You are on page 1of 16

TUGAS 1 TA 3211 PEMETAAN EKSPLORASI

TRACKING GPS ( RUMAH SAKIT )

Kelompok 02 :
1. Najib Mahwan Najahah
2. Muhammad Alim
3. Miqdam Furqany
4. Fina Fitriana R.

12113026
12113040
12113067
12113079

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016

Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya pengerjaan Laporan Tugas I Tracking GPS ini dapat
terselesaikan. Penulisan laporan praktikum ini bertujuan untuk melengkapi
tugas responsi mata kuliah Pemetaan Eksplorasi (TA-3211).
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Pak Syafrizal serta para
asisten yang telah banyak membantu dan membimbing kami dalam
pelaksanaan responsi serta penyusunan laporan praktikum ini. Tidak lupa juga,
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan laporan ini hingga selesai.

Kami menyadari bahwa di dalam laporan ini tidak terlepas dari


kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, jika ada kritik dan saran yang bersifat
membangun akan kami tampung. Akhir kata, kami menyampaikan ucapan
terima kasih kepada para pembaca yang telah meluangkan waktu untuk
membaca laporan ini. Bandung,

5 Februari 2016

Kelompok II

Kata Pengantar
Daftar Isi
I.
II.
III.
IV.

Tujuan
Alat dan Bahan
GPS (Global Positioning System)
Tracking Menggunakan GPS
Plotting Track ke Mapsource dan
Google Earth

Daftar Pustaka

I. Tujuan
Tujuan dari ekskursi pertama matakuliah TA3211 Pemetaan Eksplorasi ini yaitu mahasiswa
dapat melakukan tracking dan membuat waypoints menggunakan GPS (Global Positioning
System) serta mengeplot tracks dan waypoints kedalam software Mapsource dan Google
Earth.

II. Alat dan Bahan


Alat dan Bahan yang dipakai dalam Ekskursi I yaitu:
1. GPS (Global Positioning System) Garmin seri 78s.
2. Software Mapsource.
3. Software GoogleEarth.

III. GPS (Global Positioning System)


2.1 Sistem GPS (Global Positioning System)
Global Positioning System (GPS) adalah sebuah sistem navigasi satelit yang
menyediakan informasi lokasi dan waktu dalam berbagai kondisi cuaca, dimanapun di atas
permukaan bumi, sepanjang masih menerima sinyal GPS yang dipancarkan dari satelit.
Pengembangan GPS dimulai dari tahun 1973 oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat
dan beroperasi penuh pada tahun 1995. Nama resminya adalah NAVSTAR-GPS. Sistem GPS
terdiri dari 24 satelit yang membentuk konstelasi di luar angkasa dan beberapa satelit lagi
sebagai cadangan. Berikut ini adalah tabel perkembangan jumlah satelit yang beroperasi
semenjak awal dibangun hingga sekarang.
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Satelit GPS (Sumber : Wikipedia. Juni 2014)

2.2 Cara Kerja GPS


Untuk menentukan posisi koordinat suatu tempat di permukaan bumi, GPS
menggunakan prinsip triangulasi. Sebagaimana diketahui, GPS memancarkan sinyal ke
segala arah dari pusat satelit, dan membentuk ruang sinyal dalam bentuk bola (sphere). Kita
dipermukaan bumi menerima sinyal tersebut dan receiver yang kita gunakan mencatat
bahwa jarak kita 11.000 miles (kenapa jarak bisa diketahui ? GPS memancarkan sinyal pada
jam X dengan kecepatan Y dan diterima oleh receiver dalam waktu X+I, dengan demikian
jarak satelit ke receiver adalah I dikalikan Y). Karena ruang sinyal bentuknya sphere, maka
jarak 110000 miles dapat berada dimana saja di dalam ruang sinyal satelit.

Gambar 1. Triangulasi Satelit Pertama


Selanjutnya, ada satelit kedua yang memancarkan sinyal dan menangkap posisi kita
pada jarak 12000 miles. Berarti, ada dua sphere yang terbentuk, dan posisi kita pasti ada di
irisan antara dua sphere tersebut, tidak lagi di seluruh ruang sphere 1 dan sphere 2.

