Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Kelompok A5
Tutor : dr. Budi Santoso
Abdurahman Akib
04011181419020
Azora Khairani
04011281419082
04011281419096
Eka Yulizar
04011181419210
04011181419078
Masagus Mina
04011281419124
04011181419016
04011181419070
Silvi Silvania
04011281419094
04011181419012
Moderator
: Elvandy Suwardy
04011281419096
Sekretaris
04011181419078
Eka Yulizar
Anggota
04011181419210
: Abdurahman Akib
04011181419020
Azora Khairani
04011281419082
Masagus Mina
04011281419124
04011181419016
04011181419070
Silvi Silvania
04011281419094
04011181419012
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah kami dapat meyusun laporan tutorial ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini merupakan tugas hasil kegiatan tutorial skenario B dalam Blok 15
Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya tahun 2016. Di sini kami
membahas sebuah kasus kemudian dipecahkan secara kelompok berdasarkan sistematikanya
mulai dari klarifikasi istilah, identifikasi masalah, menganalisis, meninjau ulang dan menyusun
keterkaitan antar masalah, serta mengidentifikasi topik pembelajaran.
Bahan laporan ini kami dapatkan dari hasil diskusi antar anggota kelompok dan bahan
ajar dari dosen-dosen pembimbing.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa, orang tua, tutor dan para anggota kelompok yang telah mendukung baik moril maupun
materil dalam pembuatan laporan ini. Kami mengakui dalam penulisan laporan ini terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca demi kesempurnaan laporan kami di kesempatan mendatang. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.
DAFTAR ISI
Daftar Isi..............................................................................................................................4
Skenario...............................................................................................................................5
Klarifikasi Istilah.................................................................................................................6
3
Identifikasi Masalah............................................................................................................7
Analisis Masalah..................................................................................................................8
Learning Issue......................................................................................................................28
Kerangka Konsep................................................................................................................68
Kesimpulan..........................................................................................................................69
Daftar Pustaka......................................................................................................................70
I. Klarifikasi Istilah
NO
1
Istilah
Atrial fibrilasi
2
3
4
Ortopneu
Chest discomfort
Troponin
Hypertension
Arti
Kondisi dimana ruang atas jantung berdenyut
terlalu cepat dan kacau
Pernapasan yang sulit kecuali pada posisi tegak
Rasa tidak nyaman di dada
Komples protein otot yang jika bersenyawa
dengan kalsium mempengaruhi tropomiosin
untuk mengawali kontraksi
Tekanan dari arterial yang tetap tinggi ( systole
diatas 140 / diastole diatas 90)
Kondisi patoligis arteri coroner yang ditandai
dengan penimbunaan abnormal lipid atau bahan
Shoe-shaped cardiac
Rales
Wheezing
10
Ankle edema
11
QS pattern
12
LAD
13
Kerleys line
14
LV strain
15
Sign o Cephalization
II . Identifikasi Masalah
1. Mr.Manaf a 57 year old man , an accountant , comes to MH Hospital because of
shortness of breath since 3 hours ago. (vvv)
2. In the last 3 weeks he became easily tired in daily activities. He also had night cough ,
nausea, and lost of appetite. Seven months ago he was hospitalized due to chest
discomfort.
Past medical history : treated hypertension , heavy smoker, rarely exercised
Familyhistory : no history of premature coronary desease (vv)
6
Pekerjaan
Kondisi stress dari pekerjaan dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah, karena saat seseorang dalam kondisi stress akan
terjadi pengeluaran beberapa hormon yang akan menyebabkan
penyempitan dari pembuluh darah. Kondisi stress yang terus
menerus dapat menyebabkan komplikasi hipertensi pula.Hipertensi
dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme,
Batuk malam disebabkan karena adanya fluid build up pada paru paru akibat
terjadi kenaikan tekanan di jantung. Pada keadaan berdiri, cairan cenderung ke
arah bawah sehingga tekanan ke bagian kepala kurang. Pada saat malam hari,
khususnya pada saat ia tidur, tubuhnya pada posisi tidur menyebabkan buildup
dari fluid pada paru cenderung bergeser seimbang ke arah kanan dan kiri, maka
dari itu terjadilah rangsangan dari tekanan fluid paru sehingga menyebabkan
batuk.
o Mekanisme nausea
Gagal jantung kongesti akan menyebabkan membengkak atau membesarnya hati,
akibat dari membesarnya hati akan berdampak pada penekanan pada lambung
sehingga apabila makan walaupun dalam jumlah sedikit akan menimbulkan rasa
mual.
Mekanisme:
Akibat dari gagal jantung kiri tekanan vaskuler paru meningkat darah dari
ventrikel kanan sulit masuk ke paru peningkatan kontraktilitas ventrikel kanan
(agar darah bisa masuk ke dalam paru) peningkatan tekanan pada vena
sistemik dan peningkatan tekanan vena cava superior Peningkatan tekanan pada
atrium kanan darah dari vena cava inferior dan superior sulit memasuki atrium
kongesti vena sistemik pada hati : hepatomegaly menekan lambung
mual
o Mekanisme lost of appetite
Edema dan kongesti pada hati dan usus yang disebabkan oleh gagal jantung kanan
(dibuktikan lewat pengukuran JVP yang meningkat) sehingga menyebabkan
timbulnya anoreksia, rasa penuh, dan mual (nausea).
Mekanisme:
Retensi cairan pada gagal jantung gagal pompa ventrikel kanan tekanan
diastole tekanan vena dan atrium meningkat meningkatkan tekanan kapiler
bendungan atrium kanan bendungan vena sistemik penumpukan cairan di
jaringan Hepatomegali lambung tertekan asam lambung mual dan
hilang nafsu makan.
c. Bagaimana hubungan treated hypertension , heavy smoker, rarely exercised terhadap
kasus?
9
Jantung menjadi tidak terlatih dan tidak mampu melakukan pekerjaan dengan tenaga
yang sedikit akibatnya jantung jadi cepat letih.
2. Kadar lemak dalam darah sulit turun
Bila jarang berolahraga dapat meningkatkan lemak yang ada dalam tubuh sehingga
dapat memperbanyak penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah,
3. Pembuluh darah jantung atau arteri koroner dapat menyempit
Biasanya pada orang yang sering berolahraga, pembuluh darah atau arteri koroner
akan lebih lebar atau besar sedangkan pada orang yang jarang berolahraga terjadinya
penyempitan pembuluh darah.
d. Apa hubungan family history : premature coronary desease terhadap kasus?
Tidak ada premature coronary desease mengartikan bahwa penyakit yang diderita bukan
diturunkan secara genetic.
3. Physical exam : (v)
Orthopneu, height 167 cm, body weight 79 kg, BP180/110 mmHg ,HR 122x/min, irregular, PR
102x/min irregular , unequal, RR 32x/min. Pallor, JVP 5+0 cm H20, rales (+), wheezing (+) ,
liver : palpable 2 fingers below the costal arch, and minimal ankle edema.
a. Bagaimana interpretasi Physical exam ?
No.
1.
2.
(-)
cm, 18,5-22,9
height
weight 79 kg
BMI: 28,326
BP
180/110 120/80 mmHg
mmHg
- HR 122 bpm
- PR: 102 bpm,
- irregular, unequal
- RR: 32 x/m
Head and neck:
- Pallor
- JVP
<5+0>
Interpretasi
Tidak normal
cmH2O
11
167
Nilai Normal
Obesitas
Hipertensi
60-100 bpm
60-100 bpm
Regular, equal
12-20 x/m
Tachicardi
Tachicardi
Tidak normal
Tinggi
Tidak pucat
<5-2> - <5+2>
Tidak normal
Normal
3.
4.
Thorax:
- basal rale (+),
- wheezing (+)
Abdomen:
(-)
Tidak Normal
(-)
Tidak Normal
(-)
Tidak
(Hepatomegaly)
Normal
Tidak Normal
itu aliran impuls pada fasiculus atrioventricularis juga mengalami perlambatan apabila
terjadi dilatasi dan hipertropi pada ventrikel sehingga kontraksi yang dihasilkan tidak
teratur. Selain itu juga terjadi kontraksi premature yang juga menjadi selah satu penyebab
rendahnya stroke volume.
