture Documents
menjalankan kehidupan yang lebih cerah di masa mendatang, serta upaya upaya lain
untuk mencegah terulangnya kembali konflik horizontal maupun vertikal.
Pembangunan daerah juga diupayakan dengan melaksanakan program-program
pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh. Berbagai hal yang telah
dilaksanakan antara lain adalah: (1) pengembangan kawasan pertanian, industri,
pariwisata, kehutanan rakyat, peternakan, perikanan dan lain-lain di beberapa daerah;
(2) pengembangan KAPET sebagai salah satu upaya pengembangan KTI; (3)
pelaksanaan kerjasama ekonomi sub-regional dengan negara-negara tetangga, melalui
BIMP-EAGA, IMT-GT, dan IMS-GT; (4) pengembangan ekonomi lokal; (5)
pengembangan kawasan transmigrasi; (6) pengembangan kawasan perdagangan bebas
dan pelabuhan bebas Sabang di Propinsi NAD, serta peningkatan status kawasan berikat
Otorita Pulau Batam menjadi Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Zone) Batam.
Beberapa masalah dan tantangan yang harus diselesaikan dalam memacu
pembangunan daerah melalui pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh antara
lain: (1) kurangnya kesigapan daerah-daerah dalam mempercepat pengembangan
wilayah dan memanfaatkan peluang dan minat investasi di daerah berkaitan dengan era
perdagangan bebas; (2) masih terbatasnya SDM yang profesional dan belum
berkembangnya infrastruktur kelembagaan modern dalam perekonomian daerah; (3)
belum optimalnya keterlibatan swasta, lembaga non pemerintah, dan masyarakat lokal
dalam pembangunan kawasan; (4) masih terbatasnya akses pelaku usaha skala kecil
terhadap modal, input produksi, teknologi, pasar, serta peluang usaha dan kerjasama
investasi; (5) keterbatasan jaringan prasarana dan sarana fisik dan ekonomi di daerah
dalam mendukung pengembangan kawasan dan potensi unggulan daerah.
Dimensi pembangunan daerah lainnya adalah pembangunan perdesaan dan
perkotaan. Dalam melaksanakan pembangunan perdesaan telah dicapai hasil-hasil
antara lain: (1) bertambahnya prasarana dan sarana perdesaan dan terfasilitasinya usaha
ekonomi produktif berbasis kelompok masyarakat di lebih dari 3000 desa; (2)
terselenggaranya kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas masyarakat perdesaan
dalam bentuk pelatihan di antaranya melalui program pengembangan kecamatan (PPK),
program pengembangan prasarana perdesaan (P2D), program pemberdayaan
masyarakat untuk pembangunan desa (PMPD), dan introduksi teknologi tepat guna; dan
(3) terselenggaranya pemantapan lembaga pemerintahan desa dalam bentuk lembaga
perwakilan (Badan Perwakilan Desa) dan lembaga partisipasi masyarakat (Lembaga
Ketahanan Masyarakat Desa atau sebutan lain).
Dalam pembangunan perkotaan telah dicapai antara lain: (1) penurunan jumlah
penduduk miskin di perkotaan secara signifikan, baik di Pulau Jawa maupun di luar
Jawa; (2) bertambahnya prasarana dan sarana perkotaan khususnya di 150 kota yang
melaksanakan program P3KT; (3) tersedianya kredit mikro di 1.298 kelurahan yang
komposisi penduduk miskinnya tinggi; (4) terehabilitasinya lingkungan permukiman
kumuh seluas 30.982 hektar di berbagai kota; (5) terlaksananya program pengembangan
kawasan agropolitan di 29 daerah; (6) terlaksananya fasilitasi peningkatan kapasitas
pengelolaan perkotaan dan penerapan tata pemerintahan yang baik di kota-kota sedang
dan besar.
X2
lembaga penataan ruang dan peningkatan kerjasama antar lembaga; serta (4)
memaduserasikan pembangunan lintas propinsi, lintas kabupaten/kota, dan lintas negara
baik di darat, laut, maupun udara.