Gambar 2. Triangulasi Satelit Kedua

Kemudian ada satelit ketiga yang diterima sinyalnya, dan jarak ke receiver ternyata
13000 miles. Adanya satelit ketiga ini semakin menyempitkan posisi kita menjadi hanya ada
dua kemungkinan lokasi seperti ditunjukkan gambar di bawah. Untuk memastikan yang
mana lokasi kita, bisa digunakan satelit keempat, tapi biasanya salah satu dari dua lokasi
tersebut posisinya tidak berada di permukaan bumi, sehingga dapat dipastikan hanya ada
satu lokasi yang merupakan lokasi receiver kita, dengan demikian posisi kita dapat
ditentukan koordinatnya.
Dalam pembahasan tentang spheres yang dihasilkan oleh satelit GPS, tadi
disebutkan bahwa triangulasi titik kedua dan ketiga akan membatasi kemungkinan lokasi
receiver dan pada akhirnya nanti satu diantara dua lokasi tersebut akan ditolak karena tidak
berada di permukaan bumi. Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana bisa mengetahui
satu titik berada di permukaan bumi, padahal informasi yang tersedia hanya jarak dari
satelit ke receiver. Hal ini dapat dijawab dengan mudah jika posisi koordinat satelit di luar
angkasa di ketahui, sehingga koordinat receiver dapat dihitung. Koordinat posisi satelit
dikirimkan ke receiver bersamaan dengan sinyal GPS. Posisi koordinat dan ketinggian satelit
sendiri, serta aspek-aspek pemeliharaan satelit dan perubahan orbit dikontrol oleh Ground
Stations. Setiap ada perubahan data satelit akan dikirim ke satelit oleh ground station dan
kemudian dipancarkan ke seluruh dunia.

Gambar 3. Pseudo Random Code


Dengan menggunakan kecepatan cahaya, maka waktu tempuh satelit ke receiver biasanya
sangat sedikit (seper sekian detik), oleh karena itu penanda waktu baik di satelit maupun
receiver haruslah sangat tersinkronisasi dan sangat presisi. Untuk satelit tidak ada masalah
karena bisa digunakan jam atom. Namun untuk receiver? Implementasi jam atom akan
menyebabkan harga receiver menjadi sangat mahal dan tidak akan dapat dibeli masyarakat

umum. Oleh karena itu, sebagai pengganti jam atomik yang presisi, di GPS receiver
digunakan pengukuran satelit keempat dari triangulasi di atas. Jika waktu di receiver tidak
ada kesalahan, seharusnya pengukuran jarak dari GPS keempat (dan sphere yang dihasilkan)
akan menghasilkan lokasi fix kita di permukaan bumi, namun jika waktu receiver tidak
sinkron dengan satelit, maka kalkulasi akan menjadi error dan pengukuran satelit keempat
tidak akan tepat menginterseksi ketiga pengukuran satelit sebelumnya. Receiver kemudian
akan menghitung faktor koreksi dalam bentuk pengurangan hasil pengukuran agar ke empat
sphere dari empat satelit tepat berinterseksi di satu titik, faktor koreksi ini juga sekaligus
menjadi faktor koreksi waktu di Receiver agar kembali sama dengan jam atomik di satelit.

Gambar 4. Triangulasi Satelit Keempat sebagai Pengoreksi Waktu Receiver


Dalam pembahasan tentang spheres yang dihasilkan oleh satelit GPS, tadi
disebutkan bahwa triangulasi titik kedua dan ketiga akan membatasi kemungkinan lokasi
receiver dan pada akhirnya nanti satu diantara dua lokasi tersebut akan ditolak karena tidak
berada di permukaan bumi. Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana bisa mengetahui
satu titik berada di permukaan bumi, padahal informasi yang tersedia hanya jarak dari
satelit ke receiver. Hal ini dapat dijawab dengan mudah jika posisi koordinat satelit di luar
angkasa di ketahui, sehingga koordinat receiver dapat dihitung. Koordinat posisi satelit
dikirimkan ke receiver bersamaan dengan sinyal GPS. Posisi koordinat dan ketinggian satelit
sendiri, serta aspek-aspek pemeliharaan satelit dan perubahan orbit dikontrol oleh Ground
Stations. Setiap ada perubahan data satelit akan dikirim ke satelit oleh ground station dan
kemudian dipancarkan ke seluruh dunia.
Dengan demikian, melengkapi prinsip triangulasi sebagai cara receiver memperoleh
informasi posisi koordinat di permukaan bumi, dapat diketahui juga tiga aspek yang