PR 102x/min, Irregular, unequal Denyut nadi yang tidak sama dengan denyut
jantung diakibatkan oleh adanya ketidakcukupan volume darah yang dipompa oleh
jantung dalam memenuhi kebutuhan jaringan dan adanya kontraksi prematur . Rendahnya
volume darah yang dipompa ini menyebabkan aliran darah yang sampai ke bagian nadi
lebih sedikit dan adakalanya tidak terdeteksi karena tekanan yang semakin rendah.
RR 32x/min Takipnea berhubungan dengan berkurangnya asupan O2 jaringan tubuh.
Berkurangnya O2 ini disebabkan oleh adanya transudasi cairan di paru sehingga
menyulitkan terjadinya pertukaran CO2 hasil metabolism dan O2 dari luar. Hal ini
kemudian akan meningkatkan frekuensi pernapasan.
e) Pallor
Disfungsi sistolik jantung cardiac output perfusi O2 ke jaringan menurunpallor.
f) JVP
Akibat dari gagal jantung kiri tekanan vaskuler paru meningkat darah dari ventrikel
kanan sulit masuk ke paru peningkatan kontraktilitas ventrikel kanan (agar darah bisa
masuk ke dalam paru) peningkatan tekanan pada vena sistemik dan peningkatan
tekanan vena cava superior peningkatan JVP
g) Rales
Kongesti paru tekanan arteri dan vena pulmonal meningkat dimana tekanan vena yang
meningkat keseimbangan tekanan hidrostatik dan osmotik terganggu sehingga terjadi
ekstravasasi cairan ke rongga alveolar hal inilah yang menyebabkan bunyi ronkhi dan
mengi terjadi.
h) Wheezing
Ketika terjadi peningkatan tekanan arteri bronchialis maka terjadi pula transudasi pada
jaringan interstitial bronkus. Jaringan ini akan mengalami edema dan hal ini akan
mengurangi lumen bronkus, sehingga saluran nafas menjadi sempit dan aliran udara
menjadi terganggu. Pada keadaan ini suara pernafasan menjadi berbunyi pada saat
ekspirasi, terdengar bising ekspirasi dan fase ekspirasi menjadi lebih panjang. Jadi, suara
wheezing atau mengi terjadi karena penyempitan saluran nafas.
i) Liver palpable
13
Gagal jantung kanan, ventrikel kanan pada saat sistol tidak mampu memompa darah
tekanan akhir diastol ventrikel kanan akan meninggi tekanan di atrium kanan
meninggi bendungan v. cava superior, v.cava inferior, dan seluruh system vena
bendungan di v. jugularis dan v. hepatica hepatomegali
j) Ankle edema
Disfungsi sistolik/diastolik gangguan fungsi ventrikel kanan curah jantung
ventrikel kanan menurun peningkatan tekanan vena pulmonalis peningkatan
tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) peningkatan tekanan di ventrikel dan
atrium kanan peningkatan tekanan vena sistemik bendungan darah di vena perifer
penumpukan cairan di jaringan perifer ankle edema
c. Bagaimana hubungan obesitas terhadap penyakit kardiovaskuler?
Pada sebagian besar orang yang mengalami obesitas, terdapat peningkatan kadar LDL
dan penurunan kadar HDL. Hal ini merupakan salah satu faktor resiko terbentuknya
aterosklerosis. Aterosklerosis dapat menyebabkan berbagai gangguan kardiovaskuler.
Aterosklerosis dapat menyebabkan hipertensi, sedangkan hipertensi dapat menyebabkan
terjadinya hipertrofi ventrikel kiri yang selanjutnya dapat menyebabkan gagal jantung
kongestif. Selain itu rupturnya aterosklerosis juga dapat menyebabkan terbentuknya
trombus yang apabila menyumbat pembuluh darah koroner akan menyebabkan angina
pektoris dan dapat berujung pada infark miokard.
d. Apa makna HR (122x/min ) lebih besar dari pada PR (102x/min) ?
PR 102x/min, Irregular, unequal Denyut nadi yang tidak sama dengan denyut
jantung diakibatkan oleh adanya ketidakcukupan volume darah yang dipompa oleh
jantung dalam memenuhi kebutuhan jaringan dan adanya kontraksi prematur . Rendahnya
volume darah yang dipompa ini menyebabkan aliran darah yang sampai ke bagian nadi
lebih sedikit dan adakalanya tidak terdeteksi karena tekanan yang semakin rendah.
RR 32x/min Takipnea berhubungan dengan berkurangnya asupan O2 jaringan tubuh.
Berkurangnya O2 ini disebabkan oleh adanya transudasi cairan di paru sehingga
menyulitkan terjadinya pertukaran CO2 hasil metabolism dan O2 dari luar. Hal ini
kemudian akan meningkatkan frekuensi pernapasan.
e. Bagaimana cara memeriksa JVP pada pasien?
Mula-mula tentukan titik nol (zero atau level flebostatik) yaitu titik di mana kira-kira titik
tengah atrium kanan berada. Titik ini berada kira-kira pada perpotongan antara garis
14
sternum
pada
level
normal
akan
Nilai Normal
13 gr% - 18 gr%
Hemoglob
in
Interpretasi
(Lk)
12 gr% - 15,5 gr%
(Pr)
WBC
15
5000-10.000/mm3
8500/mm3 (normal)
Basofil: 0-2%
Eosinofil: 0-7%
Diff.
Count
N.Batang: 0-10%
N.Segmen: 35-80%
Basofil: 0
Eusinofil: 2
N. Batang: 10
N. Segmen: 60
Limfoit: 22
Monosit: 6
(N. batang normal
tinggi)
Limfosit: 20-50%
Monosit: 2-12%
0-10 mm/jam (Lk)
20 mm/jam
ESR
Platelet
Kolesterol
140.000450.000/mm3
<200 mg/dL
325 mg/dl
total
LDL
225.000/mm3(normal)
dislipidemia
HDL
Pria : >40mg/dl
Wanita
>50
mg/dl
Triglyseri
de
dislipidemia
210 mg/dl (Lebih dari
normal)
dislipidemia
Blood
Glucos
e
Urinalysis
16
Normal Finding
anorganik dalam
jumlah tertentu
CK NAC
80 U/L
92 U/L (tinggi)
CK MB
<10 U/L
14
U/L
(tinggi,
kerusakan
otot
jantung)
Troponin I
<0,1
0,1
ng/mg
(resiko
sedang)
SGOT
10 34 U/L
55 U/L (tinggi)
SGPT
42 U/L
45 U/L (tinggi)
Nilai
Interpretasi
Normal
Chest X-Ray
-
Signs of cephalization
< 50%
-
Cardiomegali
Edema paru
Pembesaranventrikel
Tidak ada
jantungkanan dan/atau
kiri
(-)
Edema paru
ECG
-
atrial fibrillation
Sinus
rhythm
HR 120 x/m
QS pattern V1-V4
LV strain
Non
sinus
rhytm,
iregular
Hipertrofi ventrikel kiri
60-100 x/m
Tidak ada
Tidak ada
Takikardi
Infark miokard anterior
Infark miokard, stroke,
gagal jantung
LAD
o
Menunjukkan
berubahnya
arah
resultan
dari
QRS
peningkatan jumlah impuls maka akan terbentuk satu komplek QRS super negatif
LV strain
o LVH sering berhubungan dengan depresi segmen ST dan inversi dalam dari
gelombang T. Perubahan ini tampak di sandapan prekordial, V5 dan V6. pada
sandapa
o n ekstremitas terdapat pula perubahan ST-T berlawanan dengan defleksi dominan
dari gelombang QRS. Jika aksis ekg adalah vertikal maka akan tampak perubahan
di sadapan II, III, aVF, jika horizontal maka akan tampak perubahan di sadapan I
dan aVL.
CTR >50%
o Normalnya dibawah 50%, didapat dari perbandingan lebar jantung dengan lebar
20
o Garis Kerley merupakan garis mendatar dari dinding thorak ke medial kira-kira 34 cm. Edema interstitial menyebabkan paru berbercak-bercak tipis, halus,
sehingga gambaran radiolusen paru berubah menjadi suram. Garis Kerley ini
muncul
akibat
terbendungnya
aliran
Edema
ini
septal
sebagai
c. Bagaimana
dari kasus?
menunjukkan
Kerleys line,
gambaran radiologi
DD
Gejala
Miokard
Shortness of breath
21
Infark
Penyakit paru
Pneumonia
obstruktif
kronik
(terutama
CH
F
dengan
aktivitas)
Orthopneu
Bisa ada
(jika disertai
gagal
jantung)
Mudah lelah
Nausea
Hilang nafsu
Chest pain
Chest tightness
(batuk
makan
Chest
discomfort
Batuk
dengan mukus)
Wheezing
Rales
Bisa ada
Bisa ada
(jika disertai
gagal
jantung)
Takikardi
Edema
tungkai
b.
c.
d.
e.