Kegiatan yang telah dilaksanakan melalui program pengelolaan pertanahan dalam
lima tahun terakhir antara lain: (1) Pengukuran dan pemetaan kerangka dasar nasional
sebanyak 1250 orde 2 dan 276 orde 3; (2) sertifikasi 1.055.896 bidang tanah; (3)
pengembangan sistem informasi pertanahan di 38 kantor pertanahan; (3) penyusunan
database penatagunaan tanah di 76 kabupaten/kota dan 8 kawasan; (4) penyelesaian
4750 kasus pertanahan; (5) pelaksanaan konsolidasi 16.071 bidang tanah; (6)
penyusunan neraca penggunaan tanah di 64 kabupaten/kota; (7) penyusunan dan
penyempurnaan 3 peraturan perundang-undangan.
Masalah yang masih dihadapi dalam program pengelolaan pertanahan antara lain:
(1) masih adanya keengganan untuk membuka informasi karena kurangnya pemahaman
aparat pemerintah atas prinsip good governance; (2) masih banyaknya jumlah bidang
tanah yang belum terdaftar; dan masih lemahnya sistem insentif dan disinsentif dalam
distribusi aset tanah; (3) belum terwujudnya kelembagaan pertanahan yang efektif dan
efisien serta masih rendahnya disiplin, dan kapasitas aparatur pemerintah dalam
kerangka otonomi daerah; dan (4) masih banyaknya konflik dan sengketa pertanahan
yang belum terselesaikan serta belum sinkronnya peraturan perundangan pertanahan
yang ada.
Beberapa tantangan kedepan yang akan dihadapi dalam program pengelolaan
pertanahan antara lain: (1) bagaimana melaksanakan pembangunan bidang pertanahan
yang didukung sistem informasi pertanahan yang handal dan bertumpu pada prinsipprinsip good governance; (2) bagaimana mengembangkan sistem pengelolaan
pertanahan dan administrasi pertanahan yang mampu mempercepat pendaftaran tanah
dan meningkatkan rasa keadilan kepemilikan tanah bagi masyarakat; (3) bagaimana
memperkuat kelembagaan pertanahan, termasuk peningkatan kapasitas aparatur di pusat
dan daerah; (4) bagaimana melanjutkan upaya peningkatan penegakan hukum
pertanahan dalam rangka penyelesaian konflik dan sengketa pertanahan dan sinkronisasi
peraturan perundangan pertanahan.
Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah selama tiga setengah tahun terakhir
adalah sebagai berikut: (1) diselesaikannya peraturan perundang-undangan mengenai
pelaksanaan kebijakan otonomi daerah yaitu 45 undang-undang, 39 peraturan
pemerintah, 14 keppres, 1 inpres, dan beberapa keputusan berbagai menteri tentang
norma, standar, prosedur, dan manual yang menunjang pelaksanaan desentralisasi dan
otonomi daerah; (2) telah dibatalkannya beberapa perda yang dinilai kontraproduktif;
(3) terbentuknya 6 propinsi baru sehingga menjadi 32 propinsi, 80 kabupaten baru
sehingga menjadi 349 kabupaten, dan 6 kota baru sehingga menjadi 91 kota; (4)
dilaksanakannya kembali reorganisasi di seluruh propinsi, kabupaten, dan kota sesuai
dengan kewenangan, kebutuhan, dan kemampuan daerah; (5) penempatan SDM
aparatur pemda dan pemberian bimbingan teknis dan fungsional; (6) disosialisasikan
dan dilaksanakannya pengelolaan keuangan daerah yang berbasis kinerja; (7)
pengembangan kapasitas anggota legislatif daerah; (8) dikembangkannya inisiatif
reformasi pemerintahan melalui tata pemerintahan daerah yang baik dalam pengamanan
X4
komunikasi antar pelaku pembangunan, baik antar pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah maupun antar pemerintah daerah, dengan masyarakat madani dan sektor swasta.
Pada tataran operasional, berbagai program pembangunan sektoral dan daerah
seringkali boros, tidak mencapai sasaran dan kurang memberikan manfaat yang optimal.