menyusun sistem GPS, yaitu Satelit GPS di angkasa, GPS receiver di permukaan bumi, dan
Ground Station sebagai pemelihara sistem.

Gambar 5. Tiga Segmen GNSS/ GPS


2.3 Sinyal GPS
Setiap saat Satelit GPS memancarkan sinyal elektromagnetik pada spektrum
gelombang mikro berisi pesan navigasi ke seluruh dunia sesuai cakupannya. Sinyal ini
diterima oleh receiver dan memprosesnya menjadi informasi posisi sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya. Sinyal dari satelit membawa informasi antara lain sinyal jarak untuk
menghitung jarak receiver dan satelit, dan pesan navigasi. Pesan navigasi antara lain berisi
informasi orbit satelit, jam satelit pada waktu sinyal diluncurkan, dan informasi lainnya.
Pesan navigasi ini diistilahkan sebagai Almanac GPS. Sinyal GPS satelit kemudian
dipancarkan dalam beberapa frekuensi mulai dari Frekuensi L1 sampai L5.

Frekuensi L1 merupakan frekuensi yang di masa lalu dikenal sebagai Coarse


Acquisition (C/A) Code dan Encrypted Precision P(Y) Code. L1 merupakan frekuensi
yang diterima di kebanyakan receiver mulai dari grade navigasi sampai grade
geodetic. L1 sendiri dibagi dua yaitu C/A code untuk kepentingan sipil dan P(Y) code
untuk kepentingan militer.

Frekuensi L2 merupakan frekuensi baru yang dikembangkan pada tahun 1995.


Frekuensi L2 lebih presisi daripada frekuensi L1 dan hanya bisa diterima receiver tipe
geodetik dan sebagian receiver tipe mapping. Receiver yang mendukung penerimaan
dual frequency (L1 dan L2) memungkinkan untuk melakukan differential GPS

processing untuk memperoleh data posisi dengan akurasi sentimeter sampai


millimeter.

Frekuensi L3 merupakan frekuensi sangat presisi yang hanya digunakan untuk


kepentingan militer, yaitu untuk kepentingan peledakan nuklir.

Frekuensi L4 dan L5 tidak ditransmisikan ke permukaan bumi dan hanya digunakan


untuk mengkaji pengaruh ionosfer terhadap sinyal GPS dan kemungkinan koreksinya.

2.4 Jenis dan Sumber Kesalahan Posisi dari GPS


Sinyal GPS dan pemodelan matematis untuk memperoleh informasi koordinat yang
akurat hanya bisa diperoleh jika sinyal ditransmisikan dalam kondisi ruang hampa udara dan
tidak ada unsur pengganggu diantara satelit dan receiver. Dalam kenyataannya, terdapat
banyak faktor internal dan eksternal yang dapat berpengaruh terhadap sinyal GPS sehingga
tidak dapat menghasilkan informasi koordinat yang akurat dan presisi.
Sumber utama eksternal pengganggu sinyal GPS adalah atmosfer bumi. Atmosfer
dapat menghamburkan, membelokkan dan memperlambat sinyal GPS sehingga
kecepatannya tidak konstan (yang berpengaruh pada kalkulasi jarak). Strata dari atmosfer
yang dapat mengganggu sinyal GPS antara lain Ionosfer (ketinggian 50 sampai 500 km dari
permukaan bumi) yang banyak mengandung partikel ionisasi, dan Troposfer (ketinggian 0 50 km) yang banyak mengandung uap air dan variasi suhu/tekanan udara. Diantara
keduanya, yang paling berat pengaruhnya terhadap sinyal GPS adalah Ionosfer.