Kardioiopati dilatasi
Kardiomiopati hipertrofik
Penyakit katup jantung: reumatik maupun non-reumatik
Aritmia jantung: takikardia atrial, fluter atrial, AVNRT, sindrom WPW, sick sinus
f.
g.
h.
i.
syndrome
Perikarditis
Hipertensi sistemik
Diabetes melitus
Hipertiroidisme
o Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena dalam atau
deep venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan emboli sistemik tinggi,
ditinggikan.
Aritmia ventrikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop atau sudden cardiac
death (25-50% kematian CHF). Pada pasien yang berhasil diresusitasi, amiodaron,
V. LEARNING ISSUE
1. Anatomi dan Fisiologi Jantung
Anatomi Jantung
24
Jantung terdiri dari tiga lapisan yaitu epicardium, miokardium dan endokardium.Jantung
normal yang dibungkus oleh perikardium terletak pada mediastinummedialis dan sebagian
ditutup oleh paru. Bagian depan dibatasin oleh sternumdan iga 3, 4, dan 5. hampir dua
pertiga bagian jantung terletak di sebelah kiri garismedian sternum. Jantung terletak di atas
diagfragma miring kedepan kiri danapeks kordis nerada paling depan dalam rongga dada.
Apek dapat di raba padasela iga 4 5 dekat garis medio- klavikule kiri.Batas kranial
dibentuk oleh aortadesendens, arteri pulmonal dan vena kava superior. Ukuran atrium kanan
dan berat jantung tergantung pada usia, jenis kelamin, tinggi badan, lemak epikardium dan
nutrisi seseorang.
bagian
dalam.
- Miokardium, lapisan jantung tengah dan miokardium ini memiliki lapisan otot yang paling
tebal karena sebagai sel otot pada saat berkontraksi.
- Perikardium terbagi atas pericardium parietal yang merupakan kantung jantung dan
pericardium visceral (epikardium) yang merupakan bagian dari pericardium yang
merupakan lapisan jantung yang terluar.
Perikardium parietalis: lapisan luar melekat pada tulang dada dan paru
Perikardium viseralis: lapisan permukaan jantung/epikardium
25
Dua
berdinding
tipis
disebutatrium(serambi)
dan
dua
berdinding
tebal
27
Arteri sirkumflexa mensuplai darah ke atrium kiri dan ventrikel kiri. Yang nantinya.
membawa implussaraf yang biasanya tidak dapat disadari. Akan tetapi bilai pasokan darah
kurangke otot jantung terganggu maka implus rasa nyeri dapat dirasakan melalui
lintasantersebut.
Serabut
serabut
aferen yang
berjalan
bersama
nervus
vagus
Fisiologi Jantung
Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui dua vena
besar, vena kava satu mengembalikan darah dari level di atas jantung (vena kava
superior) dan yang lain dari level di bawah jantung (vena kava inferior). Darah yang
masuk ke atrium kanan telah kembali dari jaringan tubuh, dimana O2 telah diambil
darinya dan CO2 ditambahkan ke dalamnya.Darah yang terdeoksigenasi parsial ini
mengalir dari atrium kanan ke dalam ventrikel kanan, yang memompanya keluar menuju
arteri pulmonalis, yang segera membentuk dua cabang, satu berjalan ke masing-masing
dari kedua paru. Di dalam paru, darah tersebut kehilangan banyak CO2 dan menyerap
pasokan segar O2 sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis yang
30
datang dari kedua paru. Darah kaya O2 yang kembali ke atrium kiri ini selanjutnya
mengalir ke dalam ventrikel kiri, rongga pemompa yang mendorong darah ke seluruh
system tubuh kecuali paru.Suatu arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel
kiri adalah aorta.Aorta bercabang-cabang menjadi arteri-arteri besar yang mendarahi
berbagai organ tubuh. Darah yang keluar dari ventrikel kiri terdistribusi sedemikian
sehingga setiap bagian tubuh menerima darah segar; darah arteri yang sama tidak
mengalir dari organ ke organ. Sel-sel jaringan di dalam organ tersebut menyebut O2 dari
darah dan menggunakannya untuk mengoksidasi nutrient untuk menghasilkan energy;
dalam prosesnya, sel jaringan membentuk CO2 sebagai produk sisa yang ditambahkan ke
dalam darah.Darah yang sekarang hilang kandungan O2nya sebagian dan mengalami
peningkatan CO2, kembali ke sisi kanan jantung, yang kembali memompanya ke paru.
Satu sirkuit telah selesai.
Siklus jantung
Siklus jantung adalah periode dimulainya satu denyutan jantung dan awal dari denyutan
selanjutnya.Siklus jantung terdiri dari periode sistol dan diastol. Sistol adalah periode
kontraksi dari ventrikel, dimana darah akan dikeluarkan dari jantung. Diastol adalah
periode relaksasi dari ventrikel, dimana terjadi pengisian darah.
Diastol dapat dibagi menjadi dua proses yaitu relaksasi isovolumetrik dan ventricular
filling. Pada relaksasi isovolumetrik
semilunar dan katup atrioventrikularis tertutup dan volume ventrikel tetap tidak berubah.
Pada ventricular filling dimana tekanan dari atrium lebih tinggi dari tekanan di ventrikel,
katup mitral dan katup trikuspid akan terbuka sehingga ventrikel akan terisi 80% dan
akan mencapai 100 % jika atrium berkontraksi. Volume total yang masuk ke dalam
diastol disebut End Diastolic Volume .
Sistolik dapat dibagi menjadi dua proses yaitu kontraksi isovolumetrik dan ejeksi
ventrikel. Pada kontraksi isovolumetrik, kontraksi sudah dimulai tetapi katup katup
tetap tertutup. Tekanan juga telah dihasilkan tetapi tidak dijumpai adanya pemendekan
dari otot. Pada ejeksi ventrikel , tekanan dalam ventrikel lebih tinggi dibandingkan
dengan tekanan pada aorta dan pulmoner sehingga katup aorta dan katup pulmoner
31
terbuka dan akhirnya darah akan dipompa ke seluruh tubuh. Pada saat ini terjadi
pemendekan dari otot.Sisa darah yang terdapat di ventrikel disebut End Systolic Volume.
Dua bunyi jantung utama dalam keadaan normal dapat didengar dengan stetoskop selama
siklus jantung.Bunyi jantung pertama bernada rendah, lunak, dan relatif lama-sering
dikatakan terdengar seperti lub.Bunyi jantung kedua memiliki nada yang lebih tinggi,
lebih singkat dan tajam- sering dikatakan dengan terdengar seperti dup. Bunyi jantung
pertama berkaitan dengan penutupan katup AV , sedangkan bunyi katup kedua berkaitan
dengan penutupan katup semilunar. Pembukaan tidak menimbulkan bunyi apapun. Bunyi
timbul karena getaran yang terjadi di dinding ventrikel dan arteri arteri besar ketika
katup menutup, bukan oleh derik penutupan katup. Karena penutupan katup AV terjadi
pada awal kontraksi ventrikel ketika tekanan ventrikel pertama kali melebihi tekanan
atrium, bunyi jantung pertama menandakan awitan sistol ventrikel.Penutupan katup
semilunaris terjadi pada awal relaksasi ventrikel ketika tekanan ventrikel kiri dan kanan
turun di bawah tekanan aorta dan arteri pulmonalis.Dengan demikian bunyi jantung
kedua menandakan permulaan diastol ventrikel.