Selain ketidakjelasan pada tataran sistem dan kelembagaan, permasalahan ini juga
bersumber dari penyimpangan akibat sikap mental yang masih lemah.
Berbagai masalah dan tantangan tersebut menyiratkan perlunya perencanaan yang
baik dan menyangkut kerjasama antar pemerintah pusat melalui departemen terkait,
pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/kota dan swasta, baik dalam pelaksanaan
pembangunan sektoral, pengelolaan ekonomi daerah, peningkatan produktivitas,
percepatan pembangunan ekonomi daerah, penguatan kelembagaan ekonomi lokal,
pengentasan kemiskinan, penanaman modal (investasi) daerah, dan resolusi konflik
sosial dan ekonomi di daerah.
B. SASARAN
Sasaran pembangunan daerah adalah:
1. Terwujudnya keseimbangan pembangunan antar wilayah;
2. Terwujudnya keserasian pemanfaatan ruang dan penatagunaan tanah;
3. Terwujudnya keseimbangan pertumbuhan pembangunan antar kota-kota
metropolitan, besar, menengah, dan kecil; serta pembangunan wilayah perdesaan;
4. Meningkatnya kapasitas aparat, kelembagaan, maupun keuangan pemerintah
daerah;
5. Meningkatnya kerja sama antar sektor dan daerah, dan juga kerjasama antar daerah;
6. Meningkatnya sinergi kerjasama pembangunan antar pemerintah, masyarakat, dan
swasta. Melalui enam sasaran pembangunan tersebut, diharapkan dapat terwujud
peningkatan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah.
C. ARAH KEBIJAKAN
1. Pembangunan daerah diarahkan pada terwujudnya peningkatan kesejahteraan
masyarakat (quality of life) di seluruh wilayah, pengurangan kesenjangan antar
wilayah, dan keserasian pemanfaatan ruang dalam kerangka negara kesatuan
republik Indonesia;
2. Meningkatkan penataan ruang dan pengelolaan pertanahan yang didukung oleh
penegakan hukum yang adil dan transparan dengan mempertimbangkan hak
masyarakat adat; menyempurnaan sistem pendaftaran tanah, pemberian ijin, dan
status ruang yang mudah diakses oleh masyarakat; meningkatkan keserasian
pemanfaatan ruang dan penatagunaan tanah dengan potensi wilayah dan daya
dukung ekosistemnya; serta memanfaatkan rencana tata ruang sebagai acuan dan
perangkat koordinasi pembangunan antar daerah dan antar sektor;
3. Mendorong pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh khususnya di luar
Jawa terutama pada wilayah-wilayah yang mempunyai potensi sumber daya alam
dan lokasi strategis untuk dikembangkan sebagai wilayah pertumbuhan antara lain
X6
4.
5.
6.
7.
8.
9.
keuntungan dari kerja sama (sharing of benefits), maupun saling berbagi dalam
memikul tanggung jawab pembiayaan secara proporsional (sharing of burdens),
baik dalam pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, maupun untuk
kegiatan pembangunan lainnya;
10. Dalam rangka untuk mendorong percepatan pengembangan wilayah (baik di
wilayah cepat tumbuh dan strategis, wilayah tertinggal, maupun perbatasan)
pengembangan transmigrasi merupakan salah satu instrumen yang sangat penting
untuk dilaksanakan, terutama pada wilayah-wilayah yang masih memerlukan
dukungan mobilitas tenaga kerja.
D. PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN
Berdasarkan arah kebijakan dan sasaran dalam pembangunan daerah, programprogram pembangunan yang akan dilaksanakan meliputi lima kelompok program, yaitu:
(1) Program Penataan Ruang; (2) Program Pengelolaan Pertanahan; (3) Program
Pengembangan Otonomi Daerah; (4) Program Pembinaan Daerah; (5) Program
Pemberdayaan Masyarakat; (6) Program Pengembangan Wilayah; (7) Program
Pengembangan Perkotaan dan Perdesaan; (8) Program Pengembangan Daerah Khusus;
serta (9) Program Transmigrasi.