Gambar 6. Sinyal GPS terpengaruh Ionosfer dan Troposfer


Setelah sampai di permukaan bumi, gangguan tidak berhenti. Sinyal GPS besar
kemungkinan dipantulkan dan dibelokkan arahnya oleh benda di permukaan bumi sebelum
sampai ke receiver. Efek ini disebut dengan multipath error. Gedung, vegetasi tinggi dan

benda bermagnet merupakan beberapa contoh penyebab multipath yang pada akhirnya
menyebabkan penerimaan sinyal yang sama selama dua kali atau lebih di receiver sehingga
kalkulasi koordinat menjadi rawan salah. Beberapa jenis receiver mapping dan geodetik
biasanya mempunyai teknologi pemilahan sinyal untuk memisahkan sinyal yang datang
langsung dari satelit dan sinyal yang disebabkan oleh efek multipath.

Gambar 7. Multipath
Sedangkan faktor internal penyebab kesalahan posisi antara lain kesalahan informasi
ephemeris dan almanac GPS yang dipancarkan oleh satelit bersamaan dengan sinyal.
Walaupun kesalahan ini biasanya sudah dimonitor dan diminimalisir oleh Ground Station,
kesalahan dari aspek satelit ini masih mungkin bisa terjadi.
Sebelum tahun 2000, sistem GPS pernah diimplementasikan yang disebut Selective
Availability (SA). SA adalah implementasi noise terhadap sinyal GPS sehingga kalkulasi
koordinat tidak bisa akurat dalam batas tertentu. Hal ini sengaja dilakukan oleh Departemen
Pertahanan Amerika untuk mencegah penggunaan GPS oleh pelaku kejahatan dan
terorisme. SA tidak berlaku untuk kepentingan militer karena receiver militer diberikan
semacam kode pendeskripsi SA sehingga efek ini dapat dihilangkan. Saat ini SA sudah
dimatikan sehingga GNSS/GPS dapat digunakan semaksimal dan seoptimal mungkin baik
untuk kepentingan sipil maupun militer.
Kesalahan - kesalahan diatas umumnya dapat dikoreksi antara lain menggunakan
teknik differensial GPS (akan dibahas di modul GPS tingkat lanjut).

IV. Tracking Menggunakan GPS


Plotting Track ke Mapsource dan Google Earth
Beberapa data penting terkait survei dan pemetaan yang dapat diperoleh dari GNSS/GPS
antara lain adalah :
1. Titik Koordinat (Waypoint)
2. Garis Koordinat (track)
3. Ketinggian (Elevation)
Dalam kesempatan ini kami akan mempelajari teknik perolehan tiga data diatas
menggunakan GPS Receiver tipe navigasi. GPS receiver tipe navigasi saat ini sudah banyak
tersedia di pasaran dengan berbagai merk, spesifikasi dan harga, beberapa tipe yang cukup
popular.

3.1 Langkah kerja menggunakan software Mapsource :


1. Install Mapsource pada peranti laptop/computer.

2. Install input map untuk mapsource, bias diunduh bebas di internet.

3. Sambungkan peranti GPS dengan laptop/komputer menggunakan kabel data.


4. Pilih opsi Transfer pada toolbar di bagian atas.
5. Pilih opsi Receive from device.

6. Centang pilihan yang akan diload, ada 4 pilihan : waypoint, tracks, route, maps.

7. File hasil tracking di GPS akan terlihat di mapsource.

8. Jika ingin melihat hasil tracking GPS pada Google Earth, pilih opsi View lalu klik View
in Google Earth (dengan terlebih dahulu menginstall aplikasi Google Earth di
laptop/komputer).

3.2 Hasil plotting track di Mapsource dan Google earth.


3.2.1 Hasil plotting track di Mapsource

3.2.2 Hasil plotting track di Mapsource

Daftar Pustaka
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar, Pusat Pengolahan Data, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2015. Survei dan Pemetaan Menggunakan
GPS. Jakarta.
www.andyyahya.com

You might also like