Sistem Konduksi Jantung
Terdapat dua jenis sel otot jantung yaitu:
-
Sel kontraktil yang mana sel ini berkontraksiatau yang memompa dan tidak sama
Jantung membutuhkan aliran listrik atau yang dikenal dengan potensial aksi untuk
berkontraksi atau depolarisasi dalam hal ini nodus SA sebagai pemacu pengeluaran
potensial aksi yang utama sehingga pada saat nous SA mengeluarkan potensial aksi
dengan kecepatan depolarisasi 70 mil per jam pada saat itu pula atrium mulai
berkontraksi kemudian dengan perlahan potensial aksi masuk ke nodus AV sekitar 0,1
detik sesudah kontraksi atrium nodus AV akan mengeluarkan potensial aksi kemudian di
alirkan ke berkas His dan melalui serat purkinje depolarisasi pada ventrikel terjadi dan
ventrikel pun berkontraksi.
32
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta: EGC.
2. Atrial fibrilation + EKG
Latar belakang dan epidemiologi
Fibrilasi atrium (FA) merupakan aritmia yang paling sering ditemui dalam praktik
sehari-hari. Prevalensi FA mencapai 1-2% dan akan terus meningkat dalam 50 tahun
mendatang.1,2 Framingham Heart Study yang merupakan suatu studi kohor pada tahun
1948 dengan melibatkan 5209 subjek penelitian sehat (tidak menderita penyakit
kardiovaskular) menunjukkan bahwa dalam periode 20 tahun, angka kejadian FA adalah
2,1% pada laki-laki dan 1,7% pada perempuan.3 Sementara itu data dari studi
observasional (MONICAmultinational MONItoring of trend and determinant in
CArdiovascular disease) pada populasi urban di Jakarta menemukan angka kejadian FA
sebesar 0,2% dengan rasio laki-laki dan perempuan 3:2.4 Selain itu, karena terjadi
peningkatan signifikan persentase populasi usia lanjut di Indonesia yaitu 7,74% (pada
tahun 2000-2005) menjadi 28,68% (estimasi WHO tahun 2045-2050),5 maka angka
kejadian FA juga akan meningkat secara signifikan. Dalam skala yang lebih kecil, hal ini
juga tercermin pada data di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
yang menunjukkan bahwa persentase kejadian FA pada pasien rawat selalu meningkat
setiap tahunnya, yaitu 7,1% pada tahun 2010, meningkat menjadi 9,0% (2011), 9,3%
(2012) dan 9,8% (2013).
Fibrilasi atrium menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas, termasuk
stroke, gagal jantung serta penurunan kualitas hidup. Pasien dengan FA memiliki risiko
stroke 5 kali lebih tinggi dan risiko gagal jantung 3 kali lebih tinggi dibanding pasien
tanpa FA.Stroke merupakan salah satu komplikasi FA yang paling dikhawatirkan, karena
stroke yang diakibatkan oleh FA mempunyai risiko kekambuhan yang lebih tinggi. Selain
itu, stroke akibat FA ini mengakibatkan kematian dua kali lipat dan biaya perawatan 1,5
kali lipat.
33
Fibrilasi atrium juga berkaitan erat dengan penyakit kardiovaskular lain seperti
hipertensi, gagal jantung, penyakit jantung koroner, hipertiroid, diabetes melitus,
obesitas, penyakit jantung bawaan seperti defek septum atrium, kardiomiopati, penyakit
ginjal kronis maupun penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Gagal jantung simtomatik
dengan kelas fungsional New York Heart Association (NYHA) II sampai IV dapat terjadi
pada 30% pasien FA, namun sebaliknya FA dapat terjadi pada 30-40% pasien dengan
gagal jantung tergantung dari penyebab dari gagal jantung itu sendiri. Fibrilasi atrium
dapat menyebabkan gagal jantung melalui mekanisme peningkatan tekanan atrium,
peningkatan beban volume jantung, disfungsi katup dan stimulasi neurohormonal yang
kronis.Distensi pada atrium kiri dapat menyebabkan FA seperti yang terjadi pada pasien
penyakit katup jantung dengan prevalensi sebesar 30% dan 10-15 % pada defek septal
atrium.Sekitar 20% populasi pasien FA mengalami penyakit jantung koroner meskipun
keterkaitan antara FA itu sendiri dengan perfusi koroner masih belum jelas.
Patofisiologi fibrilasi atrium (FA)
Sampai saat ini patofisiologi terjadinya FA masih belum sepenuhnya dipahami
dan dipercaya bersifat multifaktorial.Dua konsep yang banyak dianut tentang mekanisme
FA adalah 1) adanya faktor pemicu (trigger); dan 2) faktor-faktor yang melanggengkan.
Pada pasien dengan FA yang sering kambuh tetapi masih dapat konversi secara spontan,
mekanisme utama yang mendasari biasanya Pedoman Tata Laksana Fibrilasi Atrium 3
karena adanya faktor pemicu (trigger) FA, sedangkan pada pasien FA yang tidak dapat
konversi secara spontan biasanya didominasi adanya faktor-faktor yang melanggengkan.
a. Berbagai jenis penyakit jantung struktural dapat memicu remodelling yang perlahan
tetapi progresif baik di ventrikel maupun atrium. Proses remodelling yang terjadi di
atrium ditandai dengan proliferasi dan diferensiasi fibroblas menjadi miofibroblas
yang dapat meningkatkan deposisi jaringan ikat dan fibrosis di atrium. Proses
remodelling atrium menyebabkan gangguan elektris antara serabut otot dan serabut
konduksi di atrium, serta menjadi faktor pemicu sekaligus faktor yang
melanggengkan terjadinya FA. Substrat elektroanatomis ini memfasilitasi terjadinya
sirkuit reentri yang akan melanggengkan terjadinya aritmia.
Sistem saraf simpatis maupun parasimpatis di dalam jantung juga memiliki peran
yang penting dalam patofisiologi FA, yaitu melalui peningkatan Ca2+ intraselular
oleh sistem saraf simpatis dan pemendekan periode refrakter efektif atrium oleh
sistem saraf parasimpatis (vagal).10 Stimulasi pleksus ganglionik akan memudahkan
terangsangnya FA melalui vena pulmoner (VP), sehingga pleksus ganglionik dapat
dipertimbangkan sebagai salah satu target ablasi. Namun, manfaat ablasi pleksus
ganglionik sampai sekarang masih belum jelas.
Setelah munculnya FA, perubahan sifat elektrofisiologis atrium, fungsi mekanis, dan
ultra struktur atrium terjadi pada rentang waktu 4 Pedoman Tata Laksana Fibrilasi
Atrium dan dengan konsekuensi patofisiologis yang berbeda.Sebuah studi
34
Mekanisme elektrofisiologis
Awitan dan keberlangsungan takiaritmia membutuhkan adanya pemicu (trigger) dan
substrat. Atas dasar itu, mekanisme elektrofisiologis FA dapat dibedakan menjadi
mekanisme fokal karena adanya pemicu dan mekanisme reentri mikro (multiple
wavelet hypothesis) karena adanya substrat (gambar 1). Meskipun demikian,
keberadaan kedua hal ini dapat berdiri sendiri atau muncul bersamaan
Mekanisme fokal
Mekanisme fokal adalah mekanisme FA dengan pemicu dari daerah-daerah tertentu,
yakni 72% di VP dan sisanya (28%) Pedoman Tata Laksana Fibrilasi Atrium 5
bervariasi dari vena kava superior (37%), dinding posterior atrium kiri (38,3%), krista
terminalis (3,7%), sinus koronarius (1,4%), ligamentum Marshall (8,2%), dan septum
interatrium. Mekanisme seluler dari aktivitas fokal mungkin melibatkan mekanisme
triggered activity dan reentri. Vena pulmoner memiliki potensi yang kuat untuk
memulai dan melanggengkan takiaritmia atrium, karena VP memiliki periode
refrakter yang lebih pendek serta adanya perubahan drastis orientasi serat miosit.
c.
Konsekuensi klinis FA
Konduksi atrioventrikular Pada pasien FA dengan sistem konduksi yang normal (tidak
adanya jaras tambahan maupun disfungsi serabut His-Purkinje), nodus
atrioventrikular (NAV) berfungsi sebagai filter untuk mencegah laju ventrikel yang
berlebihan. Mekanisme utama yang membatasi konduksi atrioventrikular adalah
periode refrakter intrinsik dari NAV dan konduksi tersembunyi (concealed). Pada
konduksi tersembunyi, impuls listrik yang mencapai NAV mungkin tidak diteruskan
ke ventrikel, tetapi dapat mengubah periode refrakter NAV sehingga dapat
memperlambat atau menghambat denyut atrium berikutnya.