1. PROGRAM PENATAAN RUANG
Program ini ditujukan untuk: (1) melengkapi dan menyerasikan peraturan penataan
ruang dengan peraturan lain yang terkait; (2) meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pengendalian pemanfaatan ruang; (3) menyelenggarakan pengendalian
pemanfaatan ruang yang efektif dengan menerapkan prinsip pembangunan
berkelanjutan dan keseimbangan pembangunan antar fungsi; (4) menyelenggarakan
kelembagaan penataan ruang untuk meningkatkan koordinasi dan konsultasi antar
pihak; serta (5) terintegrasinya penataan ruang darat, laut, dan udara dalam rangka
harmonisasi pembangunan penataan ruang antar wilayah dan antar negara
Sasaran program ini adalah: (1) tersusunnya peraturan perundang-undangan
pelaksanaan UU No.24 Tahun 1992 secara efektif dan partisipatif serta konsisten
dengan UU No. 22 Tahun 1999; (2) meningkatnya pelayanan informasi kepada
masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengendalian
pemanfaatan ruang; (3) meningkatnya kapasitas aparat daerah dalam pengendalian
pemanfaatan ruang untuk mengurangi konversi lahan dari non budidaya menjadi
budidaya dan dari pertanian menjadi non pertanian; (4) mantapnya koordinasi dan
konsultasi antar pihak; (5) memantapkan kelembagaan penataan ruang; serta (6)
terintegrasinya rencana tata ruang wilayah untuk menjamin keterpaduan pembangunan
antar wilayah, antar sektor, dan antar negara.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meliputi:
1. Penyusunan peraturan perundang-undangan pelaksanaan UU No.24 Tahun 1992
secara efektif dan partisipatif serta konsisten dengan UU No. 22 Tahun 1999;
2. Pelaksanaan sosialisasi penataan ruang dan pelayanan informasi pada masyarakat
X8
3.
4.
5.
6.
7.
8.
4. Pembuatan peta dasar pendaftaran tanah dalam rangka percepatan setifikasi tanah;
5. Pembangunan dan rehabilitasi prasarana dan sarana guna mendukung peningkatan
pelayanan pertanahan;
6. Peningkatan dan penyempurnaan kapasitas kelembagaan pertanahan di pusat dan
daerah dalam pelaksanaan penataan dan pelayanan pertanahan yang
mengakomodasi prinsip-prinsip pembaruan agraria termasuk pembinaan
pelaksanaan kewenangan pemerintah di bidang pertanahan;
7. Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia pertanahan di pusat dan daerah dalam
pelaksanaan penataan dan pelayanan pertanahan;
8. Penyusunan dan revisi peraturan perundang-undangan dan sosialisasinya dalam
rangka sinkronisasi peraturan perundangan bidang pertanahan;
9. Penertiban kewajiban pemegang hak atas tanah;
10. Penegakan hukum pertanahan yang adil dan transparan dengan mempertimbangkan
hak masyarakat adat.
3. PROGRAM PENGEMBANGAN OTONOMI DAERAH
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah, serta
memantapkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.
Sasaran program ini adalah: (1) meningkatnya kapasitas kelembagaan pemerintah
daerah; (2) meningkatnya kinerja aparat pemda dan etika kepemimpinan daerah; (3)
meningkatnya kemampuan pengelolaan keuangan daerah; (4) meningkatnya peran serta
masyarakat dan lembaga-lembaga non pemerintah dalam proses pembangunan; serta (5)
terwujudnya keserasian pelaksanaan otonomi daerah.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan pada tahun 2005 antara lain meliputi:
Pemberdayaan kelembagaan keswadayaan;
Pemberdayaan kelompok masyarakat miskin;
Pengembangan kelembagaan manajemen pembangunan lokal yang partisipatif;
Peningkatan kapasitas pelaku dalam pembangunan lokal yang partisipatif;
Pemberdayaan kelembagaan ekonomi lokal/kerakyatan;
Pemberdayaan pelaku ekonomi lokal/kerakyatan;
Pemberdayaan jaringan kerja antar pelaku ekonomi lokal/kerakyatan.
X 11
X 14
X 15