Fluktuasi tonus simpatis dan parasimpatis menyebabkan perubahan kecepatan
konduksi impuls listrik melalui NAV. Hal ini menimbulkan variabilitas laju ventrikel
selama siklus diurnal atau saat latihan.Laju ventrikel dengan variabilitas yang tinggi
ini secara terapeutik sering menjadi tantangan sendiri.Digitalis, yang berefek
memperlambat laju ventrikel dengan meningkatkan tonus parasimpatis, merupakan
terapi yang efektif untuk mengendalikan laju jantung saat istirahat, tetapi kurang
35
efektif saat aktifitas.Penghambat reseptor beta dan antagonis kanal kalsium golongan
non-dihidropiridin dapat memperlambat laju ventrikel baik saat istirahat maupun saat
latihan.
Pada pasien FA dengan sindrom preeksitasi (sindrom WolffParkinson-White/WPW)
(gambar 2) dapat terjadi laju ventrikel yang cepat dan berpotensi mengancam jiwa.
Hal ini terjadi karena impuls FA yang melalui jaras tambahan tidak mengalami
pelambatan/filter sebagaimana jika melalui NAV. Pada keadaan di atas, pemberian
obat yang memperlambat konduksi NAV tanpa memperpanjang periode refrakter dari
atrium/jaras tambahan (misalnya verapamil, diltiazem, dan digitalis) akan
mempercepat konduksi melalui jaras tambahan.
Definisi
Fibrilasi atrium adalah takiaritmia supraventrikular yang khas, dengan aktivasi atrium
yang tidak terkoordinasi mengakibatkan perburukan fungsi mekanis atrium.Pada
elektrokardiogram (EKG), ciri dari FA adalah tiadanya konsistensi gelombang P, yang digantikan
oleh gelombang getar (fibrilasi) yang bervariasi amplitudo, bentuk dan durasinya.Pada fungsi
NAV yang normal, FA biasanya disusul oleh respons ventrikel yang juga ireguler, dan seringkali
cepat.
Ciri-ciri FA pada gambaran EKG umumnya sebagai berikut:26
1. EKG permukaan menunjukkan pola interval RR yang ireguler
2. Tidak dijumpainya gelombang P yang jelas pada EKG permukaan. Kadang-kadang
dapat terlihat aktivitas atrium yang ireguler pada beberapa sadapan EKG, paling sering
pada sadapan V1.
3. Interval antara dua gelombang aktivasi atrium tersebut biasanya bervariasi, umumnya
kecepatannya melebihi 450x/ menit.
Klasifikasi
Secara klinis FA dapat dibedakan menjadi lima jenis menurut waktu presentasi dan
durasinya, yaitu:
1. FA yang pertama kali terdiagnosis. Jenis ini berlaku untuk pasien yang pertama kali datang
dengan manifestasi klinis FA, tanpa memandang durasi atau berat ringannya gejala yang muncul.
2. FA paroksismal adalah FA yang mengalami terminasi spontan dalam 48 jam, namun dapat
berlanjut hingga 7 hari.
3. FA persisten adalah FA dengan episode menetap hingga lebih dari 7 hari atau FA yang
memerlukan kardioversi dengan obat atau listrik.
36
4. FA persisten lama (long standing persistent) adalah FA yang bertahan hingga 1 tahun, dan
strategi kendali irama masih akan diterapkan.
5. FA permanen merupakan FA yang ditetapkan sebagai permanen oleh dokter (dan pasien)
sehingga strategi kendali irama sudah tidak digunakan lagi. Apabila strategi kendali irama masih
digunakan maka FA masuk ke kategori FA persisten lama.
Klasifikasi FA seperti di atas tidaklah selalu eksklusif satu sama lain (gambar 3). Artinya,
seorang pasien mungkin dapat mengalami beberapa episode FA paroksismal, dan pada waktu lain
kadang-kadang FA persisten, atau sebaliknya.Untuk itu, secara praktis, pasien dapat dimasukkan
ke salah satu kategori di atas berdasarkan manifestasi klinis yang paling dominan.
37
3. Biomarker jantung
a. Definisi
Istilah biomarker (biological marker) diperkenalkan pertama kali pada tahun
1989 sebagai parameter biologis yang bisa diukur dan dihitung (seperti konsentrasi
enzim spesifik, konsentrasi hormon spesifik, distribusi fenotip gen spesifik dalam
populasi dan adanya zat biologis) yang bertindak sebagai indeks untuk penilaian terkait
kesehatan dan fisiologi, seperti penyakit jantung, penyakit psikiatrik, paparan
lingkungan dan efeknya, diagnosis penyakit, proses metabolik, penyalahgunaan zat,
kehamilan, perkembangan sel, penelitian epidemiologis. Pada tahun 2001, kelompok
kerja menstandarisasi definisi biomarker sebagai karakteristik yang secara objektif
diukur dan dievaluasi sebagai indikator proses biologis normal, proses patogenik, atau
respon farmakologis terhadap intervensi terapetik.
b. Pentingnya Biomarker Pada Jantung
38
Troponin
Troponin adalah suatu protein regulator yang terdapat pada filamen tipis
aparatuskontraktil otot bergaris.Troponin terdiri dari 3 subunit, yaitu troponin T (39
kDa), troponin I (26kDa), dan troponin C (18 kDa). Troponin C berikatan dengan ion
Ca2+ dan berperan dalam proses pengaturan aktifasi filamen tipis selama kontraksi otot
jantung. Beratmolekulnya adalah 18.000 Dalton.Troponin I yang berikatan dengan
aktin, berperanmenghambat interaksi aktin miosin.Berat molekulnya adalah 24.000
Dalton.Troponin T yang berikatan dengan tropomiosin dan memfasilitasi kontraksi,
bekerja meregulasi kontraksi otot.Berat molekulnya adalah 37.000 Dalton.Struktur asam
amino troponin T dan I yang ditemukan pada otot jantung berbeda dengan struktur
troponin pada otot skeletal dalam hal komposisiimunologis, sedangkan struktur troponin
berikatan
dengan
protein.
Sitosol,
yang
merupakan
prekursor
tempat pembentukan miofibril, memiliki 6% dari total massa troponin dalam bentuk
bebas. Sisanya(94%), cTnT berikatan dalam miofibril. Dalam keadaan normal, kadar
cTnT tidak terdeteksidalam darah. Keberadaan cTnT dalam darah diawali dengan
keluarnya cTnT bebas bersamaan dengan sitosol yang keluar dari sel yang rusak.
Selanjutnya cTnT yang berikatan dengan miofibril terlepas, namun hal ini membutukan
waktu lebih lama.Karena pelepasan cTnT terjadi dalam 2 tahap, maka perubahan
kadarcTnT pada infark miokard memiliki 2 puncak (bifasik). Puncak pertama
disebabkan oleh keluarnya cTnT bebasdari sitosol.Puncak kedua terjadi karena
pelepasan cTnT yang terikat pada miofibril.
40
cTnTmembutuhkan waktu 5-15 hari untuk kembali normal. Diagnosis infark miokard
ditegakkan bila ditemukan kadar cTnT dalam 12 jam sebesar 0.03 g/L, dengan atau
tanpa disertai gambaran iskemi atau infark pada lembaran EKG dan nyeri dada.
CK-MB :
CK-MB menjadi suatu alat alat yang penting dalam mengevaluasi suatu
sindroma koroner akut. CK-MB adalah 1 dari 3 isoenzim dimerik yang terdiri dari
aktivitas total CK. Seluruh sitoplasmik CK disusun oleh sub unit M dan/atau B yang
saling berhubungan membentuk isoenzim CK-MM, CK-MB, dan CK-BB. CK-MM
sebagian besar berada di otot lurik, keduanya yaitu pada otot skelet dan miokard.
Pada pasien yang memiiiki penyakit jantung, sebagai contoh: sterosis aorta,
penyakit pembuluh darah koroner (CAD), atau keduanya, isoenzim CK-MB sekitar 20%
lebih dari total CK di dalam jaringan, dimana kandungan CK-MB hanya 0-3% dari total
CK di otot skeletal. Hal ini patut diperhatikan bahwa pada individu normal memiliki
presentase CK-MB yang lebih rendah sekitar 1,1 %. "Total CK" mengenai aktivitas
kumulatif pada isoenzim MM, MD, dan BB pada sampel pasien.
Saat ini, CK-MB harus dianggap penanda biokimia yang unggul pada trauma
miokard, sebagai contoh telah menjadi dasar perbandingan penanda lainnya. Meskipun
CK-MB memiliki nilai diagnostik yang spesifik untuk trauma miokard, otot skeletal
memiliki keduanya yaitu aktivitas total CK yang tinggi per gramnya dan mungkin
memiliki lebih dari 3 % CK-MB. Potensial yang non spesifik ini, terjadi pada sebagian
pasien dengan trauma otot skeletal dan otot miokard secara bersamaan. Untuk
memberikan spesifitas jantung yang terbaik pada pengukuran CK-MB, Indeks relative
CK-MB sering dihitung berdasarkan persamaan di bawah ini ;
Beberapa memberi kesan bahwa Nilai Index CK-MB melebihi 2,5% yang
dihubungkan dengan sumber di miokard pada isoenzim MB. Walau bagaimanapun juga,
42
pemaparan saat ini menunjukkan bahwa hubungan CK-MB dan miokad ditetapkan
dengan nilai terendahnya 2% dan tingginya 5% bergantung pada variabilitas keduanya,
dalam
terminologi
sebagai
numerator
dan
denominator
pada
index
Myoglobin
Protein haem, terletak di sitoplasma sel otot jantung dan otot rangka molekul ini
berfungsi dalam penyimpanan dan pemindahan oksigen dari hemoglobin dalm sirkulasi
ke enzim-enzim respirasi di dalam sel kontraktil. Konsentrasi di otot jantung 2 kali lebih
rendah dibandingkan di ototrangka (2.5 & 4.0 mg/g berat basah jaringan). BM relatif
rendah 17kDa oleh karena itu myoglobin merupakn salah satu penanda protein pertama
yang berdifusi keluar sel otot yang mengalami iskemia.
Konsentrasi di plasma meningkat 2-3 jam setelah jejas miokardium, puncak :612 jam, kembali normal : 24 jam
Batas referensi :
: 23-72 g/L
: 19-51 g/L
43
berfungsi sebagai hormon yang bekerja di ginjal untuk meningkatkan diuresis dan
natriuresis, serta menghambat peningkatan rangsangan simpatis, sehingga dapat
mengurangi volume dan tekanan berlebih pada dinding ventrikel.3 BNP berasal dari
protein proBNP yang merupakan bagian dari ujung C, sedangkan ujung N akan menjadi
NT-proBNP (N Terminal proBNP). Berbeda dengan BNP, NTproBNP belum banyak
diketahui fungsinya karena sumber pengeluarannya spesifik dari jantung, maka BNP
dan NT-proBNP yang beredar di dalam sirkulasi darah dapat menggambarkan tingkat
beban stress pada jantung. Pemeriksaan BNP atau NT-proBNP dapat dipakai untuk
membedakan sesak kardiak atau non kardiak pada situasi kegawatan.
4. Premature Coronary Disease
Premature Coronary Disease (PCD) merupakan kondisi patoligis arteri coroner
yang ditandai dengan penimbunaan abnormal lipid atau bahan lemak dan jaringan fibrosa
di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri dan
penurunan aliran darah ke jantung yang terjadi pada wanita kurang dari 55 tahun dan pria
kurang dari 45 tahun.
Otot jantung diberi oksigen dan nutrisi yang diangkut oleh darah melalui arteriarteri koroner utama yang bercabang menjadi sebuah jaringan pembuluh lebih kecil yang
efisien.Gangguan pada arteri menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner.Penyakit
ini berkaitan dengan gangguan duplai darah otot jantung sehingga jantung mengalami
kekurangan darah dengan segala manifestasinya.
Aterosklerosis adalah penyebab paling sering dari ischemic heart disease (IHD)
dan kelainan serebrovaskuler, yang merupakan penyebab utama kematian di
masyarakat.Konsekuensi serius dan potensi mematikan dari aterosklerosis seperti
sindrom koroner akut (unstable angina, infark miokard akut dan kasus-kasus kematian
mendadak) dan stroke iskhemik, biasanya disebabkan oleh trombosis akut yang
menumpangi plak aterosklerotik kronis dengan kerusakan atau erosi permukaannya, yang
dikenal sebagai aterotrombosis.
Timbulnya PJK walaupun tampak mendadak, sebenarnya melalui perangsangan
lama (kronik).Terjadinya PJK berkaitan dengan suatu gangguan yang mengenai
pembuluh darah yang disebut arteriosklerosis. Hal ini berarti terjadi kekakuan dan
penyempitan lubang pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan atau kekurangan
suplai darah untuk otot jantung. Keadaan ini akan menimbulkan apa yang disebut iskemia
miokard.
44
Gambaran klinik adanya PJK dapat berupa angina pektoris, miokard infark, payah
jantung ataupun mati mendadak.Pada umumnya gangguan suplai darah arteri coronaria
dianggap berbahaya bila terjadinya penyempitan 10%, atau lebih pada pangkal atau
cabang utama coronaria.Penyempitan yang kurang dari 50% kemungkinan belum
menandakan
gangguan
yang
berarti.Keadaan
ini
tergantung
pada
beratnya arterioskleorosis dan luasnya gangguan jantung dan apakah serangan tersebut
masih lama atau baru.
5. Gagal Jantung
A. Definisi
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrien.
Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume
diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan
kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.
B. Etiologi
Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit
degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung.Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung.Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi
serabut otot jantung.
4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
45
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang
secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup
gangguan
aliran
darah
yang
kemampuan
jantung
sebagai
pompa
tergantung
pada bermacam-
macam faktor yang saling terkait. Menurunnya kontraktilitas miokard memegang peran
utama pada gagal jantung.Bila terjadi gangguan kontraktilitas miokard atau beban
hemodinamik berlebih diberikan pada ventrikel normal, maka jantung akan mengadakan
sejumlah mekanisme untuk meningkatkan kemampuan kerjannya sehingga curah
jantung dan tekanan darah dapat
jantung yaitu:
1. Peningkatan Aktivitas Adrenergik Simpatis
46
darah,
keseimbangan
cairan
dan
enzim yang sebagian besar berasal dari jaringan ginjal. Sekresi rennin akan
menghasilkan angiotensin II (Ang II), yang mamiliki 2 efek utama yaitu sebagai
vasokonstriktor kuat dan sebagai perangsang produksi aldosteron di korteks
adrenal. Efek vasokonstriksi oleh aktivitas
simpatis
meningkatkan beban awal (preload) dan beban akhir (afterload) jantung, sedangkan
aldosteron menyebabkan retensi air dan natrium yang akan menambah peningkatan
preload jantung. Tekanan pengisian ventrikel (preload) yang meningkat akan
meningkatkan curah jantung.
3. Hipertropi Miokardium dan Dilatasi Ventrikel
Jika ventrikel tidak mampu memompakan darah keseluruh tubuh maka darah yang
tinggal dalam ventrikel kiri akan lebih banyak pada akhir diastole. Oleh karena itu
kekuatan untuk memompa darah pada denyut berikutnya akan lebih besar. Jantung
akan melakukan kompensasi untuk meningkatkan curah jantung yang berkurang
berupa hipertropi miokardium yaitu pembesaran otot-otot jantung sehingga
dapat membuat kontraksi lebih kuat dan dilatasi atau peningkatan volume ventrikel
untuk meningkatkan tekanan dinding ventrikel.Jika penyakit jantung berlanjut, maka
diperlukan
peningkatan
kompensasi
untuk
menghasilkan
energi dalam
memompa darah, hingga pada suatu saat kompensasi tidak lagi efektif untuk
47
menghasilkan kontraksi yang lebih baik dan jantung akan gagal melakukan
fungsinya.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien, beratnya gagal
jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat, apakah kedua
ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan jantung.Pada
penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :
1. Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
2. Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites,
hepatomegali, dan edema perifer.
3. Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai
delirium.
E. Komplikasi
1. Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena dalam atau
deep venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan emboli sistemik tinggi,
terutama pada CHF berat. Bisa diturunkan dengan pemberian warfarin.
2. Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa menyebabkan
perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi pemantauan denyut jantung (dengan
digoxin atau blocker dan pemberian warfarin).
3. Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan diuretik dengan dosis
ditinggikan.
4. Aritmia ventrikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop atau sudden cardiac
death (25-50% kematian CHF). Pada pasien yang berhasil diresusitasi, amiodaron,
blocker, dan vebrilator yang ditanam mungkin turut mempunyai peranan.
F. Penatalaksanaan
Dasar penatalaksanaan pasien gagal jantung adalah:
1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan- bahan
farmakologis.
3. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik diet dan
istirahat.
Terapi Farmakologi
1. Diuretik (Diuretik tiazid dan loop diuretik)
48
HDL(Sunita,2004)Dislipidemia
adalah
keadaan
terjadinya
a. Kolesteroltotal
antara kadar
menaikan kadar kolesterol HDL dan dapat mengurangi penyakit jantung koroner.
c. Trigliserida
B. KlasifikasiDislipidemia
Yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan
kadar lipid dalam darah.
b. DislipidemiaSekunder
oleh hipotiroidisme, nefrotik syndroma, kehamilan, anoreksia nervosa, dan penyakit hati
obstruktif.Hipertrigliserida disebebkan oleh DM, konsumsi alkohol, gahal ginjal kronik,
miokard infark, dan kehamilan.Dan dislipidemia dapat disebabkan oleh hipotiroidisme,
nefrotik sindroma, gagal ginjal akut, penyakit hati, dan akromegali.
C. Epidemiologi
Asupan asam lemak jenuh yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan dalam
tubuh adalah 10% dari energi total perhari dan kolesterol
>300mg/ hari. Konsumsi asam lemak dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL. LDL
bertugas membawa kolesterol dari hati ke jaringan perifer yang didalamnya terdapat
reseptor-reseptor yang akan menangkapnya (termasuk pembuluh darah koroner) untuk
keperluan metabolik jaringan. Kolesterol yang berlebihan akan diangkut lagi kehati oleh
HDL untuk menjadi deposit. Jika kolesterol LDL meningkat serta HDL menurun,
maka akan terjadi penimbunan kolesterol di jaringan perifer termasuk pembuluh darah
(Ronald.H.sitorus,2006)
D.Penanganan KondisiDislipidemia
1. Perencanaan terapidiet
Pada pasien dislipidemia harus diterapkan diet seimbang yang mengandung semua
nutrient dalam jumlah yang memadai.
a. Tujuan diet yang diberikan untuk pasien dengan kondisi dislipidemia:
1) Menurunkan berat badan bila terjadi kegemukan.
2) Mengubah jenis dan asupan lemak makanan.
3) Menurunkan asupan kolesterol makanan.
4) Meningkatkan
asupan
karbohidrat
kompleks
dan
menurunkan
karboidratsederhana.
b. Syarat diet yangdiberikan:
1) Energi yang dibutuhkan disesuaikan menurut berat badan dan aktivitasfisik.
2) Lemak sedang, <30% dari kebutuhan enegi total.
3) Protein cukup, yaitu 10-20% dari kebutuhan total.
4) Karbohidrat sedanng, yaitu 50-60% dari kebutuhan total.
51
asupan
Intervensi gizi biasa dilakukan dengan memberikan edukasi gizi yang melibatkan
alih pengetahuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi pada pasien.Pengetahuan gizi
merupakan pencapaian pada Status gizi
2007)
b. Upaya nonfarmakologis
1. Terapidiet
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar
HDL, menurunkan trigliserida, menurunkan LDL dan menurunkan berat badan.
c. Farmakologis
Apabila terapi non farmakologi tidak berhasil maka, dapat diberikan bermacammacam obatan (Anwar bahri, 2004)
Tujuan dari pengelolaan dislipidemia dalam jangka pendek adalah untuk
mengontrol kadar LDL dan HDL dalam darah, dan menghilangkan keluhan maupun
gejala yang terjadi pada penderita dislipidemia. Tujuan jangka panjang untuk mencegah
terjadinya jantung koroner. Cara penanganannya dengan menormalkan kadar kolesterol
LDL dan HDL dalam darah.
B. Kepatuhan Diet Dislipidemia
Kepatuhan penderita terhadap diet merupakan salah satu usaha untuk tercapainya
tujuan pengobatan. Pada pasien dislipidemia, apabila menaati dietnya maka penderita
dapat mengontrol kadar kolesterol LDL dan kadar kolesterol HDL dalam darah. Apabila
penderita tidak mampu mengontrol makanannya maka akan berdampak buruk yaitu
dapat menyebabkan tingginya kadar kolesterol LDL yang dapat memicu terjadinya
jantung koroner (Ronald.H.Sitorus,2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diit diantaranya adalah:
1. Tingkatpengetahuan
Status gizi yang baik sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan setiap
orang. Setiap orang hanya akan cukup gizinya jika makanan yang dikonsumsi mampu
menyediakan zat yang diperlukan tubuh. Pengetahuan gizi memegang peranan penting
53
dalam memilih bahan makanan yang baik, sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang
cukup.
Semakin
tinggi
pengetahuan
gizi
seseorang
maka
akan
semakin
(Kus
W,2007)
7. Hipertensi
A. Definisi
Hipertensi pulmonal adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan
pingsan pada saat melakukan aktivitas.Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat
menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan
aktivitas dan gagal jantung kanan.Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Dr Ernst von
Romberg pada tahun 1891.
Hipertensi pulmonal adalah suatu penyakit yang jarang didapat namun progresif oleh
karena peningkatan resistensi vaskuler pulmonal yang menyebabkan menurunnya fungsi
ventrikel kanan oleh karena peningkatan afterload ventrikel kanan.
Hipertensi pulmonal terbagi atas hipertensi pulmonal primer dan sekunder.Hipertensi
pulmonal primer adalah hipertensi pulmonal yang tidak diketahui penyebabnya
sedangkan hipertensi pulmonal sekunder adalah hipertensi pulmonal yang disebabkan
oleh kondisi medis lain. Istilah ini saat ini menjadi kurang populer karena dapat
menyebabkan kesalahan dalam penanganannya sehingga istilah hipertensi pulmonal
primer saat ini diganti menjadi Hipertensi Arteri PulmonalIdiopatik.
Hipertensi pulmonal primer yang sekarang dikenal dengan hipertensi arteri pulmonal
idiopatik (IPAH) adalah hipertensi arteri pulmonal (HAP) yang secara histopatologi
ditandai dengan lesi angioproliferatif fleksiform sel-sel endotel, muskularis arteriolarteriol prekapiler, proliferasi sel-sel intima dan penebalan tunika media yang
menyebabkan proliferasi sel-sel otot polos vaskuler. Sehingga meningkatkan tekanan
54
darah pada cabang-cabang arteri kecil dan meningkatkan tahanan vaskuler dari aliran
darah di paru. Beratnya hipertensi pulmonal dibagi dalam 3 tingkatan; ringan bila PAP
25-45 mmHg, sedang PAP 46-64 mmHg dan berat bila PAP > 65 mmHg.
B. Patologi
Arteri pulmonalis normal merupakan suatu struktur complaint dengan sedikit serat
otot, yang memungkinkan fungsi pulmonary vaskuler bed sebagai sirkuit yang
lowpressure dan high flow. Gambaran patologi vaskuler pada HPP tidak patognomonis
untuk kelainan ini, karena menyerupai arteriopati pada hipertensi pulmonal dari berbagai
macam penyebab. Kelainan vaskuler HPP mengenai arteri pulmonalis kecil dengan
diameter 4-10 mm dan arteriol, berupa hiperplasia otot polos vaskuler, hiperplasia
intima, dan trombosis in situ. Progresif dan penipisan arteri pulmonalis, yang secara
gradual meningkatkan tahanan pulmonal yang pada akhirnya menyebabkan strain dan
gagal ventrikel kanan
Pada stadium awal HPP, peningkatan tekanan arteri pulmonalis menyebabkan
peningkatan kerja ventrikel kanan dan terjadinya trombotik arteriopati pulmonal.
Karakteristik dari trombotik arteriopati pulmonal ini adalah trombosis insitu pada
muskularis arteri pulmonalis. Pada stadium lanjut, dimana tekanan pulmonal meningkat
secara terus menerus dan progresif, lesi berkembang menjadi bentuk arteriopati
fleksogenik pulmonal yang ditandai dengan hipertrofi media, fibrosis laminaris intima
konsentrik, yang menggantikan struktur endotel pulmonal normal. Secara patologi HPP
dapat dikelompokan dalam 3 subtipe:
1. Fleksogenik arteriopati primer (30-60 % dari HPP)
Secara patologi fleksogenik adalah disorganisasi kapiler pulmonal. Lesi fleksiform
merupakan suatu bentuk hipertensi pulmonal berat, kelainan ini ditemui pada pasien
yang mempunyai komponen genetik, dimana 7 % adalah familial
Gambar 1. Lesi
2.
Fleksogenik
Tromboemboli
arteriopati
55
(45-50%
dari
Secara
HPP)
patologi
ditandai
subtipe
ini
tunika intima dan gambaran rekanalisasi thrombosis insitu (jaringan dan septum
dalam lumen arterial).Subtipe tromboemboli hipertensi pulmonal terdapat 2 bentuk :
bentuk makro romboemboli, yang biasanya ditemukan pada hipertensi pulmonal
sekunder dan berisi gumpalan besar ditengah lumen, dan kedua bentuk
mikrotromboemboli dengan thrombus di distal yang menyumbat pembuluhpembuluh darah kecil.
57
D. Patofisiologi
PATHWAY OF PULMONAL ARTERIAL HYPERTENSION
Kerusakan/sumbatan jaringan Vaskuler paru
Gangguan difusi O2
Ansietas
E. Gejala Klinis
WHO mengusulkan klasifikasi fungsional HPP dengan memodifikasi klasifikasi fungsional dari
New York Heart Association system.
F. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Pengobatan hipertensi pulmonal bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi jantung kiri
dengan menggunakan obat-obatan seperti : diuretik, beta-bloker dan ACE inhibitor
atau dengan cara memperbaiki katup jantung mitral atau katup aorta (pembuluh
darah utama). Pada hipertensi pulmonal pengobatan dengan perubahan pola hidup,
diuretik, antikoagulan dan terapi oksigen merupakan suatu terapi yang lazim
dilakukan, tetapi berdasar dari penelitian terapi tersebut belum pernah dinyatakan
bermanfaat dalam mengatasi penyakit tersebut.
a. Obat-obatan vasoaktif
59
Obat-obat vasoaktif yang digunakan pada saat ini antara lain adalah antagonis
reseptor endotelial, PDE-5 inhibitor dan derivat prostasiklin. Obat-obat tersebut
bertujuan untuk mengurangi tekanan dalam pembuluh darah paru.Sildenafil
adalah obat golongan PDE-5 inhibitor yang mendapat persetujuan dari FDA pada
tahun 2005 untuk mengatasi hipertensi pulmonal.
Untuk vasodilatasi pada paru, ada beberapa obat-obatan yang dapat digunakan.
Antara lain Beraprost sodium (Dorner), infus PGI, Injeksi lipo PGE-1, ACE
Inhibitor, Antagonis Kalsium dan Inhalasi NO. Beraprost sodium efeknya tidak
hanya sebagai vasodilator, tetapi juga efek pleiotropik, seperti menghambat agresi
platelet, mencegah cedera sel endotel dan memperbaiki cedera sel endotel..
1. Terapi bedah
Pembedahan sekat antar serambi jantung (atrial septostomy) yang dapat
menghubungkan antara serambi kanan dan serambi kiri dapat mengurangi tekanan
pada jantung kanan tetapi kerugian dari terapi ini dapat mengurangi kadar oksigen
dalam darah (hipoksia). Transplantasi paru dapat menyembuhkan hipertensi
pulmonal namun komplikasi terapi ini cukup banyak dan angka harapan hidupnya
kurang lebih selama 5 tahun.
Atrial septosotomi
Blade ballon atrial septostomy dilakukan pada pasien dengan tekanan ventrikel
kanan yang berat. Tujuan prosedur ini adalah dekompresi overload jantung kanan
dan perbaikan output sistemik ventrikel kiri. Septastotomi atrial harus dilakukan
pada.fasilitas yang memadai dan operator yang berpengalaman
Thromboearterectomy pulmonary
Menjadi pilihan pengobatan pada pasien hipertensi pulmonal yang berhubungan
dengan penyakit tromboembolik kronik.Dilakukan melalui median stertonomi pada
cardiopulmonary baypass.Secara keseluruhan angka kematian terus membaik dan
kini kirang dari 5%.
2. Transplantasi paru-paru
Hipertensi pulmonal primer
biasanya
progresif
dan
akhirnya
berakibat
fatal.Tranplantasi paru adalah suatu pilihan pada beberapa pasien lebih muda dari 65
tahun yang memiliki hipertensi pulmonal yang tidak merespon manajemen medis.
Menurut AS tahun 1997 transplantasi laporan registri, 24 penerima transplantasi
paru-paru dengan hipertensi pulmonal primer memiliki tingkat ketahanan hidup dari
60
73 persen pada satu tahun, 55 persen di tiga tahun dan 45 persen pada lima tahun.
Pengurangan langsung tekanan arteri paru-paru dikaitkan dengan perbaikan dalam
fungsi ventrikel kanan.Kambuhnya hipertensi pulmonal primer setelah transplantasi
paru-paru belum dilaporkan.
Tn. Manaf, 57
8. Sesak Napas
tahun
Secara umum, sesak napas berarti napas yang sulit.Keluhan tersebut merupakan
gabungan
yang dirasakan pasien
dan gejala objektif yang
dilihat melalui
Hipertensigejala subjektif
Obesitas
Perokok
Jarang
olahraga
pemeriksaan fisis.
Sesak napas didefinisikan keadaan yang terjadi akibat mekanisme pernapasan tidak dapat
Afterload kebutuhan proses metabolisme
Atreosklerosis
memenuhi
dalam tubuh. Hal itu menunjukkan adanya
jantung
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan pemenuhan ventilasi. Sesak napas akan muncul
Stroke volume
Ventrikel kanan
Darah dari
Gagal memompa
atrium
komponen, yaitu aliran udara (flow) dan volume udara yang masuk ke saluranDarah
pernapasan.
ke
Cardiac output
vena
Gangguan pada salah satu atau keduanya akan menyebabkan
gangguan
sebagai
Ke vena
cava ventilasi dan
pulmo
jaringan
renin
cm
Kerleys
line
Ke vena cava
Shortness of
inferior
Asam laktat
Angiotensin II
breath
VI. KERANGKA KONSEP
Night
cough
Ke vena
Mudah
Kontriksi
Aldosteron
Orthopne
hepatik
lelah
pembuluh
u
Terakumulasi
Wheezing
darah
Retensi Na+ dan
di hepar
Tekanan darah
H 2O
Rales
Volume overload
Respirasi
anaerob
Angiotensin I
Ankle
edema
Kongesti hepar
Hepatomegali
61
Hepar menekan
lambung
Asam lambung
naik
Mual dan hilang nafsu
Kesimpulan
Mr . Manaf 57 tahun mengalami penyakit congestif heart faillure
DAFTAR PUSTAKA
Haki, Mohandis. 2009. Efek Ekstrak Daun Talok (Muntingia calabura L.) terhadap Aktivitas
Enzim SGPT pada Mencit yang Diinduksi Karbon Tetraklorida. Surakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Hardjosaputra, S. L. Purwanto, dkk. 2008. DOI; data obat di Indonesia. Edisi 11. Jakarta:
Muliapurna Jayaterbit
Isselbacher dkk. 2014. HARRISON PRINSIP-PRINSIP ILMU PENYAKITDALAMVOL
3 E/13. Ahmad Asdie (Ed.). Andry Hartono(Trans.). Jakarta:EGC
62
Nawawi, R.A., Fitriani, B. Rusli, Hardjoeno. 2006. Nilai Troponin T (cTnT) Penderita Sindrom
Koroner Akut (SKA). Makasar: Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical
Laboratory
Nora, DP. 2010. Gagal Jantung Kongestif.From: http://repository.usu.ac.id/ diunduh 1
Februari 2016
Redhono, Dhani, Wachid Putranto, Veronika Ika Budiastuti. 2012. Komunikasi III History Taking
-- Anamnesis. Surakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam dan Biokimia Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret
Setiati, Siti. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi 6. Jakarta: Interna Publishing
Siswanto, Bambang Budi dkk.2015. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Indonesia: PERKI
Tanto, Chris dkk (ed). 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi Ke Tiga, Penerbit Balai Pustaka FKUI, Jakarta
1996.
Guyton. A.C &Hall, J.E,1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed.11, Jakarta:EGC